NovelToon NovelToon

CINTA ARUMI

MENIKAHLAH

Arumi Fathima, wanita cantik berdarah campuran Jawa Sunda dan Turki Indo, memiliki wajah blasteran membuat parasnya tampak kian cantik nan menawan hingga banyak orang yang terkagum- kagum dengan kecantikannya. Mempunyai wajah yang cantik tak lantas membuatnya angkuh dan sombong, sebaliknya Arumi menjadi sosok yang begitu sopan dan lemah lembut. Dengan hijab panjang yang selalu membungkus kepalanya membuatnya terlihat semakin anggun dan bersahaja.

Arumi bekerja sebagai dosen fakultas psikologis di universitas ternama di ibu kota, keberhasilannya menyelesaikan studi dalam waktu singkat membuatnya di nobatkan sebagai dosen terbaik dengan gelar master termuda di kampusnya. Sungguh sebuah prestasi yang membanggakan untuk seorang anak yang berasal dari keluarga sederhana. Namun keberhasilannya dalam karier berbanding terbalik dengan kisah asmaranya yang tidak semulus jalan tol. Beberapa kali dirinya dekat dengan lawan jenis tapi tidak ada satupun yang menetap di hatinya. Satu per satu sang arjuna datang menghampiri namun mereka hanya menyapa tanpa ada keinginan untuk singgah, meskipun ada yang singgah tapi itu hanya sesaat lalu ia kembali pergi dan menghilang tanpa kesan dan pesan.

Di usia yang hampir menginjak kepala tiga membuat Arumi terus menerus di desak oleh ibunya untuk menikah. Padahal ia sendiri belum memikirkan hal itu karena saat ini hidupnya terlalu fokus pada pekerjaan dan juga karier. Namun Arumi tidak mungkin mengabaikan permintaan ibunya, terlebih hanya sang ibulah yang ia miliki saat ini selain adiknya.

"Apalagi yang kamu tunggu? Mau sampai kapan kamu sendiri terus? Ibu sudah tua Rum, ibu ingin melihatmu menikah sebelum ajal menjemput ibu" Ucap bu Rosna pada putrinya.

"Nantilah bu, Rumi belum memikirkan hal itu. Ibu jangan bicara sembarangan. Rumi tidak akan membiarkan ibu pergi sebelum cita- cita ibu terwujud" Jawab Arumi.

"Dari sekian banyak rekan kerja laki- laki di kampusmu, apa tidak ada satu orangpun yang cocok untuk menjadi pendampingmu?".

"Rekan kerja Rumi memang banyak sih bu, tapi kebanyakan dari mereka sudah menikah dan sudah punya anak bahkan ada yang sudah menikah dua kali. Memangnya ibu mau aku di jadikan istri kedua atau istri ketiga?" Godanya.

"Lah, ya jangan sama suami orang toh, cari yang masih single. Masa di kampus yang sebesar itu tidak ada laki- laki single".

"Ada sih bu, tapi sebagian besar sudah punya pacar dan calon tunangan. Sementara yang lainnya berat bu, Rumi nggak sanggup".

"Ndak sanggup kenapa?".

"Amin kami berbeda bu, jadi tidak mungkin bisa bersatu" Ucapnya.

"Maksudmu?" Bu Rosna tidak mengerti maksud putrinya.

"Keyakinan kami berbeda ibu, kan nggak mungkinkan aku nikah sama laki- laki yang beda keyakinan dengan kita" Jelasnya.

"Owalah,,, berat banyak toh ndok" Sahut bu Rosna dengan logat jawa seraya mengusap dadanya.

Ternyata tidak mudah mencari calon suami untuk putrinya, meski sang putri memiliki wajah yang cantik dan karier yang cemerlang tak lantas membuatnya mudah mendapatkan pasangan yang cocok.

"Kalau begitu biar ibu yang carikan jodoh untukmu ya" Ucap bu Rosna kemudian.

"Nggak usah lah bu, ibu nggak perlu melakukan itu. Aku percaya langkah, rezeki dan maut itu sudah di atur sama Allah, jadi kita tidak perlu bersusah hati. Percayalah bu, semua akan indah pada waktunya".

Arumi bangkit untuk mencuci tangan setelah selesai memetik sayur kangkung kegemaran Ali, adiknya. Disela- sela kegiatannya, Arumi tiba- tiba melamun, ia memikirkan pria tampan yang kini tengah berada jauh di seberang lautan. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya Arumi menyimpan hati pada Ikram, pria baik nan menawan yang telah lama menjadi sahabatnya. Hubungan keduanya dekat karena mereka tinggal di lingkungan yang sama namun kini garis takdir memisahkan mereka karena saat ini Ikram sedang menempuh studi di negeri Syam.

"Ibu punya banyak kenalan ndok, dan salah satu dari kenalan ibu pasti punya anak laki- laki" Ucap bu Rosna hingga membuyarkan lamunan Arumi.

"Bagaimana? Kamu maukan ibu kenalkan dengan anak kenalan ibu?".

"Ya mau lah bu, dari pada menunggu yang tak pasti, mending yang pasti- pasti aja" Sela Ali yang baru saja datang.

Dari semua orang, hanya Ali yang tahu hubungan kakaknya dengan Ikram, tapi sayangnya Ali tidak suka dengan pria itu karena ia merasa Ikram hanya menggant ung kakaknya tanpa ada kepastian yang jelas. Ali sendiri tidak tahu apa yang membuat Ikram ragu untuk melangkah lebih serius dengan kakaknya, padahal yang ia tahu keduanya memiliki rasa yang sama meski tidak pernah terucap secara gamblang.

"Maksudmu apa, Li,,,?" Tanya bu Rosna.

"Nggak di dengarin ucapan Ali bu, dia suka nyawur" Sahut Arumi.

"Loh, aku tidak ngawur ya. Aku bicara fakta" Bela Ali.

"Hah,,, fakta. Fakta lambemu,,,!".

"Hei bu dosen, jaga ucapan anda ya. Jangan pernah mengatakan kata- kata itu lagi. Kalau tidak?".

"Kalau tidak, apa?" Balas Arumi.

"Aku akan mengadukannya kepada bapak rektor" Ancamnya.

"Adukan aja jika kamu berani, paling nanti uang semesteranmu mbak potong" Arumi balik mengancam.

"Yah, nggak asyik banget sih. Masa ancamannya kayak begitu" Protes Ali.

"Biarin, makanya jangan macam- macam sama mbak".

"Sudah- sudah, jangan berantem terus. Adik kakak yang tinggal satu- satunya malah berantem terus kerajaannya. Ayo cepat duduk, kita makan malam bersama" Perintah bu Rosna pada kedua anaknya.

Arumi dan Ali mengikuti perintah ibunya namun dengan tatapan mata yang saling menebar permusuhan.

.

GALAU

Arumi menatap langit dengan tatapan kosong, pikirannya melayang jauh memikirkan ucapan ibunya semalam.

"Ibu sudah menemukan calon yang cocok untukmu. Dia berasal dari keluarga baik- baik. Ibu kenal baik dengan ibunya" Ucap bu Rosna dengan senyum merekah.

Arumi menghela nafas panjang, pikirannya begitu mumet memikirkan banyak hal yang saat ini tengah di hadapinya. Ibunya telah memiliki calon untuknya sementara hatinya telah terpaut pada pria lain. Arumi bingung bagaimana cara menyampaikan masalah ini pada ibunya, ia ragu untuk mengatakan jika dirinya sedang menunggu Ikram sementara Ikram sama sekali tidak memberikan kepastian padanya.

Pernah suatu hari Arumi meminta kejelasan pada Ikram, namun Ikram tidak memberikan kejelasan yang pasti untuknya. Kejadian itu terjadi dua tahun yang lalu, sebelum Ikram berangkat ke Timur Tengah untuk melanjutkan studinya.

"Ibu memintaku untuk menikah" Ucapnya kala itu.

"Lantas, bagaimana tanggapanmu?" Tanya Ikram.

"Aku tidak memberi jawaban apapun, karena aku bingung harus menjawab apa" Jawabnya.

"Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus menerima permintaan ibu?" Tanyanya penuh harap, ia berharap Ikram menahannya dan memintanya untuk menunggu kepulangan dirinya.

"Kamu sudah dewasa Rum, aku yakin kamu pasti bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk hidupmu" Jawab Ikram.

Jlebbb

Bukan itu jawaban yang ingin ia dengar, Arumi ingin Ikram memberikan kepastian untuknya. Arumi ingin tahu apakah Ikram memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

Setelah itu Ikram pergi dan hingga kini ia tidak tahu kabar dari pria itu. Bagaimana keadaannya?Apakah dia baik- baik saja? Entahlah, Arumi tidak tahu jawabannya. Pernah sekali ia menanyakan kabar Ikram pada orang tuanya, namun mereka hanya tersenyum sembari berucap

"Minta do'anya ya nak Rumi. Semoga Ikram bisa segera kembali dan membawa banyak ilmu untuk kita".

Sejak saat itu, Arumi berusaha untuk tidak lagi memikirkan Ikram, ia mencoba untuk menghapus bayang- bayang pria itu dan membuangnya jauh- jauh. Mungkin memang ini lah jalan yang terbaik untuknya, ia harus move on dan mulai membuka hati untuk pria lain.

Arumi kembali menghela nafas panjang setelah memorinya memutar jauh ke belakang.

"Eh, bu Ar. Disini ternyata" Sapa bu Sarah saat melihat Arumi menyendiri di taman kampus.

"Eh, bu Sarah" Balas Arumi sembari tersenyum manis.

"Bu Ar kok duduk disini? Kenapa di masuk kedalam?" Tanya bu Sarah lagi.

"Ah iya bu, saya hanya sedang mencari udara segar sambil memeriksa tugas mahasiswa" Jawabnya seraya menunjuk tumpukan kertas di atas meja.

"Oh, begitu ya".

"Iya bu".

"Oh iya bu Ar, apa ibu sudah tahu jika beasiswa S3 ke luar negeri sudah keluar?" Tanya bu Sarah.

"Ah, benarkah! Saya belum tahu bu. Apa benar beasiswa itu sudah keluar?" Tanyanya penuh antusias.

"Benar bu, infonya sudah di kirim langsung oleh pak rektor di grup dosen. Apa ibu belum melihatnya?".

"Saya baru keluar dari kelas bu, jadi belum sempat memeriksa ponsel" Jawabnya seraya tersenyum.

"Lah, bu Ar ini bagaimana sih, jangan di jadikan kebiasaan loh. Kita harus memeriksa ponsel kita tiap tiga puluh menit sekali karena siapa tahu ada berita penting" Ucap Bu Sarah.

"Iya, bu. Saya hanya lupa" Jawabnya.

"Ya sudah ya bu Ar, saya permisi dulu. Mau masuk kelas. Jangan lupa pesannya di baca" Ucap bu Sarah seraya melangkah pergi.

"Baik bu, terima kasih infonya" Balas Arumi.

Setelah itu Arumi mencari ponselnya dan ia menemukan benda itu didalam tas. Arumi membuka grup percakapan dosen dan menemukan info beasiswa itu.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah" Ucapnya penuh syukur.

Arumi begitu senang saat melihat namanya keluar sebagai salah satu penerima beasiswa S3 di Jerman. Arumi langsung membereskan seluruh barang- barangnya dan bergegas pulang, ia ingin memberitahukan kabar gembira ini kepada ibunya".

.

Arumi terduduk lesu setelah mendengar ucapan ibunya, ia tidak menduga jika sang ibu tidak menyambut baik kabar bahagia yang ia bawa.

"Untuk apa kamu kuliah jauh- jauh, nduk. Jika kamu ingin melanjutkan kuliah, kamu kan bisa melanjutkannya disini. Bukannya kamu sendiri pernah bilang jika di kampusmu juga ada pendidikan S3 nya" Ucap bu Rosna.

"Tapi ini lain bu, beasiswa ini berasal dari kampus terkenal di Jerman. Banyak orang yang ingin kuliah di kampus itu dan ini juga salah satu mimpi Rumi, bu. Rumi ingin sekali melanjutkan studi di kampus tersebut" Jawab Arumi.

"Terus, jika kamu melanjutkan studimu disana, lantas rencana pernikahanmu bagaimana? Tidak mungkin toh kita meminta calon suamimu untuk menunggu kepulanganmu".

Arumi terdiam, ia bingung harus menjawab apa.

"Jadi menurut ibu, Rumi harus bagaimana?" Tanyanya putus asa.

"Tunda dulu rencana studimu tahun ini dan terimalah lamaran dari anak teman ibu. Setelah menikah nanti, kamu bicarakan masalah ini dengan suamimu. Ibu yakin, dia pasti mengizinkanmu kuliah lagi" Ucap bu Rosna bijak.

"Umurmu sudah menginjak dua puluh sembilan tahun dan sebentar lagi akan genap tiga puluh. Jika kamu menunda pernikahanmu tahun ini untuk melanjutkan kuliah, maka kamu akan menikah di umur berapa? Apa kamu yakin kamu bisa langsung menikah setelah selesai kuliah? Siapa yang bisa menjamin itu. Bagaimana jika tidak ada pria yang melamarmu, nduk? Umurmu akan terus bertambah dan kamu akan menjalani hari tua seorang diri".

"Bu,,,!" Arumi bisa merasakan kekhawatiran ibunya.

"Tidak bisakah Rumi menjalankan keduanya. Rumi akan menikah sesuai dengan permintaan ibu tapi Rumi juga ingin melanjutkan studi Rumi, bu".

"Nduk, semakin tinggi pendidikan seorang perempuan maka semakin sedikit pria yang ingin meminangnya karena mereka merasa rendah diri saat melihat calon istrinya lebih berpendidikan dari dirinya, terlebih lagi jika si perempuan lebih sukses dari pada si pria. Apa menurutmu mereka tidak akan sungkan untuk mendekati perempuan tersebut".

"Rumi! Ibu tidak pernah melarangmu untuk menuntut ilmu setinggi- tingginya, justru ibu bangga jika kamu bisa meraih kesuksesan dalam hidupmu. Tapi bukan hanya itu yang ibu inginkan, hal yang paling utama yang ibu ingin adalah melihatmu menikah dan hidup bahagia bersama suamimu" Ucap bu Rosna.

Arumi semakin tertunduk memikirkan ucapan ibunya.

"Ibu minta pikirkan ucapan ibu baik- baik dan ambillah keputusan yang paling bijak. Ibu tidak menuntut banyak darimu. Ibu hanya ingin kamu bahagia, itu saja" Sambung bu Rosna sembari mengusap wajah putrinya.

"Ya, bu. Rumi tahu. Rumi akan memikirkan ucapan ibu" Balasnya dengan hati terluka.

Malamnya, Arumi tidak dapat tidur, ia terus memikirkan ucapan ibunya. Arumi begitu bingung untuk mengambil keputusan, ia bingung harus memilih yang mana.

Menikah dengan calon pilihan ibunya?

Menunggu kepulangan Ikram?

Atau melanjutkan studinya?

Bingung dan bingung

Manakah yang harus di pilihnya

BERTEMU CALON

Hari ini merupakan agenda pertemuan kedua keluarga sebelum hari pernikahan dan hari ini adalah hari dimana untuk pertama kalinya Arumi bertemu dengan calon suami beserta keluarganya. Arumi tidak berkutik sedikitpun, ia hanya menjadi pendengar tanpa berminat untuk membantah. Lagi pula buat apa ia berkomentar, toh semuanya sudah di putuskan. Sang ibu sudah mewakil kan semua dan beliau juga sudah menentukan waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan tersebut.

Arumi tertunduk tanpa berani menatap pria yang kini tengah duduk tepat di hadapannya, ia begitu malu untuk menatap pria yang di gadang- gadang akan menjadi calon suaminya. Denizh Hakeem, merupakan pria keturunan Turki- Jawa. Ayahnya merupakan warga kebanggsaan Turki sementara ibunya adalah pribumi asli. Namun darah Turki mengalir deras di tubuhnya, hal itu terlihat jelas dari perawakannya yang tinggi besar dan gagah persis pria- pria Timur Tengah.

Jika di sandingkan dengan Denizh, tentu saja Arumi akan kalah jauh darinya. Meskipun ia juga memiliki garis keturunan Turki namun darah Turki tidak terlalu terlihat di tubuhnya justru Ali lah yang terlihat seperti pria Turki asli. Mungkin karena Arumi perempuan makanya darah bule tidak di turunkan padanya.

"Saya sudah tidak sabar menunggu hari H, mbak yu. Hati saya terus berdebar seolah saya sendiri yang akan menikah" Ucap bu Erlin, ibunda Denizh.

Bu Rosna tersenyum mendengar ucapan calon besannya, beliau senang karena keluarga calon suami Arumi menerima perjodohan ini dengan tangan terbuka.

"Terima kasih ya, mbak yu. Keluarga anda telah bersedia menerima lamaran dari putra saya" Sambung bu Erlin.

"Seharusnya saya yang berterima kasih, mbak. Karena mbak Erlin dan keluarga mau meminang putri saya" Balas bu Rosna.

"Saya berharap apa yang kita rencana hari ini bisa berjalan lancar sesuai dengan harapan kita bersama" Ucap Bu Erlin.

"Iya, mbak. Saya juga berharap seperti itu. Semoga saja semuanya berjalan lancar dan rumah tangga putra putri kita menjadi rumah tanggga yang sakinah mawaddah warahmah" Sambung bu Risna penuh harapan.

"Amiin,,,,! Semoga Allah mengabulkan harapan kita" Ucap bu Erlin lagi.

Bu Rosna mengangguk seraya tersenyum, bu Erlin ikut tersenyum kemudian pandangan beliau beralih menatap Arumi yang terlihat malu- malu.

"Pi,,,! Bukankah calon menantu kita cantik" Ucap bu Erlin pada suaminya.

"Ya, mi,,,! Calon menantu kita memang sangat cantik" Jawab pak Kareem dengan logat khas bule.

"Denizh! Kamu tidak ingin menyapa calon istrimu" Ucap pak Kareem pada putranya.

"Kami sudah saling menyapa tadi, jadi aku rasa itu sudah cukup" Sahut Denizh singkat.

Bu Erlin mencibir putranya, beliau tidak suka melihat sikap sang putra yang terlalu acuh dan angkuh. Ingin rasanya beliau menjitak kepala putranya tersebut.

"Tidak usah menyapa jika kamu tidak mau, lagi pula siapa juga yang mengharapkan di sapa oleh pria dingin sepertimu" Sindir bu Erlin.

Denizh memutar wajahnya memandangi sang ibu.

"Aku bukan es batu, Mom. Dan aku juga bukan freezer. Jadi jangan pernah mengatakan jika aku ini adalah pria dingin. Lagi pula aku tidak suka dingin" Ucap Denizh sambil berbisik di telinga ibunya.

"Ciihhh!"

Bu Erlin tidak memperdulikan ucapan Denizh, beliau justru beralih kepada Arumi dan mulai bertanya

"Apa ada yang ingin kamu sampaikan Arumi?" Tanya bu Erlin lembut.

Arumi yang sejak tadi menunduk, mulai mengangkat wajahnya saat mendengar pertanyaan dari bu Erlin.

"Tidak ada bu" Jawab Arumi singkat.

"Kamu tidak punya pertanyaan untuk calon suamimu? Tanya bu Erlin seraya melirik putanya.

Arumi kembali menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada bu".

"Apa kamu tidak ingin bertanya tentang kesukaan, kegemaran, hobby ataupun pekerjaan Denizh. Kamu tidak ingin mengetahui apapun tentang calon suamimu".

"Bertanya tidak selamanya menemukan jawaban, justru waktu yang akan memberikan jawaban yang sebenarnya. Saya menerima pinangan putra ibu ikhlas karena Allah, dan saya percaya pada pilihan ibu saya. Saya yakin ibu tidak akan salah pilih. Saya juga berkeyakinan jika kami memang berjodoh maka Allah akan memudahkan langkah kami. Lagi pula kami bisa saling mengenal setelah kami resmi menjadi suami istri" Tegas Arumi.

"Masya Allah. Kamu memang perempuan sholehan. Saya tidak salah memilihmu menjadi calon istri untuk putra saya" Ucap bu Erlin.

"Kamu dengar itu Denizh! Arumi adalah gadis baik- baik dan sholehah. Kamu beruntung bisa meminangnya" Ucap bu Erlin pada putranya.

Arumi tersenyum sementara Denizh merasa muak mendengar pembicaraan sang ibu dengan calon istrinya, terlebih ibunya terlalu memuji perempuan itu.

"Arumi! Sebelum kita berpisah, apakah ada hal yang ingin kamu sampaikan. Jika ada yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikan lah. Kami siap mendengarnya" Ucap bu Erlin kemudian.

"Katakan lah nduk, katakan apa yang menurutmu layak untuk di bicarakan. Calon suamimu harus tahu apa keinginanmu dan semoga saja dia bisa mengabulkan permintaanmu" Sambung bu Rosna.

Arumi nenarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan, ia mencoba menyusun kata agar tidak ada yang tersinggung.

"Mungkin anda semua sudah tahu jika saat ini saya bekerja sebagai pengajar di Universitas XXX dan menjadi pengajar adalah cita- cita saya sejak kecil. Oleh sebab itu, saya berharap agar anda mengizinkan saya untuk tetap bekerja di kampus itu meski kita telah menikah" Ucap Arumi seraya melirik Denizh.

Arumi sengaja mengatakan hal karena ia ingin mengetahui pendapat Denizh tentang pekerjaannya.

"Bagaimana Denizh? Apa kamu mengizinkan Arumi untuk tetap bekerja di kampus itu?" Tanya bu Erlin pada putranya.

"Terserah dia saja, mom. Dia bisa melakukan apapun yang dia suka. Aku tidak akan menghalangi keinginannya" Jawab Denizh.

"Kamu sudah dengar itu kan, sayang. Jadi kamu tidak perlu khawatir. Saya jamin Denizh tidak akan menjadi penghalang untukmu meraih cita- cita" Ucap bu Erlin.

"Terima kasih, bu" Ucap Arumi pada bu Erlin.

"Terima kasih" Arumi juga berterima kasih pada Denizh.

Denizh mengangguk pelan.

Satu minggu setelah pertemuan keluarga berlangsung, maka hari pernikahan itu pun tiba. Ali yang merupakan adik kandung Arumi, menggantikan peran sang ayah sebagai wali nikah sekaligus yang menikahkan kakaknya dengan Denizh. Suasana haru begitu terasa saat Ali menjabat tangan Denizh sembari mengucapkan ikrar ijab qobul, sementara itu Arumi menunggu di ruangan khusus pengantin wanita. Hari itu Ali menyerahkan sang kakak tercinta untuk menjadi istri dari laki- laki yang di pilih oleh ibunya dan ia berharap semoga pilihan sang ibu adalah pilihan yang terbaik.

Tepat jam sepuluh pagi Denizh mengucapkan ikrar ijab qobul di hadapan pak penghulu, wali nikah, para saksi dan seluruh anggota keluarga kedua mempelai serta tamu undangan yang artinya bahwa kini mereka resmi menjadi pasangan suami istri. Setelah itu Denizh di pertemukan dengan Arumi yang kini telah resmi menjadi istrinya. Arumi terlihat cantik dengan kebaya modern warna putih dan batik bewarna hitam campur beige, Ia melangkah perlahan mendekati Denizh lalu mencium tangan suaminya. Denizh tidak dapat memungkiri jika Arumi memang sangat cantik dan tanpa sadar ia sempat terpesona dengan kecantikan istrinya.

Usai acara ijab qobul, selanjutnya di lanjutkan dengan acara resepsi syukuran pernikahan. Resepsi berlangsung dua sesi. Sesi pertama di mulai setelah dhuhur yang di hadiri oleh keluarga besar kedua mempelai dan para sahabat sedangkan sesi kedua dimulai setelah Isya yang di hadiri oleh keluarga inti serta rekan kerja Arumi dan juga rekan bisnis Denizh. Seluruh rangkaian acara pernikahan Denizh dan Arumi berlangsung dengan lancar, aman dan terkendali.

Akhirnya hidup baru dua orang asing yang di persatukan dalam bingkai pernikahan itu pun dimulai. Mulai hari itu Denizh dan Arumi akan menjalani biduk rumah tangga bersama, dan semoga pernikahan mereka menjadi sakinah mawaddah warrahmah. Amiin,,,!

Selamat untuk Denizh dan Arumi

Semoga pernikahannya langgeng dan segera di beri momongan,,, ♥︎

♥︎

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!