NovelToon NovelToon

DEMI KAMU,NAK

Pertemuan

Namanya Viela, wanita yang masih berumur dua puluh dua tahun. Panggilan akrabnya adalah Vie.

Kilas balik, dua tahun yang lalu Vie mengalami peristiwa yang mengguncang jiwanya.

Di lokasi tempat dia bekerja,Vie dirudapaksa oleh atasannya. Diancam dan terbungkam dalam waktu yang tidak singkat. Perlahan alam pun menyingkap kejadian itu,Namun sayang posisi Vie lah yang di pandang rendah dan disalahkan oleh keluarganya sendiri dan warga yang disana.

Vie yang mengalami tekanan bertubi-tubi tak tahu harus bagaimana lagi.

Sang istri atasannya juga berkoar-koar di dunia maya menyebut Vie sebagai perebut suami orang. Tak ada keadilan yang Vie dapatkan. Semua memuaskan emosinya pada Vie. Tak sedikitpun diantara mereka yang percaya pada Vie.

Dengan status Vie belum menikah/masih sendiri, tentu di perkampungan,posisi Vie adalah yang paling salah dimata orang.

Keluarga melarang Vie untuk melapor kepada polisi, bukti-bukti tindakan pria itu yang menyimpang dimusnahkan oleh keluarga Vie sendiri.

Hingga jalan pintas pun diarahkan pada Vie.

Vie dikirim ke tempat yang sangat jauh.

Seseorang membawa Vie ke pedesaan pelosok. Jauh dari jalan besar. Belum ada jalan aspal disana. Pedesaan yang di kelilingi sawah yang begitu luas.

Di setiap pinggir jalan tertanam pohon pinus yang terlihat sudah berumur namun masih kokoh berdiri menantang langit.

Posisi Vie yang menumpang dirumah orang, membuatnya turun ke sawah dan mengurus ternak yang empunya rumah. Setiap harinya tak lepas dari kegiatan bertempur dengan lumpur dan kotoran hewan. Dengan kesibukan dan kelelahan di setiap harinya, tak mampu menepis kegelisahan dalam diri Vie.

Posisi Vie yang bekerja keras namun tak pernah mendapat gaji, ditambah lagi makan pun tidak pada waktunya. Kadang hanya makan satu kali sehari, padahal pekerjaan setiap harinya bukanlah pekerjaan ringan. Niat untuk keluar dari tempat itu bukan hal yang mudah. Lagi-lagi dia masih dipantau kuat. Serasa dipenjara tanpa jeruji besi. Dalam diri Vie berjanji,selepas berhasil keluar dari tempat itu, ia berjanji akan bertanggung jawab pada tubuh dan jiwanya. Ia berjanji akan memberikan dirinya makanan yang layak dan tepat pada jamnya.

Hingga satu tahun kemudian,dengan alasan pulang kampung untuk bertahun baru dengan keluarga, akhirnya Vie berhasil keluar dari sana.

Namun,sialnya keluar pun masih saja dalam pengawasan si Gundo. Hmm Gundo, seorang perempuan berusia sekitar tiga puluh tahunan,janda.

Gundo, Vie sering memanggilnya sebagai kakak, dia adalah anak dari paman kandung Vie dari pihak mama.

Singkatnya,Vie dan Gundo jadinya pulang ke kampung halaman. Takut-takut sebenarnya Vie, Pikirannya sudah dipenuhi pikiran negatif. Bayang-bayang orang menghakimi dirinya muncul dalam pikiran.

Namun,Gundo memaksanya untuk tak terlalu kentara takut begitu. Dengan yakinnya Gundo berucap akan menghadapi siapapun yang berani mencari masalah pada Vie.

Ucapan itu sedikit berpengaruh,namun tak membuat Vie merasa tenang.

Sesampainya mereka di kampung. Vie tidak pulang kerumahnya. Dia disuruh tinggal di kontrakan Gundo.

Dengan status dan pergaulan Gundo yang sering mengundang masuk pria hidung belang membuat Vie merasa semakin tak nyaman. Tiap malamnya selalu saja ada pria yang berbeda yang memasuki kontrakan. Setiap malamnya Vie mengurung diri di kamar atas atau di balkon memandang mobil yang hilir lalu lintas. Dia lebih merasa nyaman meninggalkan Gundo dan pria itu diruang bawah, tak berniat bergabung dengan mereka.

Hingga beberapa hari kemudian, Reno datang menyusul mereka. Reno anak laki-laki dari keluarga yang rumahnya sempat ditempati Vie menumpang.

Kedatangan Reno disambut gembira oleh Gundo. Vie dengan masih traumanya akan lelaki tidak begitu senang karena pastinya Reno akan tidur di atap yang sama dengan mereka. Sikap dingin Vie pada Reno lagi-lagi ditegur Gundo. Namun,jika Vie bersikap ramah, lagi-lagi masih juga ditegur. Serba salah Vie di mata Gundo setiap berhadapan dengan Reno.

Pagi hari, sejak kedatangan Reno, mereka sudah disuguhi minuman sereal yang dicampur dengan susu kental manis, terlalu manis di lidah Vie. Dengan memiliki riwayat asam lambung,minuman yang mengandung susu sungguh membuat lambungnya terasa nyeri. Namun,meski Vie sudah memberi tahu Gundo, lagi-lagi dia disuruh menghabiskan secangkir penuh yang disuguhkan oleh Reno.

Suatu hari, Vie harus pergi untuk mengurus berkas pribadinya. Mengetahui Vie yang tidak bisa bawa motor, akhirnya Gundo menyarankan Vie untuk mengurus bersama Reno saja. Hemat ongkos dan akan hemat waktu menurutnya.

Proses pengurusan berkas rupa-rupanya mengalami sedikit kendala,dan disarankan untuk sabar menunggu. Tapi sudah berjam-jam menunggu,pun berkasnya belum selesai diproses. Dengan berat hati mereka pun pulang dengan tak membawa hasil. Vie disarankan untuk datang dua hari lagi untuk hasil yang lebih pasti.

Sesampainya di rumah kontrakan, dengan wajah masam Gundo menanyakan perihal berkas Vie. Dengan jujur Vie menjelaskan keadaan dan kendala yang terjadi hari itu.

Semakin hari, sikap Reno semakin kentara mendekati Vie. Jajanan kue-kuean,buku-buku bacaan, dan minuman ringan, semua yang disukai Vie disediakan oleh Reno.

Gundo jelas tahu apa maksud Reno dengan semua itu, semuanya yang disediakan bukanlah untuknya. Siapapun tahu bahwa Gundo adalah peminum miras dan makanan seafood sebagai pasangannya. Gundo sangat jelas tahu pribadi Reno adalah pribadi liar yang tak mungkin menyentuh buku. Tapi bisa-bisanya semua itu terjadi di depan mata Gundo sendiri. Panas di mata juga panas di hati. Semakin hari sikap dan ucapan Gundo pun semakin menekan Vie.

Dan keesokan harinya konflik yang tak beralasan pun terjadi. Dan Vie memilih untuk pergi dari sana, pulang Ia kerumah orang tuanya. Tak lama Reno malah mengikuti Vie untuk tinggal di rumah orang tua Vie.

Bertahun-tahun Gundo tinggal di kampung halaman desa Reno, bahkan Reno sendiri sudah dia bilang dianggap sebagai anaknya sendiri. Gundo dan keluarga Reno sudah sangat dekat dan bisa dikatakan Gundo adalah menantu dari nenek Reno. Gundo adalah istri dari pamannya,Reno.

Gundo yang melihat tindakan Reno yang menurutnya tindakan kurang ajar karena memihak pada Vie, membuatnya semakin panas hati dan menciptakan fitnah dan dusta mengatas namakan Vie. Hal buruk dan hal yang tidak terjadi pun dituduhkannya pada Vie. Kembali lagi-lah orang-orang menghina Vie dari belakang. Kejadian yang sudah tenggelam berhasil diterbitkan Gundo dengan lebih panas lagi.

Vie yang sadar akan diri dan masa lalunya, menyarankan Reno untuk menjauh dari Vie. Vie tak berniat memasukkan orang lain kedalam masalahnya. Namun,Reno membandel tak mau mendengar ucapan Vie yang sedang mengusirnya. Ditengah mulai memanasnya keadaan, Reno malah mengutarakan perasaan pada Vie. Tak habis pikir dia melihat sikap Reno yang tak melihat keadaan dan kondisi.

Melihat sikap Reno seperti tak menerima penolakan, akhirnya Vie memilih menceritakan rahasia dibalik dirinya yang menutup diri. Semua yang terjadi pada dirinya di masa lalu disebutkannya dengan jelas. Meski dengan suara yang hampir tak sanggup bersuara lagi, namun Vie menjelaskan lagi, meski membuatnya merasa luka didalam diri semakin menganga, setidaknya Reno akan tahu dan akan lebih bijak untuk memilih pergi menjauh darinya.

kukuh

"Aku tak peduli omongan orang lain, aku tetap pada pendirianku. Entah bagaimana masa lalu mu, kamu yang saat ini adalah yang hatiku cintai. Tolong jangan menolakku lagi,Dek!" Reno masih kukuh dengan ucapannya.

"Tapi, bang. Aku masih tak bisa menerimamu begitu saja. Jujur saja belum siap aku memulai hubungan baru. Maaf." Tolak Vie.

Pikir Vie dengan menjelaskan masa lalunya, Reno akan menjauhinya saat itu juga.

" Kasih aku satu kali kesempatan saja,Vi. Mereka yang menyakitimu di masa lalu, kenapa mesti aku yang ikut menanggung ulah mereka? Kasih satu kali aja samaku,Vi. Izinkan aku membantumu menyembuhkan trauma-mu. Please!" Reno memohon.

Meski tak layak rasanya Vie mendapat permohonan Reno. Sedangkan di luar sana masih banyak juga wanita yang lebih pantas untuk Reno temui.

"aku ngak punya perasaan samamu."

"Tak apa. Mungkin sekarang kamu belum punya perasaan untukku. Atau sampai kapan pun aku takkan memaksamu untuk membalas perasaanku. Tapi pacaran-lah denganku. Dengan begitu aku tetap bisa menjagamu!"

Vie tak habis pikir dengan Reno yang di hadapannya kini. Tak ada yang bisa Vie banggakan dari dirinya. Dia hanya seorang wanita yang banyak kekurangan dan dipenuhi oleh masalah.

"Apa Abang kurang beban hidup? Sampai-sampai Abang memohon padaku seperti ini? Hidupku banyak masalah,loh bang! Pikir matang dululah sebelum Abang memutuskan!"

"Ngak,Vi! Apapun itu aku ngak melihatmu sebagai masalah. Apa salah Vie, untuk kita bahagia?"

Kening Vie berkerut mendengar kata dari kalimat terakhir yang diucapkan oleh Reno.

'Bahagia'.

Sudah cukup lama Vie tak mendengar kata 'bahagia'. Entah bagaimana rasanya 'bahagia' ,Vie juga sudah tak tahu.

Bernafas dan bertahan hidup saja sudah menjadi hal yang selalu dibanggakan dalam dirinya. Jika diingat kembali,sudah berkali-kali niat untuk bunuh diri muncul dalam benaknya.

"Tapi aku tak bisa percaya ucapan siapa-siapa lagi, termasuk -" Vie mengisyaratkan dengan ekor matanya menunjuk Reno.

"Tidak apa. Serius! Asalkan kamu terima aku menjadi pacarmu,itu sudah lebih dari cukup! Tolong,jangan lagi menolakku. Sudah berapa puluh kali kamu menolakku. Tapi kalau hatiku takkan bisa menyerah,Vie. Yah?" Bujuk Reno.

Benar memang,bukan sekali ini saja Vie menolak ajakan Reno untuk menjadi pacarnya. Tapi dengan keadaan Vie yang menyimpan rahasia dan trauma selama satu tahun di kediaman keluarga Reno, tetap saja menolak singkat perasaan itu.

Bagi Vie, masalahnya adalah miliknya sendiri. Trauma juga miliknya sendiri. Jadi dalam dirinya ia tak berniat memulai hubungan lagi selama trauma yang ada dalam diri belum disembuhkannya. Tak mau Vie membuat pria yang datang,malah harus ikut merapikan keping-kepingan hati yang sudah hancur. Tak juga ada niatnya, untuk membuat setiap pria yang menyapa sebagai pelampiasan dendamnya. Tidak. Vie tak berniat sejahat itu. Vie sendiri mengenal betul apa itu rasa sakit, karena itu ia hanya akan berbagi perasaan yang baik saja. Tidak kalau rasa sakit.

"Kumohon,Vie. Sekali ini saja. Kalau kedepannya kamu merasa tidak nyaman dalam hubungan kita. Aku akan menerima keputusanmu,apapun itu."

"hmm, baiklah, aku terima!" Vie menerima perasaan Reno.

"Tapi boleh aku membuat dua aturan di hubungan ini?"

"Tentu! Aturan apa itu?" Netra Reno berbinar kini.

"Yang pertama, Kejujuran. Aku tak suka di bohongi. Apapun alasannya tolong jangan berbohong dalam hubungan ini,yah?"

"Iyah, Tidak adak akan. Lalu, yang kedua?"

"Yang kedua,umumnya dalam sebuah hubungan pasti akan ada saja muncul masalah nantinya. Namun,jika terjadi masalah, mari kita selesaikan berdua saja. Kita berdua yang membangun hubungan ini, tentunya kita berdua jugalah yang menyelesaikan masalah yang menyapa. Jadi apapun keadaannya,jangan pernah memasukkan orang lain untuk menyelesaikan masalah kita. Bisa bang?"

"Iyah,aku terima aturan itu dan akan kuingat selalu."

"Udah,itu aja dari aku saat ini. Tapi minta maaf aku, karena untuk saat ini aku belum punya perasaan untukmu, tak bisa juga ku pastikan kapan bisa membalas perasaanmu ini."

"Tak apa. Kita jalani perlahan. Kita juga berhak nantinya untuk bahagia."

"Tapi, untuk sementara tak usah dulu mengumbar hubungan ini,yah?" pinta Vie.

"Iyah, mana menurutmu membuatmu nyaman,katakan saja. Agar aku bisa memahami-mu ,yah?" Reno mengelus lembut rambut Vie.

Vie yang tak nyaman, langsung mengambil jarak.

"Maaf!" sesal Reno.

***

Sebenarnya Reno belum berniat untuk segera kembali.

Namun,karena Vie terus mendesak dan mengatakan itu demi kebaikan bersama, dengan berat hati Reno kembali pulang ke rumahnya.

Tujuh jam perjalanan dengan naik bus, akhirnya Reno pun sampai dengan selamat di tempat tujuan.

Room chat

Aku sudah sampai dirumah yah,Dek.

^^^Iyah, yaudah beberes-lah dulu gih^^^

Okey,Dek<3

Hubungan Vie dan Reno pun terjalin dengan hubungan jarak jauh. Hanya melalui jaringan di udara-lah mereka berkicau menyampaikan keadaan yang mereka jalani.

Kehadiran Reno yang datang menyusul Vie beberapa hari yang lalu, disambut baik oleh keluarga Vie.

Belum mereka pacaran saja, keluarga Vie sudah lebih dulu menganggap mereka berhubungan dekat selama dia tinggal di sana,kampung halaman Reno.

Entah apa yang mereka dengar sampai beranggapan sejauh itu.

Ting!

Ponsel Vie berbunyi. Satu pesan suara masuk.

Pengirimnya adalah Gundo.

Vie membuka pesan suara, "Hebat kau yah! Ku ucapkan selamat lah dengan kekasih tercintamu itu!"

Ting!

"Bisa-bisanya dia pulang tanpa pamit samaku! Hebat kali kau,yah! Juara satu lah kau, karena sudah berhasil menjebakku!"

Ting!

"kau kira aku bodoh? Tahu nya aku dengan niat jahat-mu ini! Selamat lah sekali lagi ku ucapkan! Berhasil kau menjebakku setalah kebaikanku selama ini, kau balas dengan air tuba!"

Vie yang tidak ingin berurusan dengan Gundo lagi, memilih memblokir semua nomor dan akun yang bersangkutan dengan Gundo.

Padahal sudah jelas-jelas Gundo-lah yang menyebarkan tentang keburukan yang bahkan tak Vie lakukan. Fitnah bahkan sudah menyebar begitu cepatnya karena ulah Gundo. Namun,masih saja Gundo yang merasa paling tersakiti di dunia oleh perilaku Vie.

Dengan waktu singkat, Vie membagikan pesan suara dari Gundo ke nomor Reno.

Reno yang mendengar pesan itu-pun ikut emosi. Menyuruh Vie untuk jangan berhubungan lagi dengan si Gundo. Tak hanya Vie,Reno pun memblokir semua kontak yang berhubungan dengan Gundo.

Setahun lebih Vie memang tinggal di kampung halaman Reno, menumpang tentunya.

Namun, selama di sana, Vie dibatasi berkomunikasi dengan siapapun. Vie hanya boleh berbicara dan mengobrol dengan Gundo saja. Karena aturan itu,Vie tak tahu banyak tentang keadaan rumah yang ditumpanginya sendiri.

Memang tak jarang Reno juga berusaha berkomunikasi dengan Vie. Namun,karena arahan Gundo, Vie telah membangun tembok tinggi pada Reno dan keluarganya yang lain.

Di waktu pagi dan sore,Vie mengurus ternak-ternak. memandikan dan memberi makan ternak, tentunya bukan jumlah sedikit. Butuh dua jam untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Disiang hari, masih lagi turun ke sawah,entah menanam padi atau mencabut gulma.

Bahkan,di hari Minggu pun masih bekerja mengambil kangkung lalapan ternak di sungai keruh dan sangat jorok. Tinggi sungai kadang sampai melewati dada,kadang juga sampai pinggang. Tergantung curah hujan yang turun. Berapa kali Vie mencoba menolak untuk masuk kedalam sungai, takut-takut ia akan berpengaruh fatal nantinya pada kesehatan fisiknya jika sering masuk ketempat jorok itu.

coklat pekat,arus yang deras, sampah-sampah yang juga ikut dialirkan, kadang bangkai dengan banyaknya ulat juga ada disana. Belum lagi ular dan biawak yang yang muncul tiba-tiba. Tapi lagi-lagi ucapan Gundo yang mengintimidasi,membuat Vie tak bisa melawan.

Tapi semua penderitaan itu sudah selesai. Vie sudah berhasil keluar dari sana.

Hubungannya dengan Reno, berhasil menyingkap jati diri Gundo,aslinya.

Dan disana,Reno sudah memberitahukan pada semua keluarganya,siapa sosok Gundo yang sebenarnya.

Terbongkar

Dering ponsel Vie berbunyi. Tampak nama Reno terpampang di sana.

"Hallo?" sapa Vie.

"Mm... Halo! Bagaimana kabarmu di sana?"

"Baik."

"Ngomong-ngomong,Aku udah cerita sama keluarga di sini."

"Lalu bagaimana tanggapan mereka?" tanya Vie penasaran.

Reno kemudian menceritakan.

***

Di kediaman keluarga Reno;

" Kepergianku beberapa hari ini, sebenarnya bukan tanpa alasan. Benar, memang aku pergi tanpa memberitahukan lebih dulu kemana aku pergi. Tapi kepulanganku ini tentu membawa hasil. Aku sudah tahu siapa Bibi itu sebenarnya."

"Apa maksudmu,Reno?" Tanya Nenek."kenapa kamu tiba-tiba membahas Bibi-mu dengan nada seperti itu?"

"Perempuan itu tak sudi aku memanggilnya,Bibi!" Reno menahan emosi.

"lah? Bukannya cuma dia yang lebih akrab samamu selama ini? Apa-apa selalu sependapat-nya kalian. Tumben sekarang ... ." Ibu Reno terkekeh.

"kalian tahu? Cuma di tempat ini nya dia mengakui kalau dia adalah bagian keluarga kita. Tapi diluar tempat ini,dia mengaku janda . Tak mengakui ikatan hubungannya dengan paman!"

"heh? Apa maksudmu,Reno? Jangan asal berbicara tentang Bibi-mu itu. Bagaimanapun dia sudah melahirkan anak dari pamanmu. Yang artinya dia sudah sah menantuku!" Nenek bersuara.

"Tapi tunggu-lah dulu, Reno mengatakan seperti ini bukan tanpa alasan. Pasti dia sudah punya alasan sendiri. Biarkan dulu kita mendengarkan saja." Ucap Tante, menenangkan pembicaraan.

"hm! Katakan saja,Reno!"

"Aku selama di kampungnya, beberapa kali orang-orang sudah menegurku untuk tidak terlibat dengan dia. Pertanyaan orang di sana juga bukan sekali dua kali lagi yang mempertanyakan,'siapa-mu si Gundo?' .saat ku jawab kalau dia adalah bibi,istri dari paman. Orang-orang disitu malah terkejut. Dan mengatakan bahwa dari yang mereka tahu Gundo masih tetap menjanda dan tak mau menikah,dengan alasan untuk fokus menyekolahkan kedua anaknya ..."

"Sebentar? Kedua anak? Bukannya harusnya sudah tiga?" tanya Tante memotong pembicaraan Reno

"Tidak tahu, tapi keluarga Gundo dan orang-orang di sana mengatakan anak Gundo cuma dua saja.Dan tak ada lagi anak atau pernikahan. Keluarga Gundo juga mengatakan hal itu padaku sendiri."

"Ah ,wajarnya itu. Secara anak ketiga dari hubungan gelap dengan pamanmu, jadi dia merahasiakan si Sia." ucap nenek.

"Bagaimana kalau si Sia itu sebenarnya cuma nama? Bagaimana kalau Sia itu tak pernah lahir? Harusnya kalau Sia itu benar ada,benar anak dari Paman, harusnya dia membawa anak itu ketempat ini juga bersamanya. Lalu kenapa cuma dia sendiri yang datang ke tempat ini? Mengaku-ngaku kalau dia sudah melahirkan anak paman?"

"Benar memang,berapa kali di minta agar Sia dibawa kesini,atau di jemput langsung ke Tomohon, selalu saja ada alasannya."

"Itu cuma cara liciknya, biar bisa memanfaatkan keluarga ini. Berapa ratus juta uangmu,Tante di habiskan dia? berapa banyak lagi pengeluaran keluarga ini habis hanya untuk perempuan licik itu? Sedangkan keluarga kita sendiri saja sudah seperti ini. Tante yang bekerja keras,mikir keras sampai tubuhmu juga sudah kurus kering. Tapi yang menikmati keringatmu malah orang lain!"

Tante terisak," benar Reno. Ucapanmu benar. Tubuhku sudah kurus kering! Kelelahan-ku malah dinikmati orang lain. Tak sempat aku menikmati semuanya."

Tante menyeka air mata."Semua ini karena kau juga ,Mah!" Bentak Tante ke nenek.

"eh! Kog aku kau salahkan? Salahkan abangmu yang asal tidur dengan wanita-wanita di luaran sana!" Nenek membela diri.

"Karena dia anak lelaki, kau sangat memanjakannya! Bahkan saat memakai benda haram pun masih saja kau memanjakannya! Sampai di penjara pun dia masih sempat-sempatnya tidur dengan perempuan yang bukan istrinya! Di penjara!" Tante menguatkan suaranya. Biarlah, lagi pula rumah itu hanya satu-satunya yang berdiri di tengah sawah yang luas. Takkan ada yang mendengar mereka juga.

"Sabar -lah Tante." ucap Reno pelan.

"Terusnya aku sabar , Reno. Cuma Reno aja yang selama ini membantuku membangun usaha ini. Yang lainnya semua menghabiskan! Tapi anak laki-lakimu itu,Mah? Anakmu itu terus-terus saja kau bela! Kau banggakan! Ngak cukup pemakai! Sekarang pun dengan entengnya dia menyuruh keluarga kita untuk menerima perempuan licik itu! Semua ini karena Kau!" emosi Tante semakin meluap.

"Cuma seorang itu saja-nya, saudaramu laki-laki yang masih hidup, seenggaknya di ujung usiaku yang tinggal sebentar lagi,tak apa untuk memberikan apa yang dia minta. Apa kau tak kasihan melihatnya di dalam jeruji besi?" Nenek menangis mengeluh. "ibu mana yang tega membiarkan anaknya sudah di penjara namun tak memberi apa yang dia minta? Bukan hal besar yang diminta saudaramu,loh." Teriak Nenek tak kalah histeris.

"Udahlah,Nek. Nenek juga ikutnya memanjakan itu perempuan." ucap Reno.

"Helleh! Kau juga sama saja,Reno! Itu juga tantemu malah yang kemana-mana juga tak kalah akrab!" sindir Ibu.

"seratus dua puluh juta, ku kasih pada wanita itu untuk membeli sebidang sawah. Katanya seharga itu ada yang menjual,sudah juga luas. Tapi setiap kali kutanya hasil panen dan musim panen,tak pernah ia melapor atau membagikan hasil panennya. Selalu saja ada alasannya. Padi rusak. Panen gagal,banjir. Tak hanya itu, Sampai putrinya masuk kuliah, dari aku juga nya yang membayar administrasi dan uang semesternya. Bodoh sekali aku harus mati-matian bekerja demi orang lain ..." suara Tante melolong pilu.

Semua semakin sadar akan jebakan-jebakan yang di buat oleh Gundo. Betapa ularnya dia menyelinap masuk ke tengah keluarga orang lain untuk memenuhi keinginannya.

"Apa? Tante membayar administrasi kuliah putrinya?" Reno tercengang.

"Iyah!"

"tapi karena ucapan Tante beberapa waktu yang lalu menyuruhku untuk mengurus uang kuliah putrinya, jadi ... Aku..." Reno tak tahu harus mengucapkan kata-kata lagi.

Semua mereka yang di sana ikut tercengang. Semua sudah terjebak. Jauh, jauh dari semenjak pertama kedatangan wanita ular itu,mereka semua sudah dalam lingkaran yang mencekik mereka.

"Huiiii?!" sapa seseorang yang baru datang, Kakak Reno.

"kenapa ini,dek?" bisik Kakak mendekat pada Reno,kala melihat atmosfer yang menegang.

Reno dengan berbisik, menjelaskan singkat pada Kakak apa yang sedang terjadi.

Tak kalah terkejut,tapi dengan menahan emosi Kakak menenangkan dirinya agar tak kalut menyalahkan keluarganya juga.

"Usir saja wanita ular itu dari kediaman ini! " ucap Kakak.

"Tetapi bagaimana kalau pamanmu,marah dan tak mau pulang nantinya kesini lagi?" ucap nenek khawatir.

"lalu? Maksudmu kau mau membiarkan wanita itu tinggal di sini lagi? menghabiskan semua ? Sampai tak tersisa? Begitu?" Tante membentak.

"bukan seperti itu." Nenek memelankan suaranya, "tapi yasudah! Usir saja! Masih banyak perempuan-perempuan lain buat gantikan posisinya sebagai istri saudaramu!" Nenek pun setuju pada akhirnya.

"nanti malam,kita kumpulkan tua-tua desa! Kita bicarakan hal ini pada mereka ! Tidak hanya keluarga kita saja! Tua-tua desa juga perlu! Biar kapok itu ular mempermainkan keluarga ini!" suara bariton tiba-tiba muncul dari pintu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!