NovelToon NovelToon

Istri Kontrak Tuan Impoten

Hutang 200 Juta

Sebuah insiden kebakaran baru saja terjadi disebuah rumah besar milik keluarga Utama. Sepasang suami istri tewas terpanggang api karena tak sempat diselamatkan oleh warga sekitar. Satu-satunya yang selamat dari peristiwa kebakaran itu adalah Diva Utama, anak semata wayang Utama yang kebetulan sedang berada diluar rumah saat peristiwa terjadi.

Diva menangis histeris saat jenazah kedua orangtuanya dibawa kerumah sakit untuk diotopsi. Hatinya terasa sakit dan sesak, dia tak menyangka pertemuannya dengan kedua orangtuanya satu jam lalu adalah pertemuan terakhir bagi mereka.

Dalam tangisnya Diva mengeluh pada Tuhan. Kenapa harus dia yang mengalami nasib buruk seperti sekarang ini? Padahal, Tuhan pasti tau kalau Diva adalah manusia yang lemah dan tak bisa hidup mandiri tanpa kehadiran kedua orangtuanya.

🍁🍁🍁

Satu minggu pasca kepergian orangtuanya, Diva memutuskan untuk mengontrak. Dia tidak enak jika terus hidup menumpang dirumah tetangga dekatnya. Diva harus rela menjual perhiasan pemberian sang Ibu untuk menyewa kontrakan dan membeli makan selama beberapa hari ke depan.

Bagaimanapun caranya, dalam waktu dekat Diva harus menemukan pekerjaan. Apapun jenisnya asalkan bisa menghasilkan uang. Dia tidak boleh malas apa lagi menunda waktu, atau dia tidak akan bisa membayar sewa kontrakan dan mati kelaparan.

Diva baru saja bersiap pergi tidur, tiba-tiba seseorang datang mengetuk pintu kamar kontrakannya dengan kasar. Diva buru-buru membuka pintu untuk melihat siapa yang datang bertamu malam malam seperti ini.

"Akhirnya aku menemukanmu," ucap wanita paruh baya yang sedang berdiri dihadapan Diva.

"Tante Maria," Diva kaget melihat adik tiri mendiang Ibunya tiba-tiba muncul disana.

Diva dan keluarganya sudah lama putus komunikasi dengan Maria. Mereka tak pernah bertemu, apa lagi sekedar bertanya kabar lewat telfon. Punya nomor telfonnya saja tidak.

"Diva, dengarkan ini baik-baik. Karena orangtuamu sudah meninggal dunia, kamu harus menanggung semua hutang orangtuamu padaku,"

"Hutang? Hutang apa Tante?" Diva menatap bingung. Diva tidak pernah mendengar orangtuanya memiliki hutang kepada siapapun sebelumnya.

"Hutang uang, jumlahnya dua ratus juta. Ibumu meminjam uang itu padaku dua tahun lalu, untuk biaya operasi ginjal Ayahmu," jelas Maria.

Tubuh Diva terasa lemas, dia jatuh terduduk diatas lantai karena tak sanggup untuk berdiri. Belum juga hilang rasa sedihnya karena ditinggal pergi oleh orangtua untuk selama lamanya, kini sudah muncul masalah baru. Orangtuanya pergi dengan mewariskan hutang yang jumlahnya sangat banyak.

Dari mana Diva bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Sementara Diva baru saja lulus SMA dan seorang pengangguran sukses. Jangankan untuk melunasi hutang, untuk makan minggu depan pun dia tak ada.

"Tante, aku tidak punya uang sebanyak itu," lirih Diva. Kedua matanya berkaca-kaca.

"Aku tidak peduli, pokoknya kamu harus membayar semua hutang orangtuamu hingga lunas,"

"Baik Tante, aku akan mengambil alih semua hutang milik mendiang orangtuaku. Tapi, aku minta tenggang waktu untuk membayarnya," Diva kembali memelas. Siapa saja yang melihatnya saat itu pasti akan merasa Iba.

"Oke, aku akan memberimu waktu enam bulan. Kalau kamu tidak bisa memberikan uang dua ratus juta kepadaku maka aku akan menjual mu pada pria hidung belang." Ancam Maria serius.

Diva tersentak, tubuhnya gemetar karena takut. Selama ini Maria selalu berbuat nekat dan hobi mengintimidasi keluarganya. Diva tau kalau kata kata Maria bukan sekedar ancaman belaka.

🍁🍁🍁

Di tempat lain...

Brakkk....!

Dika mendobrak paksa sebuah kamar Hotel bintang lima, dia mendapati kekasihnya sedang bersama pria lain disana. Keduanya tidak memakai busana, tubuh mereka menempel tanpa ditutupi apapun.

"Zoya, kamu memang perempuan murahan!" Sentak Dika.

"Sa... Sayang... Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, aku bisa menjelaskan semuanya," Zoya terbata. Wajahnya pucat karena ketakutan.

"Semuanya sudah jelas Zoya, tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Mulai detik ini juga kita putus!" Tukas Dika.

Dika pergi meninggalkan kekasihnya bersama dengan kekasih gelapnya. Hatinya hancur berkeping-keping, wanita yang sangat amat dia cintai tega mengkhianati kepercayaannya. Padahal, mereka berdua baru saja melangsungkan pertunangan beberapa hari lalu.

"Arrrggght...." Dika mengamuk. Dia meninju kaca mobilnya hingga retak, telapak tangannya pun mengeluarkan darah.

"Jika wanita polos sepertimu saja bisa berkhianat kepadaku, lalu wanita seperti apa yang bisa aku percayai? Mulai sekarang aku tidak mau menjalin kasih lagi dengan wanita manapun. Aku benci wanita!" Ucap Dika dengan nada penuh emosi.

Beberapa petugas keamanan mendatangi Dika, mereka mencoba menenangkan pria itu. Tapi sayangnya tidak bisa, Dika terus meluapkan kekesalannya dengan menyakiti dirinya sendiri.

"Tuan, sabar Tuan. Jika begitu terus anda bisa mati kehabisan darah," ucap salah seorang petugas keamanan sambil menahan tangan Dika.

"Lepaskan aku, pergi kalian. Aku tidak perlu belas kasih kalian semua. Pergi...!" teriak Dika.

Bersambung...

Dijual

Enam bulan kemudian...

Diva menangis sesenggukan sambil memegangi lembaran rupiah yang ada dihadapannya. Waktu yang ditentukan oleh Tante Maria telah tiba, tapi Diva belum juga bisa mengumpulkan uang 200 juta. Jangankan 200 juta, sepuluh juta pun belum ada.

Apa yang harus Diva lakukan sekarang? Bagaimana kalau nanti Tante Maria datang dan mengamuk? Kepala Diva terasa pusing, timbul niat untuk menjual sebelah ginjalnya pada orang yang membutuhkan. Tapi hidup dengan satu ginjal juga tidak mudah, sama saja keluar dari satu masalah lalu masuk kedalam lobang masalah lain.

Tok... Tok... Tok...

Pintu kamar kontrakan diketuk, Diva membuka pintu dan Maria langsung melempar senyum kearahnya.

"Panjang umur sekali dia, baru saja disinggung sudah datang." Batin Diva.

"Tante, maaf. Aku belum punya uang dua ratus juta itu," ucap Diva terus terang. Wajahnya nampak ketakutan, dia takut wanita itu mengamuk dan menghajarnya hingga babak belur.

"Tidak apa apa, jangan pikirkan lagi soal itu. Ayo ikut aku sekarang,"

"Ikut kemana?"

"Temani aku makan diluar, hari ini aku sedang berulang tahun."

Diva menangkap ada gelagat aneh dari Tantenya, meski begitu dia tidak menolak ajakan Maria untuk makan bersama diluar. Dia berusaha untuk berpikir positif, siapa tau sang Tante berubah jadi baik karena mendapat hidayah dari Tuhan.

Mobil yang mereka tumpangi menyusuri jalanan ibukota, sekitar tiga puluh menit kemudian mobil itu berhenti tepat didepan sebuah restoran bintang lima. Maria menggandeng tangan Diva dan mengajaknya masuk ke dalam restoran, langkah kaki diva berhenti tepat didepan pintu sebuah ruangan VVIP di lantai dua.

Klak...

Pintu ruangan terbuka, bau alkohol menyeruak dan terasa menyesakkan indra penciuman Diva.

"Tante, ruangan apa ini?" Tanya Diva sambil memandangi wajah Maria.

Tiba-tiba saja Maria mendorong tubuh ramping Diva hingga terhuyung dan jatuh tersungkur diatas lantai. Diva meringis karena merasakan sakit diarea lutut dan sikunya.

"Apa dia gadis perawan yang kamu maksud Maria?" Tanya seorang pria asing dengan suara parau. Diva tak bisa melihat dengan jelas siapa pria itu karena lampu yang ada didalam ruangan remang-remang.

"Betul Tuan, namanya Diva. Umurnya masih sembilan belas tahun dan dia masih perawan," sahut Maria sambil tersenyum simpul.

"Tante, siapa pria itu?"

"Dia adalah pria yang harus kamu layani malam ini,"

"Tante menjual keperawanan ku pada pria asing?"

"Ya... Mau bagaimana lagi? Jika tidak seperti itu uang dua ratus jutaku yang dipinjam oleh mendiang orangtua mu tidak akan kembali,"

"Tante jahat...!" Maki Diva.

"Maki saja aku, aku tidak peduli. Layani pria itu dengan baik dan jangan coba-coba melarikan diri. Mengerti?" Maria menatap Diva dengan tatapan tajam.

Maria keluar dari dalam ruangan, dia segera menutup pintu ruangan itu dan pergi meninggalkan Diva. Baru saja Diva bangkit dan hendak melarikan diri, tangan kekar seorang pria menahannya.

"Mau kemana kamu gadis?" Pria itu menyunggingkan senyum mengerikan.

"Tuan, tolong kasihanilah aku. Biarkan aku pergi," Diva memohon sambil menangis sesenggukan. Dia mencoba melepaskan cengkraman tangan pria itu tapi sayangnya tidak bisa.

"Puaskan aku dulu Baby, baru aku akan melepaskan mu."

🍁🍁🍁

Pagi hari, mentari bersinar terang. Cahayanya masuk kedalam ruangan lewat celah ventilasi udara. Diva membuka mata, seketika dia merasa sekujur tubuhnya remuk dan pegal pegal.

"Awh," Diva merintih saat mencoba duduk karena bagian inti tubuhnya terasa perih.

"Selamat pagi Nona," sapa seorang pelayan wanita. Diva membisu dan tak menjawab sapaan hangat itu.

"Sebaiknya Nona mandi dan mengganti pakaian, setelah itu saya akan mengantar Nona ketempat Tuan muda," ucap pelayan itu lagi.

"Siapa Tuan muda mu? Dimana dia?" Diva penasaran pada sosok pria asing yang telah menggagahinya semalam.

"Nanti Nona juga akan tau, saat ini Tuan sedang menunggu anda di suatu tempat."

Diva berjalan ke kamar mandi sambil menahan rasa sakit, dia berdiri dan mengamati bagian atas tubuh polosnya didepan sebuah cermin berukuran besar. Nampak banyak bekas gigitan disana, benar benar menjijikan.

Saat ini hati Diva merasa sedih, masa depannya hancur seketika karena ulah Tantenya sendiri. Timbul rasa benci yang teramat sangat dihati Diva, dia ingin membalas dendam pada Tantenya dan membuat hidup saudari Ibunya itu lebih hancur dari hidup Diva saat ini.

"Tante Maria, tunggu saja pembalasanku!" Gumam Diva lirih.

Diva membasuh tubuhnya dengan air lalu mengusapnya dengan sabun. Awalnya usapan itu lembut, tapi lama-lama menjadi kasar dan brutal. Diva merasa tubuhnya kotor, saking kotornya tubuh indah itu tidak akan pernah bersih meski sudah dimandikan berkali-kali.

"Aaaaaaaagrtt...! Dasar pria brengs*k, aku akan menghabisi mu nanti." Teriak Diva kasar.

🍁🍁🍁

Disebuah ruang pribadi...

"Tebakan anda benar Tuan, dia putri tunggal dari mantan pegawai anda yang meninggal beberapa bulan lalu," ucap Leon Asisten pribadi Dika.

Dika menarik nafas berat, dia menyesal karena telah menodai bocah itu. Utama bukan hanya pegawai kesayangan Dika dikantor, tapi juga sahabat baiknya. Utama salah satu orang yang telah menemani Dika membangun bisnis dari nol hingga besar seperti sekarang ini.

Apa yang harus Dika lakukan sekarang? Tidak mungkin Dika meninggalkan bocah itu begitu saja, dia takut arwah Utama datang menerornya dan balas dendam padanya.

"Kapan gadis itu akan tiba disini?" Tanya Dika.

"Sekitar lima belas menit lagi Tuan," sahut Leon.

"Siapkan sarapan, aku ingin mengajak gadis itu bernegosiasi sambil makan," perintah Dika.

"Baik, Tuan."

Visual Diva Utama

Bersambung...

Tawaran Pernikahan

Diva tiba didepan sebuah rumah besar dan mewah, dia masuk kedalam rumah itu dengan langkah gemetar. Ada sedikit rasa takut didalam hatinya, tapi rasa benci dan sakit hati lebih mendominasi.

"Selamat datang Nona, Tuan sudah menunggu anda di ruang makan," ucap Leon. Pria muda itu memandang Diva dengan takjub, seolah Diva adalah seorang putri yang baru saja turun dari kayangan.

Penampilan Diva saat ini memang luar biasa, pakaian yang dipilihkan oleh pria misterius itu sangat cocok untuknya. Wajar jika pria yang ada didepannya sekarang sedikit menganga, Diva saja terkesima pada dirinya sendiri.

Tiba diruang makan, sebuah kenyataan mengejutkan hati Diva. Dia melihat sosok Om Dika, atasan sekaligus teman baik mendiang Ayahnya sedang duduk manis menunggunya. Diva mengenal baik pria itu, mereka pernah bertemu beberapa kali dalam sebuah acara.

"Jadi, pria yang semalam meniduri ku adalah Om Dika?" Ucap Diva dalam hati.

"Duduklah, mari kita bicara," perintah Dika.

"Om, kenapa Om jahat sekali padaku?" Mata Diva berkaca kaca. Melihat hal itu hati Dika seperti disayat sembilu.

"Maaf, aku benar benar tidak tau kalau gadis yang dijual Maria adalah kamu. Semalam aku mabuk, lampu menyala remang remang, aku tidak bisa melihatmu dengan jelas," jelas Dika. Jangankan Dika, Diva saja tidak bisa melihat dengan jelas wajah Dika Semalam.

"Apa Om tau, Om telah merusak masa depanku. Aku gadis yatim piatu yang hidupnya sebatang kara didunia ini,"

"Diva, duduklah dulu. Tenangkan hatimu, kita bicarakan semua baik-baik," bujuk Dika.

Diva menyeret kursi kasar, dia duduk sambil memasang wajah marah. Dika belum pernah membuat masalah dengan gadis ABG sebelumnya, dia bingung harus memulainya dari mana.

"Mari kita menikah," kalimat itu keluar dari mulut Dika begitu saja. Dia yakin Diva adalah gadis baik-baik, dia tidak tega membuangnya begitu saja telah merenggut kesuciannya.

"Apa? Menikah? Aku tidak sudi menikahi penjahat k*lamin seperti Om!"

"Aku bukan seorang penjahat Diva, makannya aku ingin bertanggung jawab atas perbuatan ku padamu,"

"Tidak perlu. Om tidak perlu bertanggung jawab padaku, aku pasti bisa melewati semua ini seorang diri!"

Diva pergi begitu saja meninggalkan Dika, dia mengabaikan makanan enak yang telah tertata rapi diatas meja. Leon sekuat tenaga menahan tawa, baru kali ini dia melihat seorang gadis cantik menolak diajak menikah oleh Dika Maharaja, pria terkaya nomor sebelas di asia. Mungkinkah gadis itu memiliki selera yang buruk? Atau Dika saja yang sedang terkena nasib sial?

"Leon, terus awasi pergerakan gadis itu. Jangan sampai dia menghilang ditelan bumi. Semalam aku tidak menggunakan pengaman, aku takut calon pewaris ku tumbuh diperutnya."

"Pewaris?" Leon terpaku untuk beberapa saat. Dia tak menyangka kalau majikannya telah melakukan sesuatu bersama gadis muda itu, apa lagi Dika menderita impoten.

"Ehem... Itu, sepertinya penyakitku sudah sembuh," lirih Dika. Kedua pipinya merona karena malu, kebetulan hanya Leon saja yang mengetahui penyakit Dika selama ini.

"Ah, syukurlah kalau sudah sembuh. Saya ikut senang untuk kesembuhan anda Tuan." Ucap Leon.

🍁🍁🍁

Kenapa dunia begitu kejam pada Diva, dipisahkan dengan kedua orangtuanya, lalu dijual oleh sang Tante pada pria yang tak lain adalah Bos mendiang Ayahnya sendiri. Mungkinkah Diva pernah melakukan kesalahan dimasa lalu?

Diva berjalan menyusuri trotoar seorang diri, menerobos derasnya hujan dan hawa dingin yang menusuk tulang. Dia menangis sesenggukan teringat kejadian naas yang dialaminya semalam.

Tin... Tiiiiinnnn...

Klakson sebuah mobil berbunyi nyaring. Diva menghentikan langkahnya dan berdiri menghadap mobil mewah yang berhenti tepat didepannya.

"Diva, tidak baik main air hujan siang bolong seperti ini," celetuk Tasya mantan teman sebangku Diva saat SMA.

"Hiks ... Hiks... Hiks ..." Diva menangis pilu. Dia merangkul tubuh temannya itu erat.

"Masuk ke mobil, aku akan mengantarmu pulang."

🍁🍁🍁

Tasya bingung saat Diva tiba-tiba minta berhenti didepan sebuah komplek kontrakan khusus perempuan. Seingat Tasya rumah temannya itu masih lumayan jauh. Kapan Diva dan keluarganya pindah? Kenapa Diva tidak memberitahunya?

"Kemana Ayah dan Ibumu? Kenapa kontrakan ini sepi?" Tasya penasaran.

"Mereka meninggal dunia, rumah kami ludes dimakan si jago merah. Itu kenapa aku pindah ke kontrakan sempit ini," jelas Diva.

"Ya... Tuhan, Diva. Kamu terkena musibah sebesar ini kenapa tidak menghubungi aku? Aku kan bisa membantumu,"

"Aku tidak mau menyusahkan orang lain, lagi pula aku ingin belajar hidup mandiri,"

"Lalu kenapa tadi kamu berjalan sendirian dibawah hujan sambil menangis? Apa kamu punya masalah lain?"

Bukannya menjawab, Diva malah kembali menangis. Hal itu membuat Tasya panik sekaligus penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Diva. Awalnya Diva enggan menceritakan semuanya pada Tasya, tapi jika dia memendam luka itu sendiri dia takut jadi gila.

Diva menceritakan segalanya pada Tasya, tentang hutang orangtuanya senilai 200 juta juga tentang sang Tante yang telah menjualnya pada Om Dika Bos mendiang Ayahnya.

Tanpa terasa Tasya meneteskan air mata, dia ikut merasa sakit mendengar nasib malang yang datang menimpa Diva secara bertubi tubi.

"Apa rencanamu selanjutnya Diva?" Tasya memegang kedua pipi Diva dengan tangannya.

"Aku tidak tau. Om Dika mengajakku untuk menikah tapi aku tidak mau, aku tidak menyukainya,"

"Temanku sayang, apapun keputusan yang kamu ambil aku akan selalu mendukungmu. Aku berjanji kepadamu akan terus membantumu sekuat jiwa dan ragaku,"

"Tasya, terimakasih. Aku jadi terharu melihat kebaikan hatimu,"

"Jangan sungkan padaku, bukankah teman harus saling membantu satu sama lain?"

Diva memeluk Tasya, dia kembali menangis lirih. Tapi kali ini dia menangis bahagia, dia bersyukur karena telah memiliki teman sebaik Tasya. Semoga hubungan keduanya bisa selalu harmonis sampai kapan pun.

Visual Dika Broto Asmoro

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!