NovelToon NovelToon

Prefix:The Imagination

Chapter 1: Alri

Hari-hari berjalan seperti biasa, matahari terbit, burung-burung melakukan aktivitas, manusia melakukan kegiatan mereka hingga matahari kembali terbenam

(Aku Alri, seorang lelaki berumur 15 tahun yang baru saja lulus SMP. Dunia ini penuh dengan sihir)

(Setidaknya setiap orang mampu menguasai 1 elemen sihir)

(Orang berbakat mampu menguasai 2 elemen sihir, dan orang yang mendapatkan berkat dari dewa akan mampu menguasai 3 elemen sihir)

Terdapat 7 elemen di dunia ini, terdiri dari elemen api, angin, air, bumi, cahaya, petir, dan juga es.

(Aku hidup di dunia dimana sihir dan teknologi hidup berdampingan. Orang-orang di dunia memanfaatkan hal tersebut untuk membuat teknologi yang dipadukan dengan sihir)

(Selain sihir, sepertinya para dewa dewi di alam semesta juga memberikan berupa ability spesial untuk beberapa makhluk yang terpilih. Mungkin saja salah satunya aku)

(Sejak lahir aku memiliki energi sihir yang sangat kecil, bahkan saat remaja pun energi sihirku tidak berubah signifikan, tidak seperti orang lain yang selalu mendapatkan perkembangan energi sihir bahkan tanpa melakukan kegiatan apapun)

(Aku bahkan tidak menguasai 1 elemen pun dari ketujuh elemen yang ada, tetapi seperti nya dewa dewi di alam semesta ini sengaja membuatku mengalami hal seperti ini. Maka dari itu sebagai gantinya mereka memberikan ku kemampuan spesial)

Alri berjalan menuju taman bersama dengan sahabat masa kecil nya yang bernama Erick

"Sepertinya disini pas, baiklah Erick kamu berdiri di sana dan aku berdiri disini" ucap Alri.

Erick berjalan beberapa langkah hingga akhirnya ia merasa sudah cukup, ia berbalik menghadap Alri dengan jarak yang cukup jauh.

"Apa segini cukup?" Tanya Erick sambil mengeraskan suaranya sedikit agar terdengar oleh Alri.

Alright mengangguk sambil mengacungkan jempol nya

"Iya, cukup. Ok aku ingin kamu mengeluarkan semua kemampuan mu, jika kamu ingin menggunakan 2 elemen sekaligus tidak masalah" ucapnya.

Perlahan tangan kanan Alri mengeluarkan asap berwarna putih pekat, asap itu perlahan seperti merambat tetapi tidak menyentuh kulit Alri sama sekali.

"Baiklah kalau itu maumu, Alri, aku akan menyerang mu dengan sekuat tenaga."

Erick menggunakan elemen angin untuk melawan Alri sebagai permulaan.

Ia menciptakan angin yang dapat memotong apapun, bahkan besi sekalipun.

Angin melesat ke arah Alri, tapi dengan cepat ia mengarahkan tangannya ke hadapan angin pemotong, dan apa yang terjadi? Angin pemotong itu menghilang seketika.

Erick tentu Riska terkejut dengan hal tersebut karena dia telah sering melihatnya bahkan sejak meraka berdua masih kecil.

"Kalau gitu, terima ini!" Erick menggabungkan 2 elemen sihir miliknya, angin dan es sehingga menciptakan tornado es yang memiliki kekuatan setara dengan tornado es yang terjadi saat zaman ice age.

Area taman tempat Meraka berdiri mulai membeku akibat tornado es milik Erick. Semakin lama tornado es itu semakin membesar.

Saat tornado es semakin mendekat, Alri memasukkan tangan kanannya ke tornado tersebut dan dengan mudahnya menghilangkan tornado es milik Erick yang memiliki kekuatan setara zaman ice age.

Akan tetapi, sesaat setelah tornado es hilang, Erick menciptakan peluru es yang sangat besar

"Surprise!" Erick tersenyum senang dan menembakkan peluru es besar kearah Alri.

Ia tersenyum seakan sudah dipastikan bahwa dia akan menang. Akan tetapi, dengan mudahnya Alri menghancurkan peluru es tersebut hingga hancur berkeping-keping.

Kepingan es berserakan di taman dan meleleh, meresap ke dalam tanah.

Erick tepuk tangan sembari mendekati Alri

"Kamu semakin berkembang dalam menguasai kemampuan itu, Alri." Ucapnya.

"Kamu benar, aku sudah bisa menggunakan kemampuan ini, andai saja aku bisa sihir" ucap Alri sambil menatap tangan kanannya yang diselimuti oleh asap putih.

"Kudengar kamu diterima masuk institut sihir Bontang, apa itu benar, Erick?" Tanya Alri sambil menoleh ke arahnya.

"Iya, aku berhasil masuk Institut Sihir Bontang dengan nilai paling tinggi dalam ujian tulis sihir dan praktek" ucapnya sembari membersihkan es yang berserakan di taman.

"Kalau kamu akan masuk sekolah mana, Alri? SMA? SMK?" Tanya Erick sambil

Perlahan asap yang menyelimuti tangan kanan Alri menghilang

"Mungkin aku akan masuk ke SMA negeri 1, hanya itu pilihan yang terbaik untukku. Aku tidak bisa masuk Institut Sihir Bontang karena tidak memiliki energi sihir yang cukup, bahkan tidak menguasai 1 elemen pun" ucap Alri.

Erick mendekati Alri dan berkata

"Kasihan banget hidup mu bro" ucapnya sambil menepuk pundak Alri.

Alri menghela nafas setelah mendengar ucapan Erick

"Setidaknya kita bisa terus bertemu bahkan jika kita beda sekolah" ucap Alri.

"Kamu benar, kalau gitu aku pergi dulu, pacarku ngajak bertemu sore ini, sampai jumpa" ucap Erick sambil pergi meninggalkan Alri.

Ternyata sedari tadi, seseorang memperhatikan Alri dan Erick, bahkan saat mereka berdua bertarung. Nampak terlihat jelas bahwa sosok orang tersebut adalah seorang wanita, dan dia mulai tertarik dengan Alri.

*Malam hari, rumah Alri*

Alright menjatuhkan dirinya ke kasur karena kelelahan. Ternyata efek samping dari menggunakan kemampuan tersebut adalah gampang lelah selama 1 hari.

"Kemampuan ini....bisa saja membuat hal baik.....dan juga hal buruk di saat yang bersamaan. Aku benar-benar takut dengan kemampuan ku sendiri" ucapnya.

Alri menatap langit-langit, perlahan mulai merasa ngantuk.

"Yah, paling tidak aku bisa melindungi adik perempuan ku dengan kemampuan yang kumiliki....karena dia adalah satu-satunya keluarga ku yang tersisa." Ucapnya sambil menutup mata perlahan dan tertidur.

*Keesokan harinya*

"Kakak, bangun, kakak!" Seorang gadis menggoyangkan tubuh Alri agar segera bangun.

Alri membuka matanya perlahan dan terlihat sosok gadis berambut pendek berwarna putih sedang berusaha membangunkan Alri.

"Akhirnya kamu bangun juga, kak" ucap gadis itu sambil merengut. Alri bangun dari tidurnya dan duduk sambil meregangkan tubuhnya.

"Pagi, Arisu. Sepertinya kamu sangat bersemangat lagi ini" ucap Alri sambil mengelus rambut Arisu.

Arisu, adik perempuan dari Alri, menjadi kunci alasan Alri tetap hidup meskipun tidak berkecukupan.

"Hari ini aku ingin memberitahu mu satu hal, ternyata aku menguasai 3 elemen sihir!" Ucap Arisu dengan penuh semangat.

Alright tersenyum kecil dan mengelus rambut Arisu

"Kamu hebat, Arisu." Ucapnya memuji.

Mereka berdua keluar dari kamar, Arisu pergi ke ruang makan sementara Alri pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk.

Alri berendam di dalam bathtub sambil merenungkan masa depannya. Ia tidak menyangka adik nya memiliki bakat dalam menggunakan sihir, dan yang paling penting ialah, Arisu mendapatkan berkat dari dewa.

(Itu artinya, Arisu ada kesempatan untuk memasuki Akademi sihir 2 tahun lagi. Adik ku memang hebat, setidaknya dia tidak seperti kakaknya yang sangat malang) Pikir nya.

Ia keluar dari bathtub, menggosok gigi, dan kemudian mengguyur sekujur tubuhnya dengan air dingin.

Setelah selesai mandi, Alri melihat adiknya yang sudah mengenakan seragam sekolahnya.

"Hmmm? Sudah mau berangkat?" Tanya Alri.

"Iya dong. Sebentar lagi ujian kenaikan kelas jadi aku harus belajar giat lagi!" Jawab Arisu dengan penuh semangat.

Arisu menggunakan sepatu sekolahnya dan keluar rumah menuju sekolah.

Alri pergi ke kamar untuk mengambil ponsel miliknya yang ia letakkan di meja belajar. Saat ia mengambil ponselnya, dia menyadari ada sepucuk surat di mejanya.

"Surat? Aku yakin saat bangun tidur tadi tidak ada surat." Ucapnya sambil mengambil surat tersebut.

Saat ia membuka surat tersebut dan membacanya, ia benar-benar dibuat terkejut dan tidak menyangka.

Isi surat:" Yang terhormat, Alri, dengan ini saya nyatakan mengundang anda secara langsung untuk bersekolah di Institut Sihir Bontang. Kami melihat kemampuan anda serta "Ability" yang anda miliki membuat kami tertarik padamu. Sekali lagi, saya, selaku kepala sekolah Institut Sihir Bontang mengundang anda secara langsung untuk bersekolah di Institut Sihir Bontang."

*Ditandatangani oleh, Prof. Elio*

Tangannya bergetar, tidak tau harus berkata apa, seakan ia sedang mendapatkan berkah, atau bisa saja ini lelucon yang dibuat oleh seseorang.

Akan tetapi Alri tau ini adalah tanda tangan asli dari profesor Elio selaku kepala sekolah akademi sihir Institut Sihir Bontang.

"Ini....BENERAN?!!" Teriaknya.

3 Minggu kemudian, Alri mendapatkan kiriman berupa seragam sekolah dari Institut Sihir Bontang. Dia masih tidak menyangka bahwa dirinya benar-benar bisa masuk ke sekolah sihir paling bergengsi di dunia.

1 bulan kemudian, ini adalah hari pertama Alri di akademi sihir, hal itu membuat Alri sangat bersemangat. Dengan bergegas ia pergi ke sekolah bareng dengan Arisu, berhubung SMP adiknya berdekatan dengan akademi sihir.

"Yah tapi aku masih tidak menyangka kakak bisa masuk ke akademi sihir jalur undangan." Ucap Arisu.

"Aku sendiri masih tidak menyangka, padahal aku sudah berniat untuk masuk SMA negeri 1" jawabnya.

Setelah sampai di stasiun kereta, mereka berdua berpisah karena Alri harus naik kereta.

Ia akhirnya tiba di akademi sihir, Institut Sihir Bintang. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dan menyapanya.

"Alri, aku tidak menyangka kamu ada disini, kupikir aku salah orang." Suara wanita.

Saat Alri berbalik, ia mengenali wanita itu, dia adalah Tinia, pacar Erick.

"Oh Tinia, kamu masuk di sekolah ini juga?" Tanya Alri

"Tentu saja, apa kamu lupa kalau aku menguasai 2 elemen sihir?" Jawab Tinia.

"Ngomong-ngomong di mana Erick? Aku tidak melihatnya biasanya bersama mu"

Tiba-tiba wajah Tinia berubah menjadi sangat marah, jidatnya mengerut setelah mendengar nama Erick.

"Jangan menyebutkan nama orang itu lagi, aku sudah muak." Ucapnya dengan nada yang mengerikan.

"Ba-baiklah" (sepertinya terjadi sesuatu di antara mereka berdua, yah paling juga aku tau sendiri tanpa mencari tau) pikirnya.

Kehidupan Alri di Akademi sihir, masalah masalah yang akan datang, serta masa depan yang menunggu. Semua dimulai dari akademi ini.

BERSAMBUNG~~~

Chapter 2: Akademi Sihir

Alri bersama Tinia berjalan di lorong sekolah.

"Hmmm, jadi sekarang kamu sudah tidak berhubungan lagi dengan Erick? Apa yang ia perbuat sampai kamu memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan nya?" Tanya Alri.

Tinia merenung sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Alri.

"Alasan aku memutuskan hubungan dengan dia karena dia sudah tidak peduli lagi denganku. Yang Erick pedulikan hanya sihir, sihir, sihir, dan sihir!" Ucapnya dengan kesal.

Alri tertawa mendengar penjelasan Tinia, melihat tawa Alri ia merasa seperti tidak dihargai.

"Apa maksudmu tertawa?!" Ucapnya.

"Maafkan aku, tapi kurasa Erick memiliki alasan yang jelas kenapa dia sekarang lebih fokus dengan sihir daripada hal lain." Ucap Alri.

Mereka menaiki tangga karena kelas mereka berada di lantai dua.

Alri kembali berkata

"Erick telah menemukan sesuatu yang dia kejar, dia telah memutuskan untuk menjadi lebih kuat lagi, lebih kuat dari dirinya yang sekarang." Tambahnya.

Ucapan Alri membuat Tinia sadar bahwa dirinya tidak boleh mencaci orang tanpa mengetahui penyebabnya terlebih dahulu.

"Kurasa kamu benar, tapi tetap saja....hatiku terluka" ucap Tinia.

"Ngomong-ngomong kamu masuk kelas mana?" Tanya Alri.

"Aku Masuk di kelas 10-3" jawab Tinia.

Alri terkejut karena dia satu kelas dengan Tinia

"Jarang jarang kita berada di kelas yang sama, dihitung dari SD-SMP, kita hanya satu kelas sebanyak 3 kali" ucap Alri.

Ternyata Alri dan Tinia adalah teman masa kecil, sama seperti Erick. Saat mereka memasuki kelas, tiba-tiba Tinia terkejut dengan apa yang dia lihat, tapi Alri tidak kaget.

Erick juga berada di kelas 10-3.

"Kenapa kamu ada disini?!" Ucap Tinia dengan nada yang cukup tinggi.

"Apa maksudmu? Tentu saja aku masuk disini juga? Harusnya aku sudah memberitahukan nya padamu saat malam kita bertengkar di sosial media" ucap Erick menjelaskan

Tiba-tiba Tinia menjadi gugup, menelan ludahnya, seakan mengetahui bahwa ini salahnya.

(Gawat, sepertinya saat itu aku langsung blokir dia disaat sedang mengetik pesan terakhir) Pikir Tinia dengan wajah gugup.

"Pasti kamu tidak membacanya kan?" Ucap Erick.

Pipi Tinia memerah karena malu

"Be-berisik!!" Teriaknya, menarik perhatian semua siswa yang ada di kelas tersebut.

Tinia berjalan ke bangku nya dan tidak menghiraukan Erick. Erick hanya bisa menghela nafas melihat tingkah dari Tinia. Ia berjalan mendekati Alri dan menepuk pundaknya.

"Kita sekelas lagi, kawan." Ucap Erick.

"Ya, kamu benar. Yang tidak disangka lagi adalah orang sepertiku bisa masuk ke akademi sihir, apalagi akademi sihir terbaik di dunia, Institut Sihir Bontang" ucap Alri dengan perasaan bersyukur.

Erick mendekatkan mulutnya ke telinga Alri dan berbisik

"Tapi, kamu harus bisa bertahan dari hinaan, itu bisa saja terjadi disini. Apalagi di sekolah ini lebih di dominasi oleh para bangsawan dari penjuru dunia" bisiknya.

Alri melihat sekeliling nya, dan benar saja seluruh mata siswa tertuju pada Alri yang tidak memiliki energi sihir

"Kudengar dia tidak menguasai satu elemen pun"

"Benar kah? Bagaimana caranya dia masuk ke akademi sihir terbaik ini?"

"Aneh banget, sekolah ini hanya khusus orang yang memiliki kekuatan sihir dan juga para bangsawan!"

Bisik mereka menjelekkan Alri. Akan tetapi Alri tampak tidak peduli dengan hinaan orang.

"Yah, mau mereka menghina ku seperti apapun, harusnya kamu sudah tau tujuan ku kan, Erick?" Ucap Alri.

Erick mengangguk, karena ia tau tujuan Alri dan tidak akan berubah sampai ia mencapai tujuannya.

"Mencari pembunuh ibumu kan?" Ucapnya.

Alri mengangguk, membenarkan ucapan Erick

"Beruntung, Minggu depan adik ku telah sembuh sepenuhnya dari penyakitnya. Bahkan dia sangat senang saat mengetahui dia menguasai 3 elemen sihir sekaligus." Ucap Alri

Tinia mendekati mereka berdua dan bergabung ke dalam percakapan

"Syukurlah, dik Arisu akhirnya sembuh total" ucapnya.

"Kejadian 3 tahun lalu benar-benar tidak dapat dilupakan, baik aku, maupun adikku." Ucap Alri.

Bel berbunyi

"Pengumuman, seluruh siswa kelas 10 dipersilahkan menuju ruangan Auditorium untuk melakukan sesi penyambutan murid baru, terimakasih!" Pengumuman berakhir.

"Ayo kita kesana" ucap Alri mengajak Erick dan Tinia.

Mereka bertiga pergi ke ruangan Auditorium, sesampainya disana mereka cukup terpanah dengan luas dari ruang auditorium tersebut. Bahkan terdapat hiasan ornamen dari 7 elemen sihir yang ada.

Mereka bertiga duduk di bangku yang masih kosong sembari menunggu sambutan dari ketua OSIS.

"Aku penasaran dengan ketua OSIS nya, kudengar dia berhasil menjuarai turnamen sihir 3 kali berturut-turut tingkat nasional loh!" Ucap Tinia dengan penuh semangat.

"Oh pria itu? Kalau tidak salah namanya Ryan Ferdinand, dia merupakan pemenang turnamen sihir tingkat nasional 3 kali berturut-turut bahkan pernah memenangkan tingkat nasional sekali" jelas Erick.

Mereka duduk di kursi yang masih kosong dan menunggu sebelum sambutan dari kepala sekolah dimulai.

Lampu mulai menyorot ke arah panggung, sang pembawa acara mulai membuka acara

"Selamat datang para murid kelas 10 yang baru, dalam 1 jam kedepan, kalian akan mendengarkan beberapa pidato dari kepala sekolah, ketua OSIS, serta beberapa sambutan meriah lainnya." Ucap pembawa acara.

Seluruh siswa-siswi kelas 10 menepuk tangan. Seseorang melangkah dari belakang panggung, hanya dengan satu langkah saja, terdengar ke seluruh auditorium. Hawa mencekam sangat pekat, energi yang sangat besar keluar seakan seperti sedang mengintimidasi seseorang.

"Ke-kekuatan ini.....energi ini sangat besar" ucap Alri.

Erick, Tinia dan siswa kelas 10 lainnya merasakan apa yang Alri rasakan, energi sihir dalam jumlah besar yang meledak, dan energi tersebut berasal dari atau orang, kepala sekolah.

"Salam sejahtera, murid baru. Jika kalian ada pingsan karena tidak kuat menahan energi sihir ku, maka kalian lebih rendah daripada orang yang memiliki energi sihir yang sangat rendah" ucap wanita yang merupakan kepala sekolah Institut Sihir Bontang.

"Nama ku, Luminus Eriana. Kalian boleh memanggilku dengan sebutan Professor Eriana"

"Akademi Sihir ini telah dibangun sejak awal perang dunia pertama, dimana pada masa itu sihir masih sangat tidak stabil. Hingga lahirnya seorang pria bernama Ryo Walbert, dengan kemampuan sihir nya yang mahir, Ryo berhasil menghentikan perang dunia pertama dan ia memutuskan untuk membangun akademi sihir di Kalimantan Timur, Indonesia dengan nama Institut Sihir Bontang " jelas Luminus Eriana.

Saat penyampaian pidato dari kepala sekolah, Alri sempat tidur untuk beberapa menit karena merasa tidak terlalu menarik. Sesaat setelah pidato berakhir, mata Eriana tertuju kepada Alri gang tertuju, dengan senyum kecil di wajahnya ia melancarkan sihir angin untuk membangunkan Alri.

Alri terkejut karena ada air yang tumpah pada dirinya, seluruh siswa menertawakannya.

"Berikutnya merupakan sambutan hangat dari ketua OSIS Institut Sihir Bontang, Ryan Ferdinand, dipersilahkan." Ucap sang pembawa acara.

Langkah kaki menaiki panggung auditorium, seluruh siswa tepuk tangan menyambut kedatangan dari ketua OSIS, Ryan Ferdinand.

"Salam sejahtera seluruh murid kelas 10, dan selamat datang di akademi sihir terbaik di dunia, Institut Sihir Bontang." Sambutan dari ketua OSIS

"Di sekolah ini kalian akan mempelajari banyak hal tentang sihir, mulai dari dasar ilmu sihir, teknik-teknik yang terkandung dalamnya, bahkan sejarah sihir itu sendiri. Kalian semua akan mempelajari hal tersebut, di sekolah ini juga kalian akan saling bersaing satu sama lain, tidak peduli teman atau lawan" ucap ketua OSIS

"Dalam sekolah ini, sihir adalah segalanya, dan bagi kalian yang tidak memiliki keahlian, pesimis, dan mudah menyerah.....lebih baik kalian keluar dari sekolah ini" ucapnya dengan nada mengintimidasi dan mencekam.

Mendengar pidato dari ketua OSIS membuat Alri panas karena merasa seperti direndahkan, tapi dengan cepat Erick meredakan amarah Alri.

"Santai, kita masih awal sekolah, jangan langsung membuat kesan buruk di sekolah" ucap Erick.

Tinia mengangguk setuju

"Itu benar, kita tidak tau apa yang akan kita hadapi kedepannya jika kita mendapatkan kesan buruk di sekolah ini. Ditambah, sekolah ini didominasi oleh bangsawan, lebih baik kita main aman" jelas Tinia.

*Di kelas*

Wali kelas 10-3 akhirnya masuk ke kelas dan memulai kelasnya.

"Selamat pagi semuanya. Izinkan saya memperkenalkan diri, nama saya Fitz Weyne. Sedikit pengingat saja, walaupun penampilan ku seperti pria tapi aku ini wanita" ucap Fitz, wali kelas 10-3 atau kelas Alri.

"Sekarang...aku ingin kalian semua berdiri satu persatu untuk memperkenalkan diri kalian masing-masing, ummmm mungkin dari ujung kiri belakang" ucap Fitz sambil menunjuk ke arah Erick yang duduk di ujung kiri belakang.

*Ruang kepala sekolah*

Saat kepala sekolah Eriana sedang membaca beberapa dokumen tentang murid kelas 10, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangannya.

"Masuk" ucap Eriana

Pintu ruangan terbuka dan terlihat ketua OSIS Ryan Ferdinand bersama sang wakil bernama Deona.

"Permisi, kepala sekolah Eriana. Maaf karena telah mengganggu waktu anda" ucap Ferdinand.

"Ketua dan wakil menemui ku, apa ada sesuatu hal yang penting untuk dibahas?" Ucap Eriana menebak tujuan Ferdinand dan Deona.

Deona maju selangkah dan berbicara kepada Eriana dengan penuh kehormatan

"Kami menemukan satu siswa yang tidak terdaftar dalam siswa yang berhasil memasuki akademi sihir, bahkan setelah di cari tau, siswa tersebut tidak menguasai 1 elemen sihir pun" ucap Deona.

Eriana mengangguk, mendengarkan ucapan Deona

"Lalu? Kalau hanya itu saja kurasa tidak perlu di bahas lebih lanjut kan?" Ucap Eriana sambil tersenyum seakan tidak berbuat apa-apa.

Ferdinand menghela nafas, dengan penuh keyakinan ia berkata

"Anda mengundang seseorang kan, Nona Eriana?" Ucap Ferdinand.

BERSAMBUNG~

Chapter 3:Ability

*Ruang kepala sekolah*

"Kenapa anda tidak memberitahu kami terlebih dahulu? Bukannya kami sudah katakan bahwa jika ingin mengundang seseorang memasuki akademi ini harus mendapatkan persetujuan dari ketua OSIS terlebih dahulu." Ucap Ferdinand dengan nada yang kesal.

"Emang apa salahnya mengundang orang yang berbakat? Pemilik "kemampuan" juga dapat berkembang, bahkan Kemampuan yang "dia" miliki bisa saja menghancurkan mu" ucap Eriana dengan senyum menyeringai ke arah Ferdinand.

Eriana berdiri dari meja kerjanya dan berjalan mendekati Ferdinand dan melewatinya, saat ia hendak membuka pintu, Eriana menoleh ke arah Ferdinand dan berkata "Satu hal yang bisa kukatakan adalah, Ability lebih superior daripada sihir itu sendiri"

ucapnya sambil membuka pintu dan pergi meninggalkan Ferdinand dan Deona terdiam di dalam ruangan.

*Rumah Alri*

Hari ini Erick bersama Tinia sedang berada di rumah Alri untuk sparing melawan Alri.

"Kalian yakin? Kenapa tidak di lapangan saja? Aku takut rumahku kenapa-kenapa nih" ucap Alri dengan khawatir.

"Tenang saja, kita tidak harus mengeluarkan kekuatan penuh kok" ucap Erick menenangkan Alri.

"Sejak dulu aku penasaran dengan "ability" atau "kemapuan" apalah punya mu itu" ucap Tinia dengan penasaran.

"Kalau begitu aku ingin kalian menyerang ku dengan kekuatan terkuat kalian, kurasa dengan itu cukup membuktikan tentang "kemampuan" ku" ucap Alri.

Tinia dan Erick mulai mengerahkan seluruh kekuatan mereka. Tinia menggunakan kekuatan angin miliknya hingga menciptakan semua angin panas dan tajam yang dapat menghabisi musuh dalam sekejap. Erick menggunakan kekuatan es miliknya untuk menciptakan peluru es raksasa yang bahkan lebih besar dari rumah sederhana Alri.

Mereka secara bersamaan mengarahkan sihir mereka kearah Alri, Arisu yang melihat dari dalam rumah sedikit ketakutan dan berlari ke sofa dan menutupi dirinya dengan bantal sofa.

Tentu dengan kemampuan yang dimilikinya, Alri berhasil menghilangkan sihir tersebut dengan sangat mudah. Tinia terkejut dan kembali mengeluarkan sihir angin miliknya, dia melirik ke arah Erick.

"Hey, Erick, ayo kombo!" Ucap Tinia dengan tatapan serius.

Menanggapi ucapan serius Tinia, dengan senyum percaya diri Erick mengeluarkan sihir es berukuran kecil dan tajam dalam jumlah besar, Erick mengarahkan sihir esnya ke sihir angin milik Tinia, dengan percaya diri mereka mengucapkan kombo mereka

"ICYWIND!" Gabungan kedua sihir mereka bergerak ke arah Alri, dengan tatapan serius, tangan kanan Alri mulai berasap kembali, kabur berwarna putih menyelimuti tangannya. Ia mengangkat tangannya dan menghempaskan gabungan sihir Erick dan Tinia dengan sangat mudah.

Mereka berdua kehabisan energi sihir dan jatuh tak berdaya di hadapan Alri. Arisu yang melihat keadaan membaik akhirnya memutuskan untuk keluar dan menyapa Erick dan Tinia.

"Ha-hai, kak Erick, kak Tinia. Lama tak bertemu" sapa Arisu dengan malu-malu.

"Hai, dik Arisu! Lama tidak bertemu!" Tinia berlari ke arah Arisu dan memeluknya dengan erat.

Tiba-tiba Erick melayangkan sebuah tamparan di kepala Tinia yang membuatnya merasakan sakit yang cukup parah di kepala, tanpa merasa bersalah Erick berkata

"Jika kamu memeluknya dengan erat seperti itu, bisa-bisa dik Arisu akan kekurangan oksigen," ucap Erick.

Tinia melepaskan pelukannya dan mengelus kepalanya di bagian Erick menamparnya. Dengan kesal Tinia berbalik dan memukul Erick di bagian perut hingga Erick terpental ke arah Alri, Alri ikut terkena imbas nya.

"SAKIT TAHU!!!" Ujarnya dengan teriak.

"Kak erick, kurasa itu sedikit berlebih jika dengan maksud bercanda," ucap Arisu dengan nada suara yang rendah.

Erick bangkit dan mendekati Tinia dengan maksud ingin meminta maaf.

"Maaf, itu salahku, aku berlebihan bercandanya." Ucap Erick dengan perasaan menyesal.

"Ngomong-ngomong, kudengar kamu mendapatkan berkah dewa, elemen apa saja yang kamu kuasai, Dik Arisu?" Tanya Erick.

Arisu mengangguk, membenarkan ucapan Erick.

"Benar, Kak Erick. Selama aku menderita penyakit aku mendapatkan berkah dewa waktu dan menguasai 3 elemen sihir. Petir, bumi, dan waktu."

Erick, Tinia, dan Alri terkejut mendengar ucapan Arisu. Dengan penasaran Alri berjalan ke arah adiknya dan berkata, "jelaskan padaku, Adikku, kenapa waktu masuk ke dalam sistem elemen sihir?"

"Aku tidak tau, yang kutahu dari sang dewa waktu adalah bahwa elemen di alam semesta ini dibagi menjadi dua, yaitu elemen universal dan elemen outerversal." Jelas Arisu.

Tinia menyentuh kepalanya setelah mendengar ucapan-ucapan yang asing di telinganya

"Yaampun, kepalaku sakit sekali. Universal? Outerversal? Apa-apaan semua itu?" Ucap Tinia dengan heran.

"Kalau dari pemahaman ku, maksud dari universal disini adalah bagian yang hanya ada di bumi sementara outerversal bagian yang tidak ada di bumi atau hanya ada di luar angkasa," jelas Alri tentang ucapan Arisu.

"Apa kamu boleh menunjukkan kekuatan 'waktu' milikmu, dik Arisu?" Tanya Erick dengan penasaran.

Arisu memusatkan energi sihirnya dan menghentikan waktu di sekitar mereka, atau lebih tepatnya di area rumah saja. Sekitar Alri dan yang lainnya menjadi abu-abu akibat dari waktu yang terhenti, mereka takjub dan bingung disaat yang bersamaan, dengan penasaran Tinia bertanya.

"Kenapa waktu kamu tidak berhenti? Kupikir kita juga akan berhenti waktunya kecuali dik Arisu."

"Itu karena aku dapat menentukan siapa saja yang ingin ku hentikan waktunya, aku ingin waktu kak Erick, kak Tinia, dan kakak ku tidak terhenti. Akan tetapi siapapun yang memasuki area yang waktunya terhenti maka waktunya juga akan langsung terhenti." Jelas Arisu.

Arisu melihat ke atas dan menunjuk ke arah burung yang sedang terbang ke arah waktu yang terhenti, saat burung itu masuk seketika waktunya terhenti.

Mereka bertiga terpukau dengan apa yang mereka lihat dan semakin yakin bahwa waktu di area mereka saat ini telah berhenti karena kekuatan berkah milik Arisu.

Alri penasaran apakah kemampuan miliknya dapat menghilangkan sihir waktu ini, dengan penasaran ia mengangkat tangannya hingga asap putih keluar dan menyelimuti tangan kanannya. Dengan ragu ia menghempaskan tangannya dan seketika sesuatu yang tidak terduga terjadi, sihir waktu milik Arisu seketika pecah dan burung yang awalnya tidak bergerak kembali bergerak.

Erick, Tinia, dan Arisu yang melihat apa yang terjadi cukup terkejut dan tidak menyangka dengan apa yang dia lihat. Tentu yang paling terkejut adalah Alri, dia tidak menyangka ternyata kemampuan yang dia miliki bahkan mampu meniadakan sihir waktu. Alri jadi semakin penasaran dengan kemampuan yang ia miliki

*Keesokan harinya di sekolah*

Hari ini Alri sedang makan di kantin sambil terus memikirkan tentang kejadian kemarin, Alri masih tidak menyangka bahwa kemampuan yang ia miliki mampu meniadakan sihir waktu yang merupakan elemen outerversal. Alri mengingat perkataan adiknya tadi malam mengenai "kemampuan" miliknya.

Tadi malam setelah Erick dan Tinia pulang dari rumah Alri, Arisu dan Alri duduk di sofa menonton tv sambil menunggu sang kakak yang sedang membuat makan malam. Tiba-tiba Arisu kepikiran sesuatu tentang "kemampuan" milik kakaknya, Arisu berbalik ke arah kakaknya dan berkata,

"Kak, ini cuma pemikiran liar ku saja, tapi....mungkinkah kalau sebenarnya "kemampuan" milik kakak adalah berkah dari dewa-dewi? Ini membuat ku penasaran" ucap Arisu.

"Kenapa tiba-tiba membahas itu? Apa kamu sangat penasaran dengan 'kemampuan' milikku?" Tanya Alri kepada adiknya.

"Tentu saja aku penasaran, apalagi setelah mengetahui bahwa kemampuan milik mu sangat hebat bahkan bisa meniadakan sihir waktu" ucap Arisu, dia berdiri dari sofa dan berjalan ke arah kakaknya.

"Aku pernah bermimpi saat sedang sakit keras, aku bermimpi bertemu dengan dewa waktu. Dia mengaku sebagai All-Father dan selebihnya tidak ada lagi" jelas Arisu kepada kakaknya.

Alri cukup terkejut mendengar kata "All-Father"

"Sudah seperti mitologi Nordik saja, tapi...jika memang kekuatan mu dan juga kemampuan milikku berhubungan dengan dewa waktu itu mungkin saja kita bisa minta petunjuk tentang kematian ibu."

Seketika atmosfer ruangan menjadi canggung dan berat, Arisu merasa prihatin kepada kakaknya yang masih mencari pelaku sebenarnya dari pembunuhan ibu mereka saat mereka masih balita.

"Jika aku tidak mendengar percakapan paman waktu itu, mungkin saja aku akan menganggap bahwa kematian ibu adalah murni penyakit." Ucap Alri dengan tatapan kosongnya.

"Kalau boleh tau, kenapa kakak menerima undangan memasuki Institut Sihir Bontang? Bukannya kakak akan sulit berkembang disana?" Tanya Arisu dengan penasaran.

"Tidak, adikku. Sulit bukan berarti tidak mungkin, faktanya adalah banyak pemilik "kemampuan" seperti ku yang justru berkembang di sana, salah satunya adalah mendiang ayah." Ucap Alri sambil mendekati adiknya dan mengelus rambutnya.

"Kakak......"

*Kembali ke waktu sekarang*

Erick menepuk pundak Alri dari belakang sambil membawa buku tulis yang baru saja dia beli di koperasi

"Hey, kamu sedang melamun apa? Pasti melamun tentang hal jorok, euhh." Ucap Erick mengejek Alri.

"Apa yang kamu ucapkan, bodoh. Aku hanya memikirkan sedikit tentang perbincangan ku dengan adik ku tersayang tadi malam." Ucap Alri.

Erick sedikit terkejut mendengar kata "sayang" karena Alri tidak pernah mengucapkan kata itu sebelumnya, seketika buku kuduknya berdiri karena menghayal sesuatu yang mengerikan

"Saat kamu bilang sayang, entah kenapa bulu kuduk ku merinding, kamu boleh saja menyebut adik mu 'sayang' tapi dikondisikan tempatnya." Ucap Erick sambil menyentuh tangannya karena merinding.

"Apa salahnya mengungkapkan rasa sayang kepada adik sendiri, kamu ini aneh banget." Alright merespon sambil memukul tangan Erick.

Bel sekolah berbunyi, menandakan waktu belajar akan segera dimulai. Mulai dari sini....semua akan menarik.......

BERSAMBUNG~~~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!