NovelToon NovelToon

Sweet Like Sugar

Bab 1 Sepertinya suamiku selingkuh

Namaku Yona Radoo, ah tidak, sekarang namaku adalah Yona Hirahara. Kehidupanku berubah saat ku lulus SMA, orang tuaku tiba-tiba memaksaku untuk menikah dengan laki-laki yang lebih tua 10 tahun dariku yang sekarang sudah menjadi suamiku.

Pernikahan ini merupakan sebuah pernikahan bisnis yang digunakan sebagai simbol kesepakatan merger antara kedua pihak keluarga dalam urusan bisnis.

Kami menikah didasari dengan rasa keterpaksaan dan tanpa adanya cinta. Dan sebenarnya Renji Hirahara yang merupakan suamiku sudah memiliki pacar. Pacarnya bernama Reisya Namori yang merupakan seorang model fashion terkenal yang sangat cantik.

Tapi hubungan mereka sengaja di tutupi agar tidak terkuak oleh media. Bahkan setelah Renji menikah denganku pun, mereka masih melanjutkan hubungan dan tanpa ragu untuk menunjukkan kemesraan mereka di depanku.

Pernikahan kami juga masih dirahasiakan untuk umum, hanya beberapa rekan bisnis ayah dan keluarga konglomerat lainnya yang mengetahui karena diundang untuk menyaksikan pernikahan kami.

Karena sekarang aku masih melanjutkan untuk berkuliah agar bisa lari dari kenyataan bahwa aku sudah menikah dengan pria yang setiap hari mengajak pacarnya ke rumah.

Walau hubungan kami didasari tanpa adanya cinta, tapi entah kenapa setiap kali ku melihatnya bermesraan dengan wanita lain dadaku terasa sangat sesak, dan ku merasa cemburu.

Suamiku tidak pernah menyentuhku sekalipun, bahkan kami jarang berbicara satu sama lain. Dia hanya mengajakku berbicara disaat penting saja, dan itu sudah berjalan selama 2 tahun.

Kami tinggal serumah tapi sangat jarang bertemu, bahkan kadang aku tidak mengetahui kalau dia ada di rumah ataupun sudah pulang dari kerja, maka dari itu aku mencoba melarikan diri dengan cara lanjut kuliah S1 setelah menikah.

Lalu, hari ini aku libur tidak pergi ke kampus, aku bosan terus berada di kamar dan memutuskan untuk turun ke bawah mencari yang segar-segar.

Paman Jin yang merupakan kepala pelayan di rumah yang besar ini terkejut saat melihatku turun dengan pakaian santai. Karena biasanya aku jarang ada di rumah, sekalipun dirumah pasti selalu di kamar.

"S-selamat pagi Nyonya! Tumben anda- hmm apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya Paman Jin.

Aku berjalan dan kemudian duduk di sofa ruang tamu sambil menonton TV.

"Ahh aku lapar Paman" rengekku.

Paman Jin membenahi kacamatanya dan kemudian bertanya dengan sedikit menundukkan kepalanya "Apa ada yang ingin anda nikmati?"

Aku sedikit berfikir, tapi tidak ada yang terbayangkan di kepalaku "Aku mau yang manis-manis" jawabku...

Sesaat kemudian, para pelayan datang membawa beberapa jenis kue dan minuman dingin. Hatiku sangat senang, ternyata menjadi orang kaya itu semenyenangkan ini.

Di rumahku sebelum menikah dulu tidak ada pelayan dan aku selalu ditinggal sendirian. Walaupun tukang bersih-bersih datang setiap hari, tapi mereka akan pergi setelah pekerjaan mereka selesai, itu sangat tidak menyenangkan.

...----------------...

Saat ku sedang asyik menikmati surga makanan sesaat ini, tak lama kemudian datang seorang perempuan cantik tinggi semampai, berkulit putih, mata besar, bulu mata lentik, dan bisa dikatakan sebagai perwujudan bidadari itu menanyakan keberadaan suamiku.

Dengan nada bicara yang halus itu bertanya kepada paman Jin, sepertinya dia sudah benar-benar akrab dengan rumah ini dan juga orang-orangnya bahkan sebelum aku datang ke sini.

"Pamann Jin! Wahh aku merindukanmu, dimana Renjiku?" Katanya.

"Uhukk! Uhukk!" Aku tiba-tiba tersedak kue dan buru-buru meminum air untuk menghilangkan nya.

"Renjiku katanya?" Begitu pikirku yang seketika membuatku sadar kalau wanita cantik ini adalah Reisya Namori yang merupakan pacar suamiku.

Paman Jin terlihat kebingungan dan beberapa kali terlihat sedang melirik ke arahku, aku tetap tenang dan pura-pura tidak tau sambil lanjut menonton acara TV.

"Ah, Tuan ada di-" belum selesai paman Jin berbicara, Renji datang dari lantai atas dengan masih menggunakan piyama.

"Rei, kenapa kau datang pagi-pagi begini?" Tanyanya sambil berjalan mendekati pacarnya itu.

"Haaa... Mereka benar-benar pasangan yang sangat serasi, cantik dan tampan! Kenapa harus aku yang menikah dengannya? Sebenarnya siapa yang berperan sebagai selingkuhan disini?" Pikirku sambil terus memperhatikan mereka.

"Sayang! Aku kira kamu bekerja, tapi kau tidak ada di kantor makanya aku kesini" kata Reisya sambil merangkul lengannya Renji dan itu sangat romantis sekali.

"Aku sedang flu" jawab Renji. Reisya memeriksa keningnya Renji dengan menempelkan keningnya.

"Jangan dekat-dekat nanti kau tertular sayang" kata Renji sambil menjauh, Reisya tampak cemberut dan kemudian berkata,

"Tidak apa-apa! Jika itu berpindah padaku, maka kau akan cepat sembuh!"

"Ohh begitu? Baiklah kalau begitu mendekatlah!" Renji menarik tangan ramping Reisya yang kemudian mencium nya.

Aku sudah berkali-kali melihat adegan itu, tapi entah kenapa aku masih tetap merasa tidak nyaman. Paman Jin terlihat panik dan berkali-kali melirik ke arahku, dia mencoba untuk meng-kode Renji kalau aku ada disana menyaksikan.

Aku berdiri dan mencoba meninggalkan tempat yang tidak nyaman itu, tetapi...

BRAK!

Kakiku menabrak meja dan itu sangat menyakitkan sekaligus memalukan, Renji dan Reisya pun terkejut, kemudian melihatku merintih kesakitan.

"N-nyonya anda baik-baik saja?" Paman Jin memapahku dan kembali membawaku ke sofa.

"Astaga, kamu tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" Tanya Reisya yang mendekatiku dengan tatapan kasihan.

Dasar picik, aku begini gara-gara melihatnya berciuman mesra dengan suamiku, tapi dia seakan-akan merasa tidak bersalah.

"Pelayan! Ambilkan kotak obat segera!" Kata Renji berteriak.

Tak lama kemudian pelayanpun datang membawa kotak obat dan es batu untuk mengkompres kakiku yang membiru.

"Kalau jalan jangan lihat ke arah lain"gumam Renji, walau suaranya kecil tapi aku mendengarnya.

Sekarang aku benar-benar terlihat sangat menyedihkan dihadapannya dan di hadapan pacarnya ini.

Memang benar, hal ini lah yang membuatku tidak ingin tinggal di rumah ini.

Dulu aku pernah mencoba untuk kabur dan tinggal di rumah Radoo tanpa mengabarinya sama sekali.

Keesokan harinya dia datang menjemputku bersama ayah mertua, ayah akhirnya memarahiku dan menyuruhku untuk kembali ke rumah ini. Benar-benar menyebalkan!

Tapi mulai dari kejadian itulah, sikap Renji yang dulunya dingin kepadaku kini mulai berubah

Bab 2 Perubahan sikap

Di malam harinya, setelah habis mandi aku menyisir rambutku.

TOK! TOK! TOK!...

Terdengar pintu kamarku di ketuk oleh seseorang.

"Masuklah! Tidak dikunci kok" jawabku.

KRIEETT.....

Pintu pun terbuka dan sangat mengejutkan kalau orang itu adalah Renji.

"Jika kau tidak pernah mengunci kamarmu bahkan saat kau mandi, maka tidak heran jika nanti ada orang asing yang masuk ke sini" katanya, yang kemudian berjalan mendekat.

Aku diam tidak menjawab, dia duduk di atas kasur sambil melihatku di meja rias.

"Sudah makan?" Tanyanya.

"Sudah" jawabku singkat.

"Beristirahatlah, jika kau sering bergerak maka kakimu akan semakin bengkak" jelasnya.

Aku terkejut mendengarnya, "kenapa dia tiba-tiba perhatian?" kataku dalam hati, aku menatapnya dari balik cermin.

"Kenapa kau perduli?" Tanyaku ketus.

Dia pun bangun dari duduknya dan kemudian mencengkram pundak ku sambil menatapku di cermin.

"Lihatlah, kau selalu saja keras kepala" katanya.

Aku tidak mengerti apa maksudnya tapi sekarang aku benar-benar merasa tidak nyaman dengannya.

"Pergilah! Aku mau tidur" suruhku.

Tiba-tiba dia tersenyum dan berkata

"Tidak~ Aku akan tidur denganmu" jawabnya.

Aku terkejut dan aku menghempaskan tangannya yang ada di pundakku, kemudian berbalik ke arahnya

"Hah? Jangan bercanda! Kembalilah ke kamarmu di sebelah! Aku tidak nyaman berlama-lama bersamamu!"

Dia membuat tatapan aneh dan kemudian melangkah mendekat, aku mundur dan akhirnya terpojok di dinding

"Haruskah aku membuatmu nyaman?" Katanya, seketika tubuhku bergidik ngeri.

"Apa-apaan laki-laki ini? Kenapa sikapnya tiba-tiba begini?" Begitu pikirku.

Renji kemudian berjalan ke pintu dan menutupnya, tidak lupa juga dia mematikan lampu kamarku.

Dan inilah yang terjadi, entah bagaimana ceritanya dia benar-benar hanya tidur bersamaku. Aku tidak bisa berfikir dan dia membuatku tidak bisa tidur.

Saat melihatnya, dia benar-benar terlihat sangat tampan bahkan disaat dia tidur. Aku sempat terlena sejenak tapi kemudian tersadar akan kenyataan yang sebenarnya.

Lelah berfikir sendirian, akhirnya aku pun mulai terlelap dan tak terasa waktu berlalu begitu cepat.

...****************...

Keesokan paginya aku terbangun dan mendapati kalau Renji sudah menghilang, pintunya pun sudah tidak terkunci lagi. Aku bergegas untuk mandi dan berangkat ke kampus pagi ini.

"Nyonya tidak sarapan?" Tanya paman Jin.

"Tidak, aku nanti bakal makan di kantin kampus saja. Aku berangkat paman!"jawabku.

Paman Jin membungkuk yang kemudian melambaikan tangannya.

Saat keluar, terlihat mobilnya Renji sudah terparkir di halaman rumah.

Saat berjalan di samping mobilnya, dia membunyikan klakson yang membuatku terkejut.

Ternyata dia sudah ada di dalam tanpa adanya pak supir yang biasanya mengantarnya.

"Ternyata kau lebih malas dari yang kukira. Tidurmu sangat pulas, bahkan tidak sadar saat ku menciummu" kata Renji yang membuatku bergidik dan berjalan menghampiri nya lagi.

"Apa maksudmu!?" Tanyaku, kemudian dia membuka kunci pintu mobilnya.

"Masuklah!"suruhnya.

Aku tidak menghiraukan suruhannya, aku mengalihkan pandanganku dan mencari-cari pak supir yang biasa mengantarku ke kampus sekarang tiba-tiba tidak ada keliatan.

"Supirnya tidak bekerja sekarang, aku akan mengantarmu. Jadi masuklah, kau akan terlambat" jelasnya.

Aku diam dan kemudian menoleh ke arahnya, dia mengangguk seakan berkata "Cepatlah".

Jadi mau tak mau aku terpaksa menurutinya dan pergi ke kampus dengan di antar olehnya.

...----------------...

Di tengah perjalanan, tidak ada percakapan sedikit pun di antara kami dan suasana itu benar-benar sangat canggung. Hingga pada akhirnya Renji memulai sebuah percakapan.

"Apa kau punya pacar di kampus?" Tanyanya.

Aku terdiam sejenak dan kemudian menjawab

"Tidak"

"Benarkah?" Tanyanya lagi, seakan-akan dia tidak percaya dengan jawabanku itu.

Aku tidak tau apa tujuannya menanyakan hal itu, tapi aku benar-benar kesal di buatnya.

"Jangan samakan aku dengan dirimu! Aku sudah menikah, bagaimana aku bisa punya pacar?" jawabku ketus.

CKIIITTT....

Tiba-tiba mobil berhenti di pinggiran jalan hingga membuatku terkejut, ku kira telah terjadi kecelakaan.

"Apa-apaan?--" Renji terdiam, aku tidak berani melanjutkan kata-kataku. Aku tidak tau apa yang sedang dia pikirkan sekarang.

"Aku sudah berhenti" gumamnya yang terdengar kurang jelas.

"Apa?" Tanyaku.

"Ku bilang, aku sudah berhenti dan putus dengannya" jelasnya.

Aku masih tidak mengerti apa yang dia katakan, "Renji putus dengan pacarnya? Serius? Dia kira aku bakalan percaya begitu saja? Sebenarnya apa yang terjadi, apa ada yang bermasalah dengan kepalanya?" aku bertanya-tanya di dalam hati, aku mencoba untuk tenang dan bertanya dengan nada datar.

"Lalu? Apa yang harus ku katakan kalau kau sudah putus dengan pacarmu? Haruskah aku ikut bersedih?"

"Apakah kau pernah menyukaiku selama 2 tahun ini?" Tanyanya tiba-tiba.

"Hmm sepertinya 'tidak' tuh" jawabku.

Dia terdiam dan kemudian berkata "Begitu ya"

Mobil pun kembali berjalan dan suasana kembali senyap seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Sesekali aku melihat ke arahnya yang begitu fokus mengemudi, aku tidak tau apa yang ada di dalam pikirannya. Apakah yang dia katakan itu serius? Atau mungkin dia hanya ingin tau bagaimana reaksiku jika seandainya dia benar-benar putus dengan pacarnya itu.

Berbagai pertanyaan muncul dalam pikiranku, aku masih belum terbiasa dengan perubahan sikapnya ini.

...****************...

Sesampainya di depan kampus, aku keluar tanpa mengatakan apapun dan dia juga begitu.

Senior Gio yang sudah menungguku di depan gerbang terlihat senang saat melihat kedatangan ku, Gio kemudian merangkul pundakku dan kamipun masuk ke kampus barengan.

Seperti nya Renji melihatnya karena dia masih berada disana setelah aku turun dari mobil.

Sampai saat aku benar-benar sudah jauh memasuki kampus, Renji baru pergi.

"Siapa itu tadi? Apa supirmu di ganti?" Tanya Gio.

Dia tidak tau kalau sebenarnya aku sudah menikah, karena di kampus namaku masihlah Yona Radoo, bukan Yona Hirahara.

Aku tidak mau dia tau atau nanti urusannya akan menjadi sangat berabe, aku hanya mengiyakan apa yang dikatakannya, syukur dia tidak terlihat mencurigai ku, dia benar-benar polos.

"Wahh tapi kenapa hari ini kamu sangat terlambat? Aku sangat lama menunggumu!" Katanya.

Aku sebenarnya merasa bersalah dengan rahasia ini kepada Gio yang merupakan senior baik hati yang selalu ada untukku.

"Yaa tadi supirku yang telat datang, katanya masih ada urusan di rumahnya" jawabku mencari-cari alasan.

"Kalau begitu bagaimana jika aku saja yang menjemput mu ke rumah? Aku akan senang jika kamu mengijinkannya" kata Gio.

Dia memang baik, tapi dia tidak bisa terus bersikap baik kepadaku seperti ini.

Karena aku sendiri yang sudah bersikap tidak baik kepadanya, dengan selalu berbohong dan mencari-cari alasan agar dia tidak terus ingin pergi ke rumah.

Bab 3 Cemburu

Di siang harinya, setelah pembelajaran di kampus selesai.

Aku bingung karena belum di jemput oleh Renji. Aku mondar-mandir di depan gerbang, aku memiliki kontaknya Renji tapi karena sebelumnya kami tidak pernah chattan ataupun saling menghubungi, aku jadi ragu untuk menghubunginya duluan.

Gio datang menghampiri dan dia menanyakan apakah aku perlu bantuannya.

"Apa supirmu belum datang?" Tanya Gio, aku menganggukkan kepalaku.

"Kenapa tidak kau telpon saja?" Tanyanya.

"Hmm baterai ponsel ku habis" jawabku mencari alasan.

"Pakai ponselku saja" dia menyerahkan ponselnya, tapi aku menolak.

"Tapi aku tidak hapal dengan nomornya" begitu kataku.

Gio terlihat bingung, dia terdiam sejenak dan akhirnya dia terpikirkan sesuatu

"Sini biar ku antar kau pulang" tawarnya.

Aku agak terkejut karena dia sangat gigih di setiap kesempatan selalu ingin ke rumah.

"Hmm mungkin ku tunggu saja sekitar 1 jam, bagaimana kalau kita mampir ke Caffe di depan? Biar aku yang traktir" kataku.

Dia setuju dan terlihat bersemangat, syukurlah dia tidak tetap memaksa.

Aku benar-benar merasa bersalah padanya, karena hampir semua yang ku katakan padanya mengandung kebohongan.

Tapi mau bagaimana lagi, aku harus melakukan hal itu. Aku akan memberi taunya disaat yang tepat.

...----------------...

Di Caffe aku masih memikirkan apakah aku perlu menghubungi Renji, tapi gengsiku lebih besar daripada kepentinganku.

Setelah satu jam berjalan, akhirnya aku menyerah dan aku menerima tawaran Gio untuk mengantarku pulang menggunakan motornya.

...----------------...

Di tengah perjalanan kami sangat banyak berbincang-bincang, bahkan aku tidak menggunakan helm.

Aku selalu berdoa semoga tidak ada apa-apa selama perjalanan pulangku.

...----------------...

Sesampainya di depan gerbang, Gio terkesima dengan kemegahan rumahnya Renji.

"Wahh rumahmu besar sekali Yon! Apa orang tuamu tidak apa-apa kalau kau pulang menggunakan motor bututku ini?" Tanyanya, sambil terus melihat-lihat halaman rumahnya Renji yang sangat luas.

Waktu pertama kali kemari, aku juga sempat terkesima karena rumah ini sangat berbeda dengan rumahku.

"Tidak apa-apa, aku sangat berterimakasih karena senior sudah bersedia mengantarku pulang. Tidak mau mampir nih?" Tanyaku berbasa-basi, padahal di dalam hati aku berharap agar dia menolak tawaran tersebut.

Gio terlihat senang dengan tawaranku itu, seperti nya dia mau menjawab "mau" tapi hal itu di buyarkan oleh suara klakson mobilnya Renji yang membuatku dan Gio terkejut.

"Ah sepertinya mobil itu mau masuk ke rumahmu, aku sudah menghalangi jalan. Terimakasih atas tawaranmu Yon! Lain kali aku akan bermain ke rumahmu kalau kau mengijinkan, sekarang aku pulang dulu" katanya sambil melambaikan tangan.

"Hati-hati di jalan senior!" Teriakku, Gio mengangkat jempol tangannya dan kemudian pergi.

Mobil Renji berjalan memasuki garasi, aku menutup gerbang sendirian.

Entah kenapa kebanyakan para pekerja sekarang tidak masuk kerja seperti pak supir dan pak satpam.

Saat ku mendekati pintu, Renji sudah berdiri berpangku tangan dengan tatapan mengintimidasi.

"Dengan siapa kau pulang? Apa dia pacarmu? Bukankah kau bilang tidak punya pacar?" Tanyanya.

Aku tidak menghiraukannya dan terus berjalan, Renji menarik tanganku

"Jawab!" Bentaknya.

"Lepas! Sakit tau!" Aku berontak.

"Siapa dia?" Tanyanya lagi.

"Huh! Kenapa kau terus mengintrogasiku dengan pertanyaan seperti itu? Kalau kubilang tidak punya berarti tidak punya! Jangan berlagak seperti sedang cemburu begitu! Memangnya kau mencintaiku?" Tanyaku dengan sedikit berteriak.

Renji terdiam sambil terus memegangi tanganku, bahkan lebih erat.

"Iya" gumamnya.

"Apa?" Tanyaku.

"Iya! Aku mencintaimu! Dan sekarang aku sedang cemburu!" Jawabnya.

Aku tersentak kemudian mengernyitkan dahi, aku tidak percaya dengan apa yang dia katakan.

"Kalau benar kau mencintaiku, lalu kenapa selama ini kau selingkuh?" Tanyaku.

"Haa... Itu hanya sandiwara, Reisya dan aku tidak ada hubungan apa-apa, kami hanya berpura-pura di hadapanmu" jelasnya.

Aku makin tidak mengerti kenapa dia melakukan itu

"Kau kira aku bodoh? Aku bukan anak kecil yang bisa kau bohongi dengan begitu mudah! Hmps! Sembarangan!" Aku menepis tangannya yang kemudian berjalan ke lantai atas.

"Aku mengatakan yang sebenarnya! Kalau kau tidak mempercayaiku, tanyakanlah kepada paman Jin ataupun keluargamu sendiri. Mereka semua sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi" jelasnya.

"Tidak!"sahutku.

"Yona turun!"teriak Renji, aku tidak menghiraukannya dan kemudian masuk ke kamar.

"Haaaa..." Renji menghela nafas panjang, yang kemudian terhuyung duduk di sofa.

Paman Jin yang melihatnya merasa iba, dan menawarkan secangkir teh.

Tapi Renji menolak dan dia pergi ke kamarnya untuk mandi.

DAG-DUG! DAG-DUG!

Jantungku berdetak kencang, aku duduk bersender di balik pintu.

"Ahh apa yang baru saja terjadi? Suamiku, Renji mengatakan kalau dia mencintaiku? Dan dia bilang kalau dia pura-pura berselingkuh di depanku? Apa alasannya?" Pikiranku kalut.

Begitu juga dengan keadaannya Renji di kamar sebelah, seperti nya dia sedang berfikir. Walau aku tidak tau apa yang dia pikirkan.

Dan tidak terasa hari berlalu begitu cepat, siang menuju malam dan malam menjelang pagi.

...****************...

Keesokan paginya, terlihat Renji sedang membenahi dasinya di meja makan.

Aku ragu untuk makan bersama dengannya, Renji melihat ke arahku tanpa senyum sedikitpun. Dan kemudian dia pergi buru-buru dan hanya berpamitan kepada paman Jin.

Paman Jin yang melihatku pun menawari sarapan. Karena melihatku linglung, paman Jin pun bertanya

"Apa anda kepikiran dengan apa yang kemarin Tuan Ren katakan?" Tanyanya.

"Iyaa" jawabku sambil makan.

Paman Jin tersenyum dan kemudian mulai bercerita.

"Sebenarnya apa yang dikatakan Tuan itu benar. Tuan memang mencintai Nyonya, tapi--, ah Nona Reisya yang sering Nyonya lihat kemari itu adalah orang yang baik" jelasnya.

"Ap-- uhuk! Uhuk!"

"Minum air Nyonya! Anda baik-baik saja?" Tanya paman Jin.

"Seperti nya tidak tepat menceritakannya disaat anda sedang makan" katanya.

"Aku baik-baik saja, lanjutkan ceritanya paman! Sebenarnya apa yang sudah terjadi?"kataku.

Walaupun sedikit ragu, tapi akhirnya Paman Jin menceritakan semua hal yang aku alami dan kenapa hubungan ku dengan Renji tidak baik-baik saja.

Dan aku yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, sekarang baru mengetahuinya setelah sekian lama dan fakta itu benar-benar mengejutkan ku.

Ternyata selama ini Renji tidak berselingkuh, aku hanya salah paham kepadanya, sebenarnya apa yang telah terjadi?

Kenapa aku tidak mengingat apapun?

Dan cerita yang kudengar ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang ku pikirkan selama ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!