"Akhirnya ya Tuan Axel menikah," ucap Mbak Ara yang merupakan asisten rumah tangga di kediaman Abraham.
"Iya, apalagi kan Tuan Axel sama Nona Nadia cocok banget," ucap Mbak Ifa asisten rumah tangga lainnya.
Saat ini para asisten rumah tangga keluarga Abraham memang tengah berkumpul di kamar hotel tempat pernikahan akan di langsungkan, meskipun tidak mengikuti saat acara pernikahan tersebut. Tapi, mereka di undang oleh keluarga Abraham saat acara resepsi sehingga mereka menunggu di kamar hotel.
Hari ini merupakan hari bahagia bagi keluarga Abraham dimana putra satu-satunya di keluarga tersebut akan menikah yakni Axel Leonell Abraham dengan sang kekasih Cristina Nadia.
"Mbak Ara sama Mbak Ifa udah lihat tempat acaranya?" tanya Alin.
"Udah tadi, bagus banget. Emang gak salah ya seleranya Nona Nadia," ucap Mbak Ifa.
"Tapi, aku kok kayak kurang srek ya sama Nona Nadia," ucap Mbak Wulan.
"Maksud kamu apa?" tanya Mbak Ifa.
"Ya, aneh aja gitu. Kok tiba-tiba Nona Nadia setuju acara pernikahannya di adain di kota A padahal kan dari dulu Nona Nadia kekeh mau ngadain acara pernikahan di kota B bahkan sempet putus gara-gara keinginannya buat nikah di kota B gak terwujud, eh sekarang justru nikahnya di kota A," ucap Mbak Wulan.
"Kamu gak boleh mikir yang negatif gitu Wulan, mungkin saja Nona Nadia sudah berubah pikiran karena mau bagaimanapun yang terpenting dari sebuah pernikahan itu adalah janji pernikahan dan juga kehidupan setelah pernikahan," ucap Nenek Asri.
Nenek Asri juga asisten rumah tangga di kediaman keluarga Abraham bahkan sudah hampir 20 tahun Nenek Asri mengabdikan hidupnya di keluarga tersebut. Nenek Asri ini juga Nenek kandung Alin yang saat ini juga menjadi asisten rumah tangga di kediaman keluarga Abraham lantaran kedua orangtuanya telah meninggal dan hanya tersisa Nenek Asri lah keluarganya.
Alin bekerja di kediaman keluarga Abraham baru satu tahun sebab itu dia masih belum begitu mengerti beberapa pekerjaan sebagai asisten rumah tangga.
"Oh iya, kamu tahu Nona Nadia kan, Lin?" tanya Mbak Ara.
"Iya, Mbak tahu. Dulu Nona Nadia beberapa kali ke dapur belakang soalnya," ucap Alin dan diangguki Mbak Ara.
"Tapi, kamu kan gak tahu Tuan Axel," ucap Mbak Ifa.
"Iya, Mbak. Alin gak tahu Tuan Axel karena kan Tuan Axel jarang di rumah dan kalaupun di rumah Tuan Axel gak pernah ke dapur belakang makanya Alin gak pernah ketemu sama Tuan Axel," ucap Alin.
"Kamu gak pernah di tugaskan di depan, Lin?" tanya Mbak Gita.
"Gak pernah Mbak," ucap Alin.
"Alin memang sengaja gak saya minta buat ngerjain pekerjaan di depan, bagaimanapun Alin masih terbilang baru dan saya tidak mau ambil resiko apalagi kan hampir semua anggota keluarga Abraham tidak suka dengan kesalahan takutnya nanti kalau Alin di tugaskan di depan dan ada yang salah, nanti Alin kena lagi. Biarkan dulu Alin belajar di dapur belakang, dulu kan Wulan sama Ifa belajar di dapur belakang dulu kan baru setelah satu tahun lebih baru di pindahkan di depan," ucap Nenek Asri.
"Iya, Nek. Bahkan dulu aja Wulan sampai pernah di pindah ke dapur belakang lagi gara-gara Wulan salah naruh alat makan untuk Tuan besar," ucap Mbak Wulan.
"Nah, karena itu Nenek gak mau Alin di tugaskan di depan dulu," ucap Nenek Asri dan diangguki semua yang ada di sana.
"Bukannya Nenek harus ke tempat acara ya," ucap Alin.
"Jam berapa sekarang?" tanya Nenek Asri.
"Udah jam setengah delapan, berarti acaranya kurang satu jam lagi di mulai. Nenek sama Bu Gita langsung ke tempat acaranya aja nanti setelah pemberkatan, baru kita nyusul," ucap Alin.
"Yaudah, kalau gitu ayo Nek kita ke sana," ajak Mbak Gita dan diangguki Nenek Asri.
Memang hanya Nenek Asri dan Mbak Gita yang di undang di acara pemberkatan, itupun karena mereka berdua adalah asisten rumah tangga yang paling lama bekerja dengan keluarga Abraham.
Sesampainya di tempat acara mereka berdua di kejutkan dengan bentakan Tuan besar Abraham pada Tuan Axel, tapi mereka tidak ingin ikut campur dan hanya diam di tempat. Di ruangan tersebut juga belum ada tamu satupun sehingga tidak ada yang tahu ataupun melihat kecuali Nenek Asri dan Mbak Gita serta beberapa pekerja yang mengurus pernikahan kali ini.
"Kamu benar-benar buat malu Papa!" bentak Papa Abraham.
"Maaf Pa, Axel gak tahu kalau bakal kayak gini kejadiannya," ucap Axel.
"Udah Pa, sekarang kita jangan nyalahin Axel dulu. Lebih baik kita cari solusi dari masalah ini," ucap Mama Leticia.
"Kita batalkan saja pernikahan ini," ucap Papa Abraham.
"Pa, gak bisa gitu dong. Semua tamu udah diundang bahkan ada beberapa yang sudah menunggu di ruang tunggu dan kita batalkan begitu saja, Mama gak setuju ya," ucap Mama Leticia.
"Mau bagaimana lagi Ma, mempelai perempuannya aja tidak ada dan kabur sama selingkuhannya," ucap Papa Abraham.
Ucapan Tuan Abraham benar-benar membuat Nenek Asri dan juga Mbak Gita terkejut, "Nona Nadia kabur, Nek," bisik Mbak Gita pada Nenek Asri.
"Kita gak usah ikut campur untuk masalah ini dan kamu jangan bilang ke siapa-siapa biarkan mereka tahu dari Nyonya atau Tuan," ucap Nenek Asri dan diangguki Mbak Gita.
Saat tengah mengobrol tiba-tiba netra Mama Leticia tertuju pada Nenek Asri, "Mama tahu bagaimana caranya pernikahan ini tetap di lanjutkan," ucap Mama Leticia.
"Caranya?" tanya Papa Abraham.
"Kamu mau menikah walaupun bukan Nadia mempelai perempuannya?" tanya Mama Leticia pada Axel.
"Axel tidak mempermasalahkan itu, kalaupun hari ini pernikahan batal juga tidak masalah, tapi jika Axel gak menikah hari ini dengan perempuan yang Axel tidak tau pun Axel tidak masalah juga," ucap Axel.
"Bagus, kamu tunggu di sini," ucap Mama Leticia.
Mama Leticia pun menghampiri Nenek Asri, "Nek, apa Nenek bawa cucu, Nenek?" tanya Mama Leticia.
"Alin maksud Nyonya?" tanya Nenek Asri.
"Iya, Alin," ucap Mama Leticia dengan menganggukkan kepalanya.
"Iya, Nyonya. Saya datang bersama dengan Alin," ucap Nenek Asri.
"Alin sekarang umur berapa, Nek?" tanya Mama Leticia yang semakin membuat Nenek Asri bingung.
Namun, meskipun begitu, Nenek Asri tetap menjawab pertanyaan Mama Leticia.
"Alin sekarang umur 24 tahun, Nyonya. Memangnya ada apa, Nyonya?" tanya Nenek Asri.
"Bagus, kalau begitu kita pergi menemui Alin," ucap Mama Leticia dan memanggil Axel serta Papa Abraham.
Mereka pun pergi menuju kamar tempat Alin dan asisten rumah tangga lainnya menunggu.
Tak lama setelah itu, mereka pun sampai dan masuk ke dalam kamar tersebut dimana Alin tengah berbicara dengan Mbak Wulan.
"Tuan, Nyonya," sapa Mbak Ifa dan semuanya pun berdiri dan menunduk setelah kehadiran sang majikan.
.
.
.
Tbc.
"Ada yang mau saya sampaikan pada Alin, jadi saya harap semuanya bisa pergi dari kamar ini, kecuali Nenek Asri, Papa dan Axel," ucap Mama Leticia.
Semua orang pun mengikuti perintah Mama Leticia, "Ada apa Nyonya? Apa cucu saya berbuat salah?" tanya Nenek Asri yang sudah takut setengah mati.
"Tidak, saya hanya ingin meminta bantuan dari Alin," ucap Mama Leticia.
"Silahkan Nyonya, saya akan membantu semampu saya," ucap Alin yang masih menundukkan kepalanya.
"Menikahlah dengan Axel anak saya," ucap Mama Leticia yang sontak membuat Alin terkejut hingga mendongakkan kepalanya dan menatap tidak percaya Mama Leticia lalu tak lama ia kembali menundukkan kepalanya apalagi saat netranya tidak sengaja bertatapan dengan Axel yang juga ikut menatap dirinya.
"Ma-maksud Nyonya apa? Menikah dengan Tu-tuan Axel, sepertinya itu tidak mungkin," ucap Nenek Asri.
"Apanya yang tidak mungkin, semuanya menjadi mungkin di situasi saat ini," ucap Mama Leticia.
"Papa setuju, kalau Axel menikah dengan Alin," ucap Papa Abraham.
"Kamu bagaimana Axel?" tanya Mama Leticia.
"Axel juga setuju," ucap Axel yang kembali membuat Alin terkejut dan menatap tidak percaya pada Axel.
"Kalau begitu perias akan datang sebentar lagi, jadi kamu siap-siap," ucap Mama Leticia.
"Ta-tapi, Nyonya. Sa-saya belum siap untuk me-menikah," ucap Alin.
"Kamu tidak perlu khawatir, karena jika kamu menikah dengan Axel maka masa depanmu akan terpenuhi," ucap Mama Leticia.
"Ta-tapi, Nyonya...," ucapan Alin terhenti lantaran Mama Leticia, Papa Abraham dan Axel keluar dari kamar tersebut.
"Nek," lirih Alin.
"Astaga cucu Nenek," ucap Nenek Asri dan memeluk Alin yang menangis.
"Nek, A-alin gak mau," ucap Alin yang masih menangis.
"Nenek akan bicara ke Nyonya Leticia dan semoga Nyonya Leticia mengerti, kamu tenang dulu ya," ucap Nenek Asri dan diangguki Alin.
Setelah itu, Nenek Asri pun keluar dan menghampiri Nyonya Leticia yang berada tak jauh darinya.
"Nyonya," panggil Nenek Asri.
"Iya, Nek. Ada apa? Apa Alin udah nunggu lama?" tanya Mama Leticia.
"Bukan itu, Nyonya. Saya hanya merasa jika pernikahan ini tidak bisa di lanjutkan, Alin dan Tuan Axel tidak saling kenal bahkan mereka belum pernah bertemu, jadi akan aneh pada pertemuan pertama mereka langsung menikah. Lagi pula saya percaya jika Tuan Axel bisa mendapatkan perempuan yang lebih pantas bersanding dengan Tuan Axel daripada Alin yang cuma seorang asisten rumah tangga," ucap Nenek Asri.
"Bagi saya status tidak penting, yang terpenting hari ini Axel harus menikah. Semua tamu akan hadir dan jika tidak ada pernikahan maka reputasi keluarga Abraham akan hancur," ucap Mama Leticia.
"Apa Alin sendiri yang tidak ingin menikah dengan Axel?" tanya Papa Abraham dan tidak ada jawaban dari Nenek Asri.
"Kalau begitu, pernikahan kali ini kita batalkan saja," lanjut Papa Abraham.
"Pa...," ucapan Mama Leticia terhenti lantaran Papa Abraham menyelanya.
"Ma, tidak ada gunanya menikahkan seseorang yang tidak saling suka, lagi pula kita tidak akan jatuh miskin kalau reputasi kita hancur," ucap Papa Abraham.
"Huh, semua ini salah Nadia. Dia pergi sama selingkuhannya dan bawa kabur uang yang di berikan Axel buat keperluan setelah menikah," ucap Mama Leticia yang sudah tidak dapat menahan tangisnya.
"Ma, udah jangan di bahas lagi masalah Nadia. Axel tahu, Axel salah dan Axel sekarang juga sedang mencari solusinya," ucap Axel.
"Biar Papa yang memberitahu para tamu kalau pernikahan kamu batal," ucap Papa Abraham.
"Bi, tolong ya bujuk Alin supaya mau nikah sama Axel. Cuma dia satu-satunya yang bisa menyelamatkan keluarga Abraham hiks hiks," ucap Mama Leticia.
"Ma, kita batalkan pernikahannya," tegas Papa Abraham.
"Benar kata Papa, lebih baik kita batalkan saja pernikahan ini. Lagi pula Axel bisa atasi semua resiko yang akan terjadi nantinya," ucap Axel.
Disisi lain, Alin yang ingin menyusul Nenek Asri pun terhenti saat mendengar percakapan orang-orang yang ada di luar kamar tersebut.
'Maksudnya apa? Aku nikah sama Tuan Axel? gak, aku gak mau. Aku gak mau nikah sama orang yang belum aku kenal sebelumnya apalagi ini tuan Axel, nanti kalau pernikahanku gak bisa bertahan gimana, aku mau menikah sekali seumur hidup,' ucap Alin dalam hati.
'Tapi, Nyonya Leticia selama ini baik sama Nenek, Nyonya Leticia juga yang udah lunasi semua hutang Paman, kalau gak ada Nyonya Leticia aku sama Nenek gak bakal ada kayak sekarang, aku harus gimana ini?' tanya Alin pada dirinya sendiri.
"Tolong ya Nek, bujuk Alin supaya mau menikah dengan Axel. Saya gak mau pernikahan ini batal, saya mau Axel tetap menikah hiks hiks," ucap Mama Leticia yang begitu menyesakkan bagi Alin.
"Kalau memang mau bujuk Alin itu terserah, Papa ke para tamu dulu," ucap Papa Abraham.
Saat Papa Abraham beranjak dari tempatnya dan menuju ballroom tempat acara pernikahan, Alin pun keluar dari kamar.
"Alin mau menikah dengan Tuan Axel," ucap Alin yang membuat semua orang yang ada di sana terkejut.
'Apa yang aku lakuin ini benar kan? Aku harus membalas kebaikan Nyonya Leticia ke aku sama Nenek. Kalau gak ada Nyonya Leticia, mungkin aku sama Nenek pasti udah jadi gelandangan,' ucap Alin dalam hati.
"Kamu yakin?" tanya Mama Leticia yang seketika tersenyum.
"I-iya, Nyonya," ucap Alin.
"Alin, ini gak lucu. Kalau kamu tidak ingin menikah, lebih baik jangan," ucap Nenek Asri.
'Apa aku batalin aja niatku tadi?' tanya Alin dalam hati.
"Gapapa Nek, Alin yakin dengan keputusan yang Alin ambil," ucap Alin.
"Kalau memang itu yang kamu rasa terbaik buat kamu, Nenek juga tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Nenek Asri.
"Axel, cepat panggil perias," ucap Mama Leticia.
"Iya, Ma," ucap Axel.
Beberapa saat kemudian, perias pun datang dan Alin segera bersiap-siap bersama perias karena waktu pemberkatan akan berlangsung.
"Nek Asri tidak perlu khawatir, saya akan pastikan Alin tidak akan terluka," ucap Mama Leticia.
'Bukan hanya tidak terluka, tapi bahagia. Saya takut Alin tidak bahagia jika menikah dengan Tuan Axel karena bagaimanapun Alin dan Tuan Axel baru bertemu dan belum kenal,' ucap Nenek Asri dalam hati.
Beberapa saat kemudian, Alin pun selesai di rias dan berganti pakaian. "Nek," panggil Alin.
"Cucu Nenek cantik ya," ucap Nenek Asri yang tersenyum melihat betapa cantiknya Alin.
"Terimakasih Nek, semoga keputusan yang Alin ambil ini terbaik ya Nek," ucap Alin.
"Kamu melakukan ini karena balas budi ke Nyonya Leticia dan keluarganya?" tanya Nenek Asri dan Alin tidak bisa berkata apa-apa karena niatnya sudah diketahui oleh Nenek Asri.
.
.
.
Tbc.
Tanpa mereka sadari, Axel mendengar apa yang dikatakan Alin dan ia hanya diam tanpa berekspresi lalu pergi meninggalkan tempat tersebut dan menuju tempat acara.
Alin dan Nenek Asri pun menuju tempat acara dan pemberkatan. Pesta pernikahan pun dimulai begitu sederhana karena memang hanya orang-orang terdekat serta beberapa rekan kerja saja yang diundang dan tentunya pernikahan tersebut tidak terendus oleh awak media.
"Kalau capek langsung ke kamar saja, saya masih ada tamu," ucap Axel lalu meninggalkan Alin begitu saja.
Alin masih termenung di pelaminan karena ia tidak menyangka akan menikah secara dadakan seperti ini.
"Kenapa kamu tinggalin istri kamu?" tanya Mama Leticia.
"Axel suruh dia ke kamar karena dia pasti capek," ucap Axel.
"Xel, Mama tau kamu gak suka sama istri kamu. Tapi, Mama harap kamu bisa memperlakukan istri kamu dengan baik," ucap Mama Leticia.
"Tanpa Mama bilang kayak gitu, Axel juga tau apa yang harus Axel lakukan," ucap Axel.
"Bagus, kamu harus bisa lupakan Nadia. Ingat Axel, kalau Nadia yang udah buat keluarga kita menanggung malu kayak gini. Sekarang Mama tau kenapa dia minta pernikahan kalian di sembunyikan supaya dia bisa kabur dengan bebas," ucap Mama Leticia yang mulai emosi jika mengingat tentang Nadia.
"Sudah Ma, semuanya sudah berlalu. Axel temui para tamu dulu," ucap Axel.
Alin sendiri yang berada di atas pelaminan pun bingung harus kemana, 'Apa iya aku ke kamar? Kalau aku ke kamar terus pelaminannya kosong dong,' tanya Alin dalam hati.
Tak lama setelah itu, Nenek Asri pun datang. "Ayo, kita ke kamar," ajak Nenek Asri.
"Gapapa Nek, kalau Alin ninggalin pelaminan?" tanya Alin.
"Gapapa, Nyonya Leticia sendiri yang nyuruh Nenek buat anterin kamu ke kamar," ucap Nenek Asri dan Alin pun menganggukkan kepala.
Setelah itu, Alin mengikuti Nenek Asri. "Kamu mau kemana?" tanya Nenek Asri.
"Ke kamar," ucap Alin.
"Kamar kamu bukan disitu, ayo ikut Nenek," ucap Nenek Asri.
Mereka pun menuju suite room yang letaknya cukup jauh dari kamar yang Alin tempati sebelumnya. "Nek, kenapa kita ke sini?" tanya Alin.
"Kamu ini gimana sih, kamu ini kan istrinya Tuan Axel, jadi kamu tidur di kamar ini. Ayo masuk buat Nenek bantu lepasin riasannya," ucap Nenek Asri.
"Gak mau, Alin ke kamar yang tadi aja," ucap Alin lalu melangkahkan kakinya menuju kamar yang tadi ia tempati.
'Alin, Tuan Axel bisa marah kalau kayak gini,' ucap Nenek Asri. Meskipun begitu, Nenek Asri tidak dapat mencegah Alin sehingga ia membiarkannya saja.
Setelah membersihkan tubuhnya, Alin pun tidur di samping Nenek Asri yang sudah terlelap. 'Maaf ya Nek, karena Alin buat semuanya jadi rumit. Alin tau, Alin hanya istri pengganti Tuan Axel dan akan selamanya seperti itu, nanti kalau Tuan Axel punya perempuan idaman lain mungkin Alin juga akan diganti kan,' ucap Alin dalam hati.
Saat tengah berpikir mengenai keadaan rumah tangganya yang serba dadakan itu, Alin terkejut tatkala suara ketukan pintu yang cukup nyaring terdengar.
"Siapa malam-malam datang?" tanya Alin pada dirinya sendiri.
"Kamu buka aja, mungkin orang yang mau bawa kamu pergi," ucap Nenek Asri yang cukup terkejut dengan suara ketukan pintu tersebut.
"Bawa Alin pergi? Emangnya Alin mau pergi kemana? Kayaknya Alin gak mau pergi kemana-mana deh," tanya Alin.
"Kamu buka aja biar gak penasaran," ucap Nenek Asri.
Alin pun membuka pintu tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan Nenek Asri, Alin pun membuka pintu kamar tersebut betapa terkejutnya ia saat melihat Axel yang sudah berdiri dengan kemeja putih polos dan lengan kemeja yang di lipat keatas.
"Tuan Axel, ada apa ya malam-malam kesini?" tanya Alin.
Jujur saja Alin cukup takut dengan Axel, sebelumnya ia pernah mendengar jika Axel merupakan pria yang cukup arogan serta dingin dan cuek terhadap siapapun.
'Gimana aku bisa lupa tentang itu, Tuan Axel ini katanya arogan plus cuek. Aku mengambil keputusan tanpa memikirkan hal-hal lainnya,' ucap Alin dalam hati.
"Kamu masih bertanya untuk apa saya malam-malam kesini," ucap Axel.
"Taun Axel," panggil Nenek Asri.
"Apa ucapan Mama kurang jelas tadi, Nek?" tanya Axel.
"Tidak, Tuan. Maaf," ucap Nenek Asri.
"Huh, ayo," ajak Axel.
"Ayo kemana?" tanya Alin.
"Ke kamar, kamarmu bukan disini," ucap Axel lalu pergi meninggalkan Alin.
"Pergilah, temani Tuan Axel. Sepertinya Tuan Axel marah," ucap Nenek Asri.
"Tapi, Nenek gimana?" tanya Alin.
"Nenek gapapa, Nenek akan baik-baik saja. Lagian kan ada Mbak-mbak yang lain," ucap Nenek Asri dan diangguki Alin.
Alin pun menuju kamar yang tadi sempat ia datangi, Alin mengetuk pintu tersebut dan tak lama setelah itu Axel pun membukakan pintu kamar tersebut.
"Masuk," ucap Axel lalu meninggalkan Alin.
Alin pun masuk ke dalam kamar mewah tersebut, ia cukup terkejut lantaran di dalam kamar tersebut begitu mewah bahkan lebih mewah dari kamar yang ia tempati tadi.
"Ada apa Tuan?" tanya Alin.
Axel yang awalnya fokus pada laptopnya pun langsung menatap tajam Alin, "Kau ini b*doh atau bagaimana. Kita ini suami istri dan kau pergi begitu saja," ucap Axel.
"Tapi, tadi Tuan menyuruh saya buat istirahat, makanya saya tadi istirahat," ucap Alin.
"Huh, kamu sekarang istri saya dan mau tidak mau kamarmu sekarang dengan saya," ucap Axel.
Perkataan Axel tentunya membuat Alin terkejut, "Apa saya perlu tidur dengan Tuan Axel? Bukannya pernikahan ini cuma pura-pura Tuan?" tanya Alin.
Pertanyaan Alin tentunya membuat Axel terkejut dan emosi, "Apa saat pemberkatan tadi ada hal yang tidak benar atau informasi yang salah, lagipula baik saya ataupun keluarga saya tidak pernah menyebut soal pernikahan pura-pura," ucap Axel.
"Jadi pernikahan ini nyata?" tanya Alin.
"Menurut kamu?" tanya Axel.
'Nyata,' ucap Alin dalam hati.
"Sekarang lebih baik kamu istirahat, saya masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan," ucap Axel dan diangguki Alin.
Suasana kamar pun hening hingga tiba-tiba Alin bangun dan duduk di kasur empuk yang ia tempati, "Ada apa?" tanya Axel yang merasakan pergerakan Alin.
"Apa Tuan Axel akan membuat kontrak selama pernikahan ini?" tanya Alin.
"Kontrak?" tanya Axel dan diangguki Alin.
Lagi-lagi pertanyaan Alin membuat Axel terkejut dan mulai emosi, Axel pun menutup laptopnya laku menghampiri Alin.
"Jangan pernah berpikir pernikahan ini sebagai pernikahan pura-pura, pernikahan kontrak atau ada kata cerai. Sampai saya dengar hal itu maka saya tidak akan melepaskanmu paham," ucap Axel yang begitu dekat dengan Alin hingga hidung mereka bersentuhan.
Setelah itu, Axel pun pergi entah kemana yang jelas Axel keluar dari kamar. "Astaga, ini jantungku kayak mau copot, Tuan Axel benar-benar menakutkan seperti cerita Mbak-mbak yang aku dengar," gumam Alin.
.
.
.
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!