NovelToon NovelToon

Gairah Berbahaya CEO

Pilihan sulit

Hari ini, genap usia Vivian 18 tahun, gadis cantik dengan hidung mancung kulit putih bersih seperti wanita Arab. bahkan banyak yang mengatakan jika Vivian adalah wanita paling cantik bagaikan kembang yang tengah mekar.

Sayangnya, perjalan hidup Vivian tidak seindah wajah cantiknya. Setelah perceraian kedua orang tuanya, dia hanya bisa menempuh pendidikan hingga jenjang bangku SMA. meskipun dia tergolong anak yang sangat cerdas, jauh dilubuk hatinya Vivian ingin kuliah agar bisa menjadi orang sukses dan membahagiakan ibu dan adik perempuannya Anabel, namun dia hanya bisa mengubur dalam-dalam impiannya tersebut.

Semakin hari penyakit ibunya semakin parah, sehingga Vivian mengambil alih mencari nafkah dengan bekerja disebuah kafe, namun semua itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. karena gajinya sebagai pelayan tidaklah seberapa, ditambah lagi ibunya yang harus kontrol setiap minggunya, mau tidak mau Vivian mulai terjerat hutang pada lintah darat dengan menjaminkan rumah sederhana satu-satunya yang mereka miliki, sedangkan sang ayah tidak pernah mau peduli lagi pada kehidupan mereka karena takut pada istri mudanya.

"Viv, dari tadi aku perhatikan kamu melamun terus. ada apa?" tanya Sinta teman seprofesinya.

"Aku bingung harus cari uang kemana lagi, Sinta. dalam minggu ini mamaku harus segera dioperasi." menundukkan kepalanya dalam-dalam merasa putus asa.

"Bagaimana dengan papamu, aku yakin dia pasti mau membantumu, Vivi. diakan kaya dan hidup mewah berbanding terbalik dengan kehidupan kalian."

"Percuma Sinta, palingan ujung-ujungnya aku akan diusir oleh ibu tiriku dengan mulutnya yang judes. karena harta kekayaan yang dimiliki papa semua miliknya."

Vivian teringat pertemuan terakhirnya menemui sang ayah, yang berusaha memberinya uang secara sembunyi-sembunyi namun masih ketahuan oleh ibu tirinya sehingga mereka bertengkar hebat.

"Viv, aku ada ide. kamu harus cari kerja sambilan, cuma cara ini satu-satunya agar kamu bisa terbebas dari kesulitan hidup." ucap Sinta lalu membisikkan sesuatu di telinga Vivian, sehingga membuat gadis bermata hazel itu terbelalak sempurna, tidak percaya dengan ide gila sahabatnya.

"Tidak! Sinta, aku tidak mau menyerahkan kehormatanku pada laki-laki hidung belang. apa tidak ada cara lain." tolak Vivian.

"Kamu tidak perlu menyerahkan keperawananmu pada mereka, cukup rayu saja para pengusaha atau om-om berduit dengan menemani mereka makan atau sekedar jalan-jalan. wajahmu cantik, aku yakin pasti banyak yang ngantri ingin berkencan denganmu, Vivi."

"Tapi Sinta?"

"Hapus keraguan dihatimu Vivi, aku akan menemanimu. kita akan memulai semua ini bersama-sama, cukup beri mereka pelayanan plus-plus tanpa mengorbankan kesucian kita. karena aku juga bosan hidup susah dan ingin melanjutkan kuliahku juga. kamu tahu sendiri penghasilan kita sebagai pelayan kafe tidak sebanding dengan pengeluaran kita." terang Sinta.

"Baiklah aku setuju, kapan kita akan memulai ide gila ini?"

"Malam ini juga, kamu ikut denganku ke klub malam. kebetulan aku kenal pemiliknya yang akan membantu kita mencarikan tamu VVIP." terang Sinta antusias.

Kedatangan dua orang wanita cantik yang masih muda dan segar-segar, membuat pemilik klub yang bernama Sugiono tertawa lebar, pria setengah abad itu yakin pengunjung klubnya akan bertambah ramai setelah ini.

"Kalian bebas bekerja di tempatku, termasuk mematok harga untuk para tamu yang menginginkan pelayanan dari kalian, apalagi jika kalian mau berpenampilan lebih seksi lagi dan bersedia menjadi penari tiang dihadapan para tamu nantinya." ucap pak tua itu, kembali tersenyum senang dengan tatapan mesum.

"Menjadi penari tiang, Oh No...!" umpat Vivian pelan, namun lengannya langsung disikut oleh Sinta seraya berbisik.

"Diamlah Vivi, dengan begini kita akan mendapatkan banyak uang."

"Tapi ini bahaya, bagaimana jika diperkosa atau tamu itu menginginkan tubuh kita?"

"Kita akan mengakali mereka dengan mematok harga setinggi-tingginya, sehingga tidak akan ada tamu yang mau memboking kita untuk urusan ranjang. sehingga cukup menjadi penari dan menyenangkan mereka saja. ideku cemerlang bukan?"

"Iya, aku tidak menyangka kamu memiki pemikiran sejauh ini." balas Vivian bernada ejekan pada Sinta.

Pemilik klub Sugino yang mendengar obrolan keduanya hanya tersenyum, tanpa ikut menimpali, dia tahu alasan apa yang membuat kedua gadis muda belia itu mengambil keputusan yang cukup sulit. setelah dua gadis itu menceritakan perjalanan hidup mereka masing-masing. sehingga Sugino juga tidak ingin memberatkan mereka berdua, yang penting pelanggan klubnya bertambah ramai sudah cukup baginya.

"Aku akan meminta asistenku Bella untuk mengajari kalian banyak hal, dia sudah senior dan berpengalaman dalam hal ini." ucap Sugino memanggil anak buah kesayangannya.

"Terimakasih tuan, karena sudah bersedia menerima kami bekerja di sini tanpa aturan yang memberatkan. bahkan tidak mengambil untung dari penghasilan kami nantinya." ucap Sinta sumringah.

"Jangan panggil aku tuan, cukup panggil Papi seperti yang lainya." jawab Sugino.

"Baiklah papi."

Semenjak memiliki pekerjaan sampingan, Vivian dan Sinta harus pintar-pintar membagi waktu. termasuk mulai sering berbohong pada mama dan adiknya Anabella, karena seringkali pulang larut malam dengan alasan lembur.

"Maafkan Vivi, terpaksa harus berbohong pada mama dan Anabella." batin Vivian menyesali perbuatannya, namun dia juga tidak mempunyai pilihan lain untuk saat ini.

"Anabella, bagaimana dengan ujianmu?" tanya Vivian pada adiknya yang terlihat murung.

"Kenapa diam Ana, ayo jawab pertanyaan kakak." ulang Vivian menatap adiknya yang masih duduk di bangku SMP tersebut.

"Aku belum bayar SPP kak, sehingga tidak bisa mengikuti ujian semester." Anabella akhirnya berterus-terang pada sang kakak, meskipun semula dia ingin menutupi karena tidak tega melihat Vivian yang harus bekerja keras dari pagi hingga malam untuknya dan ibu.

"Kebetulan semalam kakak habis gajian, nanti lunasi semua tunggakan uang sekolahmu ya dek." Vivian menyerahkan beberapa lembar uang kertas ketangan Anabella.

"Banyak sekali kak."

"Sisanya bisa kamu pakai untuk kebutuhanmu, kakak tahu sepatu dan tas sekolahmu sudah minta diganti dengan yang baru kan?"

"Tidak perlu kak, tas dan sepatuku masih layak pakai kok. sebaiknya sisa uang ini aku tabung saja, sewaktu-waktu kita bisa menggunakannya untuk kebutuhan mendesak."

"Terserah kamu dek, kakak percaya kamu pasti bijak dalam menggunakannya."

"Alhamdulillah, terimakasih kakakku tercinta." Anabella tersenyum senang menghambur ke pelukan Vivian.

"Sebagian uang ini untuk Mama." Vivian mengarahkan ketangan mama Arini yang menerima dengan tangan gemetar, tak kuasa menahan haru.

"Vivi, maafkan mama nak. gara-gara penyakit mama, kamu harus bekerja keras untuk kebutuhan kita semua." ucap mama menatap Vivian sedih.

"Tidak ma, ini sudah tugas dan kewajiban Vivi untuk membahagiakan mama dan Anabella. yang terpenting mama harus sembuh demi kami berdua." ucap Vivian memeluk hangat tubuh wanita yang telah melahirkannya kedunia.

"Tentu, mama pasti sembuh nak. karena mama sangat ingin melihat anak-anak mama menjadi wanita sukses, memakai pakaian pengantin." Mama Arini balas memeluk Vivian, berusaha menyembunyikan rasa sakit yang dirasakannya.

***

Menemani tamu pertama

“Viviiii!!!....” teriak Sinta, tiba-tiba begitu bersemangat, hingga membuat Vivian hampir menjatuhkan gelas yang tengah dipegangnya.

“Apaan sih teriak-teriak, bikin kaget aja.” Balas Vivian lalu menutup kupingnya dengan ekspresi manyun.

“Besok, kita diminta papi Sugiono untuk menemani tamu VVIP di suatu tempat. kamu bisa bayangin berapa banyak cuan yang akan kita dapatkan dengan mudahnya." ucap Sinta antusias.

“Okey, cuma untuk menemani saja kan?" tanya Vivian memastikan.

“Ya, papi Sugiono mengatakan jika mereka tidak akan memaksa jika kita menolak untuk memberikan pelayanan diatas ranjang."

"Tapi dimana tempatnya?"

"Casino De Larose, hotel mewah dan berkelas yang terletak disebuah pulau yang sangat indah, tidak sembarangan orang yang mampu pergi ketempat seperti itu." Jawab Sinta antusias sekali.

***

Disebuah Mansion, David yang baru pulang melonggarkan dasinya lalu melipat lengan bajunya hingga sikut. Pria dewasa yang juga penguasa berbagai bidang industri itu terlihat tengah memikul beban bathin yang berat.

Uang dan kekuasaan yang dimiliki David, seakan tidak mempunyai arti bagi istri nya Marina de larose, wanita cantik itu lebih memilih dan terjun ke dunia model yang menjadi mimpi nya selama ini, ketimbang harus mengurus suaminya yang seorang Milioner.

“Cukup Marina, apa kemewahan dan uang yang aku berikan masih belum cukup untuk mu.” David kembali mengeluarkan rasa protesnya.

“Please honey, izinkan aku untuk berangkat ke Amrik sekarang. Waktuku sudah tidak banyak lagi, sore ini pesawatku akan berangkat.” Ucap Marina sambil memasukkan beberapa barang-barangnya kedalam koper.

"Apa ini yang kamu sebut Cinta dan sebuah keluarga? sedangkan kamu sendiri tidak pernah ada untukku." David berusaha melunak, berharap wanita yang dicintainya itu mau berubah pikiran. namun, usahanya nya itu seakan sia-sia, tekad Marina sudah bulat untuk pergi menghadiri sebuah ajang fashion kelas dunia yang akan melambung kan karirnya kedepan.

"Honey, ini kesempatan yang sangat langka. Maaf aku tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini. aku janji ini yang terakhir." bujuk Mariana melanjutkan langkahnya tanpa pelukan dan ciuman selamat tinggal bahkan dia tidak menoleh lagi kebelakang, takut David akan menghentikannya.

"Pergilah Marina, aku juga bisa mencari kesenanganku sendiri." gumam David seraya mengepalkan tangannya emosi, dia begitu marah menatap kepergian sang istri yang begitu egois. namun rasa cinta David yang kuat, membuat dia masih bersabar menghadapi sikap istrinya Marina.

David mengeluarkan ponselnya, menghubungi sang asisten pribadinya Nick.

“Nick, siapkan semuanya. sore ini kita berangkat liburan, sekalian menjamu para kolega bisnisku." perintah David.

“Baik Tuan.”

Helikopter pribadi, membawa David menuju sebuah pulau. dimana berdiri bangunan hotel megah miliknya sendiri. yang dikelilingi lautan lepas, disana juga terdapat kapal pesiar mewah, yang digunakan pengunjung kelas atas untuk memanjakan mata mereka, penginapan bagi para wisatawan asing, ataupun mereka yang menikmati bulan madu bagi pasangan yang baru menikah.

Sampai dikamar pribadinya, David langsung menuju kamar mandi, membersihkan tubuh lalu mengganti pakaian bersih. Penampilan nya benar elegan dan rapi, David melangkah keluar kamar dengan penuh percaya diri. didepan pintu kamar sudah menunggu asisten pribadi nya Nick seraya memegang beberapa berkas ditanganya.

"Bagaimana dengan rencana pertemuan bisnis kita malam ini?" Ucap David sambil terus melangkah memasang jam tangan merek terkenal dipergelangan tangannya.

"Semuanya aman terkendali tuan." Balas Nick berusaha mengimbangi langkah kaki David yang cepat menuju ruang pertemuan.

"Nick, lalu gadis yang aku minta kemaren?" dengan nada suara pelan.

"Mereka sudah menunggu anda di ruangan VVIP."

"Mereka? berapa orang yang kamu minta untuk menemaniku dalam perjamuan ini?" tanya David mengerutkan keningnya, sebenarnya dia masih kesal pada sang istri sekaligus malu setiap datang dalam pertemuan bisnis seperti ini, dia tidak pernah ditemani Marina, ataupun perempuan lainya. seperti yang dilakukan oleh rekan-rekan bisnisnya yang sering datang dengan pasangan ataupun perempuan cantik yang berbeda-beda. sehingga kali ini David ingin membuktikan jika dia juga pria dewasa yang normal dan butuh kehangatan perempuan.

"Maaf tuan, mereka berdua sama-sama cantik. saya bingung untuk menentukannya. sehingga saya meminta kedua gadis itu untuk datang, biar tuan sendiri yang menentukan pilihan." ujar Nick mengeluarkan ponselnya untuk memperlihatkan foto kedua gadis tersebut.

"Oke, aku pilih yang wanita ini untuk menemaniku makan malam. yang satu lagi aku berikan untuk menemanimu." ucap David tersenyum menatap asistennya yang terlalu lama menjomblo sehingga terlihat kaku jika berhadapan dengan wanita.

"Ba... baiklah tuan." jawab Nick gugup saat ditawari wanita cantik.

***

Vivian dan Sinta, yang juga melangkah masuk ketempat yang begitu megah dan sangat mewah bagi ukuran mereka berdua yang tergolong ekonomi menengah kebawah.

“Wah, tempat ini begitu indah dan sangat bagus.” Puji Vivian sambil menggandeng lengan sahabatnya Sinta. mengayunkan langkah santai memasuki lobby yang luas.

Mereka disambut hormat oleh pelayan, lalu langsung diarahkan menuju sebuah ruangan VVIP, Gemerlap cahaya lampu dan musik yang memecah gendang telinga, tidak menyurutkan langkah kaki dua wanita cantik ini. mereka terus melangkah memasuki Club malam yang terdapat dilantai sebelas hotel, khusus diminta untuk menemani tamu kehormatan.

"Selamat datang Nona, itu tuan David. silahkan duduk disebelahnya." bisik Nick pada Vivian.

"Oke terimakasih." Vivian melangkah anggun menuju meja David, sedangkan Sinta duduk bersebelahan dengan Nick.

Pria dewasa itu langsung membulatkan matanya begitu disuguhi pemandangan yang sangat mengiurkan. gairahnya seketika bangkit setelah sekian lama tidak dimanjakan Marina, karena selama ini David sangat menjaga dirinya dan tidak pernah menyentuh wanita sembarangan.

Walaupun banyak wanita yang tergila-gila bahkan rela dengan senang hati menyerahkan tubuhnya, namun David tidak pernah tergoda. karena menurut dia tubuhnya terlalu berharga untuk wanita semacam itu.

Tapi tidak untuk gadis muda yang sedang duduk disebelahnya sekarang, David seakan lupa pada prinsipnya selama ini. perlahan dia mendekat menatap wajah yang sangat cantik dan Natural, kulitnya putih mulus bagaikan susu. Hembusan nafas Vivian tepat mengenai kulit wajah tampannya.

“Sangat cantik dan seksi, baby siapa namamu?” bisik David menarik saliva nya.

Tanpa sadar dia mendekati bibir Vivian dan mulai mengecupnya dengan perlahan, sangat manis dan begitu memabukkan. Vivian yang kaget menjadi sangat gugup dan takut, namun dia sadar semua ini sudah menjadi resiko dari pekerjaan yang digelutinya.

"Namaku Viv, tuan." sengaja tidak menyebutkan nama panggilan yang sebenarnya Vivi atau Vivian.

"Viv, nama yang unik. sayang sekali masih terlalu muda untuk terjun ke dunia hitam seperti ini." gumam David sedikit berempati.

Satu jam berselang David menutup pertemuan bisnisnya dengan makan malam lalu dilanjutkan dengan minum-minuman beralkohol, Vivian dan Sinta saling pandang, lalu meneguk sedikit saja minuman tersebut. Sekedar untuk menghangatkan tubuh mereka saja, mengingat udara yang begitu dingin.

Temani aku

Acara berjalan lancar, sesekali Vivian melirik wajah tampan David dari arah samping.

"Kenapa Pria ini terlihat begitu gagah dan mempesona?" bergumam dalam hati, tanpa disadarinya David juga menoleh kearah Vivian seketika pandangan mereka bertemu.

Grompyang!!!!

Vivian terlonjak kaget begitu gelas yang dipegangnya tiba-tiba jatuh dilantai. perasaan resah dan gelisah langsung menghantuinya, dia semakin gugup begitu semua mata menjadi tertuju kearahnya.

"Demi tuhan! kenapa kamu bisa seceroboh ini Vivi." keluhnya dalam hati dengan perasaan malu yang teramat sangat, sedangkan Sinta langsung memejamkan matanya beberapa saat, ikut malu begitu tahu jika sumber kehebohan berasal dari sahabatnya.

"Mati kita berdua, kenapa kamu bisa-bisanya bertingkah gila disaat seperti ini, Vivi."

"Maaf tuan, saya tidak fokus."

"It's okay."

David tersenyum dia tahu jika gadis kecil dihadapannya itu sedang gugup, dia memberikan kode dengan bahasa tubuhnya pada pelayan agar segera membersihkan.

"Kenapa aku tiba-tiba teringat Mama dan adikku Anabel. semoga mereka berdua tidak kenapa-napa?"

Tidak lama ponsel Vivian berdering, tertera panggilan masuk dari adiknya Anabel yang biasanya mengurus sang ibu dirumah setelah kembali dari sebuah.

"Kenapa tidak diangkat?" tanya David begitu melihat Vivian masih menatap layar ponselnya.

"Tuan saya permisi dulu."

"Silahkan."

Setelah menemukan tempat yang nyaman, barulah Vivian mengangkat panggilan masuk dari adiknya.

"Ada apa Dek?"

"Gawat kak, penyakit mama kambuh lagi, sekarang kami berada dirumah sakit pusat karena mama sudah tidak sadarkan diri lagi. kata dokter, mama harus segera dioperasi." ucap Anabel panik sambil menagis menatap tubuh sang mama yang terbaring tidak berdaya.

DEGH!!!

Vivian merasa dunianya runtuh seketika, tubuh gadis itu oleng kedinding. sekuat tenaga dia berpegangan lalu menyandarkan tubuhnya agar tidak pingsan dan jatuh kelantai.

"Mama."

Vivian menangis seraya berdoa semoga kondisi mamanya kembali membaik, dia menyeka air mata yang terus menetes. lalu berjalan menuju toilet wanita.

Setelah mencuci bersih wajahnya, Vivian kembali memperbaiki dandanannya. mencoba untuk tetap tersenyum dan tampil ceria meskipun hatinya hancur dan menangis.

"Vivi, kamu kenapa?" tanya Sinta menyusul masuk ke toilet.

"Mamaku sekarang terbaring lemah tidak sadarkan diri, dia harus segera dioperasi. sedangkan aku tidak punya uang, penghasilanku selama ini hanya cukup untuk biaya perawatannya saja, Sinta.. hick...hick...!" Vivian menangis diperlukan Sinta.

"Kamu yang sabar ya Vivi, aku tidak bisa membantu banyak. tapi aku mendukung apapun cara yang kamu ambil untuk menyelamatkan nyawa orang yang kamu sayangi." terang Sinta.

"Hapus air matamu, kita harus segera kembali jangan buat mereka menunggu lama." Sinta membantu memperbaiki makeup Vivian, lalu kembali bergabung dan duduk disebelah David.

"Baby, bisakah kamu menemaniku malam ini. dimana hanya ada kita berdua?" bisik David.

"Oke, tapi aku ingin bayarannya tiga kali lipat." ucap Vivian tersenyum menggoda lalu mengigit bibir bawahnya.

"Bagaimanapun caranya malam ini aku harus mendapatkan uang untuk biaya operasi dan perawatan Mama." Vivian berkata dalam hatinya.

"Tidak masalah, tapi puaskan aku dengan tubuhmu." ujar David dengan tatapan mata nakal, membuat Vivian takut dan bimbang, namun dia kembali menyemangati hatinya begitu teringat wajah sang mana yang terbaring lemah.

"Tuan, bagaimana dengan sahabatku. karena kami datang ketempat ini berdua?"

"Aku akan perintahkan Nick untuk mengantarkan sahabatmu pulang malam ini juga, sekarang ayo ikut aku." David menjulurkan tangan agar Vivian segera mengandengnya menuju kamar khusus.

Sebelum melangkah pergi, Vivian melirik kearah sahabatnya Sinta yang juga balik tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. seakan memberikan izin atas keputusan sulit yang diambil Vivian.

David membuka lebar pintu kamarnya, berjalan terlebih dahulu sedangkan Vivian mengikuti dari belakang dengan langkah pelan. seraya melamun memikirkan kondisi ibunya.

"Bruuuaggkk!!!"

Vivian menabrak tubuh David dari belakang, membuat gadis cantik itu oleng, namun dia berhasil berpegangan pada tubuh tegap didepan nya.

"Ups sory...aku tidak sengaja tuan, lagian tuan ngapain tiba-tiba berhenti begitu saja dihadapanku?"

"Ha...ha... please jangan uji kesabaranku baby, ayo puaskan aku malam ini." David semakin mengeratkan pelukannya.

Detak jantung Vivian semakin berpacu, ketika melihat David dengan jarak yang begitu dekat. Pandangan Vivian seakan tidak bisa lepas, rahang yang kokoh dan terlihat jantan. Kedua alis tebal nya seakan menambah pesona ketampanannya, dengan postur tubuhnya yang sangat mendukung.  sehingga wanita akan tergila-gila jika melihatnya.

"Sudah puas mengagumi ketampananku?" goda David.

Wajah Vivian merah merona, dia kembali memutar otak agar bisa lepas dari pelayanan ranjang. namun dia tetap dibayar mahal, tapi bagaimana caranya? siapa juga yang mau membayar tanpa imbalan huuuff...!

"Aku perhatikan kamu terlalu sering melamun, begini caramu dalam melayani dan memberikan kepuasan pada pelangganmu?"

"Tidak, aku selalu berhasil membuat tamu istimewaku puas. jika berani membayar mahal diriku."

"Sangat menarik, Aku suka...suka.... caramu yang unik dan berbeda dari lainya! mari kita bersenang-senang malam ini baby."

Vivian bingung harus memulainya dari mana, mengingat dia tidak memiliki pengalaman dalam hal ini, jangankan bercinta pacar saja Vivian tidak punya karena terlalu sibuk menjadi tulang punggung keluarga.

"Hey kenapa wajahmu berubah pucat, jangan mencoba untuk menghindar karena kehadiranmu sudah membangunkan singaku yang sudah lama tertidur. aku akan menambah bonus dua ratus juta asalkan kerjamu bisa memuaskanku."

"Benarkah tuan?" tanya Vivian seakan tidak percaya.

"Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, aku memiliki segalanya. uang segitu tidak ada apa-apanya bagiku."

"Iya, sultan mah bebas." jawab Vivian pelan namun masih bisa terdengar oleh David, sehingga dia tersenyum lebar.

"Gaya apa yang kamu sukai jika sedang bercinta?" tanya David.

"Gaya apa ya? gaya kodok loncat kali ya tuan." bingung harus menjawab apa, namun Vivian juga berusaha agar terlihat jika dia sudah berpengalaman dalam hal bercinta.

"Buaha....ha.. gaya apa itu, baru kali ini aku mendengar?"

"Nanti tuan pasti akan ketagihan jika sudah mencobanya."

"Cepat tunjukkan, aku sudah tidak sabar lagi ingin merasakan gaya kodok loncat tersebut."

Vivian maju lalu memeluk tubuh David yang tinggi, sehingga hanya sampai bagian dadanya saja. dia berusaha untuk menggapai bibir David dengan berjinjit dan berhasil mengecupnya sekilas lalu memeluk tubuh itu erat.

"Sudah tuan, bagaimana rasanya?"

"Gaya bercinta apaan ini, jangan buat aku marah." bentak David kesal karena merasa dipermainkan.

"Maaf tuan itu baru pembukaannya saja, mari kita lanjutkan permainan yang lebih panas lagi." bujuk Vivian takut David akan membatalkan untuk membayar mahal dirinya.

"Baiklah, aku beri kamu satu kesempatan lagi. berikan aku poreplay yang lebih hot, lebih dari sekedar pelukan dan ciuman barusan."

Vivian membuka sebagian pakainya, mempraktekan keahliannya menjadi penari tripis. lalu duduk diatas pangkuan David, berusaha memberikan pelayanan terbaik dengan mempraktekan beberapa adegan film dewasa yang pernah ditontonnya meskipun itu secara tidak sengaja melalui layar ponsel Sinta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!