Yang Pegasus Continent
Di sebuah tempat di tengah daratan, terlihat sebuah desa kecil yang unik. Desa ini berada di tengah hutan dan tersembunyi. Bisa dibilang desa ini menyatu dengan alam itu sendiri.
Rumah-rumah dibangun melekat di batang pohon hutan hujan yang menjulang tinggi. Tali tambang, tangga, maupun jembatan gantung adalah penghubung antara rumah satu dengan rumah yang lainnya. Meski begitu, para warga lebih sering menggunakan ilmu meringankan tubuhnya ketimbang berjalan pmenyebrang.
Meski kecil, desa ini memiliki fasilitas yang cukup memadai. Seperti Aula pertemuan, perpustakaan, barak pelatihan, dan lain sebagainya.
Jika dilihat dari fasilitas yang ada, desa itu bukanlah sekedar desa biasa. Melainkan desa tempat tinggal para kultivator.
Ya! Memang benar jika desa itu merupakan tempat tinggal dari kultivator. Meski hanya terdapat belasan rumah saja, akan tetapi di dalamnya terdapat puluhan kultivator hebat dengan tingkatan tertinggi berada di tingkat Nascent Soul tahap 2.
Klan Feng, adalah keluarga yang tinggal di desa kecil tersebut. Patriak mereka adalah yang terkuat dari yang lainnya. Klan ini sangat terkenal diseluruh dunia, hingga diberi julukan sebagai Klan Pemburu.
Sesuai dengan julukannya, Klan Feng selalu melakukan perburuan binatang. Entah itu binatang normal, maupun Spirit Beast.
Spirit Beast merupakan hewan yang memiliki kemampuan khusus untuk bisa ber kultivasi seperti halnya dilakukan oleh manusia. Mereka juga dapat mengembangkan pikiran mereka, dan bisa memiliki akal. Namun itu haruslah berasal di tingkat kultivasi tertentu dan harus melakukan beberapa evolusi.
Jika ada Spirit Beast, mengapa harus ada binatang normal? Tentu saja, jawabannya cukup sederhana. Tanpa binatang normal, Spirit Beast tidak akan lahir. Artinya, jika tidak ada binatang normal, maka tidak akan ada Spirit Beast. Itu dikarenakan Spitrit Beast merupakan hasil evolusi dari binatang normal yang melakukan meditasi dalam kurun waktu yang relatif lama. Sehingga binatang itu bisa menyerap qi lalu menyimpannya dan kemudian berevolusi menjadi Spirit Beast dengan bentuk yang berbeda dari bentuk asal.
Spirit Beast sering kali di buru oleh manusia karena memiliki banyak manfaat bagi seorang kultivator. Dimulai dari dagingnya yang dapat menguatkan kualitas tubuh serta tulang, kemudian kristal inti makhluk ini juga bisa meningkatkan kultivasi seseorang.
Oiya!, hewan normal yang berevolusi menjadi Spirit Beast, akan memiliki sebuah Kristal inti di dalam tubuhnya yang merupakan tempat untuk menyimpan energi mereka. Jika itu manusia, maka sebutannya adalah dantian.
Klan Feng tentu mengetahui manfaat dari Spirit Beast. Maka dari itu, mereka memburu para Spirit Beast itu demi kelangsungan hidup mereka. Awalnya tujuan mereka memang seperti itu, namun seiring berjalannya waktu, Tujuan ini berubah menjadi keserakahan.
Tidak jarang anggota Klan ini melakukan perburuan hanya demi kesenangan pribadi. Mereka juga sering menangkap Spirit Beast untuk diperlakukan seperti budak. Bahkan memburu Spirit Beast sering dijadikan sebagai kompetensi ataupun sayembara.
Kejadian ini sudah berlangsung selama 30 tahun dan selama itu pula, populasi Spirit Beast kian berkurang hingga mencapai masa kritis.
Selang beberapa tahun, sebuah meteor besar menghantam Yang Pegasus Continent tidak jauh dari lokasi tempat dimana Klan Feng berada. Kejadian ini membuat Klan ini terkena dampaknya. Tidak ada anggota Klan yang selamat dari kejadian tersebut, kecuali Patriak mereka yang sedang melakukan pertemuan di lain tempat.
Patriak Klan Feng saat itu sangat sedih ketika mengetahui apa yang terjadi dengan klannya. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk mengembalikan Klan tersayangnya itu. Ia hanya bisa mengutuk para dewa yang menimpakan musibah padanya.
Beruntung ada tiga orang yang mengawalnya pergi ke tempat pertemuan. Ketiga orang itu mencoba menenangkan hati Patriak mereka dan memberinya semangat. Dan akhirnya mereka pun berhasil menenangkan hati Patriaknya.
Kemudian mereka berkelana untuk mencari pasangan hidup, membuat keturunan, dan membangun kembali Klan Feng yang telah hancur.
Setelah 100 tahun berlalu, akhirnya Klan Feng berhasil dibangun kembali, meskipun anggotanya baru sedikit. Namun mereka semua termasuk ke dalam kategori jenius tinggi.
Tempat tinggal mereka berada tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Klan Feng dulu dan pembuatan bangunan rumahnya pula sama persis seperti sebelumnya. Selama 100 tahun ini, Patriak Klan Feng tidak menyuruh ataupun melakukan perburuan terhadap Spirit Beast. Akan tetapi, setiap beberapa bulan sekali akan ada gerombolan Spirit Beast yang datang untuk menghancurkan Klan Feng.
Entah itu adalah berkat dari para Dewa atau memang itu adalah pembalasan dari para Spirit Beast itu sendiri. Pasalnya, Patriak Klan sering disibukkan oleh serangan dari gerombolan binatang itu dan di sisi lain klannya juga mendapatkan keuntungan.
Kejadian ini sudah terjadi sejak 20 tahun belakangan ini dan akan meningkat intensitasnya seiring berjalannya waktu. Tindakan pencegahan sudah dilakukan oleh Patriak Klan seperti berpindah ke tempat lain. Akan tetapi, tetap saja para binatang itu selalu menemukan tempat baru mereka. Sehingga Patriak memutuskan untuk membangun Klan di dekat sebuah kota agar dapat meminta bantuan ketika sedang di posisi sulit.
Lalu, Patriak Klan yang sebelumnya, kini telah memberikan jabatan Patriaknya kepada keturunannya yang bernama Feng Huo. Ia adalah yang paling berbakat dari pada yang lainnya dimana di usianya yang baru menginjak 80 tahun, ia sudah berhasil menerobos tingkat Body Integration tahap 1 dan telah membangkitkan bloodline "God Of Destruction".
Ya, untuk membangkitkan Bloodline memang agak sulit tergantung dengan tingkat kemurniannya. Semakin tinggi tingkat kemurnian Bloodlinenya, berarti semakin cepat pula bagi Bloodlinenya bangkit.
Bloodline merupakan kekuatan yang dimiliki oleh leluhur suatu Klan yang mana kemudian kekuatan itu akan diturunkan kepada keturunannya. Namun biasanya kekuatan itu akan terkunci dan butuh sesuatu untuk membukanya, seperti mengkonsumsi herbal atau pun lewat berbagai kondisi.
Hak yang didapat ketika Bloodline seseorang sudah bangkit yaitu, seseorang bisa mengaktifkan Bloodlinenya itu dengan jangka waktu tertentu (semakin tinggi tingkat kultivasinya, semakin baik) . Ketika kultivator tersebut mengaktifkan Bloodlinenya, maka ia akan mendapatkan tambahan kekuatan. Entah itu kekuatan fisik, jiwa, indra, dan lain sebagainya. Namun ada pula kultivator yang mana ketika mengaktifkan Bloodlinenya, maka ia akan mendapatkan sebuah senjata khusus. Semua itu tergantung dari Klan mana ia berasal.
Klan Feng memiliki Bloodline God Of Destruction, yang mana Bloodline ini tidak memberikan anggota Klan Feng senjata, melainkan bisa menaikkan kekuatan fisiknya dan menambah daya serang. Oleh karena itu, anggota Klan Feng jarang menggunakan senjata, jka pun memakainya, pasti senjata jenis palu besar.
***
Kediaman Patriak Feng
"Oek! Oek!"
Terdengar suara tangisan bayi dari dalam sebuah ruangan. Terlihat seorang wanita yang sedang terbaring lemas tak berdaya dan dikelilingi oleh beberapa wanita lainnya. Ya, wanita itu baru saja melahirkan seorang anak dan anaknya sedang di bawa oleh salah satu perawat untuk dibersihkan.
"Tabib Li! Bagaimana kondisi anak serta istriku?" Dari luar, terlihat seorang pria yang cukup tampan sedang berkomunikasi dengan tabib yang baru saja keluar dari ruangan tempat bersalin.
"Kondisi anak serta istri anda baik-baik saja Patriak, dan selamat Patriak! Anda memiliki seorang anak laki-laki lagi!" Balas Tabib Li sembari menangkupkan kedua tangannya.
Patriak Klan Feng, Feng Huo menghela nafas lega mendengar jawaban dari Tabib Li. Ia pun segera masuk kedalam ruangan bersalin untuk menemui istrinya.
"Bagaimana kondisimu Yi'er?" Tanya Feng Huo setelah memasuki ruangan.
Han Xue Yi yang masih terbaring lemah menoleh ke arah suaminya kemudian membalas pertanyaannya sembari tersenyum, "Aku baik-baik saja ge!"
Feng Huo pun duduk di sebelah istrinya itu atau lebih tepatnya di tepian kasur. Mereka menunggu para perawat selesai membersihkan putranya yang baru lahir.
Tak lama, seorang perawat pun datang sambil menggendong bayi yang telah di bungkusa oleh kain dengan rapi. Perawat itu kemudian memberikan bayi itu kepada Feng Huo dan langsung keluar dari ruangan itu menyisakan Feng Huo serta istrinya.
"Gege, nama apa yang akan kamu berikan pada anak kita yang kedua ini?" Tanya Han Xue Yi.
"Cklek!"
Belum sempat Feng Huo menjawab, tiba-tiba pintu masuk ruangan pun terbuka dan memperlihatkan anak kecil berusia 5 tahun yang berlari ke sisi Feng Huo.
"Ayah! Apakah dia adik baruku?" Tanya anak kecil itu tiba-tiba memajukan kepalanya penasaran ingin melihat bayi yang di gendong Feng Huo.
Feng Huo dan Xue Yi tertawa kecil melihat tingkah laku anak pertamanya. Kemudian Feng Huo menjawabnya dengan anggukan kecil. Lalu ia kembali melihat putranya yang berada di gendongannya.
"Aku akan memberinya nama.. "
"Feng Yun.. "
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Guardian of Nature
Arc 1: A Vengeance
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Raut wajah Feng Huo seketika itu berubah menjadi wajah jengkel. Ia saat ini berada di ruang kerjanya atau lebih spesifiknya sedang duduk di meja kerjanya.
Sepuluh tahun telah terlewati begitu cepat. Meski begitu, wajah Feng Huo masihlah tetap sama seperti sebelumnya. Alasannya karena memang para kultivator akan memiliki umur panjang sesuai dengan tingkat kultivasinya. Saat ini, Feng Huo berada di tingkat Nascent Soul dan memiliki umur hingga 700 tahun.
Di hadapan Patriak Klan Feng itu, berdiri seorang pria paru baya sembari melipat kedua tangannya. Wajahnya tampak sangat dingin dan tanpa ada kebahagiaan sedikit pun terlukis di wajahnya.
"Huo'er! Mau sampai kapan kamu akan membiarkan anak tidak berguna itu di Klan ku ini?" Tanya pria paru baya itu.
"Huh! Andai saja Yi'er tidak menghalangiku, aku pasti sudah membuangnya sejak lama ayah" Dengus Feng Huo kesal.
Pria paru baya itu merupakan ayah dari Feng Huo atau Patriak Klan sebelumnya, Feng Han. Mereka berdua sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting di tempat itu.
"Huhh.. Aku akan melakukan latihan tertutup besok.. " Feng Han menghentikan ucapannya lalu berbalik membelakangi putranya, kemudian melanjutkan. "Aku harap kamu bisa mengatasi istrimu yang sudah mulai berani melawan mu itu dan membuang anak yang tidak berguna itu"
"Kalau bisa, bunuh saja dia. Itu lebih baik" Setelah mengucapkan itu, Feng Han langsung menghilang dari tempat itu dan menyisahkan Feng Huo seorang.
Feng Huo terdiam di tempatnya dengan posisi duduk dan kedua tangan terlipat di depan dadanya. Kemudian ia pun menghela nafas berat sembari memijat kepalanya yang sedang pusing.
***
Di tempat lain, terlihat seorang anak kecil yang sedang menyapu halaman rumahnya. Anak itu menggunakan pakaian berwarna merah dengan motif naga berwarna hitam. Rambutnya berwarna coklat sepanjang baju dan diikat ke belakang seperti ekor kuda.
Meskipun rumah-rumah yang ada di Klan Feng terletak menempel di pepohonan tinggi, mereka juga memiliki halaman rumah. Namun hanya beberapa meter saja dan berbentuk lingkaran.
Anak itu menyapu sembari bersenandung ria. Angin sepoi-sepoi berhembus menerpa wajahnya yang putih bersih belum ada jerawat. Jika dilihat lebih teliti lagi, anak itu memiliki sedikit kemiripan dengan Feng Huo.
"Yun'er! Makan siang telah siap! Ayo makan dulu" Terdengar suara wanita dari dalam rumah pohon itu.
"Iya Bu!" Balas anak itu.
Ya, anak itu adalah Feng Yun, bayi laki-laki yang lahir sekitar 10 tahun lalu yang telah tumbuh menjadi anak yang tampan. Ia segera menyudahi aktivitas menyapunya itu dengan membuang sampah dedaunan ke bawah rumahnya. Kemudian ia berbalik dan berjalan menuju rumahnya.
Feng Yun tidak seperti anak-anak Klan biasanya. Ia tidak bisa ber kultivasi sehingga membuatnya hanya seperti manusia biasa. Dulu Feng Yun sering di caci maki oleh teman temannya karena lemah, bahkan kakaknya juga sering merundunginya. Beruntung ada ibunya yang sangat menyayanginya, jadi ia selalu berada di sisi ibunya. Meski wajahnya tampan seperti ayahnya, namun dipikiran orang adalah "orang lemah selalu menjadi beban"
"Tap..! Tap..! Tap..!"
Baru saja lima langkah di ambil anak laki-laki itu, tiba-tiba ada tiga orang yang menghalanginya.
"Hei sampah! Apa kabar mu hari ini?" Ucap salah satu dari mereka.
Feng Yun sedikit mendongak untuk melihat wajah orang orang itu yang lebih tinggi darinya. Terlihat dua orang pemuda dan seorang gadis sedang berdiri satu saf di hadapannya dengan pose arogan.
"K-k-kakak!" Feng Yun sedikit melompat ke belakang ketika tau siapa saja orang orang di hadapannya.
"Ada apa adik kecil.. Kenapa kamu terlihat ketakutan melihat kami?" Tanya gadis yang bediri di hadapan Feng Yun.
"Owh!? Apakah kamu sedang sakit? Sini ku periksa.. " Seorang pemuda dengan postur tubuh tinggi besar maju mendekati Feng Yun.
Sementara Feng Yun sangat ketakutan, ia menoleh kesana kemari mencari celah untuk melarikan diri.
"Plak..!"
"Argh..! "
"Blug..!"
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Feng Yun yang membuatnya sedikit terlempar dan terjatuh kesamping. Feng Yun berusaha bangkit dari jatuhnya, namun belum sempat ia bangun, tiba-tiba seseorang muncul di sampingnya.
"Bamn!"
"Arghh.. "
"Woshhh... "
Tendangan keras mengenai pinggang Feng Yun dan membuatnya kembali terlempar lebih jauh. Ketiga muda mudi itu pun tertawa lepas melihat Feng Yun dipermainkan seperti bola. Kemudian pemuda bertubuh besar yang memberi tamparan pada Feng Yun sebelumnya, melesat dan ingin memberi serangan kembali pada Feng Yun.
"Tap!"
"!?"
Serangan pemuda bertubuh besar itu ditahan oleh sebuah telapak tangan dengan mudah. Sontak, hal itu membuat semua orang di tempat tersebut terkejut.
"Feng Jun! Apa yang kamu lakukan disini?" Suara lembut seorang wanita keluar dari arah sang pemilik tangan itu.
"I-ibu..!" Ucap pemuda yang lainnya.
"Eh! Nyonya Patriak, hehehe... Anu, a-aku.. Argh!!! " Belum sempat pemuda itu menjawab, ia lebih dulu berteriak karena lengannya yang diputar dan membuatnya meringis kesakitan.
Wanita itu memutar lengan pemuda itu hingga berbalik dengan posisi tangan di punggungnya. kemudian wanita itu menghentakkan telapak tangannya dan membuat pemuda itu terlempar kearah dua orang temannya.
Kedua temannya pun langsung sigap menangkap pemuda bertubuh besar itu, namun karena daya dorongnya cukup besar, mereka juga ikut terdorong kebelakang beberapa langkah dan terjatuh.
"Blug.. !"
Ketiga pemuda dan pemudi itu perlahan bangun sembari meringis kesakitan. Mereka juga memegang beberapa bagian tubuhnya yang terasa pegal.
"Zhi'er! Sudah berkali-kali ibu katakan untuk jangan mengganggu adikmu. Tapi kamu tidak pernah mendengarkan" Ucap dingin wanita itu yang tak lain ialah Han Xue Yi.
"Me-mengapa ibu selalu membela anak tidak berguna itu?" Pemuda yang memiliki tampang sedikit mirip dengan Feng Huo bertanya dengan terbata-bata sembari menunjuk Feng Yun.
Ya, itu adalah putra pertama Patriak Feng, Feng Zhi. Ia berubah menjadi sombong sejak orang orang menyanjungnya. Feng Zhi juga lebih diperhatikan oleh ayah serta kakeknya karena kejeniusannya.
Namun berbeda dengan Han Xue Yi. Ibu Feng Zhi tidak menyukai sikap sombong putra pertamanya itu. Karena karena sikap buruknya itu, adiknya sering sekali menjadi bahan olok-olokan dan bahan perundungan.
Han Xue Yi kemudian berdiri tegak dengan kedua tangan kebelakang dan menatap putra pertamanya itu dengan tatapan bijaksana. Sementara itu, Feng Yun yang berada di belakang ibunya, sedang berusaha untuk bangkit. Terlihat pula darah mengalir di sudut bibirnya.
"Itu karena aku adalah ibu Yun'er juga" Jawab Han Xue Yi santai.
"Tapi ibu juga adalah ibuku, mengapa ibu tidak pernah membelaku?" Tanya kembali Feng Zhi dengan sedikit membentak.
"Itu karena kamu sudah kelewatan nak!" Balas Han Xue Yi dengan membentak juga. Ia sangat kesal karena anak kandungnya sendiri malah melawan padanya. Di lain sisi juga, ia merasa sakit hati karena putranya itu membentak dirinya.
"Ibu tidak tahu dari mana kamu mendapatkan sifat kesombonganmu itu! Akan tetapi ibu sangat tidak menyukai sifat burukmu itu. Hanya dengan secuil kekuatanmu saja, kamu sudah seperti berada di atas langit. Tak pernah melihat ke atas, yang mana di atas mu masihlah ada langit" Ucap Han Xue Yi penuh dengan amarah.
"Cih! Dia mulai berceramah kembali.. " Gunanya Feng Zh yangi berdecak kesal karena merasa dirinya sedang diceramahi oleh ibunya.
"Apa kau bilang!?" Han Xue Yi tentu saja mendengar ucapan putra pertamanya itu. Meskipun suaranya pelan, ia masih bisa mendengarnya.
"Aku akan pergi bu!" Balas Feng Zhi kemudian ia berbalik dan mengajak kedua temannya pergi.
"Huh... Anak itu.. Selalu saja membuatku marah" Han Xue Yi menghela nafas berat sembari bergumam kecil.
Kemudian ia pun berbalik dan membantu putranya untuk berdiri karena belum bisa bangun sejak tadi. Luka yang anak itu alami cukup parah hingga membuatnya mengeluarkan darah.
Setelah berdiri, mereka langsung masuk kedalam rumah bersama-sama. Feng Yun berjalan sempoyongan seperti habis berputar-putar. Untung ada ibunya yang membantu dirinya berjalan.
Di dalam rumah, Feng Yun duduk di sebuah kursi di ruang makan. Ia tengah di obati oleh Han Xue Yi.
"Adududuh.. Sakit bu.."
"Aw!"
Selama diobati, Feng Yun selalu meringis kesakitan namu itu tidak dihiraukan oleh Han Xue Yi. Ia mengusap luka di pipi putranya dengan kain yang sudah diberi alkohol dan kemudian menutupnya dengan daun herbal.
"Sudah!" Ucap Han Xue Yi seusai mengobati putranya. Tak lupa ia juga mencubit hidung mancung putranya sejenak.
"Duh... Ini sakit!" Gunanya Feng Yun sembari menyentuh daun herbal yang tertempel di pipinya.
"Aw!"
"Jangan disentuh dong anak ibu yang tampan... " Ucap Han Xue Yi dengan nada malas dan kedua tangan di pinggang, sementara itu Feng Yun hanya tersenyum canggung sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Sudah.. Ayo kita makan dulu, nanti makananya keburu dingin!" Ucap kembali Han Xue Yi dan dibalas dengan anggukan oleh Feng Yun.
Han Xue Yi langsung berpindah dan duduk di meja makan. Sementara itu, Feng Yun menarik kursi yang ia duduki sebelumnya ke arah meja makan. Mereka duduk berhadapan dan di depannya sudah ada dua mangkuk sup dengan berbeda ukuran.
"Selamat makan!" Ucap Feng Yun dengan bersemangat dan langsung mengambil mangkuk dengan ukuran yang. besar lalu menyantapnya dengan lahap.
Han Xue Yi terkekeh melihat tingkah laku putranya terkekeh kecil. Ia pun ikut menyantap supnya yang berada di mangkuk kecil.
----------------------
Bersambung>>>
Feng Yun dan ibunya sedang menyantap makan siang mereka dengan lahap sembari bersenda gurau. Makan siang itu terasa sangat ramai meskipun mereka hanya berdua saja. Ini adalah waktu yang sangat berharga bagi Feng Yun karena ia bisa bahagia di tengah-tengah pahitnya hidup.
Feng Yun yang tidak bisa ber kultivasi hanya bisa menjalani hidup dengan penuh kesedihan. Ia tidak dapat bermain dengan anak anak seusianya karena kebanyakan dari mereka sudah dapat ber kultivasi. Jika pun memaksakan malah yang ada dirinya yang dijadikan bahan perundungan dan yang lebih buruk dijadikan samsak.
"Ahh.. Kenyang.. " Kata Feng Yun yang bersandar di kursi sembari mengelus-elus perutnya.
Han Xue Yi hanya tersenyum lembut menatap putranya yang sedang bahagia. Kemudian ia mengambil mangkuk yang digunakan Feng Yun untuk dicuci sembari memberi sedikit ledekan padanya.
"Kalau soal makan, kamu selalu saja cepat.. "
Feng Yun yang seakan tahu kearah mana topik pembicaraannya, langsung bangkit berdiri di atas kursi dan memberi jawaban dengan penuh tekad dan semangat, "Ibu lihat saja, nanti aku akan menjadi kultivator terkuat yang akan menguasai seluruh alam semesta!"
Mendengar jawaban putranya, Han Xue Yi kembali tersenyum lembut dan menyuruh Feng Yun agar tidak berdiri di atas kursi.
"Kalau begitu, berarti kamu harus berusaha dengan keras! Jangan biarkan orang lain menghalangi ataupun melemahkan tekatmu itu!" Ucap Han Xue Yi sembari mendekati Feng Yun.
"Jika impianmu itu terwujud, maka kamu harus menjadi kultivator yang baik, yang selalu menegakkan keadilan dinana pun kamu berada" Ucap Han Xue Yi kembali sembari mendekatkan wajahnya sejajar dengan wajah Feng Yun.
"Cup!"
Han Xue Yi memberi ciuman kasih sayang di kening Feng Yun kemudian berbalik pergi untuk mencuci mangkuk. Sementara itu, Feng Yun yang tampak sangat bahagia turun dari kursi dan beranjak pergi keluar untuk menikmati pemandangan.
Ketika Feng Yun sudah mencapai pintu, tiba-tiba ia mendengar suara rintihan kesakitan dari belakang rumah. Ia pun membatalkan rencananya untuk menikmati pemandangan dan berlari masuk kembali kedalam rumah.
"Argh..!"
Di belakang rumah, terlihat ibu Feng Yun sedang memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Ia merasa sangat kesakitan di bagian kepalanya seperti sedang di tusuk ribuan jarum.
"Ibu! Ibu kenapa? Ibu!" Feng Yun yang melihat ibunya sedang kesakitan langsung menghampiri ibunya dan bertanya.
Han Xue Yi tidak menjawab pertanyaan putranya, ia masih menahan rasa sakit yang dirasakannya. Ia juga mengalirkan qi ke tempat dimana rasa sakitnya berada. Namun bukannya berkurang, malahan semakin bertambah rasa sakitnya.
"Nak! Ibu rasa ibu sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi uhuk... Uhuk..!" Ucapan Han Xue Yi terdengar cepat karena sesak. Ucapannya juga terhenti lantaran batuk hingga mengeluarkan darah.
"Jangan berkata seperti itu bu! Ayo kita pergi ke tempat tabib!" Kata Feng Yun yang semakin khawatir dan ketakutan.
Namun ibunya melah menggelengkan kepalanya. Kemudian ia berbicara kembali dengan nada cepat, "dengarkan ini baik baik nak!"
Setelah mengatakan itu, Han Xue Yi memejamkan matanya bersamaan dengan nafasnya yang mulai melemah. Ia mengirimkan pesan telepati kepada Feng Yun untuk memudahkannya berkomunikasi.
Feng Yun hanya terdiam dan mencerna setiap kata yang di ucapkan lewat telepati oleh ibunya. Tanpa sadar, air matanya mulai menetes jatuh ke lantai yang terbuat dari kayu.
Tak berselang lama, Han Xue Yi pun membuang nafas panjang hingga habis dan tidak bernafas kembali. Feng Yun pun tersentak melihat ibunya tak lagi bernafas. Air mata turun sedikit demi sedikit hingga akhirnya tangisan pun pecah.
"I-ibu..!" Gunakan Feng Yun terbata-bata.
"Ibu..! Bangun bu..." Feng Yun berusaha memanggil ibunya namun tidak direspon.
Feng Yun terus berusaha memanggil ibunya dengan harapan, ibunya akan bangun. Namun hal itu tentunya tidak berhasil dan membuat Feng Yun menangis kencang.
"Aaaaaa.......!" Feng Yun meraung keras bersamaan dengan ledakan energi berwarna hitam keunguan kesegala arah hingga jangkauan 1 kilometer.
Setelah itu terlihat Feng Yun yang menunduk dan memeluk ibunya sembari menangis histeris. Aura yang sebelumya keluar dari tubuhnya pun langsung hilang dan secara perlahan juga kesadarannya mulai meredup. Ia sangat kelelahan mental sehingga membuatnya pingsan.
Tak lama datang rombongan orang menuju ke arah tempat Feng Yun dan ibunya berada. Feng Yun yang belum pingsan sepenuhnya dapat mendengar banyak langkah kaki menuju arahnya. Ingin sekali ia melihat orang-orang itu, namun ia sudah lebih dulu tak sadarkan diri.
***
"Ugh!"
Feng Yun terbangun di atas sebuah tempat tidur yang empuk. Kepalanya masih terasa pusing dan pandangannya masih kabur. Perlahan ia mengucek matanya agar dapat melihat dengan jelas kembali.
Ketika matanya sudah dapat melihat dengan jelas, Feng Yun sedikit mengangkat kepalanya dan melihat ke sekitar.
"Dimana ini?" Gunamnya pelan.
Di sekitarnya terlihat ada empat tempat tidur termasuk miliknya berwarna putih dengan kain selimut berwarna abu-abu. Seketika itu pun Feng Yun mengetahui dimana ia berada.
Kemudian ia bangkit dari tidurnya dan duduk dengan kedua tangan yang menjadi sandarannya. Perlahan ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum dirinya tak sadarkan diri.
"Ibu..." Mata Feng Yun seketika itu pun berkaca-kaca setelah ia mengingat kejadian sebelumnya.
"Ceklek!"
Terdengar suara pintu yang dibuka dari sebelah kanan Feng Yun. Sontak ia pun menoleh ke arah sumber suara dan menemukan seorang pria tampan yang sedikit mirip dengan Feng Yun dan di belakangnya terlihat seorang pemuda yang mirip juga dengannya.
"A-ayah! Kakak!" Kata Feng Yun yang terkejut.
"Owh ternyata kau sudah bangun penjahat kecil..!" Ujar pemuda itu yang tak lain adalah Feng Zhi, kakaknya.
Sementara itu Feng Huo tidak mengatakan apapun, ia terus berjalan hingga berdiri di depan tempat tidur Feng Yun. Wajah Feng Huo sangat dingin dan lebih dingin sejak terakhir kali mereka bertemu sekitar 5 tahun lalu.
"Feng Yun!" Panggil Feng Huo tanpa mengubah ekspresinya.
"I-iya ayah.?" Balas Feng Yun gugup.
"Aku membenci orang yang berbohong, jadi kuharap kamu berkata jujur nak!" Ucap Feng Huo.
Feng Yun hanya mengangguk pelan menandakan setuju. Ia sedikit bingung dengan sikap ayahnya yang sangat dingin itu.
"Jawab pertanyaanku dengan jujur! Apakah kau yang membunuh Han Xue Yi, ibumu sendiri?" Tanya Feng Huo.
Pertanyaan itu sangat mengejutkan Feng Yun, dengan segera ia menggelengkan kepalanya lalu menjawab "A-aku tidak mungkin membunuh ibu! Aku.."
"Bohong! Kau pasti memasukkan racun kedalam makanan ibu agar mati terinfeksi racun kan? Jujur saja!" Potong Feng Zhi dengan nada yang meninggi.
"Aku belum selesai menjelaskan kak..!" Balas Feng Yun dengan nada tinggi juga.
"Halah..! Omong kosong! Mengaku saja lah kau sialan.." Ucap Feng Zhi sembari mencibir, kemudian melanjutkan perkataannya, "Apa kau tidak malu dengan dirimu sendiri? Ibu selalu saja membelamu, tetapi kau malah meracuninya!? Sungguh tidak bermoral..! "
"Dengarkan aku dul.."
"Cukup!"
Feng Huo yang tidak tahan mendengar ocehan kakak beradik itu pun langsung turun tangan melerai keduanya. Kemudian ia kembali menatap Feng Yun masih dengan tatapan yang sama.
"Jika kamu tidak membunuh Han Xue Yi, bagaimana kamu menjelaskan tentang ledakan aura kematian yang meledak dan berasal dari tempatmu berada?" Tanya Feng Huo kembali.
Feng Yun pun terdiam, ia juga sebenarnya tidak mengetahui akan hal itu yang terjadi secara tiba-tiba.
"I-itu.."
"Sudahlah.. Tidak usah mengelak lagi! Semua bukti sudah tertuju padamu, kau tidak akan bisa lari dari kenyataan" Kata Feng Zhi yang terus menyudutkan adiknya.
Akhirnya Feng Yun hanya bisa pasrah dengan keadaan. Ia sudah tidak tau harus berkata apa lagi. Perlahan, Feng Yun menganggukkan kepalanya memasrahkan diri, namun dalam hatinya masih tidak terima dengan kejadian ini. Didalam hatinya, ia bersumpah jika dirinya selamat dan berkesempatan menjadi kultivator kuat, maka akan mencari orang yang telah membunuh ibunya dan memfitnahnya dengan kejam.
Feng Huo pun menjadi sangat marah, dengan cepat ia berjalan ke samping tempat tidur Feng Yun dan memberi sebuah pukulan kuat di ulu hatinya.
"Bomm..!"
Uhuk!
Tubuh Feng Yun terhempas dan hingga menabrak tembok dan tertanam di dalamnya. Feng Yun yang bukan seorang kultivator tentu tidak mempunyai kekuatan menahan pukulan tersebut dan membuatnya memuntahkan seteguk darah. Kemudian Feng Huo menarik kerah baju Feng Yun lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Kau benar-benar aib keluarga yang harus dimusnahkan" Ucap Feng Huo.
Mendengar ucapan yang keluar dari mulut ayah kandungnya sendiri membuat Feng Yun merasa sangat sakit hati. Ia tidak menyangka bahwa seorang ayah yang seharusnya menyayangi anaknya, melatih anaknya, memberi perhatian kepada anaknya malah berlaku kejam seperti sekarang. Namun, Feng Yun tidak dapat melakukan apa apa selain berharap kepada yang Kuasa.
Lalu Feng Yun tiba-tiba dilempar ke lantai hingga membuatnya tak sadarkan diri. Feng Huo berjalan perlahan mendekati kepala putranya dan mengeluarkan sebuah botol berisi cairan hitam keunguan.
Feng Huo berjongkok kemudian membuka mulut Feng Yun dan memasukkan cairan itu ke dalam mulut putranya hingga habis.
Di lain sisi Feng Zhi memperhatikan sikap kejam ayahnya terhadap adiknya tanpa adanya rasa kasihan. Malahan ia tersenyum kejam melihat itu.
"Zhi'er!" Panggil Feng Huo setelah semua cairan itu di masukkan kedalam mulut Feng Yun.
"Iya ayah!"
"Buang anak sialan ini ke sungai!"
"Baik..!"
--------------------
Bersambung>>>>
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!