Mentari mulai meredupkan cahayanya. Seorang dokter cantik berusia 25 tahun disalah satu rumah sakit ternama baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ya, itulah Imelda farasya dokter spesialis bedah terbaik dirumah sakit tersebut. Setelah selesai membereskan barangnya Imelda berjalan menyusuri rumah sakit dilanjutkan ke jalan raya untuk pulang kerumahnya. Imelda memilihbuntuk berjalan kaki saat berangkat dan pulang bekerja karena irit biaya itulah alasannya.
Setelah 10 menit berjalan akhirnya Imelda sampai di rumah lantai satu yang tidak terlalu besar tersebut. ya, itulah rumah Imelda bersama pak Adam.
Tok tok tok
"Bapak Melda pulang" teriak Imelda dari balik pintu yang masih tertutup itu.
"iyha nak, sebentar" jawab pak Adam seraya membuka pintu lalu disambut Melda dengan mengecup tangan pria paruh baya tersebut.
"Pak Melda mandi dulu" ucap Imelda seraya masuk kedalam rumah
"iya nak, habis itu langsung keluar bapak tunggu disini ada yang mau bapak omongin" jawab pak Adam sambil duduk di ruang tamu
"iya pak" balas Melda.
"Apa yang ingin dibicarakan bapak ya. Kelihatannya sangat serius. Hufftt sebaiknya aku bersih bersih diriku dulu".
gumam Imelda di dalam hati.
Setelah 20 menit bergelut dengan aktifitasnya membersihkan diri Imelda pun keluar menemui bapaknya yang sedang duduk sambil menyenderkan kepalanya dikursi kayu tersebut.
"Pak? Apa yang ingin bapak bicarakan? kenapa terlihat serius sekali?" tanya Imelda yang sudah penasaran
"Nak, apakah setelah bapak memberitahumu sebuah kebenaran kamu akan membenci bapak dan meninggalkan bapak.?" tanya pak Adam sendu
"Jangan bicara seperti itu pak, apapun yang terjadi melda akan terus disamping bapak, bapak adalah satu satunya keluarga yang melda punya." jawab Imelda
"Benarkah?" tanya pak Adam memastikan
"Tentu pak." jawab Imelda serius
"Jadi apa yang ingin bapak bicarakan?" tanya Imelda lagi
"Sebenarnya kamu bukan anak kandung bapak nak," ucap pak Adam sendu.
Melihat tidak ada respon dari imelda pak adam pun menoleh dan melihat Melda menangis dalam diamnya. lalu pak Adam pun memeluk Imelda disertai elusan lembut dirambut Imelda tersebut.
"Lalu dimana orang tua Melda pak? hiks hiks apa mereka membuang melda? mereka benci Melda kan pak? apa salah Melda pak?" tanya Imelda disela sela isakan tangisnya.
"Sssttt kamu tidak boleh bicara seperti itu tidak ada orang tua yang tega membuang anaknya" ucap pak Adam seraya melepaskan pelukannya lalu mengusap pipi Imelda yang sudah basah akibat air mata nya itu
"Kalau mereka peduli dengan melda mereka pasti mencari melda pak hiks" jawab Imelda yang masih sesenggukan
"Waktu itu..."
Flashback on
Jam menunjukkan pukul 3 sore. Para nelayan pun mulai berhamburan untuk pergi melaut. Ada salah seorang nelayan yang melihat seorang wanita berusia 28 tahun menggendong bayi terlihat seperti kebingungan. lalu nelayan tersebut menghampirinya. Ya, nelayan itu adalah pak Adam.
"Ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya pak Adam lalu wanita tersebut menoleh ke asal suara
"iya pak. Bisakah saya titip keponakan saya kepada anda? ada barang saya ketinggalan di kapal saya mau mengambilnya" jawab wanita tersebut disertai senyuman
"oh baiklah" balas pak Adam sambil mengambil alih bayi tersebut yang tak lain adalah Melda kecil. Setelah menyerahkan Melda kecil terhadap pak Adam wanita tersebut pun berlalu pergi.
Setelah hampir 3 jam pak Adam menunggu tapi tidak ada tanda kemunculan wanita tersebut untuk menjemput Melda kecil. Lalu pak Adam pun memutuskan untuk membawa Melda kecil kerumahnya. Pak Adam tinggal sendiri karena istrinya telah meninggal dunia beberapa minggu yang lalu akibat penyakit kanker yang diidapnya.
Hari pun berganti minggu, minggu pun berganti bulan. tapi belum juga ada tanda kedatangan wanita tersebut untuk menjemput melda kecil. Kemudian pak Adam pun memutuskan untuk mengadopsi Imelda dan merawatnya seperti anak kandungnya sendiri.
***Flashback off**.
Hallo readers👋Maaf jika kata katanya kurang masuk akal saya baru belajar😊Jika ada typo bertebaran tolong dimaklumi ya😇
Like❤
Komen💬
Vote😗
Suara kalian semangat untuk saya🙃*
Pak Adam menatap sendu putrinya yang masih menangis itu. Lalu pak Adam perlahan mendekati Melda dan mendekapnya kembali kedalam pelukannya. Pak Adam juga mengusap lembut rambut putrinya itu.
"Hiks hiks lalu dimana orang tua Melda pak? apakah mereka masih hidup? hiks. kenapa orang itu tega memisahkan Melda dengan orang tua melda pak?" tanya Melda beruntun
"Sudahlah nak, Sebentar bapak punya sesuatu untuk kamu" ucap pak Adam sambil melepas pelukannya lalu berjalan kedalam kamarnya
"Ini nak, ini adalah kalungmu waktu masih kecil. Mungkin ini bisa memberi petunjuk tentang orang tua kamu. Pakai ini kemanapun kamu pergi" ucap pak Adam seraya memberikan kalung liontin. Imelda pun menerimanya.
"iya pak. Tapi Imelda tidak mau jauh dari bapak. Bapak tetap Bapak melda" ucap imelda sambil berhambur dipelukan pak Adam
"Iya nak, Kamu juga tetap anak bapak" jawab pak Adam yang juga membalas pelukan imelda
"Sekarang Ayo makan. Tidak usah menangis terus cantiknya hilang loh" gurau pak Adam
"Ish bapak" jawab Imelda sambil mengusap air matanya
"Ayo" ajak pak Adam
"iyha pak" jawab Melda lalu bangkit dari tempat duduknya.
Mereka pun mulai memakan makanannya yang dimasak pak Adam tersebut sebelum kepulangan Imelda tadi. Mereka pun mulai makan tanpa ada suara hanya ada suara sendok dan piring yang saling beradu. setelah makan seperti biasa Imelda yang mencuci piring. Setelah selesai membereskan piring kotor tersebut Imelda pergi ke kamarnya untuk beristirahat lalu merebahkan dirinya di kasur.
"hufftt ibu bapak apakah kalian mencari melda? Melda disini sama pak adam yang selalu baik dengan melda. Dimana kalian?" gumam Melda dalam hati yang tak terasa air matanya mulai menetes kembali.
Keesokan paginya jam 05.30 imelda bangun dari tidurnya
"Jam berapa ini?" ucap Imelda sambil mengucek matanya
"Masih jam setengah enam sebaiknya aku menyiapkan sarapan." ucap Imelda lalu bangkit dari duduknya kemudian berlalu ke kamar mandi untuk menggosok gigi juga mencuci wajah bantalnya itu.
Imelda pun mulai memotong sayuran dan menggoreng ikan. setelah hampir satu jam imelda telah selesai menyajikan masakannya dimeja makan yang hanya terdiri dari 3 kursi tersebut. Imelda pun berlalu meninggalkan dapur untuk kembali kekamar dan memulai bersiap siap untuk kerumah sakit.
.
.
30 menit sudah berlalu. Imelda telah selesai bersiap siap untuk pergi kerumah sakit memulai rutinitasnya. Imelda keluar kamar dan menjumpai pak Adam yang sedang duduk dimeja makan menunggu imelda untuk sarapan bersama. Setelah selesai sarapan Imelda pun pamit kepada pak Adam.
"Pak, melda berangkat dulu" pamit Mslda sambil mencium tangan pak Adam
"iya nak, hati hati dijalan" jawab pak Adam yang hanya dijawab anggukan oleh Imelda.
Imelda mulai menyusuri jalan menuju rumah sakit. hanya 10 menit yang dibutuhkan untuk sampai dirumah sakit. sesampainya dirumah sakit banyak perawat yang membungkukkan badannya kepada Imelda karena Imelda terkenal dengan kejeniusannya. Imelda mulai menaiki lift untuk ke lantai 2 dimana ruangannya berada.
Sesampainya diruangan Imelda melihat suster Rida selaku asistennya sedang mengecek peralatan medis.
"Pagi dokter" sapa suster Rida
"Pagi juga" balas Imelda dengan senyuman nya
"Hari ini ada jadwal operasi jam 10.00 dok" Ucap suster Rida
"Baiklah terima kasih" jawab Imelda
"sama sama dokter" balas suster Rida
Imelda pun mulai memeriksa pasien yang lain juga didampingi oleh suster Rida.
Imelda mulai menyusuri setiap ruangan yang menjadi pasiennya juga didampingi oleh sustee Rida. Jam menunjukkan pukul 09.50 tandanya operasi akan segera dimulai.
"Apakah semua sudah siap sus?" tanya Imelda
"Sudah dok" jawab suster Rida
"Baiklah 5 menit lagi kita akan ke ruang operasi" balas Imelda disertai senyuman
"Iya dok."
Imelda dan suster Rida pun mulai berjalan kearah ruang operasi yang ada diujung lorong rumah sakit dengan menggunakan pakaian khusus. Imelda dan suster Rida memasuki ruangan operasi didalam sudah ada dokter Vani juga dokter Daffa untuk membantu jalannya operasi.
Operasi memakan waktu 2 jam lebih 30 menit. Tiba saatnya jam makan siang, seperti biasa para perawat juga ada beberapa dokter lain yang berhamburan menuju kantin rumah sakit untuk mengganjal perut mereka. Tapi tidak dengan Imelda, Imelda jarang makan dikantin rumah sakit jika keadaan mendesak saja dia akan makan disana.
Imelda sering makan di warung makan dekat rumah sakit itu dengan kedua sahabatnya yaitu dokter Vani dan juga dokter Dinda. Dokter Vani juga dokter spesialis bedah seperti Imelda tapi tidak dengan dokter dinda. Dokter dinda adalah seorang dokter spesialis kandungan.
Imelda mulai memasuki warung makan sederhana tapi banyak pengunjung itu dengan pakaian dress warna navy selutut dengan rambut tergerai juga jas dokter yang dijinjing ditangan kirinya. Imelda mulai menduduki salah satu bangku kosong diwarung tersebut dan mulai memanggil penjualnya.
"Mang saya pesen nasi soto satu ya sama es teh. Kalian pesen apa?" ucap Imelda seraya menanyai kedua sahabatnya tersebut.
"Samain aja mel" Jawab Vani
"Aku Rawon sama es teh aja" jawab Dinda
"Baik non" jawab mang Doni selaku pemilik warung tersebut.
"Hufftt" Imelda menghela napas panjang saat mang Doni memanggilnya dengan sebutan nona pasalnya sudah beberapa kali Imelda menegur mang Doni agar memanggil namanya saja tapi mang Doni tetep kekeh pada pendiriannya.
Setelah 15 menit selesai dengan ritual makannya Imelda membayar makanannya. Para sahabatnya pun langsung menuju kerumah sakit sedangkan Imelda yang sudah tidak memiliki jadwal operasi memutuskan pergi terlebih dahulu untuk membeli keperluannya diswalayan. Karena stok makanan yang hampir habis, jadi Imelda memutuskan untuk ke swalayan dengan menaiki taksi. Sesampainya disana Ia berjalan sambil melihat ponselnya dan tiba tiba...
Brukkk
"Awww" ringis Imelda yang merasakan sakit disikunya yang tergores akibat bertabrakan dengan wanita paruh baya
"Aduhh nak, maafkan saya, saya yang jalan tidak hati hati, ayo bangun nak, sekali lagi maafkan saya" ucap wanita paruh baya tersebut sambil membantu Imelda untuk berdiri.
"Iyha tidak apa apa nyonya, ini salah saya karena sibuk dengan ponsel saya saat berjalan, saya minta maaf kepada nyonya" balas Imelda
"Sebagai permintaan maaf saya, bolehkah saya mengobati lukamu nak?" tanya wanita paruh baya tersebut.
"Terima kasih nyonya. Ini hanya luka kecil tidak perlu repot repot. nanti sembuh sendiri" jawab Imelda sopan
"Tidak nak, Tidak merepotkan, Ayo ikut ke mobil saya" Ajak Wanita tersebut.
"Tapi maaf nyonya. ini masih jam kerja apakah anda tidak sibuk dengan pekerjaan anda?" tanya Imelda
"Tidak nak, saya sudah lama tidak bekerja sejak hilangnya putri bungsu saya, mungkin jika dia masih disini mungkin dia sudah seusia kamu nak" jawab wanita tersebut sendu
"Ahh maafkan saya nyonya saya tidak bermaksut mengingatkan anda" ucap Imelda merasa tidak enak
"Tidak apa apa nak ayo masuk" balas wanita tersebut seraya mengajak Imelda untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Baik nya. Terima kasih" Ucap Imelda disertai senyuman.
Setelah beberapa menit akhirnya imelda dan wanita paruh baya tersebut sampai di mansion tiga lantai tersebut.
Imelda pun menatap takjub pemandangan didepannya yang sperti istana itu.
"Ayo turun nak," ajak wanita tersebut
"Terima kasih nyonya" balas Imelda dengan senyumnya
Imelda dan wanita tersebut pun melangkah kan kakinya memasuki mansion mewah tersebut. Sampai didepan pintu langsung disambut oleh pelayan.
"Selamat datang nyonya" sapa pelayan
"Bi tolong buatkan minum dan beberapa camilan bawa keruang tamu ya" titah wanita tersebut sambil berjalan menuju ruang tamu
"Baik nyonya" balas pelayan tersebut yang bernama bi Marni.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!