Kaki jenjang seorang wanita cantik berjalan melewati lorong lantai 25 di hotel itu dengan beberapa pelayan yang mengikutinya di belakang, ia lalu berhenti dan berdiri di depan pintu salah satu kamar hotel menunggu pelayan membukakan pintu.
"Silahkan masuk Nona Valen." ucap pelayan hotel itu, sang pelayan terlihat takut karena dia tahu betapa mengerikannya pemilik kamar itu. Namun dia juga bimbang karena wanita bernama Valen itu adalah bosnya di hotel ini.
Adnan terkejut saat melihat wanita yang di hindarinya beberapa minggu ini, wanita itu berada di dalam kamar hotel. Adnan hendak melangkah pergi untuk memberitahu Tuanya namun Valen menahanya lebih dulu.
"Mau ke mana kamu?" Tanya Valen sambil menatapnya dengan tatapan tajam, Adnan seketika langsung menunduk takut. “Di mana dia? Ah pasti di sana.” Tunjuk Valen saat melihat pintu yang tertutup.
Alangkah terkejutnya Valen saat membuka pintu kamar itu, ia langsung menutup telinganya karena suara bising musik yang menggelegar menusuk indera pendengaranya.
“Grey Valentino!!” Teriak wanita cantik umur 30 tahunan itu, wanita itu masuk ke dalam kamar sambil mendorong setiap orang yang menghalangi jalanya.
Banyak wanita yang sedang menikmati minuman di tanganya sambil berjoget dengan lampu kerlap kerlip.
“Grey! Kamu kira ini Club?!” Pekik Valen sambil menjewer adiknya yang sedang tidur di atas ranjang.
Valen tak habis pikir, adik satu-satunya itu bisa tidur dalam suasana bising seperti ini.
Grey meringis nyeri saat telinganya terangkat, pria itu juga bangun dan memekik kesal.
“Siapa kau berani sekali menyentuh tel— Kakak?” Ucap Grey sambil benyentuh telinganya yang di tarik paksa. “Lepaskan telingaku, sakit!” Keluh Grey.
Valen melepaskan telinga adiknya sambil membersihkan tanganya yang terasa kotor karena sudah menyentuh telinga adiknya, sementara Grey menatap tajam ke arah Adnan sang Asisten yang tak becus bekerja.
Adnan bergegas mematikan musik itu dan menyurup para wanita itu pergi dari kamar tuanya.
“Sudah cukup kucing-kucinganya, aku tunggu kamu di luar! Cepat mandi dan ganti pakaian!” Titah Valen dengan tegas pada adiknya itu.
“Gak! Aku gak mau kerja!” Tolak Grey, pria itu hendak kembali membaringkan tubuhnya. Namun ia langsung meringis nyeri karena kakinya langsung di tendang kuat oleh wanita itu.
“Kak Valen!” Pekik Grey dengan tatapan kesal pada wanita bernama lengkap Greysia Valentina itu.
Umur keduanya terpaut 5 tahun, Valen sebagai kakaknya selalu mendidik adiknya yang nakal itu dengan kasar.
“Cepat atau aku bakar kamar ini seperti rumah-rumah mu sebelumnya?!” Sentak Valen, Grey mendengus kesal lalu pergi ke kamar mandi. Dia tau betul bagaimana sifat Kakak perempuanya itu.
Valen tak pernah main-main dengan ucapanya, ya walaupun begitu Valen paling tidak bisa melawan kedua orang tuanya. Tidak seperti Grey, pria itu lebih sering melawan kedua orang tuanya namun dia hanya kalah dengan wanita bernama Valen.
Buktinya sebulan lalu, Valen berhasil membuat Grey kembali ke Indonesia. Padahal pria itu menolak mentah-mentah dan berniat menetap seumur hidupnya di Prancis.
“Sial aku gak mau kerja.” Gumam Grey sambil mengusap kasar wajahnya dengan air yang sedang membasahi tubuhnya.
Selama 25 tahun pria bernama lengkap Grey Valentino itu menghabisnya waktunya dengan hidup mewah dan berfoya-foya berusaha menghabiskan harta orang tuanya yang tak ada habisnya itu.
Grey bahkan sampai bingung bagaimana lagi cara menghabiskan uang keluarganya itu, karena berbagai cara sudah ia lakukan termasuk merusak setiap mobil baru yang ia miliki dengan cara menabrakanya ke pohon atau bahkan menjatuhkanya ke dalam jurang.
Ya itulah Grey Valentino.
Tbc.
Sepanjang perjalanan menuju ruang kerja Valen pria itu dengan sembarangan menghisap rokok, sampai orang-orang yang berpapasan denganya menatap tak suka ke arahnya. Namun Grey tak memperdulikan hal itu.
“Sudahlah berhenti meminta maaf, telingaku sakit mendengarnya.” Ucap Grey sambil mengorek kupingnya yang terasa sakit karena Adnan terus meminta maaf karena tidak bisa menahan Valen untuk tidak masuk ke dalam kamarnya.
“Tapi Tuan, saya—“
“Stop! Aku tak suka mendengar suaramu. Ambil ini dan pergilah.” Ucapnya sambil menyelipkan rokok miliknya di jemari Adnan lalu ia masuk ke dalam ruang kerja Valen yang ada di hotel itu.
Grey menatap bocah yang ada di depanya dengan tatapan datar, sementara gadis kecil berusia 5 tahun itu langsung berlari saat menatap wajah Grey yang menyeramkan.
“Mami!!” Teriak Gladis.
“Jangan menakuti putriku!” Ketus Valen sambil menatap tajam ke arah Grey.
Grey langsung kembali menatap datar gadis imut itu sambil berjalan menuju sofa tanpa berniat menanggapi ucapan sang kakak.
Valen beranjak dari kursi kerjanya dan duduk tepat di depan Grey, wanita itu tak kalah tajam menatap Grey.
“Cepat ambil alih hotel ini, aku ingin segera pengsiun untuk mengurus Gladis.” Ucap Valen sambil menghela nafasnya panjang.
Grey menaikan kedua pundaknya acuh, dengan tatapan malasnya.
“Ayolah Grey mulai hari ini kamu mulai bekerja, berhenti main-main. Aku sudah lelah mendengar omelan Tuan Valentino.” Ucap Valen, ia sudah sangat muak berhadapan dengan Ayahnya.
“Aku tidak mau.” Jawabnya acuh, ia lalu menyentuh boneka Gladis yang ada di atas meja.
Gladis yang sedang mengintip di balik meja kerja Maminya pun langsung menangis saat mainanya di pegang pria menakutkan itu.
Valen menatap putrinya sekilas, lalu kembali menatap adiknya itu.
“Kamu juga harus segera menikahi Viona, pikirkan baik-baik demi masa depanmu Grey.” Ucap Valen, lalu beranjak untuk menenangkan putrinya.
Grey pun ikut berdiri, ia melangkah pergi keluar dari ruang kerja Kakaknya.
Kini Grey berdiri di loby samping hotel, ia menatap langit-langit yang cerah sambil menghisap rokok di tanganya. Sudah hampir lima tahun ini Grey kecanduan rokok dan alkohol, tiada hari tanpa kedua benda itu. Tanpanya Grey tidak bisa tidur dengan tenang, ia juga tak bisa tidur jika suasana di kamarnya begitu hening.
“Tuan.” Panggil Adnan, pria itu turun dari mobil untuk membukakan pintu mobil untuk tuanya.
Grey yang melihat Adnan langsung membuang puntung rokok itu sembarangan, lalu saat melangkah ia tak sengaja menubruk seseorang.
“Ash!! Sial! Jalan pakai mata!” Pekik Grey, ia lalu menatap tajam ke arah seseorang di sampingnya.
Mata Gray yang melotot perlahan melemah, karena tatapan sendu dari wanita pendek di depanya itu.
“Ya ampun maaf, bajumu jadi basah karena kopiku.” Ucap Lucia dengan tangan bergetar, ia takut jika sang pemilik baju akan meminta ganti padanya.
Bukan pria bernama Grey yang membuat tubuhnya bergetar, namun yang menjadi masalah adalah merk baju dengan harga puluhan juta itu yang membuatnya takut.
“Biar aku cuci pakaianya dan tinggalkan nomor telponmu agar aku mudah menghubungimu, Tuan.” Ucap Lucia dengan kaki bergetar, ia berharap jika pria di depanya itu tidak seseram mukanya, doa Lucia dalam hati.
Wajah menyeramkan itu seketika tertawa mengejek. “Hahah trik lama, kau kira aku akan tertipu. Kamu minta nomorku agar bisa jauh lebih dekat dengan ku kan?” Tebak Grey pada wanita mungil di depanya.
Lucia menatap bingung pria yang tengah tertawa itu.
“Maksudmu apa?” Tanya Lucia polos.
Grey semakin terbahak, ia memutarkan tubuhnya sambil menepuk jidatnya dengan wajah yang sedikit merona. “Kamu jatuh cintakan padaku? Jangan mengelak lagi.” Ucap Grey.
Lucia menggelengkan kepalanya sambil menempel telunjuknya di kening. “Orang gila ternyata.” Gumam Lucia pelan dan bergegas pergi meninggalkan pria itu.
“Tapi, aku tidak akan tertipu olehmu—“ ucapanya menghilang begitu saja saat ia membalikan tubuhnya dan tidak melihat lagi keberadaan wanita itu.
Tbc.
Haiii… kenapin nih nama-nama baru di novelku🥰
Salam kenal💕 semoga suka sama ceritanya. Jangan lupa tinggalin jejak😘
Adnan menahan tawanya saat Tuan Grey menatap ke arahnya dengan tatapan tajam, pria itu kembali membeku seletah tadi sempat tertawa karena sikap Grey yang percaya diri.
Grey berjalan mendekat dengan kesal, ia berhenti tepat di depan Adnan.
Bruk!
“Awhh!!” Ringis Adnan sambil berloncat, ia lalu menyentuh betisnya yang terkena tendangan maut.
“Beraninya kau menertawakanku!” Pekik Grey dengan wajah tak sukanya, pria itu lalu masuk ke dalam mobil.
“Sial, dasar perempuan miskin tidak tau diri!” Pekik Grey sambil membuka satu persatu kancing kemejanya lalu membuangnya ke depan saat Adnan duduk di kursi kemudi. “Buang!” Titahnya.
Sementara itu, gadis bernama Lucia itu baru selesai mengganti pakaianya di loker. Wanita itu tersenyum sambil menatap cermin, ia lalu mengelus kepalanya sendiri.
“Ayo semangat Cia! Hari ini kamu harus kuat.” Ucap Lucia dengan percaya diri.
“Hah! Ciaaaa akhirnya kamu datang juga. Aku rindu.” Ucap Gea, wanita itu langsung memeluk sahabatnya yang sudah ia kenal selama satu tahun.
Lucia dan Gea saling kenal saat bekerja sebagai Cleaning servic di hotel Valentino sejak satu tahun lalu hingga saat ini, wanita bernama Gea itu selalu memperlakukan Lucia dengan baik.
“Kak Gea, kenapa wajahmu murung begitu?” Tanya Lucia bingung, padahal biasanya wanita itu yang selalu menyemangati dirinya.
“Aku cape, hari ini pemilik kamar 2501 itu buat ulah lagi. Dia buat pesta semalam sampai tadi pagi di kamar itu, sudah pasti hari ini kita akan sangat kelelahan.” Gerutunya panjang lebar, karena sudah hampir dua minggu ada saja yang membuat Gea kesal.
“Ayo semangat, aku sudah siap kembali bekerja dengan semangat penuh.” Ucap Lucia dengan percaya diri. Namun Gea terlihat semakin lesu.
“Simpan semangat mu untuk nanti, sekarang kita bergosip dulu.” Ajak Gea, dia menarik Lucia duduk di kursi.
“Gosip apa Kak?” Tanyanya, sejujurnya ia paling tak suka di ajak bergosip karena menurut Lucia hal itu bisa menyita banyak waktunya.
“Kamu tau, rupanya si kamar 2501 itu adik dari Bu Valen.” Ucap Gea, Lucia pun membekap mulutnya karena terkejut.
Walau ia tak pernah melihat pemilik kamar itu, tapi kelakuan dan sifat menyebalkan pria itu sudah beredar sampe pelosok hotel ini.
“Pantas saja dia banyak bikin ulah.” Ucap Lucia. “Dari mana Kak Gea tau kalau dia adik Bu Valen?” Tanya Lucia.
“Tadi para pelayan menyaksikan kejadian saat Bu Valen menerobos masuk ke acara pesta ajeb ajeb adiknya yang bernama Grey.” Ucap Gea dengan antusias.
“Terus-terus?” Tanya Lucia lagi.
Gea lalu memasang wajah malas. “Gak ada kelanjutanya lagi, sudah sampai di sana. Gak seru mereka gak bertengkar, si pembuat onar itu ketakutan sama Bu Valen.” Ucap Gea sambil berdiri.
“Kakak mau ke mana?” Tanya Lucia.
“Kerjalah, ayo kita lanjut kerja sambil cari bahan gosip.” Ajak Gea sambil merangkul pundak Lucia yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
Lucia mengangguk, ia ikut berjalan dengan wanita yang selama ini sudah memperlakukanya dengan baik.
Lucia menganggap Gea sebagai kakaknya sendiri, karena ia hidup sendirian di duania ini. Hanya ada 3 orang yang paling ia percaya dan ia anggap saudara sehidup sematinya, Gea yang sudah menjadi sahabatnya selama setahun ini di tempat kerjanya.
Dan ada Ellen sahabatnya sejak kecil, saat berada di panti asuhan yang sama. juga Adrew pria yang sudah di kencaninya selama lima tahun belakangan ini.
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!