"Hem..ternyata cewek cupu ini cantik juga"
Gumam Albian, saat menanggalkan kacamata tebal dari wajah Khanza.
Demi memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Albian yang notabenenya adalah pria paling populer di kampus, sampai rela berpacaran dengan Khanza si gadis cupu dan penyendiri.
Berkat pesona yang dimilikinya. Albian berhasil membuat gadis cupu dan lugu seperti Khanza, kini pasrah berada di bawah kungkungannya.
"A-aku takut Al. Bagaimana kalau aku hamil?"
Tanya Khanza saat Albian menanggalkan kancing kemeja oversize miliknya. Namun Albian yang otaknya sudah diselimuti kabut hawa nafsu tidak mendengarkan ucapan Khanza. Meniduri gadis cupu itu adalah bagian dari taruhan mereka.
"Tenang saja sayang, semua akan baik-baik saja kok"
Ucap Albian sembari menelan salivanya saat melihat gunung kembar milik Khanza yang padat dan menantang.
"Ternyata gadis cupu ini menyembunyikan body yang sexy dibalik kemeja lusuhnya"
Batin Albian, gairahnya semakin bergejolak saat melihat gadis taruhannya polos tanpa sehelai benangpun.
"Ahh.." Des* han lolos begitu saja dari gadis cupu berwajah cantik itu kala Albian berhasil membobol kesuciannya.
"Hum..ternyata gadis cupu ini masih perawan. Lagi pula pria mana yang mau menyentuh gadis cupu seperti dia"
Gumam Albian lagi sambil terus melancarkan aksinya, menyentuh dan menggerayangi tubuh polos gadis taruhan yang ada di bawah kungkungannya.
***
Setelah semuanya selesai, Albian merebahkan tubuhnya di samping Khanza sembari memejamkan mata. Khanza dan Albian masih sama-sama polos dengan peluh yang membasahi tubuh polos mereka.
"Hey, apa dia menangis? Kenapa? Harusnya dia bangga bisa tidur dengan cowok paling ganteng dan populer di kampus kayak gue" Batinnya membanggakan diri sendiri.
Albian mengernyitkan dahinya, saat melihat tetesan air bening menetes dari sudut mata gadis cupu itu. Tak ada rasa bersalah dalam hatinya, yang ada malah rasa heran saat melihat Khanza menangis.
Khanza terus menangis sesenggukan, Albian Ingin bertanya pada gadis cupu itu "Kenapa ia menangis?" Tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Jadi dia hanya diam saja sambil pura-pura tidur.
Ini kali pertama gadis yang di tidurinya menangis. Biasanya para gadis itu yang merengek minta untuk ia sentuh lebih dulu. Tapi si cewek cupu ini malah menangis. "Aneh!" Batin Albian.
Setelah lelah menangisi kesuciannya yang telah di rampas oleh sang kekasih, akhirnya Khanza tertidur juga. Dan kesempatan itu Albian gunakan untuk mengambil foto mereka berdua saat berada di atas ranjang, hal itu akan ia gunakan sebagai bukti kalau ia telah berhasil meniduri Khanza si gadis cupu.
***
***
Ting ting ting
Notifikasi pesan masuk dari grup WA yang berisikan 3 orang pria tampan yang menjadi idola di kampusnya.
Albian mengirim foto dirinya bersama Khanza yang masih polos tanpa busana di atas ranjang dengan berbagai pose, Khanza masih tertidur pulas jadi Albian bisa dengan leluasa mengambil foto mereka sesuka hati.
"Ah sialan! Kayaknya gue harus relain mobil gue buat Albian lagi!"
Umpat Zack kesal saat melihat teman laknatnya menang taruhan lagi.
Bulan lalu ia baru saja kehilangan motor gedenya, karna Albian menang taruhan saat ia berhasil mengunci miss Welly si dosen killer di gudang bawah tanah.
Dan kali ini mobil yang baru ayahnya belikan 2 bulan lalu harus Zack relakan juga untuk sahabatnya itu.
"Gila si Albian pake jurus apa sampe cewek cugal (Culun Galak) kayak si Khanza klepek-klepek juga sama dia"
Wily berdecak kagum atas keberhasilan Albian yang berhasil membuat Khanza luluh.
Khanza adalah mahasiswi pintar, ia bisa kuliah di kampus elit itu tanpa keluar biaya sepeserpun. Berkat kecerdasannya Khanza mendapat beasiswa penuh serta uang jajan setiap bulannya sampai ia lulus kuliah.
Tapi selain pintar, Khanza juga terkenal dengan galak dan suka menyendiri. Sikapnya yang tidak suka bergaul itulah yang membuat teman-temannya melabeli gadis itu dengan julukan gadis cupu.
#Selamat datang di karya terbaru aku, mohon dukungannya dengan cara like, komen, vote dan hadiahnya ya, selamat membaca^^#
Keesokan harinya...
"Nih!"
Dengan wajah gusar Zack menyerahkan kunci mobil hadiah ulang tahun yang baru didapatkannya 2 bulan lalu pada Albian. Albian pun menerimanya dengan senang hati serta senyum yang lebar.
"Al, gimana caranya lo bisa bikin si Khanza si gadis cugal itu klepek-klepek sama lo?"
Wily masih tak percaya dengan keberhasilan Albian yang bisa mencairkan gunung es yang menyelimuti Khanza selama ini.
"Ah gampang, tinggal gue kedipin aja"
Ucapnya sembari mengedip-ngedipkan sebelah matanya, dan tanpa sadar Wily menirukan gerakan Albian pula.
"Sorry ya gue gak bisa lama-lama"
Albian memang hanya datang menemui Zack dan Wily untuk mengambil mobil hasil taruhannya.
Rencananya mobil itu akan Albian jual dan uangnya akan ia gunakan untuk membantu pembanguan sekolah gratis untuk anak-anak jalanan. Tujuannya memang mulia hanya caranya saja yang salah.
Usai berpamitan pada Zack dan Wily, pria tampan itupun pergi meninggalkan keduanya.
Bruk!
Zack menggebrak meja kafe hingga membuat gelas diatasnya jatuh dan pecah. Tentu saja hal itu Zack lakukan setelah Albian pergi, Wily sampai mengelus dadanya karna kaget.
"Ah sialan si Albian itu, kalau kayak gini caranya gue gak bisa deketin Rosaline lagi!"
Umpat Zack kesal. Karna mobil baru yang akan ia gunakan untuk menarik hati Rosaline gadis incarannya, kini sudah bukan miliknya lagi.
"Lo sendiri sih pake bikin taruhan segala! sekarang nyesel kan!"
Cibir Wily sembari tertawa renyah.
"Arggh!" Zack nyaris saja menghajar Wily karna pria itu terus saja mengejek kekalahannya. Namun ia urungkan karna yang di ucapkan Wily memang tak sepenuhnya salah.
"Woy santai dong bro!" Teriak Wily yang mulai terpancing juga emosinya karna sikap Zack.
Zack tak banyak bicara lagi, ia lebih memilih untuk pergi meninggalkan Wily demi mengembalikan kewarasannya.
"Mau kemana lo?"
Tanya Wily namun tak di hiraukan oleh Zack, pria itu terus berlalu meninggalkan sahabatnya itu.
"Zack, siapa yang bayar ini semua?"
Teriak Wily lagi saat menyadari pesanan makanan dan minuman mereka belum di bayar. Biasanya Albian yang akan mentraktir mereka, tapi pria itu sudah pergi lebih dulu.
"Maaf kak ini billnya"
Ucap seorang pelayan kafe sembari memberikan secarik kertas pada Wily.
"Busyet mahal amat!"
Mata Wily seakan mau keluar saat melihat nominal yang tertera di bill tersebut.
"Ini sekalian buat ganti meja dan gelasnya yang pecah kak"
Beritahu pelayan itu dengan ramah, sembari menunjuk ke arah meja yang retak dan gelas yang pecah karna ulah Zack.
***
"Arggh"
Zack membanting sepatunya kesembarang arah. Karna tak punya kendaraan lagi serta tak punya uang untuk membayar taksi, jadilah Zack pulang dengan berjalan kaki.
Rasa pegal di kakinya karna berjalan cukup jauh dari kafe ke rumah membuat kekesalannya semakin bertambah.
"Awas lo Al!"
Umpatnya sembari membayangkan wajah Albian di udara dan meninju wajah sahabatnya itu dengan kasar.
Masih dalam keadaan kesal Zack merogoh ponsel di saku celananya dan mengirim foto mesyum Albian dan Khanza ke grup WA kelas, dan dari grup WA kelas itu pula foto Albian dan Khanza menyebar pula keseantero kampus.
***
"Ih dasar gadis kotor"
Umpat seorang mahasiswi kala melihat Khanza melintas dihadapannya.
Khanza yang tak tau apa maksud mahasiswi itu hanya bisa mengernyitkan dahinya saja. Khanza tidak tau saja kalau foto mesyumnya bersama Albian sudah jadi bahan pergunjingan di seluruh kampus.
"Penampilannya aja yang cugal tapi aslinya murahan!"
Cibir mahasiswi yang lainnya.
Walaupun Khanza sudah biasa di buly dan di perlakukan tidak baik oleh teman-temannya, tapi sungguh perlakuan mereka kali ini sangat berbeda dari biasanya.
Dikatakan gadis kotor dan murahan, rasanya jauh lebih sakit dari disebut gadis cugal oleh seantero kampus.
Merasa ada yang salah dengan sikap teman-temannya, gadis itupun memilih untuk menepi sejenak.
"Sabar Khanza tinggal sebentar lagi" Batinnya.
Khanza melepas kacamatanya dan memijat pelipisnya yang berdenyut.
Bayang-bayang wisuda yang akan berlangsung 2 bulan lagi, serta memiliki kekasih sempurna seperti Albian membuat senyum di wajah cantik itu kembali merekah.
"Eh gadis taruhan, lo di panggil ke ruang rektor tuh!"
#Selamat membaca, jangan lupa like and komentnya ya ^^
Dengan langkah gontai serta hati yang berdebar, Khanza terus berjalan menuju ruang rektor.
Gadis berkaca mata tebal itu sudah tak peduli lagi dengan teman-temannya yang terus menatap ke arah dirinyanya penuh kebencian, bahkan ada juga yang merasa jijik terhadapnya.
Tok tok tok
Ceklek
Usai mengetuk pintu rektor, Khanzapun masuk ke ruangan berukuran sedang itu.
"Albian?" Batin Khanza.
Mata Khanza membelalak saat melihat sang kekasih juga ada di ruangan itu. Tapi tak sedikitpun Albian menatap ke arah Khanza, bahkan Albian seakan menghindari untuk menatap mata gadis itu.
"Duduk!"
Titah seorang wanita paruh baya berbadan subur miss Fransiska namanya saat melihat Khanza datang, dengan patuh Khanza pun menuruti titah sang rektor dan duduk tepat di sebelah Albian, karna hanya itu bangku yang masih tersisa.
"Saya sangat kecewa dengan kalian, terutama kamu Khanza!"
Teriak sang rektor sembari menunjuk wajah Khanza.
"Sebagai mahasiswi berprestasi dan penerima beasiswa penuh di kampus ini, harusnya kamu bisa menjaga marwah dan etika kamu sebagai seorang wanita Khanza!"
Teriaknya lagi dengan nada semakin meninggi, terdengar pula ada nada kekecewaan dalam nada bicara wanita paruh baya itu.
"Tapi ada apa ini miss? Setidaknya katakan apa kesalahan saya?"
Tanya Khanza, sepertinya Khanza adalah satu-satunya orang yang tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.
Tak memiliki seorangpun teman dekat di kampusnya, serta jarang membuka grup Wa kelas. Menjadikan Khanza selalu ketinggalan banyak hal. Terutama gosip tentang dirinya dan Albian yang sedang panas-panasnya di kampus.
"Jangan bercanda Khanza, ini sama sekali tidak lucu!"
Miss Siska sampai menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah Khanza.
Albian menyuruh Khanza untuk diam dengan bahasa isyarat demi kebaikan mereka, tapi terlambat karna gadis itu mulai bicara lagi.
"Saya tidak bercanda Miss, saya memang tidak tahu apa-apa"
Ucapnya sungguh-sungguh, karna seperti itulah kenyataanya. "Huhf" Albianpun mengusap wajahnya dengan kasar saat melihat kepolosan Khanza.
"Baiklah mungkin ini bisa menjelaskan segalanya"
Beritahu miss Siska sembari memberikan sebuah ponsel yang ia sita dari salah satu mahasiswanya yang tengah bergosip dan menyebarkan foto Albian dan Khanza kepada mahasiwa lainnya.
Dengan tangan bergetar, gadis itupun meraih ponsel dihadapannya dan membaca pesan yang berseliweran di grup wa sekolah tersebut.
Mata Khanza seperti akan keluar saat melihat foto dirinya bersama Albian yang sedang berada di atas ranjang tanpa sehelai benangpun.
'Selamat pada Albian yang telah berhasil memenangkan sebuah mobil karna berhasil memenangkan taruhan untuk menaklukan hati si gadis cugal'
Hati Khanza seperti tertancap belati saat membaca keterangan di bawah foto itu.
"I-ini"
Khanza menatap ke arah Albian seakan menuntut penjelasan, namun pria itu hanya bungkam sembari menundukan kepalanya.
***
Karna Albian dan Khanza sudah menyelesaikan tugas kuliah mereka dan hanya tinggal menunggu wisuda saja, jadi pihak kampus masih berbaik hati dengan tidak membatalkan Wisuda Khanza dan Albian yang akan berlangsung 2 bulan lagi.
Apalagi Khanza adalah mahasiswi berprestasi yang sudah menyumbang banyak mendali olimpiade untuk kampus mereka, sedangkan Albian adalah putra dari pengusaha ternama yang selalu rutin memberikan sumbangan pada kampus mereka.
Jadi pihak kampus masih memberi toleransi atas kesalahan mereka kali ini, dengan catatan mereka tidak boleh mengulangi perbuatan mesyum itu lagi.
***
Huuu
Teriak mahasiswa yang menunggu di luar ruang rektor saat melihat Khanza keluar.
"Gadis murahan"
"Gadis kotor"
"Gadis taruhan"
Walaupun Albian dan Khanza sama-sama bersalah, tapi semua orang seakan hanya menyalahkan dirinya saja dan hanya Khanza yang dihujat habis-habisan oleh teman-temannya.
Tak ada yang berani menghujat Albian karna semua orang tahu keluarga Albian adalah orang yang cukup berpengaruh di negara ini, terutama dalam dunia kerja.
Mereka yang baru akan masuk dunia kerja tentu tidak mau mendapat masalah jika mencari gara-gara dengan Albian.
"Hiks"
Khanza tak bisa menahan tangisnya lagi, gadis itu berlari sekuat tenaga agar segera keluar dari kerumunan manusia yang terus menghujatnya itu.
Sebenarnya Albian ingin mengejar Khanza tapi kakinya seakan terpaku di tempatnya berdiri.
#Jangan lupa like and komennya ya teman haluku, selamat membaca ^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!