Aku Dinda 26 tahun seorang bidan di salah satu kantor pemerintah di daerah kabupaten Cirebon, aku adalah seorang janda kurang lebih 1 tahun lamanya..
aku menikah 3 tahun yang lalu bersama lelaki yang aku sangat cintai dan ia pun sangat mencintaiku, Syaif namanya.
kita memiliki 1 org anak laki-laki, begitu tampan percis seperti papahnya. kehidupanku sangat bahagia, anaku memberikan keharmonisan keluarga yang sangat tak ternilai, kami saling mencintai menyayangi dan melengkapi, tapi moment itu terhenti karena saat umurnya 2 tahun anaku meninggal karena didiagnosis kelainan jantung.
Aku sangat depresi kehilangan anakku, begitupun Syaif suamiku. tidak ada keceriaan lagi dalam rumah tangga kami. Aku mulai menyendiri jarang melakukan aktifitas selain pekerjaanku di kantor, suamiku yg bekerja diluar kota jarang menghubungiku dan akupun tidak berusaha untuk mencarinya.
2 bulan berlalu, aku mulai menerima keadaan begitupun suamiku, sampai akhirnya suatu hari ia pulang menangis memohon maaf padaku, "sayang maafkan aku" katanya lirih memohon padaku.
"kamu kenapa yang" tanyaku yang penasaran
"aku ... aku... hikk hikk " syaif menangis sejadi-jadinya yang duduk tergeletak dilantai dengan memeluk kakiku.
"ihh kenapa sih, ada apa ngomong, kamu kenapa ?" tanyaku sedikit bernada tinggi padanya sambil melepaskan pelukannya pada kakiku
"papah sayang mamah, papah gak mau kamu ninggalin papah, papah minta maaf mah papah punya salah besar sama mamah, mau ngomong tapi jangan marah apalagi berfikir untuk ninggalin papah, papah gak mau" tegasnya sambil memelas dan tidak melepaskan pelukan kakiku.
"kamu selingkuh??" tanyaku datar
Syaif tidak menjawab dia hanya menangis dan berkata maaf
"jawab !!! kamu selingkuh kan??" tanyaku dengan berteriak
"iyah..." jawabnya lemah
kedua mataku terbuka lebar, kudorong tubuh suamiku dengan sekuat tenaga.
"kuburan anaku masih basah, tega teganya kamu kaya gini!!" aku yang selalu berteriak dan tidak perduli jika tetangga mendengarnya.
"papah khilaf mah, papah mabuk waktu itu jadi papah gak tau, papah minta maaf, papah mohon mah, papah mohon mamah jangan marah, maafin papah" Syaif memeluk kakiku kembali
"khilaf?? mabuk?? maksud kamu apa, kamu udah ngapain sama dia? kamu tidur sama dia??"
"iya mah tapi cuma semalam aja, karena papah mabuk papah gak tau, papah gak sadar maafin papah mah papah mohon"
"gila kamu ya, kamu gak ingat aku Syaif?? kaya gini perbuatan kamu sama saya!!" tegas
"papah mohon mah, maafin papah"
aku terus mengusap wajahku dengan kasar, tanpa sadar air mataku mengalir deras, aku tidak bisa berkata-kata, hatiku remuk sejadi-jadinya, suami yang aku cintai telah mengkhianati ku, entah mengapa aku menganggap bahwa tuhan tidak adil padaku.
"aku salah apa sama kamu pah, kamu jahat banget sama aku" tanyaku lirih dengan kedua tanganku yang menutup mukaku menyembunyikan tangisan kekecewaan ku.
"aku kurang apa, kenapa setega itu"
"papah minta maaf mah, mamah gak salah papah yang salah, mamah gak ada kurangnya mamah sempurna, papah yang salah, papah depresi kehilangan anak kita sampai papah mabuk dan ketika sadar papah lagi ada di tempat ********, papah juga gak ngerti kenapa papah di sana mah, papah minta maaf" penjelasannya dengan tangannya yang berusaha untuk memegang tanganku.
"kapan kejadiannya?" tanyaku tegas
"1 setengah bulan yang lalu, papah sayang mamah, papah minta maaf mah papah khilaf" sekarang ia bangkit dari duduknya, berdiri di hadapanku dan memegang bahuku.
aku menyingkirkan tangannya keras "jangan sentuh aku, pergi aku mau sendiri.!!"
"mah"
"pergi" aku mendorongnya keluar dari kamar, dan kututup pintu kamar dengan kencang menguncinya lalu aku menangis lemas dibalik pintu kamar,
diluar pintu kamar suamiku pun menangis termenung duduk ..
sesaat kemudian aku membuka pintu, suamiku kaget dan langsung berdiri memandangku.
"kamu risign dari perusahaan cari kerja di kota ini, tinggalkan dia atau kamu tinggalkan aku"! tegas
iya memundurkan langkahnya, bersandar ke tembok lalu menjambak rambutnya sendiri dengan kasar. "aku gak bisa ninggalin dia mah" jawabnya lemas
"oh ya?? kenapa, kamu cinta dia" aku berteriak mendekatinya dan menunjuk mukanya
"dia hamil"!!
plaaaakkkk....
tamparan keras kutujukan kepadanya, keras dan sangat keras hingga tanganku pun sakit karena menamparnya..
aku terdiam kemudian memukul dadanya dan entah apa yang aku pukul, dia menahan ku dengan tetap tidak melawan pukulan ku sambil memohon meminta maafku.
tenagaku habis, memukulinya dan menangis membuat energiku hilang, akupun terjatuh dan pingsan.
1jam kemudian
aku terbangun, aku sudah berada di tempat tidur, aku menyapu melihat isi ruangan kamarku dan mendapati suamiku sedang terduduk lesu menangis dilantai kemudian bangkit saat melihat aku tersadar..
aku bangun dan duduk diranjang, suamiku membantuku bangun. dengan lemah aku berkata "aku mau kita cerai" aku mengatakannya dengan tegas, suamiku menangis dengan sangat kencang, dia terus memohon ampun padaku memintaku agar memikirkannya kembali.
aku mengusirnya saat itu juga tanpa berkata-kata aku masukan barang-barangnya dalam koper lalu aku buang keluar rumah dan tak lupa akupun menarik suamiku agar keluar dari rumah kontrakan kami.
2 hari kemudian aku mendaftarkan perceraian ku, dan 3 minggu kemudian kami resmi bercerai.. dia selalu menangis dipersidangan dan juga selalu mengucapkan maaf sesaat sidang usai. "aku sayang kamu mah, gak akan berubah meski kita bercerai, maafin papah, papah emang bajingan, maafin papah, papah mohon" katanya sambil memegang tanganku dan duduk di bawah. aku hanya diam tidak menatapnya dan berlalu pergi meninggalkannya.
1bulan kemudian aku mendapatkan kabar bahwa ia menikah dengan wanita itu, Syaif harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, meski ia ragu bahwa itu anaknya karena mereka hanya tidur bersama satu malam saja dan juga wanita itu adalah seorang psk jadi pasti tidak hanya Syaif yang menidurinya, tetapi wanita itu bersikukuh bahwa itu anak Syaif.
Aku mengalami depresi, aku dibawa kedua orang tuaku ke psikiater, aku rasa aku gila saat itu, aku meminum obat setiap hari hingga 3 bulan lamanya, atasanku memberikan cuti sakit padaku selama 3 bulan itu, karena mereka mengetahui kondisiku.
kini aku mulai menerima keadaan, saran psikiaterku selalu terniang dikepalaku disaat aku terpuruk mengingat kejadian yang begitu membuat hatiku hancur, syukurlah aku selalu disuport oleh keluarga dan teman-temanku..
kini 6 bulan berlalu dan aku mulai bangkit, aku mulai menerima takdirku bahwa aku kini adalah seorang janda.
_----------------_
**ini adalah novel pertamaku, mohon maaf jika penulisannya masih kurang sempurna 🙏🙏
6 bulan berlalu, tapi syaif tetap menghubungiku, tidak lewat telepon karena ia tau aku tidak akan mengangkatnya, tapi ia selalu mengirimkan pesan. pesannya selalu berisikan tentang isi hatinya yang masih mencintaiku serta merindukanku.
"mah, lagi apa? aku kangen..
mah.. sekuat tenaga aku coba buat mencintai dewi tapi tetep saja gak bisa, dewi tidak sepertimu, dia tidak menurutiku, dia tidak bekerja tetapi setiap hari pergi entah kemana, dia juga selalu menghabiskan uangku dan murka ketika aku bertanya tentang alasannya, kalau gak ada bibi di rumah mungkin aku gak bakal keurus mah.
aku juga gak bisa lupain kamu mah, rasa kangenku malah membuat cintaku bertambah, aku senang pernah bersamamu, memiliki istri sesempurna dirimu, i love u mah and i really miss u" pesan wanya terhapku.
seperti biasa aku tidak membalasnya.
keesokan harinya sepulang kerja aku datang menemui dr.lala psikiaterku.
"siang dok" sapaku
"hai Dinda, siang juga.. bagaimana kabarmu seminggu ini" tanyanya sambil bersalaman denganku dan menuntunku untuk duduk di sofa ruang kerjanya
"baik dok, tapi tadi malam syaif mengirimiku pesan lagi" aku menyodorkan ponselku dan secara langsung menyuruh dr.lala untuk membacanya.
dr.lala menghembuskan nafas panjangnya dan beralih memandangku "lalu bagaimana perasaanmu menerima pesan seperti ini ?"
"entahlah dok, tapi seperinya ada rasa bahagia ketika tau bahwa dia masih mencintaiku, tapi aku juga sedih ketika mengetahui bahwa pernikahannya seperti tidak bahagia" aku menyandarkan punggunggungku ke sofa dan melihat langit-langit kantor dr.lala menghembuskan nafas panjangku dan memejamkan mataku. " apakah aku seperti wanita yang sedang memikirkan suami orang lain dok, bukankah itu salah, aku membenci diriku sendiri yang masih menyimpan perasaan pada syaif yang sudah menjadi suami orang "
"Dinnn... dengarkan aku" ia meraih kedua tanganku "tidak tari, kau bukan wanita seperti itu, itu wajar karena kamu masih terjebak dalam kisah ini, coba temukan kisah yang baru maka dengan sendirinya perasaan itu akan hilang"
"aku mau dok, dan aku tau itu, tapi bagaimana caranya, kau tau bahwa aku seorang Introvert, aku tidak semudah itu menemukan dan memasukan orang baru dalam hidupku" ucapanku lirih
"apa kau punya teman/sahabat ?" tanya dr.lala
"saat ini hanya teman kantorku saja, itupun hanya sekedar teman tidak ada yang spesial" jawabku ragu
"pasti ada Dinda, teman rumah atau teman kuliahmu dulu"
"aku introvert dok aku tidak suka bergaul dengan tetangga, study kebidanan sangat padat hingga waktuku habis hanya untuk belajar dan praktik saja" jawabanku yang semakin ragu
" ayolah Dinn ingat-ingat, saat sekolah mungkin sd smp..." perkataannya terhenti ketika aku mengagetkanya.
"SMA dok, iyaa dok aku punya sahabat selama 3 tahun kami bersama meski berbeda kelas" jawabku yakin dengan senyuman lebar bibirku
"tapi aku tidak punya kontak mereka, setelah lulus kami disibukan dengan kegiatan kuliah jadi tidak pernah kontak" aku pun mulai ragu kembali
"baiklah itu lebih baik, kamu akan disibukan dengan berfikir bagaimana cara untuk bertemu dengan mereka, carilah kontak mereka hubungi mereka dan ajak mereka bertemu." pintanya padaku sambil memegang bahuku dan menepuk-nepuknya
"oke dok" jawabku sambil mengacungkan jempol
"oke baiklah,Dinda apa kau masih sulit untuk tidur?" aku mengangguk dengan cepat "baiklah ini resep obatnya ambillah dan jangan lupa atur jadwalmu untuk kembali 2 minggu yang akan datang, aku harap akan dapat kabar baik darimu dan sahabatmu"
dr.lala memberikan resrepnya, aku menerimanya dan pamit untuk pergi, menebus obat lalu kembali pulang.
di perjalanan aku benar-benar disibukan dengan bagaimana caraku untuk bisa mendapatkan kontak sahabatku, kini aku benar-benar mengalihkan sebagian pikiranku.
sesampainya dirumah ibuku menyambutku dengan sebuah kertas lalu memberikannya padaku, aku membacanya dengan seksama. aku tersenyum membacanya karena akhirnya tuhan seperti mengikuti jalanku, aku menerima sebuah undangan reuni SMA ku. kini aku bahagia karena akhirnya ada jalan agar aku bisa bertemu dengan sahabat-sahabatku tanpa harus berfikir keras untuk menemukan cara.
"minggu depan kita akan bertemu sahabatku, aku merindukan kalian, see u" ucapku dalam hatiku
Acara Reuni
hari ini telah datang, aku sudah mempersiapkan diri dengan pakaian terbaikku, aku melangkah pergi dari rumah dan masuk dalam mobil yang sudah siap akan mengantarku kesekolah, kini ayah mengantarku.
sesampainya di sekolah aku masuk dengan ragu, menyapu pandanganku pada sekeliling bangunan sekolahku, kini sekolahku berbeda dari yang dulu, kini semakin bagus dan tertata rapih, ditambah dengan hiasan untuk acara reuniku yg semakin membuat sekolahku menjadi terlihat cantik dengan lampu-lampu yang berwarna, karena acara reuni dilaksanakan pada malam hari.
saat aku semakin melangkah masuk terdengar suara teriakan dari samping kananku " Dinda...." ana sahabatku memanggilku dengan suara keras
aku mendekat, aku hampir menangis gembira karena tahu bahwa sahabatku sudah berkumpul bersama dalam satu meja, ia adalah Ana, Ririn, Raka dan Juna ..
Ririn sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak, Raka menikah tahun lalu dan istrinya kini tengah hamil, Juan yang playboy pun sudah menikah itupun karena istrinya hamil duluan, Sedangkan Anna dia masih sigle.
"Dinda apa kabar, aku kangen" tanya Anna sambil memeluku
"baik, kalian gimana, yatuhan seneng banget aku ketemu kalian" aku tersenyum lebar
"Dinn ko kamu tambah cantik aja sih" ucap genit Juna padaku
"brisik lu jun, punya bini kelakuan tetep begini aja gk ada berubahnya hahaha" lantang Ririn mengatakannya sambil menepuk bahu Juna
kitapun bencengkrama, dan membahas hal-hal aneh dan lucu saat masa-masa sekolah dulu, aku senang sekali dan tak pernah berhenti rasanya bibir ini tersenyum
"eh Al gak datang tah?" pertanyaan Raka berhasil mengheningkan suasana
Al... dia adalah anggota geng kami yang terakhir, geng kami tidak akan lengkap tanpanya. tapi sahabatku itu berubah menjadi pacarku saat itu, tapi setelah lulus sekolah kamipun berpisah karena kuliah kami tidak bersama, dia menghilang setelah putus dariku bahkan saat dia menikahpun tidak ada satupun yang diundangnya untuk datang ke pernikahannya, dia sangat menarik diri dari kami.
"gak akan dateng lah, males ketemu Dinda hahaha" ledek Juna padaku
kamipun hanyut kembali dengan obrolah yang penuh canda dan tawa..
"eh gw ke toilet dulu ya sekalian ambil minum haus gw, dari tadi dateng sampe sekarang gak ada banget yang nawarin ngambilin minum haha" tawaku sambil melirik 2 pria yang ada di hadapanku Raka dan Juna
"hahaha maap Dinda...mau ditemenin gak ke toiletnya" goda Juna padaku
"yeuuuuhhhh...." Ririn melemparkan snack pada Juna " bejakeun nyaneh ka rabi haha"(bilangin kamu sama istri kamu) ucap Ririn meledek
aku keluar dari toilet dan bergegas untuk mencari minum, setelah menemukan minuman aku pun berjalan meuju meja dimana sahabat-sahabatku berkumpul, langkahku terhenti seketika ada yang menarik tangganku dengan kuat, menuntunku untuk mengikutinya. cahaya lampu malam yang tidak terlalu terang membuat aku berfikir keras mengingat wajah siapa yang menarik tanganku karena sekarang aku hanya melihat punggungnya saja yang berada di depan menarik tangganku. "siapa dia?" tanyaku dalam hati
"awww sakit, lepas aww" tarikan tanggannya sepertinya akan meninggalkan bekas merah di pergelangan tanganku. tenaganya begitu kuat hingga akupun tidak bisa melepasnya
"awww sakit, hei stop please awww" dan akhirnya langkahku terhenti disebuah taman depan kelasku dulu. jauh dari lapangan basket yang menjadi pusat tempat reuni diselenggarakan, gelap samar tidak terlihat percis wajahnya..
buggghh....
dia menarik badanku dan menjatuhkannya di dadanya, kini aku dipeluknya.. wajahku tepat berada di dadanya, dada yang berbidang dan terasa berotot.
"lepas ishh lepass" sekuat tenaga aku melepasnya tapi tidak bisa karena dia terlalu kuat
"Lepas...!!!" aku berteriak dan diapun melepaskan pelukannya
"kamu apa-apaan sih, kamu siapa?" nada suaraku tinggi karena kesal dengan tindakannya yang tidak sopan terhadapku
"sudah aku bilang kamu harus bahagia, kenapa kamu bercerai sekarang" ucapanya lantang dan tidak kalah tinggi nadanya denganku.
aku mengenali suaranya, dia Vicki cinta pertamaku, pacarku dulu sebelum bersama Al dan Syaif..
"Vicki ..." ucapku lirih
dia mendorong bahuku dan merapatkannya di tembok, kini kami berhadapan mata kami bertemu walau samar cahaya terasa.
"aku selalu mengawasi mu Din, entah bersama Al maupun Syaif, aku kira setelah menikah kamu akan bahagia, aku memutuskan untuk tidak mengawasi mu lagi, tapi kenapa kalian bercerai?" pertanyaannya seperti orang yang bersedih
"aku..., tunggu, kau mengawasi ku? apa maksudnya? mengawasi aku dengan Al dan Syaif, selama itu??" tanyaku penasaran, karena jika dihitung aku berpacaran dengan Al selama 5tahun dan bersama Syaif sekitar 4 tahun sebelum memutuskan menikah.jadi sekitar 9 tahun dia mengawasi ku
"iya.." kini tangannya beralih ke pipiku berposisikan seperti orang yang akan berciuman. "Dinda, kau adalah cinta pertamaku jelas aku tidak bisa melupakanmu" lirih perkataannya membuat jantungku berdegup kencang, dag dig dug berharap dia tidak mendengarnya karena posisi kita yang sangat dekat.
aku menepis kedua tangannya dan mendorongnya agar sedikit menjauh dariku "Vicki menjauhlah nanti akan ada orang yang salah paham" ucapku tegas
" Dinda... ceritalah aku benar-benar tidak mengetahui kehidupanmu setelah kau menikah " pintanya sedikit memohon
"tidak sekarang Vicki tolong, aku tidak mau membahasnya aku sedang berbahagia hari ini, jadi please jangan membuat moodku hilang dengan membahasnya"
aku mencoba pergi darinya tetapi tanganku kembali ditarik olehnya
"aww Vicki kau menyakitiku" ucapku lirih
"aku menunggumu diluar, jangan pulang tanpa aku, aku tau kau diantar ayahmu, rumah kita pun searah jadi pulanglah denganku!" pintanya yang terdengar seperti perintah.. dia berlalu pergi meninggalkanku tanpa mendengar jawabanku
"ishh dia pikir dia siapa?" akupun pergi dan kembali mencari minuman karena minuman yang tadi kuambil terjatuh entah dimana, dan akupun bergegas kembali ke meja sahabatku...
"kita bikin grup wa yuk biar komunikasinya jalan" ajak Anna
kamipun bertukar nomor ponsel dan hanyut dalam lantunan lagu hiburan di acara reuni ini.
"Al dimasukin ke grup gak?" seketika Raka berhasil membuat keheningan untuk yang kedua kalinya karena menyebut nama Al
" terserah lo aja, lagian gw gak punya nomor ponselnya" jawab Ririn ketus
" ya masukin aja kali kan dia sahabat kita juga, gak seru kalau gak ada satu.. sahabat kan Diiiiiin?" Anna menatapku tajam dan tersenyum penuh arti padaku
" iya gak apa-apa kalo Raka punya nomor ponselnya, tapi coba japri saja dulu, tanya persetujuannya untuk masuk grup, barang kali dia gak mau kalau ada aku" pintaku tegas
"Ok" Raka mengiyakan sambil memainkan jarinya di ponsel miliknya
"Dinda pulang naik apa? " tanya juna padaku
"Aku di antar ayah tadi Jun " jawabku
"kenapa lo, mau nebeng yah,, gak bisa gak bisa arah rumah lo beda jauh Junaaaaaa" ketus Ririn
"Lahh ya gak lah, dia aja dianter gimana mau nebeng.. aku maunya nganterin, Dinda mau aku anterin?" Juna mengajakku
seketika aku mengingat kembali percakapan Vicki padaku yang akan mengantarkannya pulang.
"Aku dijemput ayah Juna gak usah repot-repot" aku tersenyum untuk menolak ajakan halus Juna
"Lagian ganjen banget sih mentang-mentang Dinda udah singgel, aku aja napa yang diajak aku juga kan singgel" ucap Anna yang penuh harap
" wahaha jelas dong kamu nomor satu, mau aku antar pulang kah wahai tuan putriku?" ajakannya genit pada Anna
"tapi nanti bini lu ngambek" jawab Anna ketus
"gak lah kan gak tau, lagian masa nganter sahabat aja ngambek, kekanak-kanakan" ucap Juna yakin
Juna dan Anna sebenarnya sempat berpacaran saat kelas 1 SMA, hanya saja cuma bertahan 3 bulan karena sifat playboy Juna yang tidak bisa Anna maafkan, tapi mereka berpisah secara baik-baik dan menjalin hubungan baik sampai sekarang hingga tidak ada yang menyangka bahwa mereka sebenarnya adalah mantan pacar.
"eh pesan gw di baca Al" ucapan Raka membuat kami kaget
"mengetik coy mengetik, gila gw gak nyangka setelah bertahun-tahun dia bales wa gw..
kami pun ikut tegang menunggu balasan Al
hampir 2 menit kami menunggu wa yang bertuliskan mengetik..... pada layar kontak Al di ponsel Raka yang sengaja diletakan dimeja.
hatiku mau copot rasanya dengan ketegangan ini, penasaran sekali rasanya.
✓(Raka)
*Al, ini gw raka.. gak ikut reuni tah? gw lagi sama anak-anak..
mereka bikin grup wa ada Anna, Ririn, Gw, Juna sama Winna. lu mau ikut gabung gak?
gak seru soalnya kalo gak ada lu..
✓(Al)
ikut kok, oke masukin aja
balasan Al membuat bola mata kita terbuka lebar, bukan hanya aku yang kaget tapi semuanya tidak menyangka atas reaksi Al.
"Lah dia ada disini dong? kenapa gak gabung sih, menyebalkan" pertanyaan Juna membuat kita tersadar, dan membuatku mati kutu.
aku tidak bisa membayangkan jika harus bertemu dengan Al, kami putus tidak baik-baik saat itu.. karena itu aku pasti akan canggung bertemu dengannya..
"gilaa... kita harus apa kalo ketemu dia, udah lama banget pasti tengsin lah" ucapan Anna seketika membuatku menganggukan kepala
✓(Raka)
lo dimana Al, sini gabung sama anak-anak
Ririn yang mengetahui Raka membalas pesan Al memukul pundaknya
" ihhh lu tuh gimana sih, pake ngajak gabung ntar kalo kesini beneran gimana?" tanya Ririn kasar
" Ya gak gimana-gimana lah lebay beud lu pada, Al itu sahabat kita, dan sampai kapanpun tetep sahabat kita.. dan lu Din, cobalah anggap dia sahabat aja deh jangan mantan biar gak canggung" ucapan Raka seketika membuat pipiku merah dan terasa panas di wajahku
Al tidak membalas pesan Raka, Raka terlihat kecewa karena dialah yang paling dekat dengan Al, karena sampai saat ini pun ia masih memiliki kontak Al walaupun pesannya tidak pernah dibalas Al.
"Udah malem, nih acara udah kelar belom sih anak gua nungguin tau minta tidur sama mamihnya" tanya Ririn panik melihat panggung hiburan
"pulang duluan aja gak apa-apa kali Rin, inikan bukan lagi sekolah yang bakal dimarahin kalo lu bolos hahaha" ucap Juna meledek
"iya juga sih, pulang yuuuk, Raka balik yuk kita kan searah, nebeng...." rengek Ririn manja kepada Raka
" yaudah hayuk, kasian juga bini gw sendirian di rumah" jawab Raka
Raka dan Ririn pun pulang dan tersisa hanya ada aku Anna dan Juna..
grup wa
✓(*Ririn)
gw sama Raka balik ya, lu pada jangan pada kemalaman ntar ada yang culik
✓(Anna)
iyah, hati-hati beps
✓(Ririn)
hati-hati Anna pulang sama Juna, tampol aja kalo Juna macem-macem ..
✓(Juna)
ahsiappp !!!!!
✓(Anna)
iyah tenang aja Rin, gw bukan pelakor hahahahaha
✓(Ririn)
Dinda see u next time yah salam buat ayah kalau nanti jemput
✓(Anna*)
kata Dinda oke rin
aku masih belum sanggup berkomentar karena aku merasa malu karena posisi grup ada Al didalmanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!