Ari sedang sibuk mengurus salah satu hewan ternak kesayangannya, tiga ekor Woolcow yang merupakan salah satu hewan ternak paling laris di desanya karena Woolcow terkenal sebagai hewan yang unik dan bermanfaat.
Tubuh Woolcow berukuran sangat besar, kira kira sepanjang tiga sampai lima meter untuk ukuran dewasa. Woolcow memiliki ciri fisik yang khas yaitu bulunya yang sangat tebal dengan badan besar berotot dan warnanya yang beragam tergantung makanannya. Bulu Woolcow sangat cocok untuk dibuat menjadi pakaian hangat dan susunya yang sangat begizi sangat cocok untuk diminum baik oleh anak anak maupun orang dewasa.
Ari sibuk sendirian memandikan ketiga Woolcow miliknya. Semenjak kedua orang tuanya meninggal dunia karena sakit akibat keracunan Partikel Mana dan adik laki lakinya meninggal dunia karena perselisihan antar desa, Ari yang hidup sendiri memutuskan untuk terus menjadi peternak dan berhasil menjadi peternak yang cukup sukses.
"Ari, bisa kau bantu aku untuk membawakan beberapa sak pakan ayam ini ke gudang? "
"Baik, kakek Jon.
Aku akan bawakan pakan ayam itu setelah selesai mengurus Woolcow-ku. "
Ari memanggil pria itu sebagai kakek Jon. Pria tua berusia 80 tahun lebih yang masih sangat aktif beternak dan berkebun. walaupun Kakek Jon memiliki tubuh yang kurus, namun fisiknya masih sangat prima dan gesit meskipun dia sudah tidak sekuat dulu. Kakek Jon memiliki sekitar dua lusin ayam dan sepetak luas tanah penuh sayuran yang menjadi salah satu asupan utama makanan di desa.
Menurut kabar yang beredar, pria seusia kakek Jon seharusnya hanya bisa berbaring dikasur setiap hari dan tidak mampu lagi untuk melakukan apapun. namun sepertinya Kakek Jon adalah satu dari sedikit orang yang berhasil bertahan dengan kondisi fisik yang luar biasa.
Siang itu, setelah Ari selesai memandikan dan merawat ketiga Woolcow-nya serta membiarkan mereka merumput dilahan peternakannya, Ari bergegas menghampiri rumah kakek Jon untuk menyelesaikan janjinya.
Ari menemukan tiga buah sak pakan ayam tergeletak rapih di halaman depan rumah Kakek Jon, sepertinya pedagang pakan hewan sengaja menurunkan pakan ayam disana sebagai bentuk profesionalisme nya. Ari menerka kalau si Pedagang Pakan masih tidak suka dengan kakek Jon dan sengaja meletakkan pakan ayam dihalaman depan rumahnya untuk menyulitkan kakek Jon.
Kadang Ari masih merasa keheranan saat mendengar kisah tentang orang orang-orang didesanya. Mereka sering kali dengan sengaja mempersulit kehidupan orang lain hanya karena ketidaksukaan yang sederhana dan remeh.
Ari memutuskan untuk membawa ketiga sak pakan ayam itu sekaligus dengan menumpuknya di salah satu pundaknya. Pakan ayam ini masing masing memiliki berat sekitar sepuluh kilogram tapi bagi Ari pakan ternak ini masih tergolong sangat ringan.
Ari memanggul ketiga sak pakan ayam dengan mudah dan segera membawanya ke gudang melalui jalan di samping rumah Kakek Jon. Ari tidak menyadari bahwa sebuah balok kayu secara tidak sengaja telah terlepas dari dinding rumah kakek Jon sejak beberapa waktu yang lalu dan sekarang bergantung melintang didepan kepalanya.
Ari yang terbiasa berjalan sambil menundukkan kepalanya, kebiasaan buruk yang dia dapat dari masa mudanya yang sering dirundung, secara tidak sengaja membenturkan kepalanya pada kayu yang melintang.
Bugh!
Kepala Ari yang membentur balok kayu dengan cukup keras, menghasilkan suara yang cukup keras walaupun tidak meninggalkan luka. Hanya saja, luka fisik adalah sesuatu yang remeh untuk Ari saat ini.
Didalam kepala Ari, sebuah gambar mendadak muncul dengan sangat jelas. Gambar, yang mungkin lebih tepat disebut sebagai Ingatan, yang Ari sendiri tidak mengerti kenapa bisa muncul didalam kepalanya menampilkan sebuah benda berbentuk kotak dengan gambar yang bergerak didalamnya. Ari bisa merasakan sebuah sensasi perasaan, kilasan emosi dari sosok pemilik ingatan ini saat dia tengah menyaksikan karakter yang ada didalam kotak bergerak sesuai keinginannya. Orang didalam ingatan tersebut saat ini tengah bermain video game!
Karakter didalam kotak itu bernama Mike the Hero, bersama ketiga temannya mereka bertarung disebuah kastil melayang menghadapi sesosok manusia dengan tubuh besar terbalut baju zirah perang berwarna gelap.
Pertarungan Mike dan teman-temannya menghadapi ksatria berzirah hitam berlangsung dengan sangat sengit dan menegangkan. Lebih dari satu kali, Mike harus tunduk kalah pada kekuatan ksatria berzirah hitam sebelum kemudian dibangkitkan lagi oleh teman temannya.
Pedang besar dan perisai tebal menjadi senjata utama dari ksatria berzirah hitam untuk menghadapi Mike dan teman-temannya. Setiap sabetan pedangnya mampu menghempaskan Mike dan teman temannya, sedangkan perisai tebal itu dapat dengan mudah menghalau berbagai serangan sambil menjadi senjata alternatif yang mematikan.
Permainan berakhir dengan kekalahan ksatria berzirah hitam, walaupun disisi lain Mike the Hero juga harus mengerahkan segala kemampuannya dan mengorbankan teman temannya.
Sementara itu, si pemilik ingatan menunjukan perasaan kagum dan bangga. Ksatria berzirah hitam adalah sosok favoritnya, dan walaupun dia harus mengalahkan ksatria berzirah hitam, si pemilik ingatan dengan sengaja memastikan karakter yang dia gunakan, yaitu Mike the Hero, harus benar benar berada di ujung garis kekalahan hanya supaya dia bisa melihat ksatria berzirah hitam kalah dengan terhormat.
"Aku ingin sekali menjadi ksatria berzirah hitam!
Dia kuat, brutal, dan abadi!
Kekalahannya menghadapi pahlawan hanyalah karena alur cerita permainan mengharuskan dia kalah! "
Ingatan itu berhenti dan hilang, meninggalkan Ari yang jatuh terduduk dalam keadaan bingung dan bersemangat. Bingung karena dia tidak mengerti darimana asal ingatan yang baru saja dia rasakan. Ingatan itu tampak sangat nyata dan perasaan yang dia terima dari ingatan itu terasa sangat kuat. Sangat kuat sampai sampai Ari bisa merasakan pola pikir dan prioritasnya mulai berubah.
Ari menjadi sangat bersemangat. Amat sangat bersemangat, karena setelah ingatan itu selesai dan Ari kembali pada dirinya sendiri, dia menyadari bahwa keinginan dari orang yang ada di ingatan itu bisa dicapai di negeri nya saat ini.
Merasakan dorongan yang baru dan aneh tapi memabukkan, Ari bergegas meletakkan pakan ayam kakek jon di gudang lalu pergi menuju pusat desa. Tujuan Ari adalah satu satunya kedai sekaligus penginapan yang ada didesa.
Ari berlari dengan sangat tergesa gesa. Setiap langkahnya yang berat membuat kakinya sedikit masuk kedalam jalanan tanah yang sedikit lembut, efek dari hujan beberapa hari lalu dan matahari yang tidak kunjung bersinar terang karena banyaknya awan yang menutupi langit.
Ari akhirnya tiba di pusat desa setelah berlari selama dua puluh menit. Dadanya sesak kehabisan nafas, membuatnya terengah-engah sambil berusaha menarik sebanyak mungkin udara masuk kedalam paru-parunya. Tapi semangat Ari tidak berkurang sedikitpun!
Ari bergegas menuju ke kedai dan langsung menghambur masuk. Didalam kedai, Ari disambut oleh suasana bising warga desa yang sedang asik bernyanyi dan menari sambil ditemani makan siang dan camilan. Ditengah tengah kedai, tampak berdiri empat orang pemain musik dan seorang penyanyi wanita sedang memberikan sebuah pertunjukan. Mereka tampaknya adalah penyanyi keliling.
Si penyanyi wanita melantunkan lagu dengan suaranya yang merdu dan manis, memanjakan telinga warga desa dengan kata kata puitis yang diiringi musik yang ramai penuh semangat. Penampilan penyanyi wanita yang cantik juga menambah semangat warga desa laki laki, sementara para warga desa wanita tampak kurang suka tentang aspek kecantikan walaupun mereka tetap menikmati lagu yang dibawakan.
O dengarlah Hikayat senja.
Tentang seorang kesatria dan seorang wanita.
Dipertemukan dalam sebuah desa.
Dipisahkan karena sebuah fakta
O dengarlah hikayat ksatria.
Berlatih dan bertarung demi tahta dan kekuatan.
Hingga menemukan pujaan jiwa.
Yang tidak bisa menjadi miliknya.
O dengarlah hikayat seorang wanita.
Hidup dalam desa dan terpenjara.
Bertemu ksatria gagah perkasa.
Tapi takkan pernah bisa bersama.
O dengarlah hikayat senja.
Dia manusia bertemu tapi tidak selamanya.
Masing masing kembali pada jalannya.
Gelap dan penuh nestapa.
Ari menyapukan pandangannya ke seluruh isi kedai, mencari sosok yang bisa menjadi kunci untuk mewujudkan mimpi dan harapannya yang baru. Sayangnya sosok tersebut tidak ada dikedai ini, membuat Ari kecewa dan berpikir untuk menyerah.
Namun kemudian pintu kedai kembali terbuka dan orang yang Ari cari muncul dihadapannya. Orang tersebut adalah seorang petualang bernama Thomas, yang secara kebetulan juga dikenal sebagai Warrior Thomas. Dia pernah menjalani pendidikan di akademi ksatria, walaupun harus menerima fakta kalau dia tidak cukup baik disana dan harus dikeluarkan dari akademi di akhir tahun pertamanya.
Ari segera menghampiri Thomas dan langsung menyeretnya ke pojokan yang remang remang, membuat Thomas bingung dengan sikap Ari yang lebih sering dikenal sebagai "Si Besar yang Ramah".
"Ada apa Ari? Kenapa tiba tiba kau menarikku kesini?"
"Thomas, aku mau bertanya padamu! bagaimana cara untuk mendaftar ke akademi ksatria?"
"Akademi ksatria? Kenapa kau tiba tiba ingin mendaftar ke akademi ksatria?
Kukira cita citamu adalah peternak dan pedagang Woolcow yang sukses."
"Alasanku adalah urusanku. Yang penting kau harus memberitahuku bagaimana cara untuk mendaftar ke akademi ksatria!"
"Hei sobat, sabarlah! Jangan mendorongku seperti itu!
Tidak biasanya kau sekasar ini pada orang disekitarmu. ada apa denganmu?"
"Cepat katakan Thomas!"
"Baik! Baik!
Mendaftar ke akademi ksatria adalah hal mudah. Kau cukup pergi ke kota terdekat dan mendatangi Barrack Ksatria. disana kau bisa mengambil formulir dan mengisi data diri.
Yang sulit adalah soal biaya, waktu dan pelatihan. Untuk mendaftar kau harus membayar sepuluh keping emas dimuka, bukan jumlah yang sedikit untuk orang desa seperti kita. untuk waktu ujian masuk akan diberitahukan padamu dilain hari setelah pendaftaranmu. jaraknya dimulai dari keesokan harinya atau beberapa tahun kemudian, tidak ada yang tau dengan pasti.
Setelah itu masih ada masalah soal pelatihan. Pelatihan akademi ksatria sangat keras bahkan mendekati mematikan. Jika kau berhasil mengikuti semua proses pelatihan sampai selesai, maka bisa dipastikan kau akan menjadi kesatria yang kuat dan banyak kastil serta bangsawan akan tertarik untuk merekrutmu.
tapi jika kau gagal dalam pelatihan, kau hanya akan punya dua pilihan. dikeluarkan dari akademi, atau menjalani hidup keras sebagai ksatria buangan. tanpa tuan dan harga diri, satu satunya bukti kalau kau lulus adalah tanda pengenal yang didesain khusus untuk menunjukkan kalau kau adalah orang gagal."
Ari tercengang dan mulai menjadi ragu. dorongan dalam dirinya, dorongan yang baru saja dia temukan, mengatakan kalau tidak ada alasan apapun yang bisa menghentikan dia untuk menjadi ksatria. bahkan menjadi ksatria buangan jauh lebih baik daripada tidak menjadi ksatria sama sekali. di sisi lain, Ari sebagai warga desa biasa merasa resiko menjadi ksatria terlalu besar. amat sangat besar.
"aku menyarankan supaya kau tidak usah mencoba menjadi ksatria Ari.
kalau kau memang ingin mencoba pertarungan, kau bisa mencoba menjadi petualang sepertiku."
Ari menatap wajah Thomas. rambutnya yang pirang dan wajahnya yang bersiku memberikan ekspresi penuh kebaikan dan kepedulian. Thomas memang selalu menjadi pelanggan favoritnya sekaligus juga salah satu teman Ari yang paling.
Thomas adalah salah satu jendela terluas bagi Ari untuk mengenal tentang dunia luar yang luas.
pandangan Ari kemudian berangsur angsur berubah. keraguannya tampak mulai hilang dan ekspresi penuh keyakinan mulai muncul. Ari berkata pada dirinya sendiri, dia tidak mau terus menjadi peternak Woolcow. bukan karena pekerjaan itu tidak menguntungkan, tetapi karena dia tahu menjadi peternak tidak akan mewujudkan impian barunya untuk menjadi ksatria.
menghunuskan pedang, menghantamkan perisai, semua dilakukan dalam balutan baju zirah kokoh yang melindungi dirinya dari serangan fisik dan sihir. semua itu masih tergambar jelas dalam ingatan Ari dan menjadi bahan bakar baru yang mengobarkan api semangat dalam dirinya.
"beritahu aku tempatnya Thomas.
aku akan menjadi ksatria!"
Ari berlari kembali ke rumahnya dengan penuh semangat. Thomas sudah memberitahukan lokasi tepat dimana dia bisa mendaftar sebagai ksatria. Yang perlu Ari lakukan sekarang adalah menjual peternakannya dan mendapatkan uang yang cukup untuk berangkat ke kota.
segera setelah Ari sampai dirumahnya, Ari langsung membereskan semua sisi rumahnya dengan sangat teliti. satu hal yang dia tahu tentang jual beli rumah adalah tidak ada orang yang menginginkan rumah yang berantakan.
dengan segenap kemampuannya, Ari menghabiskan waktu satu minggu untuk merapihkan rumahnya. dia memperbaiki dinding yang berlubang sebisa mungkin dengan lumpur dan batu, memperbaiki dan mengganti tiang kayu yang rusak dengan kayu baru yang dia dapatkan dari hutan. Ari bahkan memperbaiki atap yang sudah mulai lapuk dan berlumut, dengan sangat hati hati bekerja supaya tubuhnya yang besar tidak menjadi penghalang atas usahanya membersihkan rumah.
setelah satu minggu penuh bekerja keras, Ari akhirnya berhasil membuat rumahnya tampak jauh lebih baik. Rumahnya memang jauh dari sempurna, tapi sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik dari yang dia bayangkan sebelumnya. saat sedang mengagumi hasil karyanya sendiri, kakek Jon menghampiri Ari dan menyapanya.
"Hai Ari, ada kejadian apa sampai kau memperbaiki seluruh rumahmu?"
"halo Kakek Jon, aku mau menjual rumah dan peternakanku."
"menjual? kenapa kau mau menjualnya?"
"aku berencana untuk mendaftar ke Akademi Ksatria dan aku butuh uang untuk mendaftar. dengan menjual rumah dan peternakan ini, aku bisa mendapatkan uang yang cukup untuk pergi ke kota dan mendaftar di Akademi Ksatria."
"hmmm."
"tidak usah berpikir dengan pose tangan di dagu seperti itu kakek Jon. itu sangat tidak dirimu sekali. hahaha"
"ohh.. hahaha. ya sepertinya aku terlihat terlalu serius ya?
bagaimana kalau begini, aku akan membeli peternakan dan rumahmu beserta dengan ketiga Woolcow mu. aku juga akan menyediakan perbekalan dan peralatan yang cukup untuk perjalananmu sampai ke kota.
tapi dengan satu syarat."
"syarat apa itu kakek Jon?"
"aku mau kau mengalahkanku dalam perkelahian dan membuatku berlutut ditanah."
"apa? berlutut ditanah? tapi kau sudah tua kakek Jon! bahkan kau pasti sudah sangat sulit untuk bisa berjalan dalam waktu lama. bagaimana mungkin aku tega untuk menantangmu berkelahi?"
"ahhh ... Ari muda yang polos ...
kau belum tahu apapun tentang dunia diluar sana anak muda.
sebelum kau berbicara soal umurku dan kondisiku, buktikan dulu kalau kau bisa lebih baik dari aku.
temui aku di gudang pakanku setelah kau selesai makan siang."
kakek Jon kemudian pergi meninggalkan Ari yang kebingungan. Ari melihat kakek Jon melangkah dengan langkah kecil dan gemetar, seakan setiap langkah yang diambil bisa menjadi langkah terakhirnya didunia ini. tapi Ari mengakui kalau kakek Jon adalah pria tua yang gesit dan lincah. dalam banyak kesempatan, Kakek Jon bisa menghampiri dan berdiri disamping Ari tanpa Ari tau kapan dia mulai berjalan ataupun kapan dia tiba.
*****
Ari tiba di gudang pakan Kakek Jon setelah selesai menikmati makan siang sederhana. digudang itu, Kakek Jon sudah siap sedia menunggu Ari. postur berdiri Kakek Jon tampak berbeda dari biasanya, dan suasana yang ditimbulkan kakek Jon membuat Ari sedikit ragu ragu tentang apa yang akan dia perbuat digudang ini.
"selamat datang Ari.
apakah kau sudah siap?"
"aku siap kakek Jon.
apapun akan aku lakukan supaya aku bisa menjadi ksatria!"
"semangat yang bagus.
tapi buktikan dulu semangatmu dengan tindakan!
buat aku jatuh berlutut dan kau akan aku izinkan pergi, kalau tidak kau harus tetap di desa ini dan terus menjadi peternak Woolcow. kau mengerti?"
"aku mengerti!"
"sekarang majulah!"
Ari tahu kalau dia bukanlah seorang petarung. dia hanyalah anak desa berbadan besar dengan kekuatan fisik yang lebih besar daripada anak seumurannya. saat kakek Jon memberi tanda bahwa perkelahian mereka dimulai, yang pertama dilakukan Ari adalah membulatkan tekadnya dan lari menerjang Kakek Jon dengan tinju kanan dalam posisi siap memukul. Ari melepaskan pukulannya, yang dia usahakan tidak terlalu cepat dan kuat agar tidak melukai kakek Jon, dan mendapati bahwa dirinya tiba tiba sudah jatuh terjerembab diantara tumpukan karung pakan ayam.
Ari segera berusaha berdiri, dengan sedikit kesulitan karena bingung dan limbung, lalu melanjutkan serangannya satu kali lagi. anehnya, Ari kembali jatuh dalam posisi muka bergesekan dengan tanah didepan pintu gudang, dan dia masih tidak memahami bagaimana dia sampai terbaring ditanah.
"uuhhh.. apa yang terjadi?"
"masih mau melanjutkan Ari?"
"tentu saja! aku akan terus berusaha sampai bisa mengalahkanmu kakek Jon!"
"hehehe semangat yang bagus."
Ari terus menerus menerjang dan berusaha meninju kakek Jon. disetiap usahanya, Ari selalu mendapati dirinya terjatuh dalam posisi yang aneh dan rumit. satu kali Ari terjatuh dalam posisi duduk menghadap karung pakan ayam, kali berikutnya Ari terjatuh dalam posisi berbaring miring dengan wajah menghadap pintu gudang. yang paling tidak bisa Ari pahami adalah saat dia tersadar bahwa dia tiba tiba sudah berada di atas pintu gudang, terduduk dengan pandangan kosong sejenak karena bingung.
Ari terus mencoba sampai hari menjelang sore dan Kakek Jon memutuskan kalau perkelahian mereka harus ditunda sampai besok. Ari bersikeras ingin mencoba lagi, walaupun badannya sudah penuh dengan peluh, debu dan luka lecet. sayangnya, Kakek Jon dengan tegas menolak permintaan Ari dan mengusirnya pulang. Ari hanya bisa berjalan pulang dengan langkah gontai penuh kekalahan. Ari tidak pernah menyangka kalau kakek Jon sama sekali tidak bisa disentuh. Ari bahkan tidak bisa melihat bagaimana kakek Ari bisa menghindar dan menjatuhkan dirinya.
Ari segera pulang dan membersihkan dirinya. Ari mengobati luka lukanya dengan obat obatan seadanya lalu menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri. setelah selesai makan dan membersihkan alat makannya, Ari memutuskan untuk segera tidur karena badannya mulai terasa pegal dan perih, hasil dari perkelahiannya dengan kakek Jon.
*****
Ari membuka mata dan melihat dirinya ada disebuah ruangan dengan dinding berwarna putih. dibawah kakinya terdapat lantai berbahan marmer dengan sebuah kain berbulu bernama karpet yang terasa sangat nyaman. pandangan Ari fokus pada sebuah layar, objek kotak dengan berbagai gambar bergerak, yang menampilkan ksatria berbaju zirah hitam sedang menghadapi lawan lawannya. ksatria itu dengan gagah menumbangkan lawannya, membelah mereka menjadi beberapa bagian dengan pedangnya atau menghancurkan tubuh mereka dengan hantaman perisai.
Ari bisa merasakan semangat yang luar biasa setiap kali ksatria berzirah hitam menghabisi lawannya dengan sangat brutal. Ari bahkan beberapa kali berteriak penuh semangat saat melihat lawan dari ksatria berzirah hitam dihabisi dengan cara yang amat brutal.
"ksatria berzirah hitam benar benar luar biasa!!"
*****
Ari terbangun saat matahari baru saja menampakkan sinarnya. setelah membasuh wajahnya sedikit supaya lebih segar, Ari membuat sarapan untuk dirinya sendiri dan langsung bergegas mengurus Woolcow nya.
Setelah selesai membersihkan kandang dan membiarkan ketiganya merumput, Ari kembali ke gudang kakek Jon dan menemukan kakek Jon sudah siap menunggu didalam gudang.
"Apakah kau sudah siap Ari? "
"Aku siap! Aku pasti berhasil hari ini! "
Sekali lagi Ari mencoba mendaratkan tinjunya di wajah kakek Jon. Sama seperti sebelumnya, Ari selalu gagal disetiap percobaannya. Saking seringnya Ari gagal sampai dia sudah lupa apa tujuannya dia ingin meninju Kakek Jon. Yang Ari pikirkan hanyalah tinjunya harus bisa mencapai kakek Jon bagaimanapun caranya.
"Pelajaran pertama, Ari, adalah belajar untuk bertanya kapanpun kau bisa.
Petarung yang baik selalu penasaran dengan apa yang dilakukan lawannya dan selalu belajar dari lawan mereka. "
Pikiran Ari yang kalut karena usahanya yang tak kunjung berhasil, tidak mengindahkan kata-kata Kakek Jon dan terus menerjang dia tanpa henti. Stamina Ari diuji pada saat ini, karena berapa kali pun dia mencoba tapi kakek Jon tetap tampak baik baik saja.
"Pelajaran kedua Ari, tetaplah berkepala dingin apapun yang terjadi.
Sering kali kesempatan mu datang disaat lawan sedang berada diatas angin. "
Ari menulikan telinganya dan menolak mendengarkan kata kata kakek Jon. Di mata Ari saat ini, Kakek Jon bukan lagi orang yang dia hormati baik sebagai tetangga ataupun rekan sesama peternak. Kakek Jon sekarang hanyalah sosok menyebalkan yang sangat ingin sekali Ari tinju secepatnya.
"Pelajaran ketiga Ari, kegagalan bukanlah akhir dari semuanya.
Hanya dengan gagal maka kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik. "
Sesuatu yang berbeda dilakukan oleh Kakek Jon. Kali ini saat Ari menerjangnya dengan sekuat tenaga, kakek Jon tidak tampak akan berusaha menghindar. Ari merasa ini adalah saat yang tepat, kakek Jon mungkin sudah lelah dan reaksinya melemah sehingga dia membuka celah.
"Kena kau kakek Jon! "
"Pelajaran ke empat dan terakhir hari ini Ari.
Selalu waspada dengan apapun dimanapun. Kau tidak akan tahu kapan lawanmu memanfaatkan kekuatanmu untuk melakukan serangan balasan. "
Kakek Jon mengangkat tangannya dan mengarahkan telapak tangannya di jalur tinju Ari, yang saat itu sudah meluncur kencang ke arah wajahnya. Saat tinju Ari bersentuhan dengan telapak tangan kakek Jon, Ari merasakan tinjunya seakan menghantam dinding besi. Telapak tangan Kakek Jon terasa kuat dan kokoh, tidak dapat dibengkokkan oleh apapun.
Sesaat kemudian, Ari merasakan tinjunya seperti dipentalkan oleh kekuatan yang tidak dikenal. Sesaat kemudian, Ari menemukan dirinya sudah terbaring tak berdaya di luar gudang pakan ternak. Ari hanya bisa menatap langit sore yang indah sebelum kemudian pingsan.
*****
Ari terbangun keesokan harinya, masih terbaring lemas di lahan milik Kakek Jon. Badannya dibungkus oleh selimut besar dan tebal yang datang entah darimana.
"Kau sudah bangun Ari. Baguslah. "
Ari menengok kesamping dan menemukan Kakek Jon sedang duduk santai menggunakan kursi malas sambil menikmati secangkir teh hangat. Dari caranya duduk dan dengan adanya sebuah meja kecil berisi camilan keju dan makanan ringan lainnya, sepertinya Kakek Jon sudah duduk disana cukup lama.
"Halo Kakek Jon. Selamat pagi. "
"Selamat pagi Ari.
Apakah kau ingat pelajaran yang kusampaikan kemarin? "
"Ehh... Apa kau benar benar berharap aku bisa fokus mendengarkan saat kau dengan mudah melemparkanku kemana mana? "
"Hmm ada benarnya juga. Baiklah aku akan mengulanginya untuk mu.
Pelajaran pertama adalah belajar untuk bertanya kapanpun kau bisa.
Petarung yang baik selalu menjaga rasa penasaran mereka terhadap lawan dan terus belajar dari mereka. bertanyalah saat memungkinkan, tetap penasaran saat tidak memungkinkan.
Pelajaran kedua tetaplah berkepala dingin apapun yang terjadi.
Sering kali kesempatanmu datang disaat lawan sedang berada diposisi yang lebih menguntungkan dan kau pasti tidak mau melewatkannya.
Pelajaran ketiga kegagalan bukanlah akhir dari semuanya.
gagal adalah kesempatan kita untuk belajar menjadi lebih baik.
Pelajaran ke empat dan terakhir.
Selalu waspada dengan apapun dimanapun. Kau tidak akan tahu kapan lawanmu memanfaatkan kekuatanmu untuk melakukan serangan balasan, atau sebaliknya. "
"Ingatlah keempat hal ini di perjalananmu nanti, karena keempat hal ini akan sangat membantumu.
Aku mungkin bukan guru yang baik, tapi aku sudah berusaha sebaik mungkin. "
Kakek Jon kemudian mengeluarkan sekantung uang yang dia lemparkan langsung pada Ari. Ari membuka kantung itu dan melihat didalamnya terdapat lima puluh keping emas dan dua puluh keping perak. Ari menatap kakek Jon dengan tatapan kaget, dia tidak percaya kalau kakek Jon memberikannya uang dengan jumlah yang sangat besar.
"Kantung itu berisi sebagian besar uang yang aku punya. Kau pakailah uang itu untuk biaya pendaftaran dan dana perjalanan.
Pastikan kau membawa peralatan berkemah dan memasak. Perjalanan ke kota itu jauh dan jalan akan menjadi tempat yang berbahaya, selalu ingat untuk waspada dan menjaga diri.
Aku yakin kedua orang tuamu akan sangat bangga melihat anaknya ingin mengubah takdirnya sendiri menuju masa depan yang lebih baik. "
Ari merasa air mata mulai berkumpul di ujung matanya. Sekuat tenaga dia menahan air mata supaya tidak menetes jatuh di wajahnya. Ari memberi Kakek Jon sebuah pelukan hangat tapi kemudian Ari teringat akan sesuatu.
"Kakek Jon, aku kan belum mengalahkanmu. apakah tidak apa apa kau memberikan uang ini padaku?"
"haha Ari oh Ari. aku yang membuat peraturan, tentu aku juga boleh mengubah dan menyesuaikannya sesuka hatiku. benar kan?"
Ari hanya bisa menggelengkan kepalanya, menyerah dan berterima kasih disaat yang bersamaan sebelum kemudian bergegas pulang untuk mengambil beberapa lembar pakaian.
Ari hanya memastikan pakaian yang dia bawa cukup untuk perjalanan hingga ke kota, karena dia akan membeli kebutuhan lainnya dari pasar desa. Dengan setengah berlari, Ari bergegas pergi menuju pasar desa untuk membeli semua kebutuhan yang mungkin dia perlukan dalam perjalanannya.
Dalam hatinya, Ari berkata pada dirinya sendiri.
'Aku berjanji akan menjadi ksatria yang hebat dan terkenal, sehingga Kakek Jon akan mendengar namaku dikumandangkan dari jauh di desa terpencil ini. '
Cahaya pertama baru saja menyentuh langit, saat matahari bahkan belum sempat menampakkan dirinya. Ari yang sudah terbalut dengan jaket dan celana tebal sudah siap berdiri di depan gerbang desa sambil membawa sebuah tas yang berukuran cukup besar. hampir sebesar badan Ari, bahkan sedikit lebih besar.
tidak ada yang mengantar Ari pergi dari desanya. tidak ada salam perpisahan didepan gerbang atau pelukan sampai jumpa. Ari seorang diri mengambil langkah pertama, menelusuri jalanan kasar ditengah sawah yang menjadi simbol keputusannya untuk mencapai mimpinya yang baru.
*****
Ari berjalan selama beberapa jam sampai hari menjelang siang. saat itu Ari sudah berjalan masuk ke dalam hutan dan sedang menyusuri jalan tanah yang sudah ada disana sejak masa silam. Ari berencana untuk mencari batang pohon dengan akar yang cukup bagus untuk dia jadikan tempat duduk sebagai tempatnya beristirahat sambil makan siang.
Ari makan siang dengan menyantap sepotong roti isi daging dan segelas air. setelah selesai makan, Ari sedikit berfikir tentang keputusannya. apakah dia benar benar bisa berhasil di kota nanti? apa yang harus dia lakukan saat menunggu panggilan ujian masuk?
setelah selesai beristirahat, Ari kembali melanjutkan perjalanannya menelusuri jalan setapak didalam hutan yang mengarah langsung ke kota.
sambil berjalan, Ari merasa sangat kagum dengan suasana hutan di siang hari yang sangat ramai dengan suara beragam hewan dan serangga. tentu saja Ari tahu kalau hutan juga merupakan tempat yang berbahaya, tapi hutan di negerinya terkenal sebagai hutan yang cukup aman terutama dari mahluk sihir dan hewan hewan ajaib lainnya.
Ari berjalan menyusuri hutan selama tiga hari. bertemu dan melihat berbagai jenis hewan baik serangga maupun predator. sejauh ini perjalanan Ari cenderung aman dan tanpa halangan yang berarti, sampai akhirnya Ari keluar dari hutan dan melanjutkan perjalanan selama setengah hari untuk tiba di perhentian besar pertamanya. sebuah desa bernama Westfarm.
desa Westfarm adalah desa yang berkembang karena mengandalkan usaha peternakan yang dilakukan oleh warganya. peternakan mereka beragam dan hasil ternak mereka juga dijual dalam berbagai bentuk dan kondisi. Ari yang dulu masih menjadi peternak adalah salah satu rekan bisnis pedagang dari Westfarm sehingga dia juga memiliki beberapa kenalan di desa ini.
Ari memasuki desa Westfarm diiringi dengan sapaan dan salam penuh rasa keterkejutan. Ari memang sudah cukup sering datang ke Westfarm, sekitar dua kali dalam satu tahun, sehingga orang orang di Westfarm sudah cukup familiar dengan dirinya.
"hello Ari!
datang untuk berdagang?"
"hello Steve.
tidak untuk kali ini, sayangnya."
"hello Ari!
bisakah nanti kau membantuku untuk mengangkat balok kayu?"
"tentu pak Jeff.
jangan lupa bayaranku ya! "
"hello Ari!
kalau kau tidak sibuk, datanglah nanti ke rumah untuk makan sedikit camilan. aku belum sempat berterima kasih padamu soal bantuanmu terakhir kali kau kemari."
"baik bu Sonya.
nanti aku akan mampir kerumah kalau tidak terlalu sibuk."
Ari menyapa beberapa orang lain lagi sambil melanjutkan langkahnya hingga akhirnya dia sampai di sebuah penginapan. nama penginapan itu adalah Farmer's Bedroom, penginapan yang menjadi tempat langganan para peternak yang singgah ke Westfarm. Ari menyewa satu kamar untuk satu malam lalu meninggalkan semua barang barangnya didalam kamar sebelum memutuskan beristirahat sampai malam tiba.
Ari terbangun pada malam hari dan bersiap untuk keluar makan malam di kedai terdekat. dengan membawa kantung uangnya, Ari turun dari kamar nya dan berjalan menuju kedai. dalam perjalanan menuju kedai, Ari bertemu lagi dengan pak Jeff.
"hei Ari! kemana saja kau!
aku menunggumu sepanjang sore, kau tau!"
"ah! maaf pak Jeff!
aku sungguh lelah tadi jadi setelah menyewa kamar, aku langsung tertidur."
"hahhaha yasudah kalau begitu!
sebagai gantinya kau harus membantuku besok pagi, oke?"
"haha baiklah pak Jeff!
aku akan membantumu besok pagi."
Ari dan pak Jeff berjalan bersama sama menuju kedai, mereka makan malam bersama dengan warga desa yang lain yang kebetulan juga ada di kedai malam itu. Ari saling bertukar cerita dengan warga desa, menceritakan rencananya untuk berangkat ke kota dan mendaftarkan diri ke akademi ksatria.
sayangnya, warga desa tampak menganggap rencana Ari sebagai bahan bercanda dan mulai membuat lelucon dari rencana perjalanan Ari. mereka bahkan membuat prediksi lucu tentang apa yang akan terjadi jika Ari berhasil masuk akademi ksatria, yang mana menurut Ari sendiri tidak lucu.
*****
Ari kembali ke kamarnya setelah larut malam. dia tidak senang dengan sikap warga desa yang mengolok olok rencananya untuk menjadi ksatria, tapi di sisi lain dia juga paham kenapa mereka bersikap seperti itu. mereka hanyalah warga desa biasa, dengan mimpi dan harapan selayaknya warga desa. menjadi ksatria dan bertarung digaris depan adalah sebuah kisah besar yang penuh dengan imajinasi untuk mereka.
keesokan paginya, Ari menyempatkan diri membantu pak Jeff sesuai yang dia janjikan. balok balok kayu berukuran panjang enam sampai sepuluh meter dengan lebar masing masing tiga meter sudah ditumpuk rapih ditepi hutan, siap untuk dipindahkan ke peternakan milik pak Jeff yang tampaknya sedang direnovasi.
Ari dengan mudah mengangkat satu balok kayu dan meletakkannya di pundak kanan, kemudian mengambil satu balok kayu lain dan meletakknya di pundak kiri. pak Jeff hanya bisa memandang kagum melihat tindakan Ari.
"apakah kedua balok itu berat Ari?"
"lumayan pak Jeff, tapi ini bukan yang paling berat yang pernah aku angkat dipundakku."
"benda apa yang menurutmu terlalu berat untuk kau bawa di pundakmu?"
"hmmm entahlah.. mungkin pohon Pinus Baja dewasa?"
"pohon dengan ukuran tinggi lima puluh meter dan sekeras besi itu?"
"ya kira kira begitulah pak Jeff. walaupun sebenarnya aku sendiri belum pernah mencobanya, tapi aku rasa aku tidak akan bisa mengangkat pohon seperti itu."
Ari kemudian pergi menuju peternakan pak Jeff, meninggalkan dia dalam keadaan terkejut. sambil melihat Ari yang berjalan menjauh, pak Jeff tidak bisa menahan diri untuk menggelengkan kepalanya sambil melihat Ari.
"benar benar anak itu.
orang yang sudah disentuh oleh Mana memang memiliki kualitas yang berbeda."
*****
siang itu, Ari melanjutkan perjalanannya meninggalkan desa Westfarm. kembali menelusuri jalanan tanah seorang diri dengan membawa perbekalan yang sudah di isi ulang. dari Westfarm, Ari masih harus berjalan beberapa hari lagi sampai tiba di desa berikutnya bernama Middledough, tempat yang terkenal akan industri roti dan kue.
setelah middledough, Ari masih harus berjalan terus mengikuti jalan utama sampai tiba di desa Springlake dan kemudian melanjutkan lagi hingga akhirnya tiba di kota tingkat rendah bernama Mountframe City.
secara keseluruhan, Ari harus menempuh perjalanan selama dua puluh hari penuh sebelum akhirnya dia bisa melihat pemandangan dari Mountframe City yang megah dan perkasa. dinding tebal yang terbuat dari batu berwarna abu abu gelap mengelilingi kota, layaknya pelukan aman dari seorang ibu pada anaknya. gerbangnya yang terbuat dari kayu Pinus Baja selalu dalam posisi setengah tertutup kecuali saat ada acara khusus dikota.
Mountframe City sendiri dilindungi oleh pasukan ksatria yang khusus dilatih dan dikembangkan untuk melindungi kota dari ancaman musuh, baik itu pasukan negara lain ataupun mahluk sihir dengan kekuatan yang berada diluar akal sehat.
Ari yang akhirnya bisa melihat Mountframe City dari kejauhan, segera mempercepat langkahnya dengan tidak sabar. Ari bisa merasakan hatinya penuh semangat, membuatnya melupakan rasa lelah dari perjalanannya yang panjang.
dalam ketergesaannya, Ari sampai tidak sengaja menabrak seseorang yang secara kebetulan berjalan berlawan arah dengannya.
"oh, maaf tuan aku tidak sengaja."
"hmmpph.. lupakan saja."
Ari sekilas melihat pakaian yang dikenakan orang itu dan diam diam terkejut dalam hati. orang itu adalah seorang wanita berambut coklat yang hanya menggunakan beberapa potong baju zirah. wanita itu menggunakan pelindung pundak di bahu kanannya, pelindung lengan, pelindung betis dan sepatu besi. badannya sendiri hanya dilindungi oleh sebuah jaket tebal yang tampaknya sudah diperkuat dengan lempengan besi didalamnya. wanita itu tidak terlihat membawa barang apapun selain pakaian yang melindungi tubuhnya, tapi Ari menyadari ada ruang untuk menggantung pedang di ikat pinggangnya dan sebuah pengait di punggungnya untuk menggantung perisai.
pada sisi kanan jaket yang digunakan wanita itu, terdapat simbol pedang yang terbelah dua oleh sebuah retakan besar ditengahnya.
'ksatria gagal...'
Ari tidak ingin terllihat tidak sopan. bagaimanapun juga, ksatria tetaplah ksatria. apapun situasi dan kondisinya, ksatria tetap memegang posisi yang lebih tinggi dari masyarakat biasa seperti Ari.
Ari meneruskan perjalanannya dan berusaha melupakan tentang si ksatria wanita. Ari berjalan dengan langkah penuh semangat, semakin lama semakin dekat dengan kota Mountframe yang dia impikan. semakin dekat dengan kota, semakin ramai juga orang yang memenuhi jalan menuju kota. pedagang, petualang, pengembara, dan banyak lagi jenis manusia berjalan menuju kota Mountframe.
dalam perjalanan menujut gerbang kota Mountframe, Ari secara tidak sengaja mendengar percakapan orang orang disekitarnya dan merasa dirinya mulai sedikit terbiasa dengan kehidupan kota.
"kau sudah dengar tentang ksatria wanita yang gagal?"
"masih ada orang yang mau menerima gelar ksatria gagal?"
"ya, tentu saja. posisi ksatria itu posisi yang bagus.
mereka sudah berada di kasta yang berbeda, gagal ataupun tidak."
"begitu ya. lalu, ada berita apa tentang ksatria gagal ini?"
"kabarnya dia dinyatakan gagal karena berhasil membunuh pimpinannya sendiri."
"memang dia layak menjadi ksatria gagal. dia tidak punya rasa terima kasih dan harga diri yang pantas sebagai seorang ksatria."
Ari merasa terkejut mendengar percakapan kedua pedagang yang kebetulan berjalan dibelakangnya. entah kenapa, ksatria gagal terdengar sangat menakjubkan ditelinga Ari. tentu saja, Ari tidak berencana menjadi ksatria gagal. tapi mendengar kemampuan si ksatria wanita membuat posisi ksatria gagal tidak terlalu buruk.
Ari meneruskan langkahnya hingga akhirnya dia tiba di antrian masuk menuju didepan gerbang kota. terdapat empat antrian panjang mengular didepan gerbang dengan masing masing antrian dijaga oleh empat orang penjaga berbaju zirah sederhana, standar milik para penjaga. sementara itu, seorang ksatria tampak berdiri di samping gerbang sambil membaca sebuah dokumen.
dokumen itu tampaknya sangat penting karena ksatria itu membacanya dengan sangat serius.
Antrian berjalan dengan sangat lambat, dan matahari semakin lama semakin tinggi di langit. Ari bisa merasakan kulitnya mulai terbakar panas matahari siang yang terik, seakan akan dia adalah roti yang sedang di panggang.
Ari akhirrnya mencapai bagian depan antrian dan bertemu dengan penjaga sekitar pertengahan sore, tidak lama setelah pergantian penjaga dilakukan. si penjaga tidak mau repot repot melihat ke arah Ari dan hanya meminta dokumen dokumen yang dia butuhkan saja.
"selamat datang di Mountframe, tunjukan identitas anda."
penjaga itu berbicara dengan nada yang sangat datar, sambil menyibukkan diri dengan beberapa lembar kertas yang ada ditangannya. Ari tidak mengerti kenapa penjaga itu tampak tidak perduli tapi Ari hanya bisa menerima keadaan dan menjawab sejujurnya.
"maaf pak, saya tidak punya dokumen identitas.
saya berasal dari desa dipelosok dan disana identitas kami tidak dicatat."
"keluar dari antrian dan pulang kalau tidak punya identitas."
"maaf, apakah tidak ada cara lain untuk masuk ke kota?"
"selanjutnya."
"permisi pak penjaga, saya harus masuk ke kota supaya-"
"saya bilang SELANJUTNYA!
APA KAU TIDAK BISA DE- ASTAGA!!!"
untuk sesaat si penjaga tampak kesal dengan Ari yang terus berbicara dan meminta diizinkan masuk. dia jelas jelas ingin menunjukkan wajah galak dan membuat siapapun yang membuat dia kesal supaya menyesal dan segera pergi. tidak pernah dia duga kalau orang yang sedang dia ajak bicara adalah seorang pria dengan tinggi badan dua meter lebih lengkap dengan otot besar dan wajah kesal.
"ehh.. maaf tuan.. anda... tidak boleh masuk kalau tidak ada penanda identitas.."
"apakah tidak ada cara lain untuk masuk pak penjaga?"
"ehh.. itu.. ehh.. saya coba tanyakan dulu..."
si penjaga bergegas lari menuju ksatria yang mengawasi gerbang. Ari bisa melihat si penjaga tampak bercerita dengan panik sambil menunjuk ke arah Ari. ksatria pengawas tampaknya tidak senang dengan apa yang dia dengar dan kemudian segera menghampiri Ari.
"apakah benar anda berusaha menerobos masuk ke kota dan berusaha melukai penjaga gerbang?"
"apa?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!