NovelToon NovelToon

Guardian Of Nature

Klan Feng, Klan Pemburu

Yang Pegasus Continent

Di tengah benua yang hijau dan luas, terlihat sebuah desa kecil yang unik. Desa ini berada di tengah hutan dan tersembunyi. Bisa dibilang desa ini menyatu dengan alam itu sendiri.

Rumah-rumahnya tampak dibangun melekat di batang pohon hutan hujan yang menjulang tinggi. Tali tambang, tangga, maupun jembatan gantung adalah penghubung antara rumah satu dengan rumah yang lainnya. Meski begitu, para warga lebih sering menggunakan ilmu meringankan tubuhnya ketimbang berjalan pmenyebrang.

Meski kecil, desa ini memiliki fasilitas yang cukup memadai seperti Aula pertemuan, perpustakaan, barak pelatihan, dan lain sebagainya. Jika dilihat dari fasilitas yang ada, desa itu bukanlah sekedar desa biasa. Melainkan desa tempat tinggal para kultivator.

Ya! Memang benar jika desa itu merupakan tempat tinggal dari kultivator. Meski hanya terdapat belasan rumah saja, akan tetapi di dalamnya terdapat puluhan kultivator hebat dengan tingkatan tertinggi berada di tingkat Nascent Soul tahap 2.

Klan Feng, adalah keluarga yang tinggal di desa kecil tersebut. Patriak mereka adalah yang terkuat dari yang lainnya. Klan ini sangat terkenal diseluruh dunia, hingga diberi julukan sebagai Klan Pemburu.

Sesuai dengan julukannya, Klan Feng memang terkenal karena hampir seluruh anggotanya merupakan pemburu jenius yang mampu memburu berbagai jenis hewan dan bahkan manusia. Akan tetapi, mereka lebih dominan memburu Spirit Beast ketimbang yang lainnya.

Spirit Beast merupakan hewan yang memiliki kemampuan khusus sehingga memungkinkan mereka untuk bisa berkultivasi layaknya seorang kultivator. Selain itu, mereka juga dapat mengembangkan pikiran seiring bertambahnya tingkat kultivasi mereka.

Jika ada Spirit Beast, mengapa harus ada binatang normal? Tentu saja, jawabannya cukup sederhana. Tanpa binatang normal, Spirit Beast tidak akan lahir. Artinya, jika tidak ada binatang normal, maka tidak akan ada Spirit Beast. Itu dikarenakan Spitrit Beast merupakan hasil evolusi dari binatang normal yang melakukan meditasi dalam kurung waktu yang sangat lama. Sehingga binatang itu bisa menyerap qi lalu menyimpannya dan kemudian berevolusi menjadi Spirit Beast dengan bentuk yang berbeda dari bentuk asal.

Alasan Spirit Beast sering kali di buru oleh para kultivator, karena memiliki banyak manfaat bagi mereka. Dimulai dari dagingnya yang dapat menguatkan kualitas tubuh serta tulang, kemudian kristal inti makhluk ini juga bisa meningkatkan kultivasi seseorang.

Oiya!, hewan normal yang berevolusi menjadi Spirit Beast, akan memiliki sebuah Kristal inti di dalam tubuhnya yang merupakan tempat untuk menyimpan energi mereka. Jika itu manusia, maka sebutannya adalah dantian.

Klan Feng tentu mengetahui manfaat dari Spirit Beast. Maka dari itu, mereka memburu para Spirit Beast itu demi kelangsungan hidup mereka. Awalnya tujuan mereka memang seperti itu, namun seiring berjalannya waktu, tujuan ini berubah menjadi keserakahan.

Tidak jarang anggota Klan ini melakukan perburuan hanya demi kesenangan pribadi. Mereka juga sering menangkap Spirit Beast untuk diperlakukan seperti budak. Bahkan memburu Spirit Beast sering dijadikan sebagai kompetensi ataupun sayembara. Perilaku mereka ini ternyata sudah berlangsung selama 30 tahun dan selama itu pula, populasi Spirit Beast kian berkurang hingga mencapai masa kritis.

Kemudian, selang beberapa tahun, sebuah meteor besar menghantam Yang Pegasus Continent tidak jauh dari lokasi tempat dimana Klan Feng berada. Kejadian ini membuat Klan ini terkena dampaknya. Tidak ada anggota Klan yang selamat dari kejadian tersebut, kecuali Patriak mereka yang sedang melakukan pertemuan di suatu tempat.

Sedih, frustasi, dan marah, semua melebur jadi satu di dalam kepala Patriak Feng ketika mengetahui apa yang terjadi dengan klannya. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk mengembalikan Klan tersayangnya itu. Ia hanya bisa mengutuk para dewa yang menimpakan musibah padanya.

Beruntung ada tiga orang yang mengawalnya pergi ke tempat pertemuan. Ketiga orang itu mencoba menenangkan hati Patriak mereka dan memberinya semangat. Hingga pada akhirnya mereka pun berhasil menenangkan hati Patriaknya. Kemudian mereka berkelana untuk mencari pasangan hidup, membuat keturunan, dan membangun kembali Klan Feng yang telah hancur.

Setelah 100 tahun berlalu, akhirnya Klan Feng berhasil dibangun kembali, meskipun anggotanya baru sedikit. Namun mereka semua termasuk ke dalam kategori jenius tinggi.

Tempat tinggal mereka berada tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Klan Feng sebelumnya dan pembuatan bangunan rumahnya pula sama persis seperti sebelumnya. Selama 100 tahun ini, Patriak Klan Feng tidak menyuruh ataupun melakukan perburuan terhadap Spirit Beast. Hal ini dikarenakan setiap beberapa bulan sekali akan ada gerombolan Spirit Beast yang datang untuk mencoba menghancurkan Klan Feng.

Entah itu adalah berkah dari para Dewa atau memang itu adalah pembalasan dari para Spirit Beast itu sendiri. Pasalnya, Patriak Klan sering kali disibukkan oleh serangan dari gerombolan binatang itu dan di sisi lain klannya juga mendapatkan keuntungan.

Kejadian ini sudah terjadi sejak 20 tahun belakangan ini dan akan meningkat intensitasnya seiring berjalannya waktu. Tindakan pencegahan sudah dilakukan oleh Patriak Klan seperti berpindah ke tempat lain. Akan tetapi, tetap saja para binatang itu selalu menemukan tempat baru mereka. Sehingga Patriak memutuskan untuk membangun Klan di dekat sebuah kota agar dapat meminta bantuan ketika sedang di posisi sulit.

Lalu, Patriak Klan yang sebelumnya, kini telah memberikan jabatan Patriaknya kepada keturunannya yang bernama Feng Huo. Ia adalah yang paling berbakat dari pada yang lainnya dimana di usianya yang baru menginjak 40 tahun, ia sudah berhasil menerobos tingkat Body Integration tahap 1 dan telah membangkitkan bloodline "God Of Destruction".

Ya, untuk membangkitkan Bloodline memang agak sulit tergantung dengan tingkat kemurniannya. Semakin tinggi tingkat kemurnian Bloodlinenya, berarti semakin cepat pula bagi Bloodlinenya bangkit.

Bloodline merupakan kekuatan yang dimiliki oleh leluhur suatu Klan yang mana kemudian kekuatan itu akan diturunkan kepada keturunannya. Namun biasanya kekuatan itu akan terkunci dan butuh sesuatu untuk membukanya, seperti mengkonsumsi herbal atau pun lewat berbagai kondisi.

Hak yang didapat ketika Bloodline seseorang sudah bangkit yaitu, seseorang bisa mengaktifkan Bloodlinenya itu dengan jangka waktu tertentu (semakin tinggi tingkat kultivasinya, maka semakin panjang durasinya) . Ketika kultivator tersebut mengaktifkan Bloodlinenya, maka ia akan mendapatkan tambahan kekuatan. Entah itu kekuatan fisik, jiwa, indra, dan lain sebagainya. Namun ada pula kultivator yang mana ketika mengaktifkan Bloodlinenya, maka ia akan mendapatkan sebuah senjata khusus. Semua itu tergantung dari Klan mana ia berasal.

Klan Feng ssendiri memiliki Bloodline God Of Destruction, yang mana Bloodline ini tidak memberikan anggota Klan Feng senjata, melainkan bisa menaikkan kekuatan fisiknya dan menambah daya serang. Oleh karena itu, anggota Klan Feng jarang menggunakan senjata, jka pun memakainya, pasti senjata jenis palu besar.

***

Kediaman Patriak Feng

"Oek! Oek!"

Terdengar suara tangisan bayi dari dalam sebuah ruangan. Terlihat seorang wanita yang sedang terbaring lemas tak berdaya dan dikelilingi oleh beberapa wanita lainnya. Ya, wanita itu baru saja melahirkan seorang anak dan anaknya sedang di bawa oleh salah satu perawat untuk dibersihkan.

"Tabib Li! Bagaimana kondisi anak serta istriku?" Dari luar, terlihat seorang pria yang cukup tampan sedang berkomunikasi dengan tabib yang baru saja keluar dari ruangan tempat bersalin.

"Kondisi anak serta istri anda baik-baik saja Patriak, dan selamat Patriak! Anda memiliki seorang anak laki-laki lagi!" Balas Tabib Li sembari menangkupkan kedua tangannya.

Patriak Klan Feng, Feng Huo menghela nafas lega mendengar jawaban dari Tabib Li. Ia pun segera masuk kedalam ruangan bersalin untuk menemui istrinya.

"Bagaimana kondisimu Yi'er?" Tanya Feng Huo setelah memasuki ruangan.

Han Xue Yi yang masih terbaring lemah menoleh ke arah suaminya kemudian membalas pertanyaannya sembari tersenyum, "Aku baik-baik saja ge!"

Feng Huo pun duduk di sebelah istrinya itu atau lebih tepatnya di tepian kasur. Mereka menunggu para perawat selesai membersihkan putranya yang baru lahir.

Tak lama, seorang perawat pun datang sambil menggendong bayi yang telah di bungkusa oleh kain dengan rapi. Perawat itu kemudian memberikan bayi itu kepada Feng Huo dan langsung keluar dari ruangan itu menyisakan Feng Huo serta istrinya.

"Gege, nama apa yang akan kamu berikan pada anak kita yang kedua ini?" Tanya Han Xue Yi.

"Cklek!"

Belum sempat Feng Huo menjawab, tiba-tiba pintu masuk ruangan pun terbuka dan memperlihatkan anak kecil berusia 5 tahun yang berlari dengan kakinya yang kecil ke sisi Feng Huo.

"Ayah! Apakah dia adik baruku?" Tanya anak kecil itu tiba-tiba memajukan kepalanya penasaran ingin melihat bayi yang di gendong Feng Huo.

Feng Huo dan Xue Yi tertawa kecil melihat tingkah laku anak pertamanya. Kemudian Feng Huo menjawabnya dengan anggukan kecil. Lalu ia kembali melihat putranya yang berada di gendongannya.

"Aku akan memberinya nama.. "

"Feng Yun.. "

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Guardian of Nature

Arc 1: Vengeance

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Amandemen?

done✅

Sampah

Raut wajah Feng Huo yang dihiasi senyuman yang merekah, seketika itu berubah menjadi wajah jengkel, bahkan matanya sampai berubah menjadi merah padam. Ia saat ini berada di ruang kerjanya atau lebih spesifiknya sedang duduk di meja kerjanya.

Sepuluh tahun telah terlewati begitu cepat. Meski begitu, wajah Feng Huo masihlah tetap sama seperti sebelumnya. Alasannya karena memang para kultivator akan memiliki umur panjang sesuai dengan tingkat kultivasinya. Saat ini, Feng Huo berada di tingkat Nascent Soul dan memiliki umur hingga 700 tahun.

Di hadapan Patriak Klan Feng itu, berdiri seorang pria paru baya sembari melipat kedua tangannya. Wajahnya tampak sangat dingin dan tanpa ada kebahagiaan sedikit pun terlukis di wajahnya.

"Huo'er! Mau sampai kapan kamu akan membiarkan anak tidak berguna itu di Klan ku ini?" Tanya pria paru baya itu.

"Huh! Andai saja Yi'er tidak menghalangiku, aku pasti sudah membuangnya sejak lama ayah" Dengus Feng Huo kesal.

Pria paru baya itu merupakan ayah dari Feng Huo atau Patriak Klan sebelumnya, Feng Han. Mereka berdua sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting di tempat itu.

"Huhh.. Aku akan melakukan latihan tertutup besok.. " Feng Han menghentikan ucapannya lalu berbalik membelakangi putranya dan melanjutkan tanpa menolehkan kepalanya, "Aku harap kamu bisa mengatasi istrimu yang sudah mulai berani melawan dirimu dan membuang anak yang tidak berguna itu"

"Kalau bisa, bunuh saja dia. Itu lebih baik" Setelah mengucapkan itu, Feng Han langsung menghilang dari tempat itu dan menyisahkan Feng Huo seorang.

Feng Huo terdiam di tempatnya dengan posisi duduk dan kedua tangan terlipat di depan dadanya. Kemudian ia pun menghela nafas berat sembari menyenderkan tubuhnya pada bangku yang didudukinya.

***

Di tempat lain, terlihat seorang anak kecil yang sedang menyapu halaman rumahnya. Anak itu menggunakan pakaian berwarna merah dengan motif naga berwarna hitam. Rambutnya berwarna coklat sepanjang baju dan diikat ke belakang seperti ekor kuda.

Meskipun rumah-rumah yang ada di Klan Feng terletak menempel di pepohonan tinggi, mereka juga memiliki halaman rumah. Namun hanya beberapa meter saja dan berbentuk lingkaran.

Anak itu menyapu sembari bersenandung ria. Angin sepoi-sepoi berhembus menerpa wajahnya yang putih bersih belum ada jerawat. Jika dilihat lebih teliti lagi, anak itu memiliki sedikit kemiripan dengan Feng Huo.

"Yun'er! Makan siang telah siap! Ayo makan dulu" Terdengar suara wanita dari dalam rumah pohon.

"Iya Bu!" Balas anak itu.

Ya, anak tersebut tidak lain adalah Feng Yun, bayi laki-laki yang lahir sekitar 10 tahun lalu itu, kini telah tumbuh menjadi anak yang tampan. Ia segera menyudahi aktivitas menyapunya itu dengan membuang sampah dedaunan ke bawah rumahnya. Kemudian ia berbalik dan berjalan menuju ke dalam rumah pohon.

Feng Yun tidak seperti anak-anak klan pada umumnya yang sudah mulai berkultivasi ataupun pergi ikut dalam perburuan. Hal ini dikarenakan dirinya tidak bisa ber kultivasi sehingga membuatnya terpaksa hidup seperti manusia biasa. Dulu Feng Yun sering di caci maki oleh teman temannya karena ketidak mampuannya itu, bahkan kakaknya juga sering merundunginya. Beruntung ada ibunya yang sangat menyayanginya, jadi ia selalu berada di sisi ibunya. Meski wajahnya tampan seperti ayahnya, namun di mata orang-orang, dia adalah 'sampah'.

"Tap..! Tap..! Tap..!"

Baru saja lima langkah diambil anak laki-laki itu, tiba-tiba muncul tiga orang yang menghalanginya. Mereka bertiga tampak memasang sikap arogan seperti melipat tangan dan memandang rendah Feng Yun.

"Hei sampah! Apa kabar mu hari ini?" Ucap salah satu dari mereka.

Feng Yun sedikit mendongak untuk melihat wajah orang orang itu yang lebih tinggi darinya. Terlihat dua orang pemuda dan seorang gadis sedang berdiri satu saf di hadapannya.

"K-k-kakak!" Feng Yun sedikit melompat ke belakang ketika tau siapa saja orang orang di hadapannya.

"Ada apa adik kecil.. Kenapa kamu terlihat ketakutan melihat kami?" Tanya gadis yang bediri di hadapan Feng Yun.

"Owh!? Apakah kamu sedang sakit? Sini ku periksa.. " Seorang pemuda dengan postur tubuh tinggi besar maju mendekati Feng Yun.

Feng Yun yang melihat itu langsung menjadi sangat ketakutan, ia menoleh kesana kemari mencari celah untuk melarikan diri.

"Plak..!"

"Argh..! "

"Blug..!"

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Feng Yun yang membuatnya sedikit terlempar dan terjatuh kesamping. Feng Yun berusaha bangkit dari jatuhnya, namun belum sempat ia bangun, tiba-tiba seseorang muncul di sampingnya.

"Bamn!"

"Arghh.. "

"Woshhh... "

Tendangan keras mengenai pinggang Feng Yun dan membuatnya kembali terlempar lebih jauh. Ketiga muda mudi itu pun tertawa lepas melihat Feng Yun dipermainkan seperti bola. Kemudian pemuda bertubuh besar yang memberi tamparan pada Feng Yun sebelumnya, melesat dan ingin memberi serangan kembali pada Feng Yun.

"Tap!"

"!?"

Serangan pemuda bertubuh besar itu ditahan oleh sebuah telapak tangan dengan mudah. Sontak, hal itu membuat semua orang di tempat tersebut terkejut.

"Feng Jun! Apa yang kamu lakukan disini?" Suara lembut seorang wanita keluar dari arah sang pemilik tangan itu.

"I-ibu..!" Ucap pemuda yang lainnya.

"Eh! Nyonya Patriak, hehehe... Anu, a-aku.. Argh!!! " Belum sempat pemuda itu menjawab, ia lebih dulu berteriak karena lengannya yang diputar dan membuatnya meringis kesakitan.

Wanita itu memutar lengan pemuda itu hingga berbalik dengan posisi tangan di punggungnya. kemudian wanita itu menghentakkan telapak tangannya dan membuat pemuda itu terlempar kearah dua orang temannya.

Kedua temannya pun langsung sigap menangkap pemuda bertubuh besar itu, namun karena daya dorongnya cukup besar, mereka juga ikut terdorong kebelakang beberapa langkah dan terjatuh.

"Blug.. !"

Ketiga pemuda dan pemudi itu perlahan bangun sembari meringis kesakitan. Mereka juga memegang beberapa bagian tubuhnya yang terasa nyeri.

"Zhi'er! Sudah berkali-kali ibu katakan untuk jangan mengganggu adikmu. Tapi kamu tidak pernah mendengarkan" Ucap dingin wanita itu yang tak lain ialah Han Xue Yi.

"Aduh... Me-mengapa ibu selalu membela anak tidak berguna itu?" Pemuda yang memiliki tampang sedikit mirip dengan Feng Huo bertanya dengan terbata-bata sembari menunjuk Feng Yun.

Ya, itu adalah putra pertama Patriak Feng, Feng Zhi. Ia berubah menjadi sombong sejak orang orang menyanjungnya. Selain itu, Feng Zhi juga lebih diperhatikan oleh ayah serta kakeknya karena kejeniusannya dibandingkan Feng Yun.

Namun berbeda dengan Han Xue Yi. Ia sama sekali tidak menyukai sikap sombong putra pertamanya itu. Karena karena sikap buruknya itu, adiknya sering sekali menjadi bahan olok-olokan dan bahan perundungan.

Kemudian Han Xue Yi berbalik untuk memeriksa keadaan anaknya yang baru saja disakiti. Ia melihat pipi putra keduanya itu memiliki luka lebam dan dari hidungnya keluar darah sedikit.

"Itu karena aku adalah ibunya Yun'er" Jawab Han Xue Yi lembut sembari membantu putranya berdiri.

"Tapi ibu juga adalah ibuku, mengapa ibu tidak pernah membelaku?" Tanya kembali Feng Zhi.

Han Xue Yi hanya bisa tersenyum ketika mendengar pertanyaan Feng Zhi. Kemudian ia membalas kembali dengan penuh kesabaran, "Kau memang putraku juga, tapi sayangnya aku tidak pernah mengajarkan pada putraku untuk berperilaku sombong".

"Ibu tidak tahu dari mana kamu mendapatkan sifat kesombonganmu itu! Akan tetapi ibu sangat tidak menyukai sifat burukmu itu. Hanya dengan secuil kekuatanmu saja, kamu sudah seperti berada di atas langit" Ucap Han Xue Yi dengan nada penuh kekecewaan.

"Cih! Dia mulai berceramah kembali.. " Ucap Feng Zhi pelan dengan ekspresi malas.

"Apa kau bilang!?" Han Xue Yi tentu saja mendengar ucapan putra pertamanya itu. Meskipun suaranya pelan, ia masih bisa mendengarnya.

"Aku akan pergi bu!" Balas Feng Zhi kemudian ia berbalik dan mengajak kedua temannya pergi.

"Huh... Anak itu.. Selalu saja sulit dinasihati" Han Xue Yi menghela nafas berat melihat anak pertamanya yang keras kepala.

Setelah itu, mereka langsung masuk kedalam rumah bersama-sama. Feng Yun berjalan sempoyongan seperti habis berputar-putar. Untung ada ibunya yang membantu dirinya berjalan.

Di dalam rumah, Feng Yun langsung duduk di sebuah kursi di ruang makan. Ia saat ini tengah diobati oleh Han Xue Yi.

"Adududuh.. Sakit bu.."

"Aw!"

Selama diobati, Feng Yun selalu meringis kesakitan namu itu tidak dihiraukan oleh Han Xue Yi. Ia mengusap luka di pipi putranya dengan kain yang sudah diberi alkohol dan kemudian menutupnya dengan daun herbal.

"Sudah!" Ucap Han Xue Yi seusai mengobati putranya. Tak lupa ia juga mencubit hidung mancung putranya sejenak.

"Duh... Ini sakit!" Gunanya Feng Yun sembari menyentuh daun herbal yang tertempel di pipinya.

"Aw!"

"Jangan dipegang dong anak ibu yang tampan... " Ucap Han Xue Yi dengan nada malas dan kedua tangan di pinggang, sementara itu Feng Yun hanya tersenyum canggung sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sudah.. Ayo kita makan dulu, nanti makananya keburu dingin!" Ucap kembali Han Xue Yi dan dibalas dengan anggukan oleh Feng Yun.

Han Xue Yi langsung berpindah dan duduk di meja makan. Sementara itu, Feng Yun menarik kursi yang ia duduki sebelumnya ke arah meja makan. Mereka duduk berhadapan dan di depannya sudah ada dua mangkuk sup dengan berbeda ukuran.

"Selamat makan!" Ucap Feng Yun dengan bersemangat dan langsung mengambil mangkuk dengan ukuran yang besar lalu menyantapnya dengan lahap.

Han Xue Yi terkekeh melihat tingkah laku putranya terkekeh kecil. Ia pun ikut menyantap supnya yang berada di mangkuk kecil. Keluarga kecil itu pun menyantap makan siang masing-masing sembari sedikit bersenda gurau.

 

--------------------------------

Bersambung>>>

Dibuang Dari Klan

Feng Yun dan ibunya sedang menyantap makan siang mereka dengan lahap sembari bersenda gurau. Makan siang itu terasa sangat ramai meskipun mereka hanya berdua saja. Ini adalah waktu yang sangat berharga bagi Feng Yun karena ia bisa bahagia di tengah-tengah pahitnya hidup.

Feng Yun yang tidak bisa ber kultivasi hanya bisa menjalani hidup dengan penuh kesedihan. Ia tidak dapat bermain dengan anak anak seusianya karena kebanyakan dari mereka sudah dapat ber kultivasi. Jika pun memaksakan malah yang ada dirinya yang dijadikan bahan perundungan dan yang lebih buruk dijadikan samsak.

"Ahh.. Kenyang.. " Kata Feng Yun yang bersandar di kursi sembari mengelus-elus perutnya.

Han Xue Yi hanya tersenyum lembut menatap putranya yang sedang bahagia. Kemudian ia mengambil mangkuk yang digunakan Feng Yun untuk dicuci sembari memberi sedikit ledekan padanya.

"Kalau soal makan, kamu selalu saja cepat.. "

Feng Yun yang seakan tahu kearah mana topik pembicaraannya, langsung bangkit berdiri di atas kursi dan memberi jawaban dengan penuh tekad dan semangat, "Ibu lihat saja, suatu saat nanti aku pasti akan menjadi seorang kultivator terkuat yang akan menguasai seluruh alam semesta!"

Mendengar jawaban putranya, Han Xue Yi kembali tersenyum lembut dan menyuruh Feng Yun agar tidak berdiri di atas kursi.

"Kalau begitu, berarti kamu harus berusaha dengan keras! Jangan biarkan orang lain menghalangi ataupun melemahkan tekatmu itu!" Ucap Han Xue Yi sembari mendekati Feng Yun.

"Dan jika impianmu itu terwujud, maka kamu harus menjadi kultivator yang baik, yang selalu menegakkan keadilan dinana pun kamu berada" Ucap Han Xue Yi kembali sembari mendekatkan wajahnya sejajar dengan wajah Feng Yun.

"Cup!"

Han Xue Yi memberi ciuman kasih sayang di kening Feng Yun kemudian berbalik pergi untuk mencuci mangkuk. Sementara itu, Feng Yun yang tampak sangat bahagia turun dari kursi dan beranjak pergi keluar untuk menikmati pemandangan.

Ketika Feng Yun sudah mencapai pintu, tiba-tiba ia mendengar suara rintihan kesakitan dari belakang rumah. Ia pun membatalkan rencananya untuk menikmati pemandangan dan berlari masuk kembali kedalam rumah.

"Argh..!"

Di belakang rumah, terlihat ibu Feng Yun sedang memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Ia merasa sangat kesakitan di bagian kepalanya seperti sedang di tusuk ribuan jarum.

"Ibu! Ibu kenapa? Ibu!" Feng Yun yang melihat ibunya sedang kesakitan langsung menghampiri ibunya dan bertanya.

Han Xue Yi tidak menjawab pertanyaan putranya, ia masih menahan rasa sakit yang dirasakannya. Ia juga mengalirkan qi ke tempat dimana rasa sakitnya berada. Namun bukannya berkurang, malahan semakin bertambah rasa sakitnya.

"Apa ini? Racun? Tapi dari mana asalnya?" Batin Han Xue Yi sambil memegang kepala.

"Ibu jangan tinggalkan aku... Ayo kita pergi ke tempat tabib saja!" Kata Feng Yun sembari menggoyangkan tubuh Han Xue Yi. Dapat terlihat dengan jelas matanya yang cerah nan indah, mulai meneteskan air mata karena khawatir terjadi sesuatu dengan ibunya.

Melihat putra kesayangannya yang sangat khawatir terhadap dirinya, Han Xue Yi tampak melukiskan senyuman manisnya. Seketika itu rasa sakitnya pun berkurang meski masih terasa, tapi setidaknya tidak terlalu parah. Perlahan ia mencoba untuk duduk, kemudian ia mengelus rambut Feng Yun.

"Yun'er.. Ibu baik-baik saja, kamu tunggulah di sini, ibu akan menemui Tabib Li sebentar.." Ucap Han Xue Yi mencoba menenangkan putranya.

"Tapi bu..."

"Sudahlah.. Yun'er tidak perlu khawatir.. Tabib Li adalah tabib yang hebat, jadi ibu pasti akan baik-baik saja.."

Setelah mengatakan itu, Han Xue Yi langsung menghilang dari pandangan Feng Yun tanpa meninggalkan jejak apapun. Sementara itu, Feng Yun tampak kebingungan menatap kesana kemari, tapi tidak menemukan siapapun. Perlahan tangisannya pun mereda, ia akhirnya hanya bisa memasrahkan semuanya pada takdir, meskipun hatinya masih diselimuti rasa khawatir.

Kemudian, ia pun masuk ke dalam rumah pohon untuk menanti kedatangan ibunya kembali. Dengan langkah yang tertatih-tatih, Feng Yun berjalan menuju dapur tempat sebelumnya ia menyantap makan siang. Setiap langkah yang diambilnya, pikiran negatif terus bermunculan sehingga menyiksa jiwa Feng Yun. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu dan meyakinkan diri, bahwa ibunya akan baik-baik saja.

Satu jam..

Dua jam...

Tiga jam...

Waktu terus berlalu, namun masih belum menemukan tanda-tanda Han Xue Yi akan segera pulang kerumah. Hal ini tentunya membuat Feng Yun semakin sedih dan gelisah. Wajar saja untuk anak berumur sepuluh tahun bersikap seperti itu, apalagi selama ini hanya Han Xue Yi lah yang merawat dan melindunginya dari kejamnya perilaku anggota klan termasuk ayah, kakak, serta kakeknya sendiri. Bahkan wanita itu sampai rela bertempat tinggal terpisah dari keluarga yang lain hanya demi melindungi putranya.

"Ibu.. Cepatlah kembali... Aku takut jika engkau meninggalkan ku sendiri disini... Huhuhu.." Gumam Feng Yun dengan air mata yang terus berlinang.

Saat ini, dirinya sedang berada di dalam kamar, duduk di tepian ranjang sembari menggenggam sebuah kertas yang di atasnya tergambar dua orang manusia lidi seperti seorang anak dan ibunya sedang bergandengan tangan.

Gambar itu merupakan karya dirinya sendiri yang dibuat ketika Feng Yun berusia delapan tahun. Saat itu adalah hari ulang tahun Han Xue Yi, namun sayangnya ia tidak tau ingin memberi hadiah apa. Jadi, ia pun memutuskan untuk menggambar sesuatu yang menurutnya akan membuat Han Xue Yi senang.

"Tok! Tok!"

"Ibu!?"

Ketika masih menunggu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Feng Yun yang mengira jika yang mengetuk pintu adalah ibunya, langsung segera berlari menghampiri pintu depan dengan penuh semangat.

"Ceklek!"

"Ibu... Eh.. A-a-ayah!?" Sayang seribu sayang, ketika pintu terbuka, Feng Yun ternyata malah mendapati ayahnya sedang berdiri dengan tangan disilangkan depan dada. Tatapan nya yang dingin, langsung menusuk jantung Feng Yun hingga dirinya merasa sedang berada di wilayah pegunungan utara.

"A-ayah.. A-apa yang engkau lakukan disini?" Tanya Feng Yun ketakutan.

"Hmph... Setelah apa yang kau lakukan pada Yi'er, kau masih bertanya apa yang aku lakukan di sini?" Dengue Feng Huo dingin.

Mendengar jawaban dari ayahnya, Feng Yun pun mengerutkan keningnya. Sejenak ia berusaha mencerna kata kata tersebut, tetapi ia malah dibuat semakin kebingungan. Karena tidak tau, akhirnya Feng Yun memutuskan untuk bertanya.

"A-apa maksud mu, ayah?" Tanyanya polos.

"Oh! Masih tidak mah mengakuinya ya.."

"Zhep!"

"Brak!"

"Argh!"

Tiba-tiba Feng Huo melakukan gerakan yang sangat tidak terduga, di mana ia dengan cepat mencengkram leher putranya sendiri lalu di dorong hingga menabrak dinding ruangan sehingga membuat Feng Yun tertanam sedikit di dinding yang terbuat dari kayu itu.

"Ayah, apa maksudnya ini?" Tanya Feng Yun sambil meronta supaya lepas dari cengkraman ayahnya.

Sementara itu Feng Huo yang sudah terbawa emosi hanya menatapnya dengan tajam dan mata yang memerah. Lalu ia membalas, "Aku tidak menyukai orang yang suka berbohong, jadi kuharap kau menjawab pertanyaanku dengan jujur".

"Katakan! Apakah kau yang meracuni ibumu sendiri?" Lanjut Feng Huo tanpa mengendurkan cengkramannya.

"Ergh... A.. Aku.. Ti-tidak tau.. " Dengan susah payah, Feng Yun mencoba untuk menjawab apa adanya, tanpa menutup-nutupi apapun.

Mendengar jawaban jujur dari Feng Yun, bukannya mengendurkan cengkraman, Feng Huo malah menambah kekuatan dorongannya sehingga membuat putranya semakin tertanam ke dalam dinding kayu.

"Ternyata masih tidak mau mengaku ya.. " Kata Feng Huo, kemudian ia menarik tangannya lalu melemparkan Feng Yun ke lantai.

"Blug!"

"Argh.. Uhuk! Uhuk!"

Feng Yun mendarat di lantai dengan kasar sehingga membuatnya mengerang kesakitan. Terlihat pula darah segar yang mengalir dari sudut bibirnya.

"Bak!"

"Bammm!"

"Arrgghhh...."

Kemudian Feng Huo menendang sedikit tubuh Feng Yun sampai membuatnya terbaring terlentang, setelah itu sebuah pukulan yang cukup kuat menghantam perut anak kecil yang malang itu. Seteguk darah keluar dari mulut Feng Yun dan sedetik kemudian ia langsung tak sadarkan diri.

"Hmph! Dasar sampah tidak tau diri" Ucap Feng Huo kesal. Kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari dalam cincin ruangnya berupa sebuah botol kecil berisi cairan berwarna merah pucat.

Lalu cairan itu langsung dituangkan ke dalam mulut Feng Yun dengan paksa hingga habis tak bersisa. Setelah itu, ia memanggil seseorang dari luar supaya masuk ke dalam.

"Zhi'er! Cepat singkirkan sampah ini dan bersihkan ruangan ini!"

"Baik ayah.. "

-------------------------------

Bersambung>>>>

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!