"Tuan, Anda sudah sangat mabuk. Sebaiknya, Anda pulang saja," ucap Roberto sang asisten.
"Lepas! Saya belum mau pulang!" Benigno membentak sang asisten.
Namun, hal itu tak membuat Roberto berubah pikiran untuk membawa bosnya pulang. Ya, inilah rutinitas yang kerap dilakukan Benigno untuk melepaskan rasa suntuk yang dia rasakan.
Benigno kerap mendatangi Klub malam untuk mabuk. Tak jarang, dia juga memakai jasa wanita malam untuk melampiaskan hasrat kelelakiannya. Setelah bercerai dari sang mantan istri, dia tak pernah terpikir untuk menikah kembali.
Dia begitu membenci wanita. Baginya, semua wanita pengkhianat. Benigno sudah tak mempercayai arti sebuah pernikahan. Dia selalu bersikap dingin kepada semua wanita, termasuk kepada Anabela Velove–anak angkatnya. Namun hal itu, tak membuat Ana pasrah. Dia selalu berusaha mengambil hati daddy angkatnya.
Di Mansion, Benigno tinggal bersama Ana. Kini Ana sudah beranjak dewasa. Ana memiliki wajah yang cantik, dan tubuh yang seksi. Saat ini, dia sudah duduk di bangku kuliah.
"Ayo, Tuan, kita turun!"
Mereka sudah sampai di Mansion, Roberto memapah Benigno menuju kamarnya. Kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang. Situasi Mansion saat itu sangat sepi, hanya satu orang pelayan yang terbangun.
Setelah mengantarkan tuannya ke kamar, Roberto langsung pergi meninggalkan Mansion menuju apartemennya. Besok pagi, dia harus menjemput bosnya seperti biasa.
Benigno adalah seorang CEO di perusahaan raksasa di negara Italia. Dia juga merangkap sebagai ketua klan mafia di Italia. Selama ini, tak ada satu orang pun yang tahu, kalau dia seorang mafia yang kejam.
"Bibi, apakah malam ini Daddy pulang?" tanya Ana kepada pelayan di Mansion saat dia sarapan. Benigno memang jarang sekali pulang. Dia sibuk dengan profesinya sebagai seorang mafia
"Ya, Tuan Benigno berada di kamarnya. Mungkin saat ini, dia masih tidur atau sedang bersiap-siap untuk ke perusahaan," sahut sang pelayan yang biasa di sapa Bibi Terecia oleh Ana.
Saat ini ana sudah berusia 20 tahun. Dia ikut dengan Benigno sejak Ana berusia 15 tahun. Benigno membawa Ana ke Mansion, saat dia sudah bercerai dari Berliana.
Benigno memergoki Berliana di sebuah kamar hotel dengan seorang laki-laki. Kejadian itu terus terngiang dipikirannya. Saat laki-laki itu sedang menggagahi istrinya.
"Aku kira malam ini Daddy tak pulang lagi," kata Ana dalam hati.
Benigno tampak terkejut mendapatkan serangan dadakan dari anak angkatnya. Tiba-tiba saja Ana masuk ke kamarnya, dan memeluknya. Saat itu dia baru saja selesai mandi, hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya.
"Jangan seperti ini, An, lepas! Daddy harus segera bersiap-siap bekerja. Pasti Uncle Roberto sudah menunggu Daddy 'kan? Pagi ini Daddy ada meeting dengan klien."
Benigno mencoba memberi pengertian kepada anak angkatnya. Dia juga berusaha melepaskan pelukan Ana. Namun sayangnya, Ana justru menariknya. Hingga kini mereka terjatuh di ranjang.
Jantung keduanya berpacu begitu cepat, netra mereka bertemu. Kini tubuh Benigno berada di atas tubuh wanita yang dianggap putri kecilnya. Posisi mereka begitu intim. Hampir saja Benigno lepas kendali, hendak mencium Ana. Terlebih Ana sudah seperti menginginkannya.
Benigno akhirnya tersadar, dia langsung bangkit dari atas tubuh Ana. Dia mengusir Ana dari kamarnya, dan langsung menutup pintu kamarnya dengan kasar. Dia tampak stres, karena miliknya sudah menegang. Bagaimanapun dia adalah laki-laki normal.
"Shit! Mengapa kamu harus terbangun."
Benigno tampak kesal. Mau tak mau dia harus menidurkan adik kecilnya. Semua ini gara-gara Ana, yang telah membangunkan adik kecilnya.
"Argh ...." Akhirnya Benigno mengerang, berhasil membuang racunnya ke dalam closet.
Terpaksa dia mandi kembali, untuk menghilangkan keringat di wajah dan tubuhnya. Sekarang, dia sudah segar kembali. Benigno memiliki wajah tampan dan gagah. Meskipun usianya sudah berkepala empat
"Jika aku tak sadar, mungkin tadi aku sudah melahap Ana," ucap Benigno frustasi.
Benigno keluar dari kamarnya, dan menuju meja makan. Ana tak ada di meja makan. Di sekeliling ruangan Mansion pun, Ana tak ada. Ada perasaan bersalah dibenaknya, karena dia sudah bersikap kasar kepada Ana. Ini bukan pertama kalinya Ana bersikap seperti itu. Dia sering kali membuat Benigno harus menahan hasratnya.
Ana keluar dari kamarnya, dia sudah terlihat cantik dan berpakaian terlihat seksi. Tentu saja hal itu membuat Benigno merasa kesal, saat melihat Ana menghampirinya.
"Ganti pakaian kamu!" pekik Benigno. Wajahnya terlihat dingin, begitu menakutkan.
Ana mengerutkan keningnya. Dia tampak bingung, mengapa daddynya terlihat begitu marah padanya.
"Tapi, Dad—"
"Tak ada tapi-tapi. Sekarang kamu bisa pilih! Kamu ganti pakaian kamu, atau Daddy akan mengurung kamu di kamar? Daddy tak akan mengizinkan kamu keluar dari kamar, jika kamu masih berpakaian seperti itu. Asal kamu tahu, di luar sana banyak laki-laki brengsek yang bisa saja menerkam kamu. Daddy tak ingin kamu menjadi mainannya," jelas Benigno.
Dia begitu posesif kepada Ana. Benigno menyayangi anak angkatnya.
"Daddy jahat, aku benci Daddy!" teriak Ana.
Dia tampak kesal dengan daddynya. Ana langsung berlari menuju kamarnya, dan masuk ke dalam. Dia membanting pintu kamar dengan kasar. Benigno tak mungkin meninggalkan Ana dalam kondisi seperti itu. Hingga akhirnya dia menghampiri Ana ke kamarnya. Dia berharap, Ana akan mengerti. Dia khawatir, kalau Ana akan dimanfaatkan laki-laki yang tak bertanggung jawab.
"Daddy lakukan ini, demi kebaikan kamu! Daddy sayang sama kamu. Di luar sana, kehidupan begitu kejam. Daddy tak ingin kamu menjadi korban perbuatan mereka," jelas Benigno kepada Ana.
Saat itu, Benigno duduk di tepi ranjang. Dia mencoba menenangkan Ana yang sedang menangis. Akhirnya, Ana menghentikan tangisnya, dan mengusap wajahnya yang sudah terlihat basah.
"Sudah ya, jangan sedih lagi! Daddy harus berangkat bekerja. Maaf, jika Daddy bersikap keras kepada kamu. Semua Daddy lakukan, karena Daddy menyayangi kamu," ucap Benigno kepada Ana.
"Aku masih merindukan Daddy. Aku mohon, Daddy jangan pergi! Hari ini aku ingin bersama Daddy," ungkap Ana.
Benigno seakan terhipnotis dengan kecantikan anak angkatnya. Dia hanya diam, saat Ana duduk di pangkuan Benigno, dan membuka dasinya. Netra mereka saling bertemu.
"Aku sayang sama Daddy. Hanya Daddy yang aku miliki di dunia ini. Aku mohon, jangan tinggalkan aku!" Ana berkata lirih.
Ana memeluk tubuh daddy angkatnya erat. Seakan dia tak ingin terlepas.
"Kamu bukan anak kecil lagi, An. Kamu sudah tumbuh dewasa. Tak baik kamu terus menerus seperti ini kepada Daddy. Hubungan kita hanyalah anak dengan Daddy, tak lebih. Lambat laun kamu akan menikah." Benigno menekankan hubungan mereka saat ini.
Rasanya begitu sakit, mendengar daddy-nya berkata seperti itu. Selama ini, Benigno memang selalu menutup diri. Meskipun dia kerap bermain wanita, Benigno tak ingin menjadikan anak angkatnya sebagai mainannya juga. Dia sangat membenci wanita, dan tak ingin menjalani hubungan serius lagi dengan wanita.
"Aku tak akan menikah, jika Daddy belum menikah lagi. Aku tak ingin nantinya Daddy kesepian," sahut Ana.
"Jangan keras kepala! Hal itu tak akan terjadi, sampai kapanpun."
Benigno langsung menurunkan Ana dari pangkuannya. Kemudian merapikan pakaiannya kembali, dan keluar dari kamar Ana. Terlalu lama berduaan di kamar dengan anak angkatnya, akan membuat dia menjadi gila.
Selama dalam perjalanan, Benigno terlihat hanya diam. Tak ada sepatah kata pun terlontar dari bibirnya. Dia tampak seperti orang yang sedang berpikir sesuatu. Roberto menatap bosnya dari kaca spion mobilnya. Dia berpikir, pasti ada sesuatu yang terjadi pada bosnya itu. Sampai akhirnya, Benigno membuka pembicaraan.
"Cari dua orang bodyguard untuk mengawasi Ana! Jangan sampai Ana dekat dengan laki-laki yang brengsek!" titah Benigno.
"Apa Anda setuju Tuan, jika saya yang menjadi kekasihnya? Nona Ana sangat cantik dan seksi. Daripada Anda memiliki menantu tak jelas, lebih baik saya saja. Gimana?" goda Roberto.
Benigno tak menjawab, dia hanya menatap Roberto tajam. Hal itu membuat Roberto terkekeh. Hanya Roberto yang berani menggoda Benigno, sosok laki-laki yang kejam. Selama ini, hubungan Benigno dengan Roberto sangat dekat. Benigno menganggap Roberto seperti saudara.
Dulu, kehidupan Benigno begitu menyakitkan. Dia dibuang di jalan, oleh orang tuanya. Dia harus berjuang sendiri mempertahankan hidupnya. Sampai akhirnya dia bertemu seorang kakek yang begitu menyayangi dia. Benigno diangkat oleh kakek milyader itu. Dia yang mengubah hidup Benigno.
"Tuan, pagi ini kita ada pertemuan dengan Tuan Jackson," Roberto mengingatkan. Benigno hanya menganggukkan kepalanya.
Tak ada obrolan lagi setelah itu, sampai akhirnya mobil mereka sampai di perusahaan Benigno. Benigno turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam menuju ruangannya. Semua karyawan yang bertemu dengannya, tampak menundukkan kepalanya. Benigno terlihat begitu menakutkan.
Di tempat berbeda, kini Ana sudah sampai di kampus. Dia terlihat hanya diam, membuat kedua sahabatnya bertanya-tanya. Yang mereka tahu, Ana adalah sosok yang ceria. Sedikit banyak, kedua sahabatnya tahu kehidupan Ana.
"Kamu kenapa, An? Mengapa kamu terlihat seperti ada masalah?" tanya Alice.
"Tidak ada apa-apa, aku baik-baik saja. Hanya saja, aku sedang malas berbicara," sahut Ana cuek.
Alice dan Angelica tampak saling pandang, dan memberi kode. Angelica menggelengkan kepalanya, tak mengerti mengapa Ana seperti itu.
"Apa kamu seperti ini, karena Daddy kamu?" Angelica bertanya to the point. Hingga akhirnya Ana menganggukkan kepalanya.
"Memangnya, apa yang Daddy kamu lakukan kepadamu?" Alice menatap Ana penasaran.
"Apa aku tak boleh mencintai Daddy angkatku?" Ana bertanya, kini dia pun menatap ke arah kedua sahabatnya secara bergantian.
Mata kedua sahabatnya membulat sempurna. Dia tak percaya, kalau Ana mengatakan demikian. Keduanya dibuat terkejut dengan pernyataan Ana.
"Sudahlah, tak usah dibahas lagi. Mungkin, ini hanya perasaan aku saja. Setelah kedua orang tuaku meninggal, dan bertemu Daddy angkatku. Hidupku hanya berdua dengannya. Rasanya, aku tak ingin kehilangan dia. Hanya dia yang selama ini menyayangi aku. Aku memang anak angkat yang tak tahu diri. Dia selalu bersikap dingin, karena dia begitu membenci wanita," ungkap Ana lirih.
"Apa daddy kamu, menyukai kamu juga?" tanya Angelica sang sahabat.
"Entahlah, aku rasa tidak. Mana mungkin dia menyukai wanita seperti aku. Dia pasti menyukai wanita dewasa. Baginya, aku hanyalah putri kecilnya. Dia selalu mengatakan, kalau hubungan aku dan dia hanya sebatas Daddy dan anaknya. Tak lebih," jawab Ana.
"Ana," panggil Dave.
Langkah kaki Ana, Alice, dan juga Angelica terhenti. Mereka membalikkan tubuhnya ke arah sumber suara.
"Ada apa?" Ana bertanya kepada laki-laki yang kini sudah ada di hadapannya.
"Apa aku boleh mengantarkan kamu pulang?" Dave berbalik bertanya.
"Ehm, tak usah repot-repot. Aku naik taksi saja," sahut Ana.
Ana terkejut, saat Dave menarik tangannya. Saat dia hendak pergi. Netra mereka saling bertemu. Ini pertama kalinya Ana dekat dengan seorang laki-laki, selain daddy angkatnya. Meskipun banyak laki-laki yang tergila-gila dengannya, Benigno selalu melarang Ana berpacaran.
"Aku mohon, jangan menolak niat baikku!" Dave terus saja memaksa. Dia berusaha untuk mendapatkan wanita yang dia cinta.
"Sudah, An, mau saja. Hari ini kamu 'kan tak bawa mobil," rayu Angelica, Alice pun setuju.
Kedua sahabatnya ingin Ana bahagia, tak mengharapkan cinta daddy angkatnya terus menerus. Menurut mereka, Ana lebih cocok dengan Dave. Dave pun terlihat mencintai Ana.
Ana memberikan tatapan tajam kepada kedua temannya secara bergantian. Padahal, Ana sudah sempat cerita kepada mereka. Kalau daddynya begitu posesif, tak memperbolehkan dia dekat dengan laki-laki manapun.
"Aku tahu, pasti kamu takut Daddy kamu marah 'kan? Kamu tak perlu khawatir, jam segini mana mungkin Daddy kamu sudah pulang," ucap Alice.
Hingga akhirnya Ana menerima tawaran Dave, karena ada benar juga apa yang dikatakan Alice. Mungkin dengan seperti ini, dia tak akan berharap lebih dengan daddy angkatnya.
Mereka sudah dalam perjalanan menuju Mansion. Selama dalam perjalanan, Ana tampak diam. Dia sedikit merasa gugup. Tiba-tiba saja Dave menepikan mobilnya di sebuah jalanan cukup sepi.
"Mengapa kita berhenti?" Ana bertanya.
Bukannya menjawab, Dave justru meraih tangan Ana. Ana terkejut, kini dia menatap wajah Dave. Dengan beraninya Dave mencium punggung tangan Ana.
"An, sebenarnya. Sudah lama aku jatuh cinta sama kamu. Tapi, baru kali ini aku bisa bicara empat mata sama kamu. Selama ini, kamu selalu saja menghindar dariku. Hingga akhirnya, aku hanya bisa menyimpan perasaanku dalam hati," ungkap Dave to the point. Dia tak bisa lagi menahan perasaannya.
Wajah Ana memerah, dia tampak mengalihkan wajah. Menghindar dari perasaan gugupnya. Terlebih jantung dia saat itu berdegup kencang. Mata Ana membulat sempurna, kala tangan Dave memegang dagunya. Membuat netra mereka bertemu.
"Aku mencintai kamu An. aku mohon terimalah aku sebagai kekasihmu!" pinta Dave dengan wajah memohon.
Ana hanya diam. Entah apa yang dia rasakan saat itu. Dia masih bingung dengan perasaannya sendiri. Seharusnya, dia bahagia dicintai Dave. Dia adalah wanita paling beruntung, dibandingkan wanita lain yang begitu tergila-gila dengan pesona Dave.
"Dave, aku mohon jangan seperti ini!"
Ana mendorong tubuh Dave, saat Dave hendak mencium bibir mungil berwarna pink itu.
"Aku butuh waktu," ucap Ana.
Tanpa Ana ketahui, Dave tampak mengepalkan tangannya. Dia merasa kesal, karena belum bisa menaklukkan hati wanita yang menjadi incaran laki-laki di kampusnya. Bisa dikatakan, keduanya adalah mahasiswa dan mahasiswi populer di kampusnya.
"Ok, aku akan selalu menunggu kamu! Sampai akhirnya, kamu mau menjadi kekasihku," ucap Dave. Dia terpaksa menahan perasaannya, agar Ana tak merasa ilfeel kepadanya.
Dave melajukan mobilnya kembali menuju Mansion Ana. Sesekali Dave melirik ke arah Ana yang lebih memilih menatap ke arah jalanan.
"Aku yakin, suatu saat nanti. Kamu pasti akan menjadi milik aku seutuhnya, An."
Mobil mereka sudah sampai di Mansion mewah Ana. Ana meminta turun di depan pintu gerbang Mansionnya, dia juga tak mengizinkan Dave masuk ke dalam. Daddynya pernah mengatakan kepadanya, tak boleh membawa orang luar sembarangan.
"Ya sudah, kalau memang kamu tak mengizinkan aku masuk. Apa besok aku boleh menjemput kamu sebelum kita ke kampus?" ujar Dave.
"Nanti malam aku kabari ya! Aku tak bisa janji," jawab Ana dan Dave hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Ana begitu terkejut, saat melihat mobil daddynya sudah terparkir. Tak biasanya daddynya sudah sampai.
"Semoga saja Daddy tak tahu, kalau aku pulang di antar Dave," Ana berkata dalam hati.
Padahal, Benigno sudah melihat Ana sejak Ana datang dan turun dari mobil Dave. Benigno pun tak paham dengan perasaannya sendiri. Melihat Ana diantar dengan seorang laki-laki, dia merasa kesal.
"Untunglah, Daddy tak melihatku."
Ana bergegas langsung masuk ke dalam kamarnya, dia hendak mandi. Agar daddynya tak tahu, kalau dia baru pulang.
Dia hendak memarahi Ana, karena dia merasa kesal Ana sudah mengabaikan pesannya yang tak memperbolehkan dia menjalin hubungan dengan laki-laki manapun.
Benigno sudah berada di depan pintu kamar Ana. Dia langsung membuka pintu kamar Ana dengan kasar.
"Kemana dia?" Benigno bermonolog.
Dia tak menemukan Ana, sampai akhirnya dia mendengar suara air di dalam kamar mandi, dan juga mendengar Ana sedang bernyanyi. Benigno memilih menunggu Ana keluar dari kamar mandi. Dia sudah duduk di tepi ranjang Ana. Niat hati ingin menyenangkan hati Ana dengan pulang cepat, dia justru dibuat kesal oleh Ana.
"Daddy?"
Dia terkejut, saat melihat daddynya sudah berada di kamarnya. Benigno tampak menelan salivanya, gairahnya bangkit melihat anak angkatnya hanya menggunakan handuk keluar dari kamar mandi.
"Kenapa? Pasti kamu terkejut 'kan melihat Daddy berada di kamar kamu," sahut Benigno sinis.
Tatapan Benigno saat itu, begitu menakutkan. Membuat Ana bergidik ngeri. Ana hanya menganggukkan kepalanya. Dia salah. Sekarang dia yakin kalau daddynya pasti melihat dia di antar Dave.
"Sepertinya, ini ide bagus," Ana berkata dalam hati.
Rasa takut Ana kini hilang. Dia memiliki ide. Ana justru sengaja ingin memancing perasaan daddynya kepadanya. Ana memang sudah tergila-gila dengan pesona daddy angkatnya. Benigno hilang kesadaran, karena tertutup perasaan yang sebenarnya dia tak mengerti. Dia menarik tangan Ana, dan melempar tubuh Ana ke ranjang. Kini tubuh kekarnya sudah mengukung anak angkatnya, dan mengunci kedua tangan Ana.
"Sudah berapa kali Daddy bilang sama kamu. Jangan pernah menjalin hubungan dengan laki-laki manapun! Kenapa kamu tak dengar perkataan daddy?" pekik Benigno.
Ana begitu ketakutan, sampai-sampai dia meneteskan air matanya. Melihat Ana menangis, Benigno merasa tak tega. Benigno langsung bangkit. Lagi-lagi dia hampir hilang kendali.
"Maaf, jika daddy sudah membuat kamu menangis dan ketakutan! Daddy hanya tak suka melihat kamu dekat dengan laki-laki. Daddy yakin, dia bukan laki-laki yang baik untukmu," ucap Benigno.
"Aku ingin memiliki kekasih, yang bisa menyayangi aku dan menemani hari-hariku. Aku kesepian," ungkap Ana.
"Apa kamu bilang, kamu ingin mencari laki-laki yang bisa menyayangi kamu? Apa rasa sayang Daddy kepadamu selama ini tak cukup? Kalau kamu merasa kesepian, kamu 'kan bisa berkawan dengan wanita. Bukannya kamu memiliki dua orang sahabat. Ini hanya akal-akalan kamu saja 'kan? Apapun alasannya, Daddy tak suka kamu menjalin hubungan dengan laki-laki manapun!" ucap Benigno tegas
Baru saja Benigno hendak melangkahkan kakinya, Ana berteriak. "Daddy egois, aku benci daddy!" Membuat langkah Benigno terhenti, dan kini menatap ke arah anak angkatnya.
Lagi-lagi Ana mengatakan membenci daddynya, tapi nyatanya dia masih saja terjebak dengan perasaan kepada daddynya. Dia tak bisa benar-benar meninggalkan daddy angkatnya.
Benigno tak ingin memperpanjangnya. Dia takut, berujung fatal. Benigno memilih pergi meninggalkan kamar Ana, kembali ke kamarnya.
Ana tak turun, untuk makan malam. Sebagai bentuk rasa protesnya kepada sang daddy. Benigno merasa kesepian. Dia menyuruh pelayan mengantarkan makanan ke kamar Ana.
"Aku tidak mau makan! Sudah sana pergi!" teriak Ana dan terdengar Benigno yang saat itu sedang menyantap makan malamnya.
Ana langsung menutup pintu kamarnya dengan kasar.
"Apa sikapku kepadanya begitu keterlaluan?" Benigno bermonolog.
Kali ini Benigno memilih mendiamkan Ana, memberikan kesempatan Ana untuk menenangkan diri. Dia lebih memilih pergi mengunjungi Klub malam. Namun, malam ini dia berbeda. Dia menolak ditemani cewek-cewek seksi, yang berniat menggodanya. Dia hanya ingin menenangkan pikirannya, di temani Roberto.
"Apa sikap saya kepada Ana terlalu berlebihan?" Benigno bertanya kepada sang asisten.
Benigno menceritakan apa yang terjadi pada dia dan Ana. Padahal tujuan dia hanya ingin melindungi Ana dari laki-laki yang tak bertanggung jawab. Dia tak ingin Ana tersakiti.
"Saya rasa tidak, Tuan! Apa yang Anda lakukan sudah sewajarnya. Rasa khawatir seorang Daddy kepada anaknya. Anda hanya perlu sedikit pendekatan kepadanya. Nona Ana sudah semakin besar. Pantas jika dia protes seperti itu, dia membutuhkan perhatian dari Anda. Agar dia tak mencarinya pada laki-laki lain," jelas Roberto.
"Atau mungkin, Anda jodohkan saja dia dengan laki-laki pilihan Anda. Agar Anda tenang," timpal Roberto lagi.
"Tidak! Ana masih sangat muda untuk menikah, saya ingin dia fokus kepada kuliahnya," sarkas Benigno dengan cepat.
Entah berapa sloki Benigno menenggak minumannya. Seperti biasa, dia selalu mabuk. Hingga akhirnya, Roberto harus membawa bosnya pulang secara paksa.
"Apa Tuan Benigno mencintai anak angkatnya? Mengapa dia terus meracau, memanggil-manggil Ana?" Roberto berkata.
Sepanjang perjalanan Benigno terus menyebut nama anak angkatnya, dan mengatakan kalau dia tak rela Ana menjadi milik laki-laki lain.
Mereka sudah sampai di Mansion. Kala itu Ana belum tidur, mendengar suara Roberto yang berbicara dengan pelayan. Ana akhirnya keluar dari kamarnya, dan melihat apa yang terjadi.
"Apa yang terjadi dengan Daddy?" tanya Ana, saat Roberto hendak pergi.
"Seperti biasa, Daddy kamu mabuk. Tak terjadi apa-apa," sahut Roberto.
Roberto pergi meninggalkan Ana, karena dia ingin segera pulang. Tubuhnya terasa begitu lelah, mengikuti bosnya yang kerap mabuk.
Ana membuka pintu kamar daddynya secara perlahan, dan menatap wajah tampan Benigno.
"Ana—"
Ana mengerutkan keningnya. Mengapa daddynya bisa tahu, dia berada di sana. Padahal dia lihat, mata daddynya terpejam saat itu.
"Maafkan aku Dad, sudah membuat Daddy seperti ini," ucap Ana.
Dia tak tahu, kalau daddynya saat ini hanya meracau, karena sedang dalam pengaruh alkohol.
Ana berjalan menghampiri daddynya, dan duduk di tepi ranjang.
"Apa Daddy marah padaku?" tanya Ana.
Benigno membuka matanya, dan hanya menatap wajah cantik anak angkatnya. Namun, tidak dalam keadaan sadar. Dia langsung menarik tangan Ana. Dengan perasaan takut, Ana ikut berbaring di sebelah daddynya.
Ini pertama kalinya dia tidur satu ranjang dengan daddy angkatnya. Ana terkejut, saat bibir daddynya mendekat, dan mencium bibirnya. Perlahan, Ana pun menikmati ciuman daddynya. Benigno adalah laki-laki yang pertama kali mencium bibirnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!