Siang itu keadaan cuaca lain dari hari sebelumnya, ya saat ini hujan baru saja turun dan membuat genangan air di mana -mana.
Dan aku bisanya naik taxi atau ojek, tapi kali ini tidak, karena cuaca masih mendung gara - gara hujan tadi.
Sebenarnya jarak antara rumahku dengan sekolah tidak begitu jauh, tapi karena biasanya panas dan pohon besar tidak ada di tepi jalan untuk berteduh makanya aku sering naik ojek atau taxi.
Dengan santai aku berjalan di tepi jalan sambil sesekali melompat menghindari genangan air, tapi tiba - tiba,
CHASS...
Baju seragamku apes kena air becek.
"Hei beg*! Kalau naik mobil itu hati - hati! Lihat - lihat dong orang yang lewat!" teriakku sambil mengibas - ibas baju dan rok seragamku.
"Hei, apa kau bilang!" tiba - tiba seorang cowok mendekatiku, dan aku mendongak melihat wajahnya yang tinggi.
'Oo.. Ternyata cowok ini yang mengendarai mobil tadi, dengan melihat Jas dan atribut menempel di dadanya, dia satu sekolah denganku' pikirku.
"Masa kamu tidak dengar?!" ucapku dengan merasa tidak takut, padahal dag dig dug sedikit takut.
"Aku ingin mendengarnya lagi." ucapnya dengan senyum mengejek. Aku juga membalas tatapannya dengan tersenyum sinis.
"Hajar saja!" seru teman - temannya dari dalam mobil. Aku lihat di antara teman - temannya itu ada Lisa, dengan lagaknya yang angkuh dia berdiri bersandar di mobil dengan melipat tangannya di depan dadanya sambil tersenyum sinis menatapku.
Dia memang membenciku dari dulu, tidak tahu kenapa.
Kembali ku perhatikan cowok di hadapanku, ganteng juga, kulihat papan namanya, aku terkejut tapi kembali aku pura - pura santai. Ternyata dia ALDO, bajingan di sekolah kami, dengan kata lain Premannya, kepala suku dalam kebrutalan.
Baru kemaren Susi teman sebangkuku bercerita tentang dia, tiba - tiba sudah nongol aja sekarang di depan mata.
Dia juga anak Sultan, dan pantasan Lisa berteman dengan dia.
"Kok diam? Kau takut mengatakannya?!" tanyanya lagi dengan senyum mengejek. Hah! Dia kira aku takut apa.
"Kau B.. e.. g.. o..!" jawabku lantang.
Dia membelalakan matanya melotot kepadaku, tangannya sudah bersiap akan menamparku, aku mengerutkan leherku dan memegang pipiku agar tidak sakit saat terkena tangannya.
Tapi tangannya tidak pernah sampai mendarat dipipiku, ternyata Andi cepat datang dan menahan tangan Aldo
"Hei, kalau kau preman kelas kakap aku rasa kau pasti malu mendaratkan tanganmu ke wajah perempuan, hanya karena masalah sepele saja!" andi membelaku, akupun tersenyum mengejek menatap Aldo. Hmm pahlawanku datang, jadi apa kau? Ucapku dalam hati.
Aldo menatapku dengan tajam dan berlalu masuk ke dalam mobilnya, ketika semua temannya sudah masuk dia menancap gas dengan emosi.
"Kau tidak apa - apa?" tanya Andi.
"hmm, aku tidak apa - apa, cuma bajuku kotor." ucapku sambil memperlihatkan baju dan rok ku yang kena air becek.
"Ya sudah, biar saya antar pulang naik motor, lagian arah rumah kita searah." ucap Andi. Aku hanya mengangguk dan naik ke atas motor anda, aku memegang pundaknya agar tidak jatuh.
Dan tak berapa lama aku telah sampai di depan rumahku, karena memang jarak sekolah tidak terlalu jauh hanya saja berkelok masuk gang.
Aku menyerahkan helm yang tadi di berikan Andi kepadaku sewaktu aku naik ke motornya.
"Makasih ya Andi, maaf merepotkan"
"tidak apa - apa, sudah sana masuk"
Aku mengangguk dan masuk kehalaman rumahku.
Pagi ini aku lebih cepat dari biasanya pergi ke sekolah, dengan alasan agar jangan sampai ketemu dengan Aldo, karena kemaren aku telah memprovokasinya.
Karena menurut cerita dari temanku susi, dia akan membalas dendam kepada orang yang melawannya, apa lagi sesuatu yang membuat dia malu. Bukankah aku suda membuat dia malu kemaren? Hiks.. Hiks.. Mengerikan nasibku.
Dengan mengendap - endap aku memasuki halaman sekolah lewat gerbang depan, dan dengan tidak sengaja aku melihat ke parkiran. Astaga..! Aku melihat mobil Aldo sudah bertengger di sana, aish.. Aku kalah cepat datangnya.
Akhirnya dengan setengah berlari aku memasuki kelas, karena kelas sepi aku menjadi ketakutan, bagaimana kalau dia datang? Setelah aku meletakkan tasku ke dalam laci meja, aku bergegas ke kantin, tepat ramai lebih aman, pikirku.
Setengah berlari aku keluar dari kelasku hendak menuju kantin, tapi tetap terlambat. Aldo sudah berdiri di ambang pintu menghalangi jalanku dengan merentangkan ke dua tangannya memegang kusen pintu kiri dan kanan.
Aku ketakutan dan mundur yang tadinya hampir menabraknya. Aku berdehem dan menetralkan nafasku yang tadi sempat terkejut, aku pura - pura santai.
"kamu mengagetkanku, apa maumu? Jangan menghalang di pintu, aku mau keluar." Aku sok Amnesia masalah kemaren.
Dia tersenyum sinis dan menatap dengan jijik.
"Kamu pasti tahu tujuanku datang kesini bukan?"
"Tidak, minggir jangan menghalangi jalan." ucapku acuh.
"Aku ingin balas dendam kepadamu." ucapnya dingin.
Aku terkejut serasa jantungku hampir copot, mama.. Tolong batinku. Wajahnya terlihat serius, tapi aku kembali menetralkan diriku se rilex mungkin.
"Oh ya...? Jadi kamu mau ceburin aku ke got?"
"Bukan, ck itu kerjaan anak kecil."
"Jadi, balas dendam apa yang kamu rencanakan?" aku sedikit takut dan penasaran juga.
"Tunggu saja, aku akan mempermalukanmu di depan orang banyak."
"Hah? Bukankah kemaren kau juga sudah mempermalukanku? Apa kau belum puas?"
"Belum"
"Emangnya aku punya salah apa lagi padamu? Aku sama sekali tidak mengenalmu sebelumnya dan kita juga tidak pernah bertegur sapa!"
"Tapi kamu mengenal Lisa kan?
"Oh.. Jadi masalah dia, hei.. Begini ya, beritahu sama PACAR mu itu, kalau dia punya masalah denganku, datang saja temui aku. Kita berdua sesama perempuan yang akan menyelesaikannya. Jangan mengadu sama PACAR nya untuk berhadapan sama aku, apa kau tidak malu di Adu Domba dengan masalah yang aku pun tak tahu." Ucapku dengan melipat tanganku di dada dan sesekali aku seperti berpuisi dengan tangku ke kiri dan ke kanan dengan bersemangat.
Aku mengibaskan tangannya dan aku bermaksud untuk keluar, karena tangannya itu yang menghalangi jalanku keluar dari pintu. Tapi tiba - tiba tangannya menarik lenganku membuat aku menjerit kesakitan.
"Hei! Apa - apaan sih, sakit tau" aku mencoba melepaskan lenganku, tapi hanya sia - sia, dia mencengkram sangat kuat.
"Kalau kau meronta, malah lebih sakit" ucapnya yang sudah membuat aku terpojok di dinding samping pintu. Aku menatapnya dengan tajam, tapi tiba - tiba Andi datang.
"Hei! Apa - apaan ini?!"
Tapi dengan cepat tangan Aldo yang satunya sudah mendarat di wajah Andi, diapun terkejut dan terjatuh.
"Kau gila..!" Aku berteriak dan berusaha melepaskan tangan Aldo yang mencengkram lenganku. Dan berhasil, dia merenggangkan sedikit cengkramannya tadi.
Aku mendekati Andi dan mengeluarkan sapu tanganku untuk melap darah segar yang keluar dari hidungnya.
Melihat adegan ini, Aldo menatap kami berdua dengan wajah jengkel.
Cuuiihh..! Sambil berludah dia meninggalkan kami.
"Sakit?" tanyaku
"enggak kok, aku ngak apa - apa." jelasnya.
Aku menggeleng dan memapah dia kebangku tempat duduknya, dan setelah itu Susi datang.
"Hei, Andi kenapa?" dia mendekati kami dan memegang bahu Andi.
"Aldo" jawabku singkat.
"Maksudmu, Aldo memukulnya?" Aku hanya mengangguk.
"Wah, kurang ajar dia" ujar susi sambil mengepal tangannya.
"Sudah, sudah kita tidak bisa lagi ngurusi orang yang emosian seperti dia, bisa bahaya. Kita yang tak bisa jurus apa -apa." ucapku lesu.
Ah, coba waktu bisa di ulang, lebih baik aku tidak berbicara kemaren. Penyesalan selalu terlambat.
"Tapi ini sudah keterlaluan" susi keberatan.
"Sudah deh sus, aku tidak apa - apa kok." Andi buka suara, susi cuma bisa nyengir.
Ketika pulang sekolah, tiba - tiba Ririn dari kelas sebelah datang menghampiri.
"Hei, kebetulan nih" ucapnya membuka pembicaraan.
"Ada apa?" tanyaku
"Ini nih.. Besok malam kan malam minggu.."
"Lantas..?" potong susi
"Aduh.. Belum selesai ngomong sudah di potong." cetus Ririn
"udah, udah, terus?" aku penasaran.
"Wina, mengundang kamu kamu semua untuk hadir di acara ulang tahunnya."
"Ohhh.." ucap kami serempak.
"kok, nggak pake kertas undangan?" Andi bertanya.
"Waduh, sudah kehabisan, cuma kurang 3, ya untuk kalian bertiga saja. Makanya Wina nyuruh aku yang undang kalian secara langsung. Nanggung kalau beli lagi kertas undangannya, cuma kurang 3 soalnya." jelasnya
"Ok, kami akan datang." sahutku
"Pasti ya, jangan sampai tidak datang, nanti aku yang di marahi sama Wina." ucapnya
"lho, kenapa harus di marah?" aku mengkerutkan dahi.
"Kalian kan teman- teman dekatnya, tadi aja aku di marahi karena tidak menulis surat undangan untuk kalian. Soalnya aku pelupa dan yang mau di undang banyak banget, jadi kelupaan deh." jelasnya dengan tersenyum, kami cuma manggut - manggut.
"Kalian harus datang ya." ucapnya lagi sambil berlalu, kami hanya mengangguk.
"Agak aneh nggak?"
"hmm" ucap mereka berdua.
"kalau kalian pergi, aku pergi. Kalau kalian tidak pergi aku juga tidak. Aku takut sih mana tau ada trik kalau kita sendiri - sendiri." ucapku
"Ya sudah, kami akan menjemputmu besok." ucap Andi.
***
Kulirik jam tanganku, sudah pukul 7 malam, Susi dan Andi belum juga datang. Aku kembali melihat penampilanku di cermin. Aku rasa sudah cukup cocok dengan pesta ulang tahun anak remaja, dengan memakai celana jeans hitam panjang dan tang top satin lembut berwarna pink soft sampai pangkal paha.
Dengan makeup yang mini malis, rambut panjangku ku ikat ke atas.
Tin.. Tin..
Aku mendengar klakson mobil, itu pasti mereka dengan bergegas aku keluar menghampiri mereka dengan membawa kado yang sudah ku persiapkan untuk Wina.
Sampai di Rumah Wina, suasana sudah cukup ramai. Kami memasuki rumah megah tersebut dan memberikan kado yang kami bawa kepada penerima tamu, sesampai di dalam kami melihat Wina lagi di kerumuni teman - temannya dan cowok ganteng, jadi nanti sajalah mengucapkan selamatnya. Tapi ternyata ketika kami berjalan dia melihat kami, dia melambaikan tangannya dan aku membalas.
Rangakian acara telah di lewati kini tinggal acara dansa, atau menari berpasangan. Musik mengalun slow dengan musik melow yang membuat orang berdansa semakin rapat.
Andi mengajakku berdansa, hmm, asyik juga. Lama kami berpelukan dan sesekali berputar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!