NovelToon NovelToon

Battle War ; Magic, Sword And Dragon

1. Prolog

"Bu guru Otome, apa aku salah dengar? Kenapa aku harus berpasangan dengan dia? Anda pasti tahu kalau aku adalah murid peringkat S, tetapi kenapa aku harus berpasangan dengan murid paling lemah di kelas ini?"

Di ruang kelas, seorang gadis protes dengan keputusan yang baru saja dia dengar.

Rambutnya pirang emas yang memantulkan cahaya mentari dengan sempurna. Matanya merah ruby bagaikan api yang membara penuh tekad dan amarah.

Aura yang dia keluarkan memberitahu kalau dia bukanlah orang biasa. Dan memang begitulah kenyataannya. Dia memiliki latar belakang yang tak bisa disamakan dengan murid lainnya.

Teman teman di kelasnya tak mencoba meredam kemarahannya karena mereka tahu kenapa gadis itu marah. Bahkan jika dalam posisinya, mereka mungkin akan melakukan hal yang sama.

"Dengar Laila Alein Fortisillein, sekolah sihir ini dibangun untuk mendidik penyihir agar dapat mengendalikan dan meningkatkan kekuatan mereka. Kau pasti tahu hal itu kan? Untuk menguji seberapa besar peningkatan kalian, sekolah mengadakan Tribal atau lebih dikenal sebagai . Tetapi syarat untuk mengikuti [Tribal] mengharuskan setiap peserta memiliki seorang partner, tidak hanya itu, sebenarnya kalian diwajibkan memiliki partner. Dari 24 murid di kelas ini hanya kau dan Kuro yang belum mendapatkan partner, karena itulah mau tidak mau kau harus berpasangan dengannya. Sudahlah, terima saja."

"...Ta-tapi anda tahu dia kan? Dia adalah satu satunya murid berperingkat F di kelas ini."

"Ya aku tahu itu, tapi bukankah itu kesalahanmu sendiri karena tak mencari pasangan dalam waktu yang ditentukan?"

"...Uuu.."

"Dan seharusnya kau juga sudah tahu jika belum memiliki pasangan, maka sekolah akan memutuskan siapa yang akan menjadi pasanganmu. Kuro adalah satu satunya murid di kelas ini yang belum memiliki pasangan, karena itu secara otomatis dia menjadi pasanganmu. Jangan mencoba protes, anggap saja sudah ditakdirkan."

Laila tampak tak terima alasan itu, tapi bukan itu masalahnya.

"Ta-tapi bukankah hal itu berarti kami akan sekamar?"

Wajah Laila memerah dan sesekali melirik Kuro dengan tatapan rumit.

"Ya. Karena itulah kalian berdua tak boleh melakukan sesuatu yang melampaui batas ya!"

Otome tersenyum dan mengedipkan salah satu matanya. Dia sedang menggoda Laila.

Ya. Itu sangat wajar mengingat hanya mereka yang memiliki pasangan berlawanan jenis. Dengan kata lain mereka satu satunya yang berbeda. Tapi mereka tak punya pilihan karena jumlah murid laki laki dan perempuan yang ganjil.

Sementara itu lelaki berambut hitam hanya terdiam ketika seluruh mata laki laki di kelasnya menatap dirinya dengan tatapan kasihan. Dia mengerti kenapa semua orang menatapnya seperti itu, hal itu karena mulai besok dia akan sekamar dengan Laila yang dikenal sebagai gadis genius dan gadis paling berbahaya di Kuryuu Academy.

"Haaa..."

Dia mendesah. Dia tak menyangka baru seminggu bersekolah sudah mendapatkan masalah serius.

Dia menaruh kepalanya di atas meja dan melihat ke luar jendela. Dari jendela itu dia dapat melihat sebuah kota yang indah dan ada begitu banyak orang. Jika dibandingkan dengan tempat tinggalnya 2 minggu yang lalu, kota ini sungguh berbeda.

(Kota Areshia kah?)

Sudah seminggu sejak tahun ajaran baru dimulai di Kuryuu Academy, dan sekolah ini bukanlah sekolah biasa. Sekolah ini adalah salah satu dari 7 sekolah sihir yang ada di Kekaisaran Houou.

"Baiklah, kita sudah selesai dengan daftar para peserta [Tribal] dan siapa pasangan kalian masing masing. Sebelum kujelaskan tentang [Tribal], tolong jelaskan kembali kenapa sekolah semacam Kuryuu Academy didirikan, Seta!"

"Baik!"

Seorang lelaki langsung berdiri. Dia terlihat sangat tegas dari caranya menjawab dan tatapan matanya.

"Setelah Light War, yaitu perang antara penyihir melawan Demon King (Raja Iblis) berakhir, banyak anak anak yang terlahir dengan memiliki kekuatan sihir yang membuat jumlah penyihir meningkat dengan pesat. Lalu untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuatan sihir, maka sekolah semacam Kuryuu Academy didirikan. Itulah kenapa sekolah sihir dibangun."

"Bagus Seta. Terima kasih."

Otome tersenyum lalu melanjutkan.

"Penyihir dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu User dan Contractor. User adalah penyihir yang menjadikan senjata sihir [Magic Arm] sebagai bentuk kekuatan dan perwujudan sihir. Sedangkan Contractor adalah penyihir yang menjadikan makhluk sihir [Magic Beast] sebagai bentuk kekuatan sihir. Penyihir mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, karena itulah setiap penyihir diwajibkan bersekolah. Sampai di sini apakah ada pertanyaan?"

24 murid Otome terdiam dan tak begitu terlalu peduli dengan apa yang dikatakan Otome barusan. Hal itu sangat wajar mengingat itu adalah pengetahuan umum.

"Bu Otome, lalu kenapa kita diharuskan memiliki pasangan saat ujian [Tribal]?"

Salah seorang murid bertanya. Meskipun di luar topik, Otome hanya tersenyum senang dan mengangguk .

"Itu pertanyaan bagus Miharu. Seperti yang kalian tahu [Tribal] adalah semacam ujian yang dilakukan untuk menguji seberapa besar peningkatan kekuatan setelah belajar di sekolah, tapi [Tribal] juga merupakan salah satu syarat agar dapat mengikuti [Battle War]."

Otome terdiam sesaat, lalu melanjutkan.

"[Battle War] adalah kompetisi tahunan untuk menentukan pasangan terkuat di antara 7 sekolah, karena itulah hanya murid dengan nilai terbaik dan terkuat yang mampu bertarung di [Battle War]. [Tribal] bisa dibilang juga merupakan sebuah seleksi. Tetapi yang menarik bukan itu. Kalian sudah tahu kan hadiah jika memenangkan [Battle war]? Ya. Selain mendapatkan uang dan gelar orang terkuat, kalian diperbolehkan untuk membuat satu permintaan dan tentu saja permintaan itu akan dikabulkan oleh Kekaisaran Houou yang merupakan negeri terbesar di tanah Orladist ini. Dengan kata lain, apapun permintaan kalian pasti akan terkabul."

"Tetapi kenapa kami harus berpasangan? Bukankah lebih baik bertarung secara individu jika hanya ingin mengetahui siapa yang terkuat? "

Otome hanya tersenyum kecil.

"Kalian berpasangan agar dapat bekerja sama dalam sebuah pertarungan dan saling membantu. Aku tahu kalian pasti percaya diri dengan kekuatan yang kalian miliki, tapi kalian tak akan mampu berkembang jika menggunakan kekuatan kalian sendirian. Contohnya jika kita menggabungkan elemen api dan angin, maka serangan kita akan lebih kuat, tapi kalian tak mungkin melakukannya jika sendirian kan? Apa kalian mengerti?"

Hal itu karena penyihir hanya memiliki satu jenis elemen saja. Meskipun ada yang bisa menguasai lebih dari satu elemen, namun itu karena penyihir itu memiliki kekuatan khusus. Penyihir seperti itu sangatlah langka.

" Sebenarnya aku mendengar kalau [Battle War] akan diubah menjadi pertarungan tim, tetapi keputusan masih belum dibuat karena alasan rumit. Jadi bisa dibilang kalian kurang beruntung. Kita masih menggunakan format berpasangan. Karena alasan itulah seminggu yang lalu aku sudah menjelaskan agar memilih pasangan yang cocok dengan kemampuan yang kalian miliki. Kalian bisa menentukan kombinasi yang cocok dengan melihat data sekolah melalui Crystal Age. Meskipun begitu, tampaknya ada murid yang belum mencari pasangannya."

"..Ughhhhh"

"Dan untuk memperdalam hubungan dengan pasangan kalian, maka setiap pasangan akan tinggal di kamar yang sama."

"Aku tahu itu, ta-tapi...."

Laila ingin protes tapi karena dia tahu hal itu percuma, maka dia mengurungkan niatnya.

"Tenang saja. Saat ini kalian berpasangan hanya sementara. Tapi setelah 2 minggu, kalian akan harus memilih tetap bersama pasangan kalian atau berganti karena tidak cocok, tapi aku akan memberi tahu kalian . Setelah kalian memilih pasangan, maka kalian akan berpasangan untuk tiga tahun kedepan jadi aku minta untuk mempertimbangkan dengan hati hati pilihan kalian"

"""Baik!!!!"""

"Baiklah. Itu saja untuk hari ini. Semoga hari kalian menyenangkan"

Otome lalu pergi meninggalkan ruang kelas.

Disaat itulah kelas yang semulanya tenang kini menjadi ribut.

Banyak murid murid yang sedang mengobrol satu sama lain, dan kemungkinan mereka sedang mengobrol tentang bagaimana cara menggabungkan kekuatan mereka.

5 orang laki laki mendekati Kuro yang sedang merenung.

"Hoi selamat karena berpasangan dengan gadis paling cantik di kelas 1, Kuro!"

"......"

Perkataan seorang lelaki bernama Ash sama sekali tidak membuat Kuro senang. Dia bahkan memasang wajah kesal. Kekuatan Ash adalah dapat manipulasi listrik. Dia adalah penyihir berperingkat B. Selain cerdas, dia suka mencampuri urusan orang lain.

Setidaknya itulah yang dipikirkan Kuro.

"Ya ya, aku benar benar iri kepadamu Kuro." kata lelaki kurus tinggi bernama Ishi

"Kalau begitu, maukah kau bertukar pasangan setelah dua minggu lagi?"

"Ahh tidak, kau tahu kan kalau aku sudah berpasangan dengan Suburo, ... lagipula kekuatan sihir airku tak cocok dengannya he he"

Suburo adalah penyihir yang mampu memanipulasi air berperingkat B.

(Sudah kuduga, mungkin aku akan berakhir menjadi pasangannya selama tiga tahun ke depan)

Meskipun ada kesempatan untuk berganti pasangan, namun hal itu sangatlah jarang terjadi. Kebanyakan mereka sudah menetapkan pasangan mereka sejak awal dan  jarang ada pasangan yang berganti.

Karena itulah Kuro tak tahu, apakah ini yang disebut keberuntungan atau kemalangan.

Dia hanya bisa mendesah.

"Sudahlah." ucap Suburo. "Setidaknya kau dapat sekamar dengan tuan putri Laila."

"Hei, apa kalian ingin aku dibakar menjadi debu? Aku tahu dia sangat cantik, tapi dia juga tak segan segan membakarku. Kalian pasti ingat kejadian empat hari yang lalu kan?"

"Ya. Karena itulah sebaiknya kau berhati hati, he he.."

"....."

"Hei, jangan tatap aku seperti itu, kau tahu kan kalau yang kukatakan tadi tidaklah salah?"

Perkataan Ash memang benar. Dia harus berhati hati. Dia tak mau terbakar menjadi abu sebelum memenangkan Battle war.

Dia mengingat kejadian empat hari yang lalu.

Laila, gadis super cantik, manis dan genius. Dia mendapat peringkat S saat ujian masuk sekolah dan karena itulah dia sangat populer di Kuryuu Academy, tapi kepopulerannya juga mengundang masalah.

Tiga orang lelaki kelas tiga berperingkat A, mendekati Laila dan menggodanya. Tentu saja Laila yang mempunyai harga diri yang tinggi langsung tidak suka digoda dan menantang mereka bertiga dalam sebuah duel.

Di sekolah ini duel sangatlah populer dan di sering digunakan untuk menyelesaikan masalah antar siswa. Dan meskipun berperingkat lebih rendah, kekuatan kelas 3 yang berperingkat A dapat menyamai kekuatan penyihir berperingkat S atau bahkan SS. Karena itulah meskipun berperingkat S, menantang kelas 3 dalam duel adalah sebuah tindakan bodoh, tapi-

Laila berhasil mengalahkan mereka dengan mudah, dan saat itu duel 1 lawan 3. Itu hanyalah salah satu contoh agar tak membuat masalah dengan Laila.

"Baiklah Kuro, kami akan segera pergi tempat latihan setelah ini. Apa kau mau ikut?"

"Tidak. Terima kasih atas tawarannya, tapi aku mau berkeliling kota lagi."

"Heh? Apa kau serius? Bukankah kau sudah berkeliling kota selama seminggu ini? Apakah kau tidak bosan?"

Kuro menggelengkan kepalanya.

"Lagipula aku berkeliling agar bisa mengenal seluk beluk kota ini. Maklum saja, aku adalah pendatang.

"Umm.. baiklah. Kalau begitu kami akan pergi dulu. Dan semoga beruntung Kuro."

Mereka berlima kemudian pergi dari kelas dan tak terlihat lagi.

Sementara itu, Kuro langsung saja pergi sambil membawa pedang di tangan kirinya.

Tak ada aturan untuk membawa senjata di sekolah ini, tapi jika menggunakan senjata di luar arena duel, maka akan langsung mendapatkan hukuman.

"........."

Laila duduk sendirian sambil membaca data di tengah lingkaran sihir yang mengambang tipis di atas mejanya. Lingkaran sihir itu terpancar dari sebuah permata kecil berwarna biru yang disebut Crytal Age.

Data itu adalah data milik seorang lelaki berambut hitam bernama Kuro Kagami.

"......aneh"

Setelah membaca data Kuro dengan teliti, Laila menemukan fakta yang cukup mengejutkan tentang Kuro. Selain Kuro berperingkat F, sihir Kuro tidaklah diketahui. Atau lebih tepat jika tak ada.

Dengan kata lain, Kuro bukanlah seorang penyihir.

-Lalu kenapa seorang seperti Kuro bisa masuk ke sekolah ini?

Di saat itulah rasa penasaran dan tertarik muncul di diri Laila.

Dia ingin tahu siapa sebenarnya Kuro, tapi di saat itulah Laila melihat Kuro sudah pergi keluar kelas sambil membawa pedang yang disebut 'katana' di tangan kirinya.

".......hhhnnn?"

Laila hanya terdiam dan melihat sosok Kuro menghilang setelah pintu otomatis tertutup. Meskipun dia penasaran, masih ada banyak waktu untuk mencari tahu. Lagipula dia dan Kuro mulai hari ini adalah teman sekamar dan-

Pipi dan telinga Laila langsung memerah ketika mengingat itu.

(Sial, kenapa aku harus berpasangan dengan dia. Huuuhh...sudahlah sebaiknya aku pergi belanja, semoga saja aku menemukan baju bagus.)

Dia tersenyum dan pergi meninggalkan ruang kelas. Tujuan dia hari ini adalah sebuah Mall yang paling besar dan terkenal di kota ini, yaitu Sirei Mall.

2. Areshia City

Kota Areshia terletak di selatan wilayah Kekaisaran Houou. Di kota inilah salah satu dari 7 sekolah sihir berdiri dengan megahnya.

Kuryuu Academy mendominasi 35 persen wilayah kota dan bisa dibilang kota itu merupakan bagian dari sekolah, bukan sebaliknya.

Lalu meskipun ini adalah salah satu kota utama di kekaisaran, kota ini bisa juga dibilang sebagai kota terpencil. Bukan karena tak ada perkembangan di kota ini, tapi karena seringnya pertempuran di masa lalu, kota ini hanya menyisakan bekas kejayaannya saja.

Sekolah sihir memiliki sebuah peringkat untuk menentukan prestasi mereka, sayangnya prestasi Kuryuu Academy bisa dibilang tidaklah bagus.

Karena alasan itulah, meskipun besar dan megah, namun tak banyak murid yang mendaftar di sekolah ini. Selain itu, letak yang cukup jauh dari ibukota menjadi alasan lain kenapa tak banyak yang berniat bersekolah di sana.

Kuro Kagami. Dia hanya salah satu murid Kuryuu Academy. Dari luar dia tampak terlihat hanya murid sekolah biasa.

Memang begitulah dia.

Barat daya kota Areshia merupakan tempat yang didominasi oleh pertokoan. Alat alat sihir, pakaian, senjata sihir, batu sihir, restoran, buku mantra, dan masih banyak lagi. Dengan kata lain, disinilah tempat yang tepat untuk berbelanja.

Kuro saat ini berada di tempat itu.

Dari tempat Kuro berdiri, dia dapat melihat bangunan 4 lantai yang mencolok di wilayah tersebut. Itu bukanlah rumah seorang bangsawan. Bangunan itu merupakan toko/mall terbesar di kota Areshia, Sirei Mall.

Meski belum pernah mengunjungi Sirei mall, Kuro tahu tempat itu menjual peralatan sihir terbaru dan menjual barang barang lebih lengkap, tapi tentu saja barang barang yang dijual di Sirei mall lebih mahal. Hall yang wajar bagi tempat penjualan modern.

Tetapi Kuro tahu tempat seperti itu tidak selalu memiliki apa yang dia butuhkan. Karena itulah dia tak memiliki niat ke sana.

Selama seminggu ini dia berkeliling ke seluruh kota Areshia. Dia sedang mencari dan sekaligus menghafal seluk beluk kota Areshia yang akan menjadi tempat tinggalnya. Bisa dibilang ini adalah salah satu cara untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan baru.

Tentu ini tindakan yang tak pantas mengingat waktu kosong selama seminggu diberikan pada murid baru untuk memilih pasangan mereka. Dan tentu saja untuk membiasakan diri dengan lingkungan sekolah sebelum pelajaran sebenarnya dimulai.

Sama seperi kota lainnya, kota ini dikelilingi oleh tembok tinggi yang mencegah agar binatang buas atau monster menyerang kota dan di atas kota ada sebuah sihir yang melindungi kota dari monster yang bisa terbang. Selain itu terdapat penjaga yang berjaga 24 jam untuk memastikan agar kota sepenuhnya aman.

Dari jauh mungkin terlihat bagai sebuah benteng, namun itu adalah cara teraman untuk menghindar dari monster.

Untuk memasuki kota ini harus melewati pintu gerbang yang terdapat di timur dan barat kota Areshia. Setiap orang yang memasuki kota selalu diperiksa dan di cek identitasnya untuk mencegah ******* atau buronan memasuki dan mengacau di kota.

Semua itu adalah standar keamanan setiap kota di dunia ini. Tentu jika dibandingkan dengan monster yang menyerang, sebenarnya tingkat keamanan itu tak banyak berpengaruh terhadap manusia (penyihir).

"........."

Setiap melangkahkan kakinya, seluruh mata orang disekitarnya selalu menatap dengan keheranan.

Mereka bukan melihat Kuro karena dia satu satunya murid Kuryuu Academy berperingkat F. Meskipun ranking itu membuatnya terkenal, bukan berarti dia menjadi selebriti dadakan. Mereka hanya tahu kalau Kuro salah satu murid Kuryuu dari seragam sekolah yang Kuro pakai.

Sebuah seragam berwarna hitam yang dibuat khusus agar mampu mengurangi efek dari serangan sihir. Memang seragam sekolah sangat nyaman, tapi Kuro tak terlalu peduli. Asalkan dia bisa mudah bergerak, itu sudah cukup.

Lalu apa yang mereka lihat? Mereka semua melihat benda yang berada di tangan kiri Kuro. Pedang bersarung hitam dengan rantai dan lonceng emas kecil yang menghiasi gagang pedang.

Dari luar bisa terlihat itu adalah pedang yang indah dan mahal. Namun bukan karena itu pedang Kuro menjadi pusat perhatian. Pedang dengan jenis katana merupakan pedang langka dan jarang ada yang menggunakannya, jadi di mata orang lain, Kuro merupakan eksistensi unik.

"......akhirnya ketemu juga..."

Kuro berhenti di depan sebuah toko yang menjual berbagai senjata, alias pandai besi. Dia merasa lega karena dia menemukan apa yang dia cari.

Dengan perlahan dia memasuki toko yang dalam kondisi terbuka.

Kuro merasa takjub dan sekaligus kagum saat melihat isi toko. Berbagai senjata terpasang dan dipajang di toko agar pelanggan mudah memilih senjata yamg mereka inginkan, tapi-

Dia tak menemukan seorangpun di toko.

"....permisi.... apakah ada orang?"

Tak ada jawaban untuk beberapa saat, tapi dia mendengar suara lirih dari bagian dalam toko.

"...tunggu sebentar ya...!"

Kuro cukup merasa terkejut karena yang menjawab adalah seorang perempuan.

".........."

Sambil menunggu, Kuro memutuskan untuk melihat lihat senjata yang dipajang di toko.

"......hhmm?"

Kuro menemukan senjata yang menjadi favoritnya. Sebuah pisau kecil dan runcing yang mirip sebuah jarum. Meskipun kecil, pisau itu cukup berguna untuk melakukan serangan kejutan dan membunuh dari jauh.

"Apa kau tertarik dengan pisau kecil itu?"

"....!"

Sebuah suara perempuan terdengar. Dia menoleh ke arah suara itu dan melihat sesosok gadis berambut hijau berpakaian yang penuh dengan noda hitam. Noda itu bahkan mengotori wajahnya. Meskipun begitu, Kuro tahu gadis itu cantik. Dari penampilannya, Kuro juga dapat mengetahui kalau gadis itu seumuran dengan dirinya.

"Ahh.. maaf. Namaku Fila Ariant, putri pemilik toko ini. Apakah ada yang bisa kubantu?"

Perlahan lahan Kuro berjalan dan mendekat. Dia bermaksud menyampaikan tujuan dia ke toko ini.

"....aku ingin tahu apakah toko ini menjual Titran Stone?"

"Titran Stone?"

Fila menunjukkan ekspresi terkejut. Bukan karena dia tak mengerti maksud Kuro, namun dia terkejut pemuda itu mengetahui benda semacam itu.

Titran Stone merupakan batu yang digunakan untuk mengasah senjata, tapi Titran Stone biasanya digunakan hanya kepada senjata yang berbahan sangat keras, dan karena Titran Stone cukup langka, maka sulit untuk menemukan toko yang menjual Titran Stone.

Toko ini adalah satu satunya harapan dan toko senjata terakhir yang Kuro ketahui di kota Areshia.

"Ya." Kuro mengangguk. "Aku ingin membeli Titran Stone untuk merawat pedangku. Apakah toko ini menjualnya?"

"Pedang?"

Fila langsung melihat pedang yang berada di tangan Kuro.

Sebuah pedang yang belum pernah lihat karena itulah dia langsung menunjukkan wajah tertarik dan penasaran.

"Bolehkan aku melihatnya?"

"Ah... silahkan, tapi pedang ini berat!"

"Ha ha, apa kau bercanda. Aku ini seseorang yang sering memegang palu, jadi kau jangan meremehkan kemampuanku...Etto.."

"Namaku, Kuro Kagami. Panggil saja Kuro."

"Jadi, apakah.. Kuro bersedia..."

Karena mata Fila berkca kaca, Kuro tak tega menolak.

"Baiklah aku sudah memperingatkanmu!"

Kuro tersenyum kecil dan memberikan pedang (katana) kepada Fila.

Wajah senang tak dapat disembunyikan Fila saat menerima pedang dari Kuro dan-

"!!"

Tangan Fila hampir menggebrak meja kayu saat menerima pedang yang lebih berat dari yang dia perkirakan, yaitu sekitar 10 kg.

"Kau tidak apa apa?"

"Fuuh... aku tidak apa apa, aku hanya terkejut, ...kau cukup memanggilku Fila saja. Umm.. Kuro bolehkah aku...?"

Mengerti apa yang diinginkan Fila, Kuro mengangguk.

"Boleh saja, tapi hati hati-"

"Karena tajam kan? Haha, aku tahu itu, lagipula apa ada pedang yang tidak tajam?"

Fila tersenyum dan begitu pula dengan Kuro. Dia tak menyangka akan cepat akrab dengan gadis yang dia temui.

Ziiiiiiiiiiinng...

Fila menarik pedang dari sarungnya seperti sudah terbiasa memegang pedang. Suara lonceng terdengar merdu seolah menyambut Fila.

Dan setelah melihat wujud asli pedang Kuro, Fila tak punya pilihan selain terkejut karena pedang itu sungguh tak biasa.

"... ini pedang yang indah. Ini baru pertama kalinya aku melihat pedang putih seperti ini, dan aku tak menyangka pedang setipis ini begitu berat, apakah karena bahannya?"

Kuro mengangguk.

"Ya, begitulah. Kau pasti tahu bahwa bahan yang digunakan untuk membuat "Lic" bukanlah sebuah logam biasa."

(Pedang putih... kah... Aku tak menyangka bisa melihatnya dengan mataku sendiri.)

Sambil memikirkan itu, Fila melihat dengan teliti pedang yang indah, namun tak terlihat spesial selain berat dan tajam.

"....Lic? Apakah itu nama pedangmu? Hahaha, dia pedang yang cantik."

"Aku setuju He he"

"Tapi jenis logam apa yang digunakan? Ini bukan Magilium-kan? Jujur, aku baru pertama kalinya melihat logam berwarna putih seperti ini...hmmmm?"

Magilium merupakan jenis logam yang sering digunakan dalam senjata sihir. Selain 2 kali lebih kuat dari baja, logam ini memiliki kemampuan untuk menyalurkan "mana", karena itu Magilium juga disebut logam sihir.

"Aku juga kurang tau, tapi kudengar logam ini disebut Shirium, logam ini berasal dari meteor yang jatuh, karena itulah wajar kau belum pernah melihatnya."

Mendengar penjelasan Kuro, Fila tersenyum karena pengetahuan tentang logam bertambah lagi.

"Jadi bagaimana, apakah disini ada Tritan Stone?"

Kembali ke topik.

"Ohh maaf. Aku lupa, dan ini ku kembalikan pacarmu(pedang)."

Setelah menyarungkan pedang, Fila menyerahkan kembali "Lic" kepada Kuro.

"Hmmmmm.... Kami memang menjual Titran Stone, tapi apa kau sungguh membutuhkannya? Meskipun aku hanya melihat sebentar, aku tahu kalau "Lic" masih dalam kondisi sempurna dan belum ada goresan sedikitpun. Lagipula aku tak yakin Titran stone dapat mengasah pedangmu itu?"

Sebagai seorang anak dari pandai besi yang sudah berpengalaman karena sudah melihat berbagai jenis logam dan senjata, Fila tahu hanya dengan sekali lihat saja untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sebuah senjata.

Tentu bisa jadi Kuro belum pernah menggunakannya, jadi pedang itu belum mengalami goresan sekecilpun.

"Aku tahu itu, tapi aku tetap ingin membelinya"

"Kenapa?"

"Aku tetap ingin membelinya karena aku membutuhkannya untuk mengasah senjataku yang lain."

"Senjata yang lain? Bukankah kau seorang Contractor yang tak terlalu membutuhkan banyak senjata? Kau benar benar menarik, ini baru pertama kalinya aku melihat seorang Contractor yang mengunakan senjata lebih dari satu."

Berbeda dengan penyihir bertipe User yang bisa menciptakan senjata sihir sebagai perwujudan sihir, seorang penyihir bertipe Contractor dapat menciptakan binatang/monster [Magic Beast] sebagai perwujudan sihir, karena itulah seorang Contractor biasanya menggunakan senjata yang terbuat dari Magilium. Tapi Contractor biasanya hanya menggunakan satu jenis senjata atau bahkan tak perlu menggunakan senjata apapun.

Karena itulah saat mendengar perkataan Kuro tentang memiliki senjata lain, itu bagaikan sebuah lelucon yang sangat lucu bagi Fila.

"Terima kasih atas pujiannya, tapi akan kuberitahu satu hal mengenai alasan kenapa aku memiliki banyak senjata."

"........."

"...hal itu karena aku bukanlah seorang penyihir."

".............eh?"

🔷🔹🔷

"Apa kau bilang? Bukan seorang penyihir? Berhentilah melucu, kau membuat perutku sakit hahaha..."

Reaksi inilah yang selalu Kuro lihat saat menceritakan kenyataan tentang dirinya.

Bukan penyihir yang bersekolah di sekolah sihir.

"Ya, aku senang bisa membuatmu tertawa. Kau lebih manis saat seperti itu..."

".....huh..?... hey jangan berkata yang tidak tidak. Moou..."

Fila benar benar manis saat bertingkah seperti itu. Meskipun ada bagian hitam di wajahnya, namun itu tak mengurangi pesonanya.

Karena itulah Kuro memberikan pujian tulus dari lubuk hatinya yang terdalam.

"...oh iya, dimana Titran Stonenya?"

Kuro bukannya merusak suasana, hanya saja dia tak mau atmosfer menjadi aneh dan seolah melupakan tujuan mereka.

"....tunggu sebentar. Aku akan mengambilnya di tempat penyimpanan. Kau beruntung kami masih punya satu."

"Baiklah."

Fila tergesa gesa pergi ke belakang dan tak terlihat lagi. Tetapi setelah lima menit menunggu, Fila tak datang juga.

"(Ayah, dimana kau meletakkan Titran Stonenya? Ada seorang pelanggan yang ingin membelinya)."

Meskipun suara Fila tak terlalu keras, namun Kuro dapat mendengar dengan jelas.

"(Hah? Titran Stone? Maksudmu ini? Aku baru saja menggunakannya untuk mengasah senjata pesanan)."

"(APA AYAH BODOH??? Bukankah ada batu lain yang bisa digunakan untuk mengasah senjata?)."

"(Fila, Maafkan atas kebodohan ayahmu ini, tapi ayah tak punya pilihan lain karena pedang ini hanya bisa diasah dengan Titran Stone)."

"(lalu apa yang harus kukatakan? Aku sudah terlanjur bilang kalau kita menjualnya)."

"(........ah ayah akan menjelaskan langsung kepadanya. Yang terpenting maafkan kesalahan ayahmu ini...)"

Apa apaan itu?

Kuro hanya bisa tertawa pahit saat mendengar pembicaraan antara ayah dan anak itu.

Sebuah hubungan yang harmonis antara ayah dan anak, tidak, entah mengapa lebih cocok ibu dan anak nakal.

"....?"

Kuro mendengar suara langkah kaki yang berasal dari bagian dalam toko. Tak hanya satu, tapi dua orang yang datang.

Kuro bisa menebak kalau ayah Fila dan Fila datang menemui dirinya, tentu saja Kuro sudah tahu apa yang ingin mereka sampaikan.

"Aahh.. jadi kau pemuda yang ingin membeli Titran Stone itu ya?"

Seorang pria besar dan kekar datang dari dalam ruangan bagian dalam. Pria itu memiliki bekas luka di bagian tubuh dan kedua lengannya.

Itu sungguh mengejutkan.

Awalnya Kuro mengira ayah Fila lebih kurus dan terlihat lebih ramah, tapi ayah Fila benar benar .......menakutkan.

Meskipun pandai besi dikenal sebagai pekerjaan yang membutuhkan tenaga, namun ayah Fila berada di level yang berbeda. Dengan sekali lihat, Kuro mengetahui hal itu.

"Y-ya begitulah..."

Fila kemudian muncul dari balik ayahnya yang besar.

"... maafkan aku Kuro, aku sama sekali tak menyangka Titran Stone terakhir kami telah dipakai oleh ayahku untuk mengasah pesanan. Aku sungguh menyesal."

Dia tahu itu, dan dia tahu itu bukanlah kesalahan Fila, tapi kesalahan ayahnya.

Dasar orang tua sialan.

"Tidak apa, lagipula sebenarnya aku tak terlalu membutuhkannya he he.."

Meskipun berkata seperti itu, Kuro menunjukkan wajah sedih yang membuat Fila dan ayahnya semakin merasa bersalah.

"AKU BENAR BENAR MINTA MAAF!!"

Ayah Fila membungkuk sebagai tanda menyesal. Sangat menyesal, tapi apa yang dimaksud tidak terlalu membutuhkannya?

Di saat itulah ayah Fila melihat pedang yang ada di tangan Kuro.

"Ayah, kau tahu itu tidaklah cukup kan? Cepat berlutut dan jilat sepatu Kuro!!"

"HIIIIIIII, baiklah akan kulakukan!!"

"HOOOIII.."

Kenapa dia harus terjebak di situasi menggelikan ini?

Dan yang lebih menggelikan, Ayah Fila langsung saja menuruti perkataan anak kesayangannya itu.

"Sudah paman, kau tak perlu melakukannya, dan Fila kenapa kau tega sekali menyuruh ayahmu menjilati sepatuku? Jujur saja aku tidak mau seorang pria tua jelek menjilat sepatuku...Oppppss.."

Oh tidak.... Sekarang dia justru membuat masalah baru.

"....haaahhh... DASAR BOCAH KEPARAT!!! JANGAN KAU PIKIR AKU MAU MENJILATI SEPATU MURAHANMU ITU. DASAR BOCAH KURANG AJAR!!"

"DIAM KAU PRIA TUA, APA KAU MAU KUBUNUH? SINI CEPAT MAJU!! KAU AKAN KUPOTONG HINGGA SERATUS BAGIAN!!"

Kuro sudah menarik pedangnya dan bersiap mengarahkan ujungnya kepada ayah Fila.

Ini adalah pertama kalinya dia bertengkar karena alasan sepele. Tapi, ayah Fila juga tak mau kalah dan mengambil kapak besar yang dipajang di toko.

"Bocah sialan, akulah yang akan memotongmu menjadi seratus bagian."

"Jangan bercanda pak tua, sebaiknya kau menyerah agar Fila tak perlu repot menguburmu."

"hahaha lucu sekali, ...mungkin aku sudah lama tak bertarung, tapi aku dulu adalah adalah seorang jendral, jadi bersiaplah untuk menerima kematianmu dan belajarlah sopan santun... di neraka!!"

"Kaulah yang akan masuk neraka, pak tua!"

Mereka berdua tersenyum satu sama lain.

Kini toko itu berubah menjadi medan pertempuran antara dua laki laki bodoh.

"Haaaaaaaaa!!!!"

"Terima kematianmu bocah sialan!!"

Mereka melangkah maju bersamaan dan mereka saling beradu senjata yang membuat suara logam berbenturan dan percikan orange.

Tapi, ada satu hal yang mereka lupakan.

"KALIAN BERDUA CEPAT BERHENTI!!"

"?...Gu gahh!!!!!"

"Uggh!"

Ya. Mereka lupa tentang keberadaan orang ketiga di toko itu, yaitu Fila.

Dia sangat marah. Marah besar. Bahkan Kuro melihat iblis yang seolah olah merasuki Fila.

Dia bahkan sanggup menghentikan mereka yang sedang bertarung dengan memukul mereka berdua dan membuat mereka terbang membentur lantai sejauh dua meter.

Sungguh kecepatan dan kekuatan yang luar biasa untuk seorang gadis. Kuro sekarang mengerti kenapa ayahnya begitu takut terhadap Fila.

Kraaak kraaaakk!

Suara itu berasal dari tangan Fila yang bersiap siap menghajar mereka lagi.

"APA KALIAN MASIH MAU BERTENGKAR HUHH??"

""MAAFKAN KAMI, KAMI SUNGGUH MENYESAL!""

Kuro dan ayah Fila langsung meletakkan senjata mereka di lantai dan berlutut. Mereka bagai seorang anak yang dimarahi oleh ibunya.

Mereka tahu saat ini mereka tak akan menang melawan Fila yang sedang marah.

"Baiklah, sekarang mari kita bicarakan tentang bagaimana menyelesaikan masalah tentang Titran Stone."

Fila sekarang tersenyum bagai seorang malaikat. Itu sungguh melegakan.

Tampaknya amarah Fila sudah mereda, tapi itu menjadi catatan Kuro untuk tidak membuat Fila marah.

Kuro berdiri dan menyarungkan pedangnya, sementara ayah Fila tetap membawa kapaknya yang sudah terpotong.

Mereka kembali ke topik pembicaraan.

"Hoi bocah sialan, kau memiliki pedang yang luar biasa, tapi teknik pedangmu tak kalah luar biasa."

"Apa maksud ayah?"

Ayah Fila kemudian menunjukkan kapak yang sudah terpotong itu di depan Fila.

Dia cukup terkejut ketika melihat kapak itu terpotong dengan sangat rapi.

"Ya. Tak hanya kuat, tapi bocah sialan itu memotong kapakku dengan sangat cepat. Aku bahkan baru menyadarinya setelah aku mengangkat kapakku dari lantai, tapi yang membuatku heran, kapakku adalah kapak yang terbuat dari Magilium murni, jadi seharusnya pedang biasa tak mudah memotongnya meskipun terbuat dari bahan khusus, hei...bocah pedangmu sebenarnya terbuat dari apa?"

Mereka berdua kini menatap ke arah Kuro dengan tatapan penasaran, tapi kenapa Fila juga harus menatapnya? Bukankah dia sudah menjelaskannya tentang pedang miliknya?

"Paman bisa bertanya hal itu kepada Fila nanti, yang terpenting bagaimana dengan Titran Stonenya?! Seperti yang kubilang tadi sebenarnya aku tak terlalu membutuhkannya, karena itu aku ingin membeli batu yang mempunyai fungsi yang sama dengan Titran Stone, disini ada kan?"

Mendengar perkataan Kuro, Fila dan ayahnya tiba tiba memasang wajah bingung. Mereka bahkan berkeringat dingin.

"...Kuro, sebenarnya batu yang memiliki fungsi yang hampir sama dengan Titran Stone juga sudah habis, mungkin itulah alasan kenapa ayah menggunakan Titran Stone?"

"Heh?"

Ayah Fila juga mengangguk.

"Hei bocah, apakah senjatamu yang terbuat dari bahan khusus seperti pedangmu sehingga membutuhkan Titran Stone untuk mengasahnya?"

"Tidak, hanya terbuat dari logam biasa, tapi alasan sebenarnya aku membeli Titran Stone karena batu itu lebih kuat dan lebih awet."

Dan Titran Stone memiliki bentuk yang lebih kecil dan ringan, selain itu dapat mengasah Magilium dengan mudah, tapi Kuro tak perlu menjelaskannya karena mereka berdua pasti sudah tahu.

"Begitu rupanya. Aku mengerti, akan lebih baik jika memiliki satu benda yang mempunyai banyak fungsi daripada banyak benda yang mempunyai satu fungsi. Haahh.. kau benar benar bocah sialan, tapi aku menyukainya, karena itu akan kuberi tahu tempat dimana kau bisa mendapat Titran Stone."

"Benarkah itu?, Tapi aku sudah mengunjungi semua toko di kota Areshia dan aku kesini karena mereka bilang hanya toko ini yang menjual Titran Stone."

"Tidak. Kau belum mengunjungi semua toko. Dengar, ada satu toko yang menjual Titran Stone di Sirei mall."

"Eh?"

"Ya, Sirei mall, tapi kau hanya bisa mendapatkannya jika Fila atau aku bersamamu. Jadi Fila kau sudah tahu apa yang harus kau lalukan kan?"

Fila mengangguk dan tersenyum.

"Tentu saja ayah. Lagipula kita juga sudah kehabisan stok. Anggap saja ini adalah pelayanan spesial dari kami dan sekaligus permintaan maaf. Kau bersedia menemaniku kan, Kuro...?"

".....aahha..tentu saja."

Dia bukannya tak mau, namun tak bisa menolak.

Dan begitulah alasan Kuro pergi Sirei mall, tentu saja bersama dengan Fila.

3. Shopping

400 tahun berlalu sejak berakhirnya Light War. Sebuah perang terbesar dan paling terlama dalam sejarah. Sebuah perang yang terjadi antara penyihir dan Demon King.

Kebaikan melawan kejahatan. Dan kebaikanlah yang selalu menang, tapi-

Apakah itu benar benar sebuah kemenangan?

Pada saat itu, jumlah penyihir tidaklah sebanyak di masa sekarang. Dulu penyihir adalah sebuah eksistensi langka yang menjadi sebuah penentu kekuatan suatu negara.

Sebelum Demon King muncul dan mengacau dunia, peperangan terjadi antara negara untuk merebutkan tanah di benua Orladist, tapi saat Demon King muncul, peperangan berhenti dan seluruh dunia bersatu untuk menghentikan Demon King.

Bukanlah itu yang dinamakan kemenangan yang sesungguhnya?

Pada saat ini tak hanya jumlah penyihir yang semakin banyak, tapi perkembangan teknologi yang menggunakan sihir [Magitec] juga semakin maju dan berkembang. Bahkan orang biasapun dapat menggunakan sihir sederhana menggunakan bantuan benda sihir. Tentu saja mereka hanya mampu menggunakan sihir berperingkat F.

Hal ini merupakan pengetahuan umum yang kini hanya menjadi sejarah dan kisah dongeng untuk anak kecil agar tak melupakan eksistensi paling berbahaya yang pernah tercatat dalam buku sejarah.

🔹🔷🔷🔹

Kuro pergi ke Sirei Mall bersama dengan Fila yang terlihat manis dan cantik saat mengenakan pakaian putih yang dihiasi pita warna pink. Sulit membayangkan dia berubah drastis hanya dengan berganti pakaian saja.

Dari jauh mereka mungkin terlihat seperti pasangan serasi yang sedang berkencan, namun tentu semua itu salah.

"Huuuhh.. tempat ini sungguh luar biasa.."

"Ku ku ku. Apakah ini baru pertama kalinya kau memasuki sebuah mall?"

Sirei mall. Satu satunya toko terbesar di kota Areshia. Tak ada saingan membuat bisnis menjadi berkembang dengan pesat.

Lampu yang terbuat dari benda sihir menghiasi seluruh tempat dan membuat pemandangan begitu indah. Apalagi dengan hologram yang terbang kesana kemari seperti hantu yang bisa menembus pengunjung. Meskipun itu bagian dari hiburan, itu cukup menyeramkan.

Sirei mall terdiri dari 6 lantai. 4 lantai diatas dan dua lantai di bawah tanah. 3 lantai pertama adalah tempat yang menjual berbagai benda sihir, sementara 3 lantai atas adalah tempat untuk menjual barang kebutuhan sehari hari.

Dengan kata lain jika ingin membeli Titran Stone, maka mereka berdua seharusnya pergi ke lantai bawah tanah, tapi saat ini mereka sedang berjalan di lantai dua.

Di lantai 2 ini dipenuhi oleh toko yang menjual berbagai makanan dan kebutuhan sehari hari. Di salah satu toko itulah mereka sedang mengobrol ditemani oleh dua cangkir kopi.

"Ya kurang lebih begitu, selama ini aku tinggal di desa yang berada di tengah hutan Rukia. Dan meskipun ke kota, aku hanya singgah sementara tanpa ada waktu berkunjung ke tempat seperti ini."

"Hutan Rukia? Bukankah itu tempat yang paling berbahaya di kekaisaran?"

Kuro mengangguk.

Selain dihuni oleh monster ganas dan kuat, namun wilayah hutan yang tak bisa ditebak membuat penyihir kuat sulit bertahan. Bahkan ada rumor kalau hutan itu dihuni oleh Demon yang dulunya anak buah Demon King. Sampai sekarang tak ada yang mencoba untuk menjelajahi wilayah itu.

"..... dulu hampir setiap hari kami diserang monster, dan sudah menjadi tugasku untuk menghadapi para monster yang menyerang desa. Tapi karena banyak hal, maka aku datang ke kota ini."

"Ngg... dulu? Maksudmu sekarang kau tak melakukannya lagi?"

"Ya. Semua itu berkat Ania, Ruoka, dan Charllote. Mereka bertigalah yang membantu kami untuk mengusir para monster yang akan menyerang desa."

"Heeehh.. jadi itulah alasan kenapa kau begitu kuat meskipun Kuro bukan seorang penyihir, tapi aku yakin mereka bertiga juga kuat karena mampu melindungi desa dari para monster."

"Ha ha, jadi kau sekarang percaya kalau aku bukan seorang penyihir?"

"Ya. Aku percaya setelah kau bertarung melawan ayahku. Kau tahu kan apa yang membedakan penyihir dengan orang biasa? Mana atau energi sihir. Seorang penyihir memiliki mana dan orang biasa tidak memilikinya, dan karena mana sudah dimiliki sejak lahir, maka seorang penyihir akan menggunakan mana di setiap mereka melakukan sesuatu. Bahkan di saat mereka berjalan, seorang penyihir akan mengggunakan mana meskipun dalam jumlah yang sangat kecil."

Itu adalah pengetahuan umum yang sudah diketahui banyak orang. Kuro tak ingin membantahnya, tapi juga tak ingin mengiyakan.

".....hoooo... Fila mengetahui hal ini karena seorang penyihir kan?"

Tentu itu hanya tebakan, namun dari sikap dan tingkah laku, kenyataan Fila merupakan  penyihir bukanlah hal mengejutkan.

Fila hanya tersenyum. Dia tak berniat untuk menyembunyikan fakta bahwa dia seorang penyihir. Tapi bukankah seorang penyihir wajib bersekolah di sekolah sihir?

Awalnya Kuro berniat menanyakan itu, tapi dia merasa kalau ada alasan tertentu sehingga membuat Fila tidak bersekolah.

Kuro ingat kalau ayah Fila pernah berkata kalau dulu dia adalah seorang jendral, apakah itu ada hubungannya?

"Baiklah, kurasa kita sebaiknya pergi ke lantai atas."

"Lantai atas? Bukankah lantai 3 dan 4 hanya berisi toko pakaian?"

"Syukurlah kau mengerti. Aku ingin belanja pakaian dulu sebelum membeli Titran Stone. Yah karena aku sudah lama tak berkunjung kesini, maka tak ada salahnya untuk sekalian belanja kan?"

"Ha ha dasar wanita."

"Terima kasih atas pengertiaannya."

Fila tersenyum karena senang saat mengetahui kalau Kuro mau menemaninya, tidak, tepatnya terpaksa menemani karena dia tak bisa membeli Titran Stone sendirian, tapi Fila merasa kalau Kuro tak keberatan menemani dirinya.

Setelah membayar tagihan, mereka berdua berjalan menuju tangga yang menghubungkan lantai 3. Meskipun sebenarnya ada lift, namun mereka memilih berjalan sekalian untuk melihat lihat.

Sesampainya di lantai 3, seperti sebelumnya mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung. Meskipun pengunjung juga penasaran dengan pedang yang dibawa Kuro, namun kali ini Fila-lah yang menjadi pusat perhatian.

Dengan wajah cantik bagai seorang peri, dia menarik hati setiap pengunjung di Sirei mall, terutama lelaki yang mengunjungi mall, tapi karena mereka mengira Kuro adalah pacar Fila, maka tak ada yang berani menggoda Fila.

Tak ada yang menyalahkan hal ini. Dengan gaun one piece berwarna putih serasi dengan rambutnya. Lalu ditambah dengan lekuk tubuh yang sempurna, maka tak salah jika Fila dikategorikan gadis kelas satu.

(Ini sungguh memalukan. Ayah ini, kenapa aku disuruh berpakaian seperti ini? Dan kenapa tiba tiba aku juga disuruh belanja pakaian?)

Ya. Alasan kenapa Fila berdandan sangat cantik bukanlah atas kemauannya sendiri. Ayahnyalah yang memaksanya, tapi entah mengapa ini tak terlalu buruk.

(Tapi kurasa tak ada salahnya menjadi gadis normal untuk sehari.)

Meskipun cukup repot bersiap, tapi Kuro yang mau menunggu adalah bukti kalau dia seorang lelaki yang lembut.

Di saat itulah dia melirik ke arah Kuro yang berjalan di sampingnya. Wajahnya yang tampan dan terlihat acuh, entah mengapa membuat jantung Fila berdebar debar, bahkan wajahnya memerah tanpa dia sadari.

Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Fila sudah merasa tertarik dengan Kuro. Mungkin inilah yang dimaksud sebagai karisma.

"?"

Entah mengapa Fila merasa sejak tadi Kuro sedang melirik kesana kemari seperti sedang mencari sesuatu.

Di lantai ini semuanya berisi toko pakaian model terbaru dan karena saat ini musim panas, maka pakaian didominasi oleh baju yang berbahan tipis dan ringan.

"Kuro...?"

" ..ahhh maaf. Aku hanya merasa kalau suasana mall ini sedikit aneh. Sejak tadi aku banyak melihat orang berpakaian tertutup dan memiliki simbol aneh di pakaian mereka."

"Mm?"

Setelah mendengar itu, Fila melihat ke pengunjung mall yang ada di sekitar mereka.

Kuro mengatakan yang sebenarnya, jika diperhatikan dengan baik, ada beberapa orang yang berpakaian sangat rapat hingga menutupi seluruh bagian tubuh mereka, dan di pakaian mereka ada sebuah simbol lingkaran kecil bergambar gagak merah.

Dengan merasakan mana, Fila mengetahui mereka bukanlah seorang penyihir.

"Mungkin mereka hanyalah kelompok organisasi tertentu yang sedang berkumpul di mall ini. Kau tahu kan kelompok semacam itu cukup banyak. Karena mereka bukan penyihir, jadi aku ragu kalau mereka akan berbuat aneh."

"....Kuharap juga begitu."

"Haha, kurasa kau hanya terlalu berhati hati. Lagipula di mall ini ada 10 Knight yang berjaga di masing masing lantai, jadi kau tak usah kuatir!"

Knight adalah penyihir yang menjaga ketentraman dan keamanan di kota Areshia dan seluruh kota lain di kekaisaran. Knight berpakaian armor ringan yang membuat mereka mudah dibedakan dengan orang biasa.

Selama di mall ini, Kuro pernah melihat 16 Knight yang sedang berpatroli untuk menjaga keamanan.

Membawa senjata dan menggunakan sihir memang tak dilarang di kota ini, tapi jika menggunakan sihir tanpa alasan yang jelas atau menggunakan sihir untuk kejahatan, seorang penyihir dapat langsung dihukum mati di tempat, karena itulah anggota Knight adalah penyihir berperingkat B keatas.

"Baiklah, kurasa aku terlalu berlebihan memikirkannya, tapi tak ada salahnya untuk berhati hati kan?"

"Ya, kau ada benarnya, ahhh kita sudah sampai di toko yang akan kita masuki."

"..........."

Mereka berdua berhenti di sebuah toko yang menjual gaun untuk pesta. Meskipun Kuro tak terlalu mengerti kenapa Fila memasuki toko semacam ini, namun Kuro tahu kalau pakaian di toko ini semuanya mahal.

"Kuro, apakah ada yang kau suka?"

"Tidak, sayang sekali aku sama sekali tak tertarik dengan pakaian semacam ini."

"Ummm, apakah karena kau berasal dari desa?"

"Kurang lebih begitu."

"Begitu rupanya, tapi kau harus tetap membeli satu pakaian pesta!"

Mendengar itu, Kuro tak mengerti maksud perkataan Fila.

".......?"

"Dengar, sekarang kau adalah murid Kuryuu Academy, dengan kata lain kau pasti akan menghadiri banyak pesta. Apa kau tak tahu itu?"

Tidak. Dia tidak tahu dan tidak peduli. Dia sama sekali tak tertarik dengan semacam pesta, tapi jika diingat ingat, dia memang disuruh untuk membeli pakaian.

"Huh, jadi pakaian yang dimaksud nenek ****** itu adalah pakaian pesta, ... sampai kapan dia mau memaksaku melakukan sesuatu yang kubenci.."

"Nenek ******?"

"Ya. Kepala sekolah, kau tahu, dialah yang memaksaku bersekolah di sana dan menyuruh untuk membeli pakaian, tapi aku baru tahu kalau yang dimaksud nenek ****** itu adalah pakaian pesta."

"Haha, kau memanggil salah satu dari 5 Paladin di kekaisaran ini dengan sebutan nenek ******? Yah itu ada benarnya mengingat dia sudah berusia 60 tahun tapi berpenampilan 17 tahun, tapi aku yakin hanya kau saja yang berani memanggilnya nenek ******."

Keduanya tertawa kecil.

"Oh iya, aku tahu aku perlu pakaian pesta, tapi kenapa kau juga harus membeli pakaian pesta? Apakah itu ada hubungannya dengan ayahmu yang seorang mantan jendral?"

Di kekaisaran ini, seorang yang berpangkat tinggi di militer juga merupakan seorang bangsawan. Jadi meskipun sudah pensiun, Kuro yakin kalau Fila sebenarnya seorang bangsawan.

Dan jika ayah Fila seorang jendral, maka ayah Fila adalah seorang penyihir berperingkat tinggi SSS atau Master, tapi Kuro belum tahu kenapa mantan jendral bekerja sebagai tukang besi.

Selain itu, jika dugaannya benar, Fila juga penyihir beperingkat tinggi, namun tampaknya Fila tak ingin dia mengetahui hal itu.

"Ya, kurang lebih begitu. Kau tahu kan beberapa hari lagi putri Riana Levt Vermilisst akan datang ke kota ini, kami diundang ke pesta penyambutan kedatangannya."

"Begitu rupanya."

"Jadi apakah ada pakaian yang Kuro sukai? Toko ini merupakan toko terbaik dan merupakan toko langgananku, jadi aku yakin kita akan mendapatkan pakaian pesta yang bagus, dan jika masalah uang, aku akan bicara agar kau mendapatkan diskon."

Kuro hanya tertawa pahit. Dia tak tahu harus senang atau sedih.

Fakta bahwa Fila adalah seorang bangsawan cukup mengejutkannya, tapi yang membuatnya terkejut adalah fakta bahwa kalau Fila menganggap dia tak memiliki uang.

Sial.

"Hahaha, aku tak ada masalah dengan uang. Lagipula aku punya banyak uang dari pekerjaan sampinganku, tapi seperti yang kubilang tadi, aku sama sekali tak tertarik dengan semacam pakaian pesta."

"Maksudmu koleksi pakaian disini tidak ada yang cocok? Jangan kawatir, di toko ini kita bisa memesan kok, ....permisi, kami ingin memesan pakaian, bisakah kau panggilkan tuan Sellena?"

Fila berteriak dan menyuruh seorang penjaga toko untuk memanggil pemilik toko.

"Hoi, sudah kubilang aku ti-"

"Jangan kuatir, anggap saja ini hadiah dariku."

Fila tersenyum. Dia terlihat sangat manis, tapi ketika pendapatnya tak didengar, Kuro merasa sedikit jengkel, tapi tak apalah, tapi entah mengapa dia mendapat firasat buruk ketika mengingat nama pemilik toko.

Tuan Sellena.

Jangan bilang kalau dia......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!