NovelToon NovelToon

Gadis Berkacamata ( Ternyata Seorang Mafia)

Korban Lagi?

Ih ngeri banget ya, ini udah kedua kali kejadian ini terjadi

Iya bener, kamu tau gak?

Apa, ada apa sih emangnya?

Itu tu tu 'tunjuk pemilik suara pada seorang gadis yang ada di pojok dekat loker mahasiswi' sang teman yang di ajak bercerita langsung memberi isyarat dengan menaikkan sebelah alisnya seakan bertanya "Ada apa dengan si culun itu?"

Bukannya dia kemarin dibully Anita? video yang ada di grup dia kan orangnya?

Ho oh, tapi masa sih kebetulan ini terjadi lagi?

Sang teman hanya mengangkat bahu, lalu keduanya berbalik dan melangkah pergi meninggalkan kerumunan bergaris kuning sebagai pembatas area kejadian dengan lokasi sekitar.

Hari ini tepatnya Minggu ketujuh setelah penerimaan mahasiswa dan mahasiswi baru, Universitas Polonia kembali di kaget kan oleh berita atas penemuan seorang wanita yang merupakan kakak tingkat jurusan sastra ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Ada banyak luka di pipi serta bagian belakang leher. Bahkan terdapat bekas seperti sayatan benda tajam berbentuk huruf abstrak tepat didekat pergelangan tangan wanita itu. Ini adalah kali kedua terjadi kasus mengerikan mirip dengan kejadian sebulan yang lalu, hal sama juga terjadi pada kakak kelas yang kerap kali melakukan perundingan pada mahasiswi baru. Sebagai atasan, sikap pongah dan merasa sebagai senior kerap kali membuat mereka bertingkah semena-mena pada junior kampus.

Breaking news

Dalam sejarah Universitas Polonia ditemukan dua orang mahasiswi terluka dalam waktu berdekatan, usai di digosipkan oleh beberapa penghuni kampus korban tersebut telah melakukan perundingan kepada orang yang sama. Siapakah pelaku sebenarnya?

...****************...

Kring..... Bel dalam kantin berbunyi pertanda ada panggilan berkumpul kepada seluruh mahasiswa di Aula pojok barat daya. Kasak-kusuk pun mulai terdengar disekitaran manusia yang tengah berjalan ke arah Aula itu. Bahkan para pria juga tak kalah berbisik-bisikkan sesekali nampak mereka melirik gadis berkacamata dengan mata dan bahasa isyarat mencemoh. Tak urung penampilan yang sederhana sang gadislah yang kerap kali membuat siapapun ingin melakukan perundingan, tapi sang gadis berkacamata itu nampak acuh seakan tak peduli pada sekitar yang meremehkan dirinya.

"Aku gak minta makan sama mereka, perduli setan. Toh ini hidupku, mau gimanapun mereka sama aku pasti bakalan dapat ganjarannya, dan aku disini tujuannya buat belajar dan meraih gelar supaya bisa kerja buat bahagian keluarga di kampung" ucap sang gadis berkacamata kepada seorang wanita cantik disebelahnya.

Sebenarnya jika di lihat sekilas, keduanya nampak mirip. Apalagi keduanya juga memakai kacamata yang sama, namun tentu saja yang satunya sebagai style fashion terkini sedangkan satunya murni karena kebutuhan pribadi alis matanya minus.

Dari sekian banyak, hanya Alana saja yang bersedia berdekatan dengan Ariela. Gadis yang di beri gelar culun berkacamata oleh sebagian penghuni Universitas

"Ya deh iya, kamu tu udah berkali-kali ngomong begitu sama aku" ujar Alana sedikit manyun, pasalnya jawabannya yang sama terus terucap ketika Alana merasa risih atas perlakuan teman sekampus mereka kepada Ariela

"Cih, biarin. Yuk, buruan! Kita harus cepat sampai di Aula" kata Ariela menarik tangan sahabatnya

Alana mengangguk "aku juga, pasti gak jauh jauh dari anak yang terluka pagi tadi" gumam Alana

Mendengarnya, langkah kaki Ariela terhenti sesaat bersamaan dengan kedua alisnya yang menukik. tingkahnya membuat Alana pun ikut berhenti dia menoleh pada sang sahabat "Ada apa? Tadi katanya suruh cepat?"

Ariela menggeleng "gak ada, nyangkut nih tali sepatuku"

"Ikat gih, aku tungguin!" Alana berdiri sambil berkacak pinggang memperhatikan sahabatnya yang menunduk dengan tangan terulur menggapai tali sepatu yang menjuntai di lantai

Di tengah lalu lalang anak-anak kampus, Ariela sempat terlihat seperti berfikir tentang sesuatu. Semua tak luput dari pandangan Alana, karena tak sabar akhirnya Alana ikut berjongkok dan merampas paksa tali sepatu Ariela "Lama banget" ucapnya bersungut-sungut

Setelah beberapa saat. Perkumpulan di Aula pun di mulai, semua siswa nampak berdiri rapat. Didepan sana sang Rektor sudah memasuki panggung dan berdiri di balik microphone kecil yang ada diatas meja panjang. Sesuai dugaan, pembahasan tak jauh dari kejadian pagi tadi. Dimana para polisi berdatangan ke lokasi kejadian karena penemuan mahasiswi yang pingsan dengan luka sekujur tubuh

Rektor meminta kepada seluruh siswa agar tidak lagi melakukan perundingan kepada junior mereka. Rupanya penyebab dua kasus yang sama sampai ke telinga pemimpin universitas tersebut hingga peringatan keras di layangkan secara terang-terangan, sampai satu jam pembahasan selesai. Semua mahasiswa/i mulai bubar barisan, satu persatu pergi meninggalkan Aula. Hanya tersisa beberapa mahasiswa/i saja serta yang masih berkepentingan tetap berada disana.

"Balik sama aku aja ya?" tanya Alana di tengah perjalanan menuju lokasi parkiran kampus

Ariela menoleh "gak ah. aku naik bis kota kayak biasa aja Al, kamu duluan gih"

"Yah, kamu selalu gitu Ar. Kita udah temenan lama tapi masih aja selalu nolak kalau aku anterin pulang" bantah Alana

Bukan apa, rasanya persahabatan mereka seperti mainan. Tak jarang Alana harus menarik paksa sang sahabat agar mau di antar oleh mobil Alana. Keduanya adalah gadis yang merantau jauh dari rumah, mereka sama-sama mengontrak tempat tinggal. Ekonomi keduanya jelas berbeda, jika Alana tinggal di Apartemen mewah Ariela hanya mampu membayar uang kontrakan petak dengan bulanan yang murah

"Mmmm...."

"mau ya. Ya? Mau dong!" bujuk Alana lagi, sesekali mencolek lengan sahabatnya

"Oke deh. Tapi apa ga merepotkan? Kita beda arah, mana jauh lagi" tanya Ariela segan

"santai, udah ah ayo masuk!"

Alana Mendorong Ariela di kursi depan sebelah pengemudi. Setelah mobil gadis kaya itu berputar arah dan keluar dari parkiran kampus. Di belakangnya mobil BMW hitam dengan kaca gelap meluncur memecah lobby parkiran dengan jarak aman.

Di tempat lain, Anita. Wanita yang pagi tadi ditemukan tergeletak di pelataran samping gedung ekonomi dengan banyak luka di tubuhnya mulai sadarkan diri, di sisi ranjang terlihat orang tua Anita duduk dengan raut sedih. Tak jauh dari sana dia orang polisi juga terlihat berbincang dengan sang dokter

"Bersyukurnya Nona segera di bawa kemari. Ada luka serius di bagian punggungnya" ucap Dokter

"Apa lukanya dalam?" tanya seorang polisi wanita

"Sangat dalam, bahkan kami harus menjahit secara hati-hati agar tidak membuat kesalahan dalam menyatukan bagian daging pasien"

Perkataan dokter nyaris saja membuat Ibu dari Anita pingsan, wanita paruh baya itu nampak menangis sesenggukan dalam pelukan suaminya. Dirumah Anita adalah putri raja yang tak pernah tergores walau sehelai rambut pun dan sekarang sang anak nampak berbeda. Wajahnya di penuhi lebam

"Baik dok, setelah pasien sadar. Apa kami bisa mi-"

"engh.."

perkataan polisi itu terpotong saat satu ruangan mendengar lenguhan dari atas ranjang pasien. Sontak mereka reflek mendekati Anita, dokter lekas melakukan pemeriksaan sampai melakukan senter mata pasien.

"Nona, anda bisa mendengar saya?" tanya sang dokter

Tenaga yang hilang terkuras membuat Anita hanya bisa mengangguk lemah.

"boleh kami bertanya pada nona Anita?" seorang polisi wanita bersuara ditengah kerumunan

Dokter menyingkir, memberi jalan agar polisi wanita itu mendekat. Usai bertanya pasal keadaan korban, Polisi wanita dengan tag name Dena itu pun mulai masuk ke inti masalah

"Bisa anda jelaskan bagaimana bisa Anda berada disana?"

"sa-ya kemarin sedang ma-kan de-ngan teman lalu ketika itu -"

rasanya semua memori bagai kilatan film dalam kepala Anita. Perlahan bibir pucat nan kering itu bergerak memberitahu Polisi kejadian demi kejadian

Pertolongan Sahabat

Tok tok tok "Permisi"

Suara daun pintu berderit mulai terdengar, setelahnya seorang gadis cantik dengan piyama rumah bergambar hewan muncul ditengah pintu. Mata di balik lensa itu menatap awas dua orang berseragam didepannya.

"Ada apa ya? Cari siapa?" tanya Ariela sopan

Gadis Itu adalah Ariela, dia bingung. Malam-malam begini kenapa kontrakan kecilnya di datangi polisi?Salah seorang diantara keduanya menyodorkan surat kedepan Ariela seraya berkata "Silahkan ikut kami ke kantor polisi, anda menjadi tersangka sebagai pelaku kekerasan atas nama Anita"

Mata di balik lensa itu berpindah dari surat yang baru saja dia buka, Ariela menaikkan pandangan, secara bergantian memandang dua orang berseragam didepan "memangnya saya salah apa?" Ariela mencoba memahami kondisi yang tengah marak di kampus mereka

"Anda bisa jelaskan di kantor, kami minta kerjasamanya atas ketersediaan saudari"

Terdengar tarikan napas malas dari Ariela, kemarin pun saat korban pertama ditemukan hal yang sama juga terjadi, dia juga di panggil polisi dan berakhir dengan kesalahpahaman. Apakah kali juga sama? Batin Ariela

"Baik, saya ambil handphone dan jaket" ujarnya

Polisi dengan tag name Dena menahan pergelangan tangan Ariela, mata sipit itu menatap tajam tersangka didepannya "Ck, jaraknya hanya tiga meter. Ikuti saja aku jika kalian merasa aku akan kabur" cibir Ariela memandang Polisi wanita berambut sebahu sambil menghentakkan genggaman tangan mereka

Dena mengangguk, dia mengikuti langkah Ariela. Mata tajam penegak hukuman itu nampak menelisik jengkal demi jengkal rumah kontrakan Ariela. Bahkan foto-foto kecil yang ada di atas lemari kecil juga tak luput dari pandangannya

"Sudah" Ariela berbalik "hei apa yang kau lihat?" tanya Ariela, ketika berbalik badan dia melihat Polisi itu menelisik foto hitam putih berukuran kecil pada dinding kontrakannya. Dena memandangi bergantian lembar foto-foto Ariela. Telunjuknya terangkat dan bertanya "Ini siapa?" ucapnya curiga

"hmmm- " bibir Ariela berkedut

"Kalian sangat mirip?" tanya Dena lagi dengan raut meragukan kenyataan yang ada

"Dia sahabatku" ucap Ariela seraya berlalu meninggalkan Polisi itu sendirian. Dena memandangi bahu bagian belakang Ariela dengan pandangan yang sulit di artikan.

Setelah satu jam, Ariela sampai di kantor polisi, dia masuk kedalam ruangan kecil untuk di interogasi tahap lanjutan usai memberi keterangan yang di anggap tak lengkap oleh tim penyidik. Ariela juga bingung kenapa dirinya kerap kali di jadikan batu lompatan saat ada korban di Universitas Polonia. Secara dirinya juga murid baru, bukan?

"Nona, di pukul sembilan malam hari Senin lalu anda berada dimana?" tanya seorang pria yang duduk dikursi berbatas meja kecil didepan Ariela

"Lupa" jawabnya singkat

"Bisakah anda mengingat sedikit saja?"

"Tidak" kata Ariela singkat disertai gelengan kepala

"Kami telah memeriksa ponsel anda, disana ada panggilan atas nama Alana. Kalian juga ada janji akan bertemu kala itu?" selidik Teman pria pertama yang ada disebelah Ariela berjarak setengah meter

"Lalu?"

"Anda pasti keluar di jam itu" kata tim penyidik

"Iya, lalu?" Ariela mencoba membalikkan perkataan

"kemana anda pergi?" penyidik mencoba bersabar

Wajah Ariela sangat tenang. Bahkan tak akan ada yang menyangka wajah setenang itu adalah pelakunya. Dan Ariela juga merasa dia tidak melakukan kesalahan, apa yang harus di buktikan. Pikirnya!

"Kami makan Roti kukus di pinggiran jembatan Hanggar, membeli perlengkapan ke supermarket kota xxx dan setelahnya kami pulang. Itu saja, tidak lebih" pungkas Ariela dengan satu tarikan napas

Pria didepan Ariela langsung mengeluarkan handphone dari dalam celah jaket di pergelangan tangannya, nampak menekan sebuah tombol lalu setelah tersambung pria itu berucap

"Periksa lokasi yang disebutkan!"

Usai mendapat jawaban itu, panggilan di putuskan sepihak. Kemudian dia kembali fokus pada Ariela "Bisa kau ingat kapan kali terakhir kau memegang sebilah pisau bermata tajam?"

"Semalam. Aku memakainya untuk mengiris daging"

Mata Ariela nampak berkilat saat mengatakannya. Tak ada keraguan atau rasa takut apapun ketika bibir mungil itu mengucapkannya

"Kau sepertinya ahli dalam bermain benda tajam?"

"Benar itu sangat menyenangkan" kata Ariela lagi

Lalu, detik kelima Ariela tertawa kencang hingga perutnya terasa sakit. Gadis itu terus tertawa sambil meremas pinggangnya

"Hentikan!"

"ha-"

"cukup, berikan saja keterangan mu. Setelahnya kau boleh pulang" ucap penyidik senior

Kriet... Kaki Ariela berdiri, tanpa ucapan terimakasih gadis itu berjalan ke arah pintu keluar. Dalam setiap langkah tak ada ekspresi apapun. Setelah Memberi keterangan, telepon miliknya bergetar terpampang nama yang membuat senyuman Ariela sangat kecut

"Ada apa, katakan! Aku sibuk" ujarnya setelah mengangkat panggilan. Ariela berdiri di pojokan kantor polisi masih dengan beberapa mata yang mengawasi

"Katakan, berapa yang harus aku kirim?"

"Baik, secepatnya aku berikan. Setelah ini jangan ganggu aku sampai akhir bulan"

...

Huh..... Ketika berbalik, Ariela terkejut setengah mati. Nyaris saja dia terjengkang, bagaimana tidak. didepan wajahnya Alana tengah berdiri dengan wajah garang, tak lupa kacamata serupa dengan milik Ariela dia kenakan

"Kau ini, mau buat aku mati?" ucap Ariela masih memegangi dada

"Bagus. Sejak kapan kau ada disini?" bukan menjawab Alana justru membalikkan pertanyaan

"ckck, sudahlah. Lagian udh mau selesai kok" kata Ariela mulai stabil akan keadaan

"Selesai?"

"Kamu di tuduh lagi Ar?"

Ariela hanya bisa mengangguk saja kemudian Alana berkata dengan helaan napas panjang "huufff.. Tunggu, sebentar lagi pengacara Abangku akan datang membantu kita"

"ngomong-ngomong kamu kok tau aku ada disini?"

Alana hanya menggerakkan gempalan tangan disamping telinga seakan berkata 'Ada kabar sampai padaku' sedangkan Ariela hanya bisa membulatkan mulut saja. Tak heran demikian, karena ini bukan kali pertama Putri konglomerat Eropa itu turun tangan membantu Ariela. Sungkan, tentu saja tapi sebagai orang bawah, Ariela sangat butuh bantuan

"Makasih Al, kamu selalu baik sama aku" ada nada sedih disana

Kedua gadis itu duduk pada kursi depan kantor Polisi seraya menanti pengacara mereka tiba

"Kamu ini, ada-ada saja. Kita kan sahabat, harus saling bantu"

"iya, tapi aku gak pernah bantuin kamu sebanyak kamu bantu aku" ucap Ariela

"Tenang aja, santai!"

Alana menepuk lembut bahu sahabatnya, dia tahu bagaimana kesusahan ekonomi Ariela. Bahkan jika untuk makan saja, keluarga Ariela harus menunggu kiriman uang dari sang anak. Ariela bekerja sampingan sebagai waitres di salah kafe ternama di ibu kota dan semua juga tak luput atas bantuan Alana

"Doain aku semoga bisa balas kebaikan kamu"

"Dih, mau ngapain kamu ngomong gitu?"

"Aku, a-aku "

"Apa?" tanya Alana menatap lurus sahabatnya "Malu? Karena aku selalu bantuin kamu?"

Ariela mengangguk "udah gak usah di pikirin lah"

Mereka berbincang membahas seputar kampus, tak lama berbincang seorang lelaki berusia matang datang mendekat

"Maaf Nona, saya terlambat"

"nggak apa, masuk saja dan langsung bereskan masalahnya. Aku gak mau mereka semua menganggap Ariela sebagai penjahat, padahal jelas-jelas anak merekalah penjahat sesungguhnya"

"Baik, Nona. Mari!"

Mobil Misterius

Dua hari sudah berlalu pasca kejadian menggemparkan universitas. Agaknya berita panas itu sedikit mereda. Sejak pengacara besar yang dibawa oleh Alana tempo hari berhasil menyelesaikan kasus tanpa halangan apapun, Ariela dinyatakan TIDAK bersalah. Sejak itu kasak-kusuk tentang sang gadis culun tersebut pun sedikit redam.

"kok bisa ya dia bebas? Tapi ngomong-ngomong Anita langsung pindah kampus, cuma Xerlin yang tetap disini"

"Betul, aku jadi curiga kalau si culun itu punya ba-"

"Hai, boleh duduk disini?" tanya seorang pria jangkung memotong percakapan dua gadis yang masih dengan begitu bodohnya, betah meragukan hal yang sudah terbukti benar adanya tapi tidak sesuai keinginan mereka.

"a in oh iya silahkan kak" ucap seorang di antaranya malu-malu. Pasalnya pria yang baru saja meminta izin duduk itu masuk dalam deretan pria idaman universitas meskipun sudah pernah di beritakan menjadi seorang tersangka pembunuhan

"Kalian asyik banget, ngomongin apa?" ujar Pria itu sambil mencomot kentang goreng miliknya

Kedua gadis itu saling pandang, sebegitu jelaskah mereka terlihat tengah membicarakan hal yang menggemparkan beberapa saat lalu?

"nggak, nggak ada, kita cuma bahas hal-hal yang lagi trend di kampus iya kan?" senggolnya pada temen sebelah "Secara kan, Kampus kita ni termasuk famous kak" dengan cengiran palsu di wajah satunya lagi berbicara pada si Pria, terlihat kakak kelas itu mengangguk pelan.

 Ketiganya nampak mulai fokus pada makanan masing-masing. Setelahnya, kedua gadis itu pamit undur diri lebih dulu, bagaimana pun duduk dengan pria dingin versi universitas membuat mereka merasa tak nyaman, selain itu pria ini mempunyai catatan kriminal yaitu pernah tersebar gosip jika dulu dirinya adalah orang yang tersangka membunuh sang kekasih. Yah, walau terbukti tidak benar tetap saja ada rasa ngeri dalam benak siapapun yang mendekat

Jam menunjukkan angka 15:45, hari ini Ariela memasuki jam kelas sore hingga malam hari. Seperti biasa gadis cantik berkacamata dengan kemeja warna burgundy duduk dengan tenang melihat panorama kota yang begitu menyejukkan. Lalu lalang kendaraan, orang-orang berjalan kaki serta para hewan peliharaan begitu ramai memenuhi jalanan kota. Gadis itu turun setelah bis berhenti di stasiun terakhir. Tak jauh dari sana gedung coklat bermotif klasik sudah terpampang, mata cantik itu mendongak melihat gerbang hitam besar didepannya

Menarik napas dengan pelan, Ariela mulai melangkah perlahan. "Semoga lebih baik" ucapnya

"Hai, udh lama sampainya?" suara cempreng milik Alana menghiasi gendang telinga Ariela, dia menoleh. Pelukan singkat keduanya kemudian bersamaan melangkah masuk

"Hari ini kamu nginep di tempat aku ya! Kebetulan Mommy datang"

Ariela nampak mengerutkan bibir "Ibu Alena? Tumben banget" ucapnya

Alana nampak mengangkat bahu "Tau tuh, paling sekalian mampir dirumah Abang Arya"

Ariela beroh ria, keduanya bersamaan memasuki kelas, duduk berdekatan. Setelahnya seorang pria berpakaian rapi dengan model rambut cutt buzz memasuki ruangan, di tangannya terdapat dua buku tebal serta kacamata bening turut menghiasi mata sang dosen

"Halo, perjumpaan kali ini akan kita bahas mengenai struktur-" perlahan suara bass itu mulai terdengar, ada beberapa mahasiswi yang tidak begitu fokus, mereka lebih terkesan memandangi wajah sang dosen yang nampak mempesona di usia matang. Anehnya, Alana melihat mata dosen itu mencuri pandang ke arah Ariela, yang di tuju malah tidak perduli sama sekali. Hingga tiba-tiba "Kamu" pulpen mahal dalam tangan pria mengacung ke arah depan. Semua mata mengikuti arah tunjuk pulpen sang dosen dan berakhir pandangan mereka jatuh pada Ariela

"Saya?" tunjuk Ariela pada diri sendiri

"Maju kedepan, jelaskan apa yang saya katakan tadi secara rinci tanpa terlewat satu kata pun!" perintahnya dengan suara tegas

Tanpa kata, Ariela maju. Tiap langkah kakinya mendapat sorotan berbagai macam. Tak ayal pandangan mencemoh lebih banyak seakan meragukan gadis itu, semua tak sesuai dugaan. Ariela berhasil menjelaskan secara keseluruhan perkataan dosen tersebut, bahkan tak satupun tertinggal. Satu kelas terpelongo bahkan ada yang berbisik akan kejeniusan Ariela

Prok.. Prokk... "Awesome" ujar dosen bertepuk tangan bangga, dia melangkah mengitari sang gadis yang terlihat sangat tenang bagai air danau

"Baik, silahkan duduk"

Ariela membungkuk sedikit lalu mulai berjalan tanpa membalas sepatah kata hingga melewati bangku Alana, sang sahabat tersenyum miring sambil menggerakkan jempol ke kiri-kanan

Dua jam sudah berlalu, akhirnya pembelajaran selesai, sesuai janji Ariela ikut pulang. Saat di lampu merah mobil Alana bersebelahan dengan BMW hitam, tanpa sengaja Ariela menoleh disela kaca jendela yang sengaja diturunkan setengah, matanya menyipit karena melihat bayangan silet bertubuh besar dibalik kaca yang juga terbuka kecil didepan sana. Beberapa puluh detik berlalu hingga suara klakson mengagetkan Ariela, gadis itu menoleh ke samping terlihat Alana terkekeh kecil

"Lihat apa, cowok ganteng?" tanya Alana menggoda

"Apaan sih? Jalan, buruan!"

"Siap ketuaaa" gadis itu membentuk gerakan hormat dengan tangan kiri menghadap sahabatnya.

Mobil Maserati dengan warna merah menyala meluncur begitu cepat secara mendadak membuat penumpang disebelahnya terbentur kebelakang

"ALANAAA" Peki Ariela

Hahahhaa "Ayo kita senang-senang" ujar Alana menjerit

Atap mobil mewah sengaja Alana buka, agar keduanya bisa merasakan angin malam. Tanpa sengaja mata Ariela kembali memandang sekitar dan jatuh pada mobil BMW yang sama dengan yang dia lihat di lampu merah tadi

Plak.. Tepukan di bahu membuat gadis kacamata itu tersadar dari lamunannya.

"Ar, oi oi. Ngelamun?"

"Gak kok, Al kamu bawa bodyguard ya?"

"Ha?"

"Bodyguard?" beo Alana lagi

Ariela mengangguk, tapi Alana malah menggeleng. Sepertinya ada bahaya batin Alana, gadis itu dengan gesit mencari jalanan sepi kemudian tanpa di duga Alana melakukan sirkuit berjalan beberapa meter kedepan sampai memasuki gang sempit. Hingga Ariela memunculkan senyum tipis saat keduanya berada di jalan gelap, gadis itu begitu lincah dalam segala situasi

Di jalanan ibukota, ada seorang pengendara yang tengah mengumpat kasar sambil memukul setir dengan kuat

"Gadis sialan, ternyata dia handal juga" umpatnya lagi

Mobil yang di kendarai berputar ke sembarang arah, melesat menembus kegelapan malam

"Wow, kamu hebat! Bahkan kamu bisa faham kode bahaya dari ucapanku" puji Ariela

"Ck, biasa aja!" kata Alana tersenyum pongah

"kamu kok bisa kepikiran nanya begitu?" tanya Alana "tu mobil dari lampu merah jalan Garden aku curiga ngikutin mobil kamu. Awalnya aku pikir kebetulan, tapi tadi sewaktu kamu buka sun roof mobil itu beneran ngikutin kita" terang Ariela panjang lebar

Dring...... Telepon Alana berdering ada nama Mommy dalam layar dashboard miliknya, keduanya secara bersamaan berkata dalam penggilan berbeda

"Mama-"

"Tante?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!