NovelToon NovelToon

Between Orion And Cassiopeia

PROLOG

"Ayo Sayang lebih kencang lagi mengejannya, sebentar lagi malaikat kita akan keluar!" kata sang pria yang memberikan semangat pada seorang wanita yang berstatus istrinya.

“Rain, jika tahu seperti ini rasa sakitnya. Aku tidak ingin melahirkan lagi!" pekik Sunny.

Mendengar jeritan sang istri, sontak membuat Rain menelan ludahnya kasar.

“Tidak ingin melahirkan, berarti dia tidak ingin hamil lagi, dan parahnya tidak ada ... tidak!" batinnya menjerit.

“Sayang, kau tidak serius, kan. Ayolah, punya anak lagi, masa kita kalah dengan Triton, dia saja sudah memiliki dua anak, masa kita hanya satu, sih. Jangan mau kalah dong?!" ucap Rain mengeluarkan segala unek-uneknya, di tengah persalinan sang istri.

“Seenaknya saja bicara! Melahirkan bayi itu sakit dan itu bukan persaingan. Kau ini bagaimana. Argh?!" hardik Sunny sambil mengejan kuat.

“Ayo, Nyonya. Dorong lebih kuat lagi, tinggal sedikit lagi bayinya akan lahir!" instruksi dokter kandungan yang menangani persalinan Sunny.

Tiga jam kemudian ....

Tangis bayi sudah terdengar keras memenuhi ruangan persalinan. Bersamaan dengan tangis bahagia seorang Rain Jonathan yang kini resmi menjadi seorang ayah.

“Selamat Tuan Jonathan. Putri Anda lahir selamat, dia cantik sekali seperti ibunya," ujar dokter yang menangani persalinan Sunny, kemudian menyerahkan bayi tersebut pada Rain, untuk digendongnya.“Silakan, hati-hati menggendongnya."

Rain menerima bayinya dengan penuh sukacita, ia memandang Sunny istrinya, “Anak kita, Sayang. Terima kasih karena sudah melahirkan malaikat cantik untukku."

“Siapa namanya?" tanya Dokter itu lagi.

“Namanya adalah Irene Cassiopeia Jonathan, aku berharap ia membawa rasa damai bagi siapa pun yang melihatnya," kata Rain.

“Permisi, Tuan. Kami akan membersihkan bayi Anda," ujar perawat yang membantu persalinan istrinya.

“Silakan, Dokter." Rain menyerahkan bayinya pada perawat untuk dibersihkan.

“Dokter bagaimana kondisi istri saya?" tanya Rain cemas.

“Istri Anda baik-baik saja, saat ini ia sedang tertidur karena kelelahan, saya akan menyiapkan kamar rawat inap untuk istri Anda, agar bisa langsung beristirahat setelah istri Anda dibersihkan, Tuan," jelas dokter cantik tersebut.

“Ah, terima kasih sudah membantu persalinan istri saya," ucap Rain.

“Sama-sama, itu sudah tugas saya sebagai seorang dokter."

Setelah Sunny sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, kamarnya terus menerus kedatangan beberapa anggota keluarga yang datang silih berganti.

“Honey, bagaimana kabar menantu kesayangan Mommy?" tanya Vincentia. Oh, wanita paruh baya ini begitu antusias kala mendengar sang cucu akan segera lahir ke dunia.

Sunny masih tidur karena kelelahan usai melahirkan dan untuk bayinya sebentar lagi akan dibawa kemari.

“Laki-laki atau perempuan?" tanya Tania. Ibunda dari Sunny ini sangat cemas mendengar sang anak akan melahirkan. Sebagai seorang ibu tentu ia berharap anaknya baik-baik saja dan cucunya lahir dengan selamat.

“Perempuan, Ma. Kalian memiliki cucu yang sangat cantik jelita, dan aku masih tak menyangka aku telah menjadi seorang ayah!" jelas Rain dengan antusias.

Mendengar penjelasan anak mereka, para orang tua berteriak kegirangan, mereka tenggelam dalam perasaan bahagia menyambut anggota keluarga baru.

Bayi Rain dan Sunny sudah di antar menuju ruang rawat.

Para orang tua sangat antusias melihat cucu pertama di keluarga mereka.

“Wah, lihat, dia cantik sekali!" pekik Vincentia merasa gemas.

“Sayang, lihat cucu kita, sangat cantik, bukan?" tanya Vincentia pada suaminya.

“Oh, Little Princess, aku berjanji akan selalu memanjakan Princess kita," janji Antonio.

“Dia sungguh cantik seperti Sunny. Hanya matanya saja yang mirip dengan anak itu. Selebihnya mirip menantu kesayanganku," kata Vincentia.

“Beruntungnya cucuku mewarisi fisik ibunya, bukan ayahnya ha-ha-ha ...." tawa Antonio. Rain yang mendengar ujaran ayahnya hanya mendengus.

“Daddy pikir anakku bisa cantik begini itu karena siapa, selain istriku? Harus kau ketahui ya, Dad. Benih anakmu ini merupakan benih unggulan, kau tahu?" ucap Rain dengan percaya diri. Antonio hanya mencibir tanpa suara.

Mereka terhanyut dalam suasana menyambut anggota keluarga baru sampai akhirnya dikejutkan oleh suara pintu yang terbuka.

Tampaklah pasangan Titan dan Hera yang datang membesuk, dan melihat keponakan baru mereka.

“Wah, apa ini keponakanku, dia cantik sekali seperti Sunny?!" tanya Titan sedikit antusias.

“Berisik, dasar lumba-lumba!"

“Ah, kau benar, Sayang. Lihat jarinya begitu mungil. Manis sekali!" sahut Hera.

Dan masih banyak lagi pujian yang menyatakan perasaan kagum akan bayi mungil tersebut. Beberapa kerabat terus berdatangan dan memberikan ucapan selamat untuk Rain dan Sunny.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Waktu terus berjalan, tak terasa kini para anak-anak sudah menginjak usia anak-anak. Hingga kehidupan rumah semakin ramai dan berwarna, contohnya seperti saat ini.

“Daddy, apa kita akan ke rumah Granddad, nanti?"

“Tentu Princess. Kita akan berkumpul di sana. Granddad akan mengadakan pesta barbeque sore nanti. Oleh karena itu berdandanlah yang cantik, buat mereka terpesona dengan kecantikan Princess kesayangan Daddy, kau mengerti?"

Gadis kecil itu mengangguk pipi gembulnya bergerak-gerak lucu, hingga membuat sang daddy merasa gemas.

“Apa yang kau ajarkan pada putri kecilmu, Rain?" tanya istrinya yang muncul dari dapur dengan membawa sebuah nampan yang berisi sepiring puding dan segelas jus jeruk.

“Aku tidak mengajarinya apa pun, hanya menyuruhnya untuk berdandan cantik nanti sore. Kau tahu, kan putri kita sangat mempesona? Aku hanya ingin putriku bersinar dan menjadi magnet bagi siapapun yang melihatnya," jelas Rain.

“Aku tidak ingin anakku menjadi sombong, ia bisa besar kepala nantinya," sahut Sunny.

“Tidak akan sayang, kau seorang ibu yang hebat. Selalu mendidik anak-anaknya untuk selalu rendah hati."

“Omong-omong, apa yang sedang dilakukan Triton saat ini, ya. Kau sudah bilang padanya untuk berangkat bersama, kan?" tanya Sunny.

“Tentu saja, aku sudah bilang pada manusia jelmaan kelinci sadis itu, entah apa yang sedang dilakukannya saat ini? Mungkin sedang menjinakkan anak kelincinya," jawab Rain sembari terkekeh.

Kita lihat apa yang terjadi di kediaman Mr. Stevenson kali ini. Terlihat sang tuan rumah, dengan wajah yang sedikit memerah karena menahan amarah yang telah berkumpul menjadi satu di ubun-ubun, seakan siap meledak kapan saja.

Apa yang menjadi penyebabnya?

Jawabannya ialah karena dua kelinci berandal ini. Ya, mungkin mereka berdua baru saja membuat kenakalan yang mampu membuat ayahnya murka.

Dua bocah kembar tak identik itu saling melempar pandangan satu sama lain, sebelum menatap sang daddy. Raut daddy-nya terlihat sangat tidak bersahabat. Sorot matanya yang tajam seolah mampu menelan mereka hidup-hidup kapan saja.

“Sekarang katakan pada Daddy, di mana kelinci milik tetangga kita, Boys. Dan apa yang kalian lakukan pada kelincinya?!" desis Triton. Meski wajahnya tampak tersenyum manis bak seorang malaikat surga. Namun, percayalah, bagi kedua anak ini senyuman milik sang daddy seperti senyuman iblis yang siap melenyapkan mereka kapan saja.

“Kami akan menjawab dengan jujur, tapi janji Daddy jangan marah," cicit Leander, si bungsu Stevenson.

“Kami tidak berniat jahat pada kelincinya. Kami hanya melakukan eksperimen, bagaimana jika kelinci itu minum sebotol soda. Cuaca hari ini, kan panas, Daddy," jelas si sulung mencoba tak gentar.

Demi istrinya yang cantik jelita bagai bidadari. Apakah anaknya itu salah menyantap menu makan siang hari ini. Bisa-bisanya mereka memberikan sebotol minuman bersoda untuk seekor kelinci?

“Baiklah," Triton menghela napas. “Sekarang katakan pada Daddy di mana kalian menyembunyikan kelinci milik tetangga sebelah?"

“Di belakang rumah. Kami meletakkannya di sana," jawab Orion dengan wajah polosnya.

“Oh my, sepertinya aku salah tahapan ketika membuat adonan mereka, doaku salah waktu itu, kenapa sekarang mereka menjadi luar biasa seperti ini?" desis Triton.

“Daddy mengatakan sesuatu?" tanya Orion.

“Lupakan, Nak. Ini jeritan hati orang dewasa, kau tidak perlu tahu," jawab Triton cepat. Berurusan dengan putranya sering membuatnya sakit kepala.

Triton berjalan tergesa menuju halaman belakang, lalu mengambil kelinci malang tersebut untuk segera diberi pertolongan.

“Dad, kelincinya mau diapakan?" Leander muncul menyusul sang ayah, begitupun dengan Orion.

“Dijadikan sate," celetuk Triton sekenanya. 

Hampir saja Leander percaya, keningnya bahkan langsung mengkerut ketika mendengar jawaban asal-asalan tersebut. 

"Tentu saja akan Daddy bawa ke dokter hewan," lanjut Triton setelah menyadari kebingungan dari wajah kedua anaknya.

Mulut kecil Leander sempat membulat, baru memahami perkataan sang ayah. 

Bocah tampan itu berjalan perlahan mengikuti langkah kaki Triton. Diikuti Orion yang juga melakukan hal serupa.

"Oh, iya, sore nanti kita akan mengadakan pesta barbeque di rumah Granddad Antonio. Jaga perilaku kalian dan jangan berbuat ulah, kalian mengerti?"

“Siap, Kapten!" seru Orion dan Leander secara bersamaan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sesuai janji, sore ini mereka sudah berkumpul di kediaman Antonio. Para suami bertugas untuk membakar daging, sementara para istri sibuk menyiapkan peralatan makan.

“Cleo, kudengar anak-anakmu melakukan eksperimen lagi hari ini?" tanya Sunny, membuka pembicaraan.

“Ya, seperti yang kau ketahui, Sunny. Anak-anak kami memang sangat luar biasa unik. Tak jarang mereka membuat ayahnya sakit kepala hampir sepanjang waktu." 

Seiring Cleo bercerita, tawa renyah dari orang-orang mulai terdengar mengudara, mencipatakan suasana yang hidup, hangat, dan ceria.

“Aduh, aku tak menyangka anak kalian masih sepolos dan selucu itu," komentar Tea di sela-sela tawanya.

“Ya, begitulah anak-anakku, Te." Cleo menghela napas, lalu membuangnya perlahan.

Sementara itu, anak-anak mereka justru asyik dengan dunia mereka sendiri. Terutama Orion dan Cassie saat ini. Orion menyelipkan bunga di atas telinga Cassie.

“Kau tampak cantik," pujinya pada Cassie.

“Terima kasih,"Cassie tersenyum malu dengan pipi merona. Membuat Orion merasakan perasaan yang tak biasa diusia yang masih terhitung terlalu dini.

Orion POV (Namaku Orion)

Pagi telah menyapa, sinar matahari mengintip malu-malu melewati celah-celah gorden. Raungan mesin mobil dan motor menjadi melodi pengiring pagi hari ini. Beruntunglah aku segera melaksanakan ritual pagi, tidak membutuhkan banyak waktu, aku lantas menyelesaikan ritual pagiku.

Selesai dengan ritual pagi aku melangkahkan kakiku menuju depan cermin dan melihat sosok pemuda tampan di sana.

Seorang pemuda dengan penampilan yang Wah! Wah! dan Wow!

“Ck, kau memang tampan Orion!"

Halo, namaku Cyril Orion Stevenson. Panggil saja aku Orion, si pangeran kampus yang tampan bagai Dewa Apollo, selain itu aku juga cerdas, dan pastinya kaya.

Aku anak sulung dari dua bersaudara, dan memiliki saudara kembar, bernama Leander Aquila Stevenson. Kami adalah putra dari pasangan fenomenal Triton Verenio Stevenson dan Cleopatra Selena Jonathan.

Banyak hal yang kubenci, dan tidak banyak hal yang kusukai.

Banyak orang mengatakan aku dan adikku sangat-sangat beruntung karena lahir dari keluarga terpandang. Ah, sepertinya itu memang benar. Keluarga Stevenson bukanlah keluarga sembarangan. Mungkin orang memandang keluarga Jonathan yang paling berkuasa karena memiliki segalanya, tapi bagiku itu salah besar.

Menurutku Jonathan dan Stevenson itu sama kuatnya, bahkan jika Daddy dan Granddad ingin, mereka bisa saja mengungguli kekayaan keluarga Jonathan. Sayangnya, keluarga ini agak sedikit aneh. Mereka tidak ingin memamerkan kekayaan yang mereka miliki dan memilih sembunyi di balik bayang-bayang keluarga Jonathan.

Mengenai kehidupan keluarga, karena aku lahir di keluarga Stevenson, aku dididik keras oleh Daddy dan Granddad. Tidak hanya aku, bahkan Lean juga dididik demikian. Kami terbiasa dididik untuk menjadi seorang pemimpin.

Kalian tahu bukan bagaimana kehidupan keluarga Stevenson? Anggota keluarga, dididik keras untuk untuk bertarung dengan tujuan siapa yang pantas untuk memimpin di dunia gelap. Sekaligus memimpin perusahaan turun-temurun Granddad.

Agak lain memang, ini mengingatkanku pada anime Jepang, yang bertarung satu sama lain untuk menjadi pemimpin sebuah clan.

Dan keluarga ini baru saja mengadakan pertarungan hebat antar anggota keluarga. Tentu saja akulah yang keluar sebagai pemenangnya. Setelah bertarung sengit melawan sepupu dan adik kandungku sendiri.

Pada akhirnya, Daddy mempercayakan organisasi gelap itu padaku. Karena sebelumnya Daddy yang memimpin organisasi gelap itu.

Oh iya, saat ini usiaku menginjak 20 tahun, aku belum memiliki kekasih. Namun, aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai. Aku tidak tahu kapan aku bisa menjadikannya sebagai seorang kekasih, tetapi di dalam hati kecilku aku sangat ingin memilikinya, milikku seutuhnya, hanya aku!

“Orion, apakah kau masih hidup. Sudah saatnya kau turun untuk sarapan, jika dalam hitungan ketiga kau tidak segera turun, Daddy bersumpah akan meremukan kepalamu?!" teriak Daddy lantang.

Gawat aku harus turun sekarang juga. Daddy tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dia sangat berbahaya.

Buru-buru aku melangkahkan kakiku ke ruang makan. Di sana sudah ada Mommy, Leander, dan tentu saja Daddy dengan tatapan dinginnya yang menusuk ke dalam diriku.

“Maaf aku terlambat," kataku sambil duduk di kursi makan yang masih kosong.

“Apa yang kau lakukan di kamar, kau bersolo karir?" Daddy-ku melirik sinis ke arahku.

Orang tua macam apa yang bertanya dengan frontal begitu? Sungguh sangat tidak biasa Daddy-ku ini.

“Maaf, Dad. Orion belum minat debut jadi penyanyi," jawabku. Daddy hanya mendengus dan memutar bola matanya malas. “Penyanyi apanya? Suara sumbang begitu berlagak."

Nah, kan. Jika orang tua normal, pasti akan memberikan kata-kata penyemangat untuk anak-anaknya. Akan tetapi Daddy-ku ini berbeda. Kerjaannya hanya mencibir saja. Hah ....

“Yang penting aku tampan!" kataku penuh percaya diri.

“Kau terlahir tampan pun karena gen Daddy menurun padamu. Perlu kau ketahui, benih milikku itu adalah benih unggulan," ucap Daddy dengan percaya dirinya yang tinggi, mungkin nyaris overdosis.

“Honey, bisakah kita mulai sarapannya? Aku tidak mau jika bayi kesayanganku kelaparan saat di kampus nanti," suara Mommy mulai menginterupsi perdebatan kecil kami.

Kami mulai menikmati sarapan dengan tenang, kebiasaan yang diterapkan oleh Daddy kami harus makan dengan tenang, jika tidak, dipastikan piring akan melayang di atas kepalamu.

“Kalian akan kuliah hari ini?" tanya Mommy. Kami hanya mengangguk mengiyakan, kemudian suara Daddy menyahut. “Jangan lupa jemput Cassie. Mobilnya mogok kemarin, dan Sunny tidak bisa mengantar karena ada urusan di butiknya."

Aku hanya mengangguk saja, sudah pasti aku yang disuruh menjemput anak dari Uncle Rain, tidak mungkin Lean. Dia tidak mau, karena katanya Cassie itu aneh dan sangat polos. Gen Aunty Sunny menurun kuat padanya, huh?

Usai sarapan pagi, aku dan Lean bergegas menuju kampus menggunakan mobil masing-masing. Sebelumnya aku mampir ke rumah Uncle Rain terlebih dahulu.

Tidak butuh waktu lama, hanya beberapa menit sudah sampai tujuan. Bersyukurlah jalanan tidak terlalu macet pagi ini.

Kedatanganku tentu disambut oleh pelayan di rumah Uncle. Dan benar saja di sana sudah ada Aunty Sunny dan Cassie. Namun, tak terlihat batang hidung Uncle Rain.

“Orion, kau sudah datang?" sapa Aunty dengan pertanyaan retoris. Aku hanya tersenyum saja, dan menjawab singkat. “Iya, Aunty. Aku dapat kabar dari Daddy kalau mobil Cassie hari ini mogok. Jadi aku yang mengantarnya ke kampus hari ini."

“Ah, begitukah? Aunty senang. Beruntung kau mau mengantar Cassie. Maafkan Aunty ya. Karena Aunty ada urusan di butik sedangkan Uncle-mu sedang tidak enak badan pagi ini. Kau tahu, kan, kalau Cassie tidak diizinkan naik kendaraan umum? Daddy-nya terlalu posesif, 'dunia luar terlalu berbahaya untuk Princess kita,' begitu katanya," jelas Aunty Sunny panjang lebar.

Wajar saja jika Uncle Rain berkata seperti itu, mengingat betapa polos dan naifnya sang putri. Ia selalu beranggapan bahwa setiap manusia itu baik. Di zaman sekarang ini banyak serigala berbulu domba padahal.

Aku mengobrol banyak dengan Aunty. Akan tetapi obrolanku harus terjeda kala Cassie mengatakan jika ia sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Lantas segera saja aku pamit undur diri.

Keheningan menyelimuti kami berdua sejak kami berada di dalam mobil hingga tiba-tiba suara lembut mengudara memecah sebuah keheningan yang tercipta.

“Terima kasih," Cassie tersenyum malu dengan pipi merona, “kau sudah mengantarku."

Aku hanya tersenyum sebagai jawaban. Entah kenapa jika berdua saja dengan Cassie suaraku seperti tertahan di tenggorokan dan tak mampu keluar.

Sesampainya di kampus kami berpisah. Karena kami berbeda jurusan. Cassie memilih jurusan desain seperti mommy-nya.

Bisa kudengar pekikan dari gadis-gadis di sepanjang koridor menuju kelas. Mereka melihatku dengan tatapan memuja, seperti melihat idola kesayangan mereka. Tiba-tiba ....

“Oi, Tuan Muda! Baru berangkat pagi ini?" sapanya padaku dengan pertanyaan. Sudah seperti wartawan saja.

“Aku ada kelas pagi, ada apa memangnya?" jawabku dengan pertanyaan dan melirik dengan malas.

“Kau hanya ada kelas pagi, kan?" tanyanya, “Bagaimana kalau kita nanti menonton?"

“Aku sibuk!" jawabku ketus. Sebenarnya aku sedikit malas berinteraksi hari ini.

“Oh, ayolah. Aku sudah izin dengan Uncle Kelinci untuk pergi denganmu hari ini, dan voila, dia mengizinkan," katanya dengan wajah tak berdosa.

“Baiklah, tapi tunggu Cassie. Dia berangkat denganku hari ini, mobilnya mogok."

“Ei ... Cassie si Princess kampus. Tumben sekali mobilnya mogok?"

“Jangan banyak bertanya. Awas aku mau masuk, kelas dimulai 5 menit lagi!" kataku dan dia segera menyingkir.

Hah ... orang tadi bernama Guido Arche Angkasa. Putra dari Uncle Jupiter. Memiliki hobi makan seperti ayahnya. Meskipun begitu, dia juga jenius seperti ayahnya pula.

Setibanya di kelas, benar saja suasana sudah menjadi riuh, tetapi itu hanya sesaat, karena saat aku menampakan diri suasana kelas yang tadinya riuh menjadi hening seketika.

“Ah, sial kenapa dia bisa satu kelas dengan kita hari ini?"

“Tatapan matanya sangat mengerikan seolah ingin memakan kami hidup-hidup."

“Apa dia tidak bisa bersikap ramah sedikit saja? Sikapnya dingin sekali."

Bisik-bisik mahasiswa mulai terdengar di telingaku, membuatku hanya mendecih dalam diam.

“Mengapa mereka sangat hobi mengomentari orang lain. Padahal mereka tidak ada urusannya dengan hidup orang yang mereka komentari," batinku.

Lima menit sudah berlalu entah mengapa, dosen yang kamu tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Apa Pak Tua itu tidak masuk?

Di mana ketua, mengapa dia tidak memberikan pesan apa pun? Dasar, definisi gaji buta! Ya, meskipun tidak digaji, sih. Akan tetapi, ... ah terserahlah yang penting aku masuk dan tidak bolos.

Orion POV (Membasmi Serangga)

Kelas kosong sudah berakhir 30 menit yang lalu. Aku melangkahkan kakiku menuju kantin fakultas. Memang belum terlalu ramai, tapi aku menyukai suasana ini. Suasana tenang. Aku bergegas memesan makanan untuk mengganjal perutku. Entah kenapa aku tidak pernah merasa kenyang meski sudah sarapan. Makanan yang dibuat Daddy tidak mengandung zat yang berbahaya, bukan?

Setelah mendapatkannya, aku langsung mencari bangku kosong sambil menunggu anak-anak iblis selesai dengan kelasnya. Sedang makan dalam keadaan khidmat, sebuah suara menginterupsi tiba-tiba.

“Maaf Kak Orion, boleh aku duduk di sini?" tanyanya padaku. Segera saja kualihkan atensiku padanya.

Penampilan gadis ini membuatku mengangkat sebelah alisku, aku bahkan tidak tahu jika universitas mengizinkan mahasiswinya memakai pakaian yang super pendek. Lihat saja, bahkan rok tersebut nyaris tidak bisa menutupi dua bongkahan bola bowling miliknya.

“Ini tempat umum. Siapapun boleh duduk di sini, tapi kau harus jaga jarak denganku. Aku tidak sudi ditempeli makhluk aneh sepertimu!" Aku langsung memberi peringatan, agar dia tahu batasan.

Bisa kulihat wajahnya memerah seperti hendak menahan tangis sekaligus menahan ... kesal, mungkin? Namun, apa peduliku? Aku sudah mengetahui motif gadis sepertinya, ia mencoba peruntungan untuk menjadi kekasihku dengan mendekatiku.

Maaf saja. Aku tidak akan tertarik padamu Nona Aneh. Dia mulai mendudukkan dirinya di bangku kantin dekat denganku.

Kupandangi dirinya dengan tatapan sengit. Ya ampun, baru saja aku bilang jangan terlalu dekat. Akan tetapi, sepertinya gadis di sampingku ini tidak mengindahkan perkataanku. Apa dia tuli?

“Ehem!" dehamku mencoba memberi peringatan, tapi sialnya perempuan ini sangat keras kepala sekali, “Menjauh dariku, atau kupotong tanganmu itu, Nona? Aku tidak suka mengulang perkataanku, jadi kuharap kau mengerti, karena aku tak pernah main-main dengan ucapanku!"

Bisa kurasakan tubuhnya menegang setelah mendengar peringatan dariku. Keringat membanjiri dahi dan pelipisnya. Wajahnya yang tampak pucat pasi kala mata kami bersirobok.

“Kaupikir, siapa kau. Berani-beraninya mendekatiku dengan penuh percaya diri? Setidaknya kau tahu batasan, Nona. Wajahmu serta kepercayaan dirimu yang overdosis itu membuatku muak!"

Dan pada akhirnya, pecahlah tangis gadis kurang belaian itu kemudian beranjak pergi meninggalkanku. Beberapa pasang mata melirik ke arahku, tetapi aku tidak peduli.

“Waw! Kau membuatnya menangis, Sobat," ujar seseorang dari arah belakangku. Ketika aku menolehkan kepala tampaklah gadis cantik dengan rambutnya yang dikuncir ekor kuda.

“Gadis yang malang," gadis itu lanjut berkomentar.

“Apa peduliku?" Aku mendengus berusaha tak acuh.

“Tidak ada. Aku tahu kau tidak akan peduli dengan hal-hal remeh, tapi Orion, ini bahkan masih pagi dan kau membuatnya menangis?"

“Diam, Stephanie! Aku sedang tidak ingin membahas kejadian tadi," jawabku.

“Oke-oke. Kalem, Bos, marah-marah melulu. Orang yang mudah marah niscaya akan sulit mendapatkan jodoh secantik Lisa Blackberry," kata Stephanie sambil menyeruput es teh miliknya. Namun, tiba-tiba matanya membola saat melihat pemandangan di hadapannya. ”Yon, lihat siapa di sana!"

Aku mengikuti arah pandang Stephanie, dan ternyata ... ada pemandangan yang membuat hatiku sedikit panas sekaligus jengkel saat melihatnya. Terlihat serangga menyebalkan tengah mendekati gadis polos itu. Ck, dasar serangga pengganggu!

“Wah! Hebat sekali dia berani menyatakan perasaannya pada Cassie. Ah, tapi hati-hati, Yon. Kau tahu, kan bagaimana sepak terjangnya laki-laki itu?" ujar Stephanie sambil menyeruput minumannya.

Ya, aku tahu dia. Dia adalah laki-laki playboy cap biawak yang sangat tenar di kampus ini. Wanitanya tidak hanya satu atau dua, bahkan sangat banyak. Layaknya hidangan cathering yang tersaji di resepsi pernikahan, semua harus dicicip. Dan sekarang, dia menyatakan perasaan pada Cassie, what the hell, man?

“Oh Sugar Honey Ice Tea, ini adalah bencana ku! aku akan memotretnya dan mengirimkan pada Uncle," kata Stephanie seraya bergegas merekam momen yang tidak ada romantis-romantisnya sama sekali di mataku.

“Tidak perlu," kataku sambil menahan tangan Stephanie. “Aku yang akan ke sana."

Kulangkahkan kakiku ke meja di mana Cassie si anak polos itu berada. Ya ampun dia menambah beban pekerjaanku saja. Akan tetapi, lumayanlah untuk olahraga pagi ini.

“Jadi apa jawabanmu, Cassie. Kau menerima cintaku, kan?" tanya serangga busuk itu. Cih!

“A-aku ...." jawaban Cassie sengaja kupotong, “tidak! Cassie tidak akan pernah menerima pria brengsek sepertimu. Kaupikir kau ini siapa berani menyatakan perasaan padanya, huh?"

Semua mata memandang ke arahku, mereka terkejut melihat aku ada di tengah-tengah mereka.

“Hei, Bung. Justru seharusnya aku yang bertanya, kau ini siapa, memangnya kau ada hubungan dengan Cassie?" si serangga mulai mencibirku.

“Ada hubungan atau tidak itu bukan urusanmu, tetapi jika kau berani menjalin hubungan dengannya, kupastikan kau tidak akan mampu melihat hari esok, mengerti?!" tegasku.

“Kau mulai berlagak, Bocah Ingusan! Aku menjalin hubungan dengan Cassie itu sama sekali bukan urusanmu, jadi menyingkirlah!" sentaknya padaku, dan sedikit mendorongku dengan kasar.

“Dasar manusia minim sopan santun," Aku hanya menyeringai dan membuang napasku dengan kasar, berusaha sabar dan sibuk membatin serta menertawakan kedunguannya dalam hati.

“Ya, kau. Kau mau jadi sok jagoan, huh?!" katanya dengan teriakan yang menggelegar seperti orang tantrum. Apa dia pengidap bipolar disorder, huh?

Aku masih setia mengunci mulutku, enggan mengeluarkan suara untuk serangga tak penting sepertinya. Bilang aku sok jagoan katanya? Dasar tidak pernah berkaca!

“Kenapa kau mendadak diam saja, apa kau mendadak bisu, huh?!"

Aku masih mempertahankan wajah tampan dan datarku ini. Sengaja, karena aku ingin mengetahui apa yang akan ia lakukan padaku.

“Kau dasar sialan!" teriaknya tangannya dengan cepat mengarahkan bogem mentah padaku, tapi aku tidak kalah cepat untuk menangkisnya dengan santai.

“Serangan yang lumayan," kataku. Jangan tanya mengapa aku bisa begini. Sudah pasti itu ajaran Daddy Kelinci.

“Dia bisa menangkisnya," ujar para mahasiswa yang ada di sekeliling kami sambil berbisik, sudah mengalahkan bisik-bisik tetangga.

“Jangan tunjukkan wajah sokmu di hadapanku, Bocah Tengik!" ujarnya. Apa aku harus mengorek telingaku untuk membersihkan dari segala jenis kotoran. Bocah tengik katanya? Ya ampun.

“Balas pukulanku jika kau bisa, jangan hanya diam saja seperti anak perempuan!"

“Baiklah, kau yang meminta," jawabku sambil memegang pergelangan tangannya, dan ....

Tap!

Set!

Brak!

Kubanting hingga punggungnya bersentuhan dengan dinginnya lantai koridor kampus, sudah macam perkelahian antar pegulat saja.

Mata para mahasiswa mendadak membola kala melihat aksiku. Omong-omong pergelangan tangannya masih kupegang walaupun badannya sudah terjatuh.

“Sugoi!" bisik mereka.

Mahasiswa yang tengah kubanting itu, menatapku dengan rasa tak percaya. Kudoakan semoga kau tidak mengalami gegar otak, wahai kakak tingkat.

“Orion, hentikan!" seru Cassie dengan lantang.

“Kenapa?" tanyaku.

“Kasihan dia, seharusnya kau tidak perlu sekasar itu," ujar Cassie dengan nada yang bergetar. Ada perasaan takut yang mendekap dirinya.

Cih, dasar gadis naif merepotkan!

“Aku tidak akan berbuat seperti ini, jika dia tak meminta. Jadi, jangan salahkan aku. Dasar gadis naif! Asal kau tahu saja, mahasiswa ini dikenal dengan playboy, kekasihnya tidak hanya satu atau dua. Kau, ini polos, bodoh atau apa? Aku berani bertaruh jika aku tak mendekatimu, kau pasti akan menerima perasaan serangga busuk ini. Iya, kan?"

Kulihat Cassie sedikit tersentak ketika mendengar ucapanku yang sedang dikuasai amarah. Ia hanya menundukkan kepala, kebiasaannya sejak kecil jika diberitahu selalu menundukkan kepala dan melihat ke bawah.

Apa sih yang dia cari di bawah sana. Apa seekor kutu, atau mencari semut?

“Dan kau kakak tingkat. Bangunlah! Apa kau akan telentang di lantai terus-menerus seperti pemuda gembel?" tanyaku.

Aku melepaskan cekalanku padanya dan ia pun bergegas bangun dengan keringat yang bercucuran di sekitar dahi dan pelipisnya.

“Dasar sok kuat!" hati ini sibuk mencibir dan memaki dengan merdu.

“Dengar. Aku hanya mengatakannya sekali padamu, jauhi Cassie atau kau akan mendapatkan akibatnya jika melanggar peringatan yang kuberikan. Kau mengerti?!" desisku di telinganya.

“B-baik. Maafkan aku!" serunya sambil bergegas mengambil langkah seribu meninggalkan meja Cassie.

“Kau juga Cassie. Jika kau tak ingin melihatku bersikap kasar seperti tadi, setidaknya tahu dirilah dan jangan membuatku repot!" ucapku sambil meninggalkan Cassie dengan wajahnya yang terlihat sendu seperti menahan tangis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!