NovelToon NovelToon

Selir Sang Mafia

Mencari kesepakatan

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ahhhh"

Aura berteriak cukup kencang saat tali pengikat di kedua matanya tiba-tiba di lepas dengan kasar oleh seseorang.

Mata gadis muda itu nampak mengerjab-ngerjab mencari Tau siapa orang yang sudah berani menculiknya.

"Kau lagi" Ucap Aura dengan nada penuh kekesalan.

Bagaimana tidak kesal sementara Seseorang yang selalu mengganggunya hidupnya kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tidak berdosa sama sekali sudah menculiknya.

"Hai nona manis, kita bertemu lagi, senang bisa kembali bertatap muka denganmu!" Ujar Devan dengan seringai licik di bibirnya.

"Cih. Tidak usah ber basa basi lagi, pilihanku masih tetap sama. Aku tidak mau menyetujui permintaan mu itu!! Aku tidak Sudi menjadi kendaraan politik mu Tuan Devandra Mahendra."

Gumam Aura dengan sarkas.

"Benarkah? Tapi kenapa aku tidak perduli dengan itu!!"

Gumam Devan Seraya bangkit dari Posisinya yang tadi berjongkok di depan Aura, kini memilih berdiri dengan sorot mata yang tajam menatap gadis yang saat ini masih dalam keadaan terikat tangan dan kakinya.

Devan nampak menyeringai Licik kala menemukan cara lain untuk menaklukkan Wanita manja yang kini menjadi tawanannya.

Kini ia mengubungi seseorang yang dapat membuat kesombongan gadis itu Lulu lantah di hadapannya.

"Ingat sampai kapanpun, bahkan sampai mati pun Aku tidak mau menjadi kendaraan politik untukmu! Art.Tv bukanlah tempat untuk di setir atau tempat propaganda manusia tidak bermoral seperti dirimu!"

Devan tersenyum licik kala mendengar jawaban dari seseorang Via telepon itu. Lalu ia menarik rambut seorang gadis yang terduduk di bawah kakinya itu dengan gerakan yang sangat kasar hingga membuat gadis itu mengaduh.

"Ahhhh sakit." Ringis Aura.

"Aku sudah berbaik hati padamu dengan menawarkan keuntungan yang cukup besar. Namun sepertinya kau tidak suka di ajak bicara dengan halus." Ucap Devan sembari menatap Tajam pada Aura seakan ingin menguliti gadis itu hidup-hidup. " Jika ini menjadi hari terakhir kau melihat wajah cantik putrimu maka ingatlah selalu jika pelakunya itu adalah Aku!!" Ucap Devan dengan tegas.

"TIDAK LEPASKAN AKU!!" Teriak Aura yang kini mulai menitikan Air mata karena ketakutan. Ia tidak mau nasibnya strategis itu, harus kehilangan nyawa hanya karena keegoisan kedua orangtuanya yang lebih memilih Mempertahankan Stasiun televisi mereka dan memilih mengorbankan anak semata wayang mereka. Ini benar-benar tidak adil untuknya.

"HEI BANGSAT BA*JINGAN JANGAN SAKITI PUTRIKU!! DIA TIDAK TAU AP_________"

Tiba-tiba Sambungan terputus dari Pihak Devan yang memang sengaja mematikannya secara sepihak. Devan tak menggubris Ucapan Tuan Tanu Yang notabene adalah Ayah biologis Aura yang kini tengah menjadi tawanannya.

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku? Memangnya apa salahku?" Teriak Aura yang mulai putus asa.

Devan nampak menatap Aura dengan bengis tanpa belas kasihan. "Sebelumnya aku sudah memperingatkan pada Daddymu agar jangan terlalu sombong, Tapi dia mengabaikan Ucapanku." Ucap Devan dengan Nada tajam serta Aura dingin menyelimutinya. "Setelah ini aku yakin Pria Tua itu akan begitu menyesali keangkuhannya, keputusannya yang sudah mengorbankan Putri semata wayang untuk menjadi selirku." Ucap Devan Menakut-nakuti.

"Devandra Mahendra, Kau benar-benar pria licik dan kejam." Umpat Aura dengan sarkas.

Alih-alih merasa bersalah, Devan malah terkekeh-kekeh sinis. "Agar menjadi pemenang kau perlu menjadi orang Licik sebagai opsi pengganti kata beruntung. dan aku menyukai julukan itu." Ucapnya.

Aura berusaha melepaskan diri dengan meronta sekuat tenaga. Namun kekuatan Devan yang saat ini tengah memeluknya jauh lebih besar ketimbang kekuatannya yang kini sedang terikat kuat di bagian tangan dan kakinya.

Aura tidak bisa melawan hingga kini terpaksa menjatuhkan harga dirinya agar Devan mau melepaskan dirinya.

"Tolong lepaskan aku!!" Pinta Aura dengan mengantupkan kedua tangannya. Gadis itu nampak mengiba dengan amat sangat agar di bebaskan.kini cairan bening nampak mengalir tanpa ijin dari matanya. Agaknya gadis cantik itu mulai putus asa dengan nasibnya. "Tuan Devan, kau tau jika Minggu depan aku akan menikah dengan kekasihku, jadi tolong bebaskan aku!!" Mohon Aura sekali lagi.

Devan menarik tengkuk Aura dengan cukup kasar seraya membalas ucapan gadis itu. "Maafkan aku Nona Aura tapi aku berubah Pikiran. Aku tidak akan melepaskan mu kecuali Daddymu yang aku itu mati di hadapanku!!"

Kini Devan menghempaskan tubuh Aura ke lantai hingga gadis itu tak kuasa menahan tangisnya.

Ia sudah berusaha bernegosiasi namun agaknya Devan tidak mau mengerti dan memilih untuk menahannya.

Saat melihat Devan berjalan keluar dari ruangan itu jantung aura semakin terpompa kencang. Kini amarah mulai menguasai rongga dadanya. Ada dorongan kuat untuk melawan hingga ia memberanikan diri untuk kembali berbicara.

"Dasar Biadab, mana mungkin orang sepertimu bisa memimpin suatu negara jika kau memiliki kelainan mental seperti itu!! Cih dasar menjijikan." Aura nampak berbicara dengan tatapan tajam ke arah Devan seperti harimau yang sedang mengintai mangsanya.

Gadis itu seperti tidak menyadari jika dirinya seperti sedang membangunkan singa yang tengah tertidur, bahkan dengan sekali Hab ia bisa mati di tangan Devan yang memang memiliki julukan pembunuh berdarah dingin di dunia bawah tanah.

Devan nampak berbalik arah seraya berjalan mendekat kembali pada Aura yang kini masih setia menatapnya dengan tajam.

"Apa katamu?" Tanya Devan yang kini sudah menarik kembali rambut Aura dengan Kuat.

"Kau dengar Tuan Arogan, Jika di negara ini 99% penduduknya memilih dirimu sebagai calon pemimpin mereka, maka aku akan menjadi 1% dari mereka yang tidak akan memilihmu!" Teriak Aura tepat di depan wajah Devan yang kini menatapnya dengan tajam

Bukannya marah. Devan malah melepaskan cekalan tangannya dari surai Aura seraya bertepuk tangan dengan nyaring.

"Jika ada 90% memilihku maka seekor tikus sepertimu tidak akan berarti apa-apa untukku." Cibir Devan seraya bangkit dari duduknya. Pria tampan itu nampak tersenyum mengejek ke arah Aura yang kini berwajah Pias tanpa expresi apapun.

Tanpa menunggu Aura kembali berbicara tidak penting padanya kini Devan sudah berbalik menatap ke arah salah satu anak buahnya untuk melakukan Tugasnya. " Joe bawa gadis itu ke mansion dan kurung dia di dalam kamar selir!!" Perintah Devan kepada sang asisten pribadinya yang bernama Jonathan.

"Baik Tuan." Jawab Jonathan dengan lantang. Kini pria berperawakan tinggi itu sedang menarik tangan Aura untuk mengikutinya. " Tenanglah Gadis manis, Ayo ikut denganku dan bersenang-senanglah!" Ucap Jonathan terdengar Ambigu.

Kali ini entah apa yang akan di alami Aura karena dia sudah terjebak di lingkaran Hitam dengan sebutan Black Venom. Sebuah genk Mafia yang di bentuk dan di pimpin oleh Devandra Mahendra yang merupakan seorang pengusaha muda sekaligus politisi Muda di negaranya.

Jalan Negosiasi

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Lepaskan aku! Aku tidak mau menjadi tawanan Ba*Jingan kejam itu!" Pekik Aura.

Hingga Jonathan terpaksa harus menyeret gadis itu agar menurut kepadanya, mengingat sejak tadi gadis itu terus saja memberontak meminta untuk di bebaskan.

Masalah di mulai karena Tuan Tanu menolak jika stasiun Televisi miliknya yang bernama Art.Tv menolak untuk membantu atau lebih tepatnya di manfaatkan oleh Devandra Mahendra guna menjadi kendaraan politiknya menuju gerbang sebuah kepemimpinan di Negera mereka.

Tuan Tanu tidak mau ikut campur urusan politik karena tujuannya mendirikan Stasiun Televisi itu untuk menghibur masyarakat yang membutuhkan tontonan yang mendidik guna membangun bangsa.

Namun nyatanya penolakan yang di lakukan oleh Tuan Tanu malah membuat Devandra sang ketua Genk Mafia Black Venom merasa terusik.

"Kita lihat saja, Moto si Tua Bangka Tanu itu yang mengatakan jika stasiun televisi miliknya adalah stasiun televisi paling waras dan anti Gimik itu akan seperti apa pada akhirnya!!" Gumam Devan seraya menghisap puntung rokok yang saat ini ada di tangannya.

Ya Tuan Tanu Selalu menegaskan jika stasiun televisi miliknya adalah Tv yang paling jujur, seluruh berita yang ada semua bedasarkan fakta tanpa ada yang di tambah atau di kurangi. Stasiun Televisi anti Gimik dan memiliki banyak keunggulan lainnya dari pada stasiun televisi lainnya. Maka dari itu Devan begitu berambisi untuk bisa menguasai Stasiun televisi Tuan Tanu karena percaya jika popularitas nya akan naik pesat jika Stasiun Televisi yang paling netral mau mau mendukungnya.

*

*

Di tempat Lain, Aura kini duduk meringkuk dengan terus mengeluarkan Air mata.

"Ayah, Aku kangen Ayah. Tolong bebaskan Aura yah!" Pinta gadis cantik itu di sela-sela tangisnya. "Dasar Pria Iblis, aku bersumpah akan menghancurkan mu suatu saat nanti!" Teriak Aura berapi-api.

Sementara Itu, di perusahaan Emtek.Grop Devan nampak tersenyum Smirk kala mendengar jeritan Aura dari microphone yang terpasang di telinganya. Itulah yang selalu di lakukan Devan di sela-sela pekerjaannya selain bekerja di Perusahaan milik keluarganya hanya sebagai kedok bahwa dia adalah seorang pengusaha.

Namun di sisi lainnya Devan adalah seorang ketua gangster yang sangat di takuti di benua Asia.

"Baiklah Nona kecil, jika itu maumu, maka aku akan dengan senang hati menunggunya!" Gumam Devandra yang ingin menjawab Pernyataan Aura namun karena tempat mereka yang berbeda membuatnya hanya bisa berbicara sendiri saja.

Karena masih begitu penasaran pada akhirnya Devan menyalakan CCTV dari komputer yang ada di hadapannya.

Ia melihat bagaimana Aura berteriak serta mengumpat ke pada dirinya. Gadis itu nampak seperti memiliki dendam kesumat kepadanya hingga membuatnya bertingkah seperti orang gila saja.

"Dengar Ini Devandra Mahendra, Suatu saat aku pasti akan membalas mu seribu kali lebih kejam dari pada ini, Ingat Itu!" Ancam Aura yang di selimuti Amarah.

Devan nampak tersenyum mengejek ke arah layar komputernya. Bagi Devan itu bukanlah hal yang patut untuk di pikirkan karena saat ini ia tengah fokus memandang remeh ke arah Aura yang nampak tergeletak tak berdaya di atas lantai kamar pengasingannya.

"Liam kau pancing Tanu untuk datang kemari apapun caranya! Setelah itu tangkap Dia dan bawa dia ke mansion untuk melihat pembantaian Putrinya jika sampai dia masih nekat menolak tawaran kita!" Perintah Devan seraya mematikan batang rokok miliknya.

"Laksanakan Tuan." Ujar Liam seraya undur diri dari sana.

*

*

Flashback ON

Beberapa jam yang lalu Aura tidak sadarkan diri Akibat Obat Bius yang ternyata ia hirup saat keluar dari kampusnya tadi pagi.

Itu semua terjadi akibat Aura yang selalu berteriak dengan tujuan meminta pertolongan kepada Orang-orang yang ia lihat di jalan! Walau apa yang ia lakukan sangatlah sia-sia karena semua orang tidak akan dapat mendengarnya mengingat jika mobil yang membawanya pergi Memiliki sistem kedap suara.

Aura yang baru saja sadar awalnya tidak memahami di mana posisinya berada, ia sudah berada di sebuah kamar megah yang ada di mansion milik Devan setelah di bius oleh Jonathan karena tadi sempat melawan. namun beberapa saat kemudian akhirnya umpatan dan sumpah serapahnya keluar semua untuk Devandra.

Semua umpatan Aura di dengar dengan jelas oleh Devan yang memang memakai mikrofon di telinganya. Ia memang khusus mempersiapkan itu semua untuk para tawanannya termasuk Aura.

"Dengar Ini Devandra Mahendra, Suatu saat aku pasti akan membalas mu seribu kali lebih kejam dari pada ini, Ingat Itu!" Ancam Aura yang di selimuti Amarah.

"Berisik." Bentak Jhonatan yang baru saja masuk.

kini ia di dampingi oleh dua pria yang bersiap menyeret Aura keluar dari sana entah mau di bawa kemana. Aura nampak pasrah karena masih dalam pengaruh obat Bius.

Cklek

Tiba-tiba saja pintu di buka dari Luar dan menampakkan sosok wanita cantik di sana tengah tersenyum menggoda ke arahnya.

"Bawa Dia!" Perintah perempuan yang bernama Eileen.

"Mau kau bawa kemana dia?" Tanya Jonathan memastikan.

"Tuanmu memintaku untuk mempercantiknya, Apa kau pikir aku berani membantahnya?"

Kini Aileen berbalik menyerang Jonathan agar tidak berani menekannya. Ia tau jika Asisten Pribadi Devandra itu tengah mencurigai dirinya.

Dan pada akhirnya Aileen sukses membawa Aura keluar dari kamar itu menuju kamar khusus untuk para selir yang ada di mansion Utama.

Flashback Off

*

*

Art.TV

Di lain tempat Tuan Tanu benar-benar di buat Khawatir dengan menghilangnya sang Putri, Agaknya Devandra tidak sedang main-main dengan ucapannya. terbukti sejak tadi Tuan Tanu berusaha untuk menghubungi dirinya namun agaknya pria psikopat itu tidak mau meresponnya.

"Ya Tuhan Aura, Tolong selamatkan Putriku!!" Gumam Tuan Tanu seraya mengantupkan kedua tangannya.

Tok Tok Tok

"Tuan Boleh saya masuk?"

Terdengar suara sang asisten pribadi dari balik pintu.

"Masuk!" Titah Tuan Tanu yang masih tenggelam dalam pikirannya.

"Tuan ini ada Surat dari Perusahaan Timah.Grop milik Tuan Mahendra." Ungkap Regan sang asisten Pribadi yang selalu setia pada Tuan Tanu

Tuan Tanu lantas bergegas untuk mengambil surat itu dan membacanya. Matanya terus fokus dan beberapa kali terbelalak Lebar kala membaca isi yang ada di dalamnya.

"Apa-apa ini?" Tanya Tuan Tanu setelah selesai membaca Surel yang di kirim Devan.

Tidak Lupa ia juga memberi ancaman di dalam surel itu agar Tuan Tanu berhati-hati dan mengurungkan Niatnya untuk melapor kepada polisi mengingat kondisi sang Putri saat ini tengah menjadi tawanan Musuhnya.

Devan tidak segan-segan menyertakan sebuah Foto Aura yang tengah pingsan di kerumuni oleh beberapa anak buahnya yang bersiap menyakitinya jika Tuan Tanu tidak menuruti apa maunya.

Brak

"Dasar Pria Gila, jahanam" Teriak Tuan Tanu. Namun teriakannya itu hanya sia-sia karena Devandra tidak dapat mendengarnya.

Dret Dret Dret

"Halo??" Teriak Tuan Tanu setelah mengangkat Ponselnya.

"Bagaimana, apa kau sudah menerimanya? Apa kau sudah memikirkannya?"

"Brengsek, Kau_____"Umpat Tuan Tanu seraya menjeda Ucapannya.

Harem

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aileen membawa Aura ke sebuah kamar para selir dan memberikannya sebuah gaun cantik untuk ia gunakan malam ini, namun bukannya memakainya, Aura justru membuangnya dan sialnya jatuh tepat di depan kaki sosok pria tampan yang begitu di benci oleh Aura. Siapa lagi kalau bukan Devan dengan segala kemisteriusannya, Pria tampan itu berjalan mendekat ke arah Aura yang saat ini tengah menatap tajam padanya.

"Aileen, apa kau sudah melakukan Tugasmu?" Tanya Devan tanpa perduli bagaimana Aura saat ini menatapnya.

"Su___Sudah Tuan." Jawab Aileen takut dan sedikit ragu.

"Benarkah?" Setelah mengatakan itu Devan nampak memutari tubuh Aura dengan tatapan tajam tak terbaca. "Bukanya aku memintamu membawanya ke Harem di mana tempat para selirku mandi dan memakai baju seksi di sana!! Kenapa dia ada di sini dan masih memakai pakaiannya yang semula?" Ucap Devan dengan penuh keangkuhan di setiap katanya.

"Tidak mau, biarkan aku pergi!" Teriak Aura sembari berusaha untuk lari keluar dari kamar itu. Namun gerakannya ternyata terbaca Oleh Devan, hingga membuat Pria tampan itu kini terpaksa menarik tangannya guna menyeret Aura keluar dari kamar itu.

"Bawa dia!" Perintah Devan pada Jonathan yang saat ini tengah berdiri di depan pintu.

"Mari ikut saya Nona, dan menurut lah!" Tegur Jonathan.

Kini Aura di giring ke arah Ruang makan, di sana Munculah sesosok wanita cantik dengan baju seksi membawa sebuah nampan yang berisi air putih dan satu piring makanan.

"Apa maumu?" Ucap Aura yang mulai ketakutan.

"Silahkan Tuan!"Ucap Si pelayanseraya meletakkan Nampan ke atas meja tepat di depan Aura saat ini duduk.

"Makanlah!" Ucap Devan dengan suara yang lembut, tidak seperti tadi yang nampak marah." Setelah itu akan aku perlihatkan dimana tempat yang layak untukmu di mansion ini!" Imbuh Devan seraya menyalakan Putung rokoknya.

"Tidak ada satupun tempat ternyaman untukku di rumah ini, selain kembali ke rumahku sendiri. Tolong lepaskan aku!" Ucap Aura seraya menggelengkan kepalanya.

"Oh baiklah, Jika Daddymu mau membantuku menjadikan Art.Tv sebagai media pendukung pencalonan ku sebagai persiden. Aku akan mengembalikan mu ke rumahmu dengan sehat dan sempurna sebagai seorang wanita." Ujar Devan dengan tersenyum licik.

Entah apa yang di rencanakan oleh pria itu dan apa maksud dari ucapannya mengenai Wanita yang sempurna dalam tanda kutip.

Aura terhenyak, ia hanya bisa bungkam tanpa berani mengeluarkan kata-kata. Ia dengar dengan jelas jika Daddy-nya menolak bernegosiasi dengan Devan hingga membuatnya berakhir di tempat ini. Sekarang runtuh sudah rasa percaya dirinya bisa keluar dengan selamat dari tempat ini.

"Bagaimana?" Tanya Pria tampan yang memiliki tatapan tajam dengan wajah tegas yang kini tengah sibuk menatapnya.

Ingin sekali Aura menampar dan memukul wajah tampan itu hingga bisa terbebas dari sana.

"Sudahlah, habiskan makananmu segera!" Bisik Devan seraya menyodorkan piring berisi nasi dan Lauk ke depan Aura.Meski suara Devan begitu lembut, tapi ia tau betul jika pria tampan itu sama sekali tidak suka dengan penolakan.

Namun karena masih belum sepenuhnya pulih dan sadar dari bius yang tadi sempat ia hirup membuat Aura menggelengkan kepalanya. Tentu saja penolakan dari Aura membuat Devan merasa tersinggung dan semakin geram.

Dengan gerakan cepat Devan memasukkan sendok demi sendok makanan ke mulut Aura yang kini tengah ia cengkeraman.

"Makan, Jangan sampai kau mati sebelum misiku berjalan sempurna. Ingat, hidup dan mati mu ada di tanganku!" Geram Devan di sela-sela pekerjaannya yang menyuapi Aura meski dengan gerakan kasar.

Devan terus memaksa memasukkan seluruh makanan ke mulut Aura hingga membuat gadis itu nyaris tersedak.

Uhuk-Uhuk

"Itulah Akibatnya jika kau berani membantah Ucapanku!" Devan terlihat tersenyum Smirk yang nampak menjengkelkan di mata Aura yang kini berair.

Devan semakin mencengkeram kuat Dagu Aura supaya gadis itu tak lagi memuntahkan makanannya. Tidak ada rasa jijik sedikitpun yang nampak pada wajah Devan yang saat ini nampak begitu menyeramkan. Senyumnya nampak seperti iblis yang siap memangsa siapa saja yang berani menghalangi jalannya.

"Telan atau aku akan membungkam mulutmu dan mencabut Lidahmu!" Ancamnya.

Dengan Terpaksa Akhirnya Aura menelan makanannya dengan sedikit kasar. Dadanya terasa sakit karena terpaksa menelan makanan begitu banyak hingga membuatnya kesulitan bernafas.

"Itu hasilnya karena tidak patuh padaku!" Gumam Devan dengan seringai licik di bibirnya.

Aura nampak menangis, seumur hidupnya baru kali ini ia di perlakukan dengan sangat kasar, bahkan kedua orang tuannya saja tidak pernah melakukan ini padanya.

"Sudah jangan menangis. Sekarang bangun dan ikut aku!"

"Tidak, Aku tidak mau, Tolong biarkan aku pergi!" Lagi dan lagi Aura menolak perintah Devan dengan gelengan kepala.

Devan yang kehabisan stok kesabaran pada akhirnya menggendong tubuh Aura seperti karung beras dan membawanya ke sebuah ruangan Harem berisikan beberapa wanita dengan wajah cantik,tubuh seksi serta berpakaian serba terbuka.

Buk

Devan Menjatuhkan tubuh Aura di salah satu matras seraya menatapnya dengan tajam.

Aura nampak menelisik penampilan ruangan tersebut seperti sebuah tempat hiburan yang menjajakan wanita penghibur untuk melayani para pria hidung Belang yang siap memakai jasa mereka.

"Apa yang kau lihat?" Bentar Devan dengan tersenyum mengejek.

Semua mata nampak memandang rendah Aura yang saat ini berpenampilan berantakan dan sedikit Jorok, karena terdapat beberapa bekas makanan tercecer di bajunya.

Sungguh saat ini di mata para wanita penghibur di sana, Aura tak lebih dari segenggam kotoran yang di Pungut oleh Devan untuk di angkat menjadi wanita penghibur seperti mereka.

"Aileen, bawa aura ke tempat pemandian dan berikan baju yang tadi aku tunjukkan padanya, Ia harus memakai baju itu apapun alasannya!" Perintah Devan, terlihat jelas jika saat ini pria itu tidak mau menerima bantahan.

"Baik Tuan." Jawab Aileen seraya menuntun Aura untuk menuju tempat pemandian para selir yang ada di mansion.

Tak berselang lama akhirnya Devan meninggalkan kamar Harem di ikuti Jonathan di belakangnya.

Sementara Itu Aura nampak menelisik ke seluruh penjuru ruangan berharap jika ada tempat untuknya bisa kabur dari sana. Namun agaknya harapannya itu pupus mana kala tidak mendapati apapun cara agar bisa bebas.

"Aku tau isi otakmu dan jangan berani-berani melakukannya! Ku ingatkan padamu jika Tuan Devan tidak suka mengulangi ucapannya, jadi lebih baik kau menurut dari pada hal lain terjadi padamu setelah ini!!" Ujar Aileen sebelum keluar untuk mengambil Baju yang di titipkan Devan padanya.

"Tunggu dulu! Tempat apa ini? Kenapa aku merasa ruangan ini sangat aneh, kenapa semua wanita yang ada di sini memakai pakaian seksi dan nampak seperti________"

"Pelacur" Tebaknya.

Aura tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena lebih dulu di potong oleh Aileen.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!