NovelToon NovelToon

Ragna: Merasuki Tubuh Anak Idiot

Satu

Tiga orang berpakaian serba hitam saling memunggungi sambil bersiaga dengan senjata masing-masing. Terlihat beberapa orang berpakaian serba merah mengepung mereka seraya mengacungkan pedang.

"Sial! Ini jebakan!" Umpat seorang pria tampan berpakaian hitam sambil menghunuskan pedangnya yang diselimuti asap hitam. Mata hitamnya menatap sekelompok orang itu dengan waspada.

"Jangan lengah dan lindungi nona Carvina, Hadeon!" Ucap seorang pria berparas cukup tampan seraya bersiaga dengan array nya. Mata merahnya menyala di gelapnya malam.

"Jangan fokus padaku, Hadeon, Erebos. Fokus dengan musuh yang ada di hadapan kita. Saat ini bukan untuk melindungi ku, tapi untuk kalian juga." Seorang wanita berambut ash blue berkata dengan santai. Manik oranye kemerahan menatap liar mencari dalang penyerangan yang terjadi di wilayahnya.

"Menyerahlah, Carvina!"

Suara familiar membuat Carvina menoleh ke asal suara itu, seketika tatapannya berubah menjadi dingin.

Diantara kerumunan itu, terlihat beberapa orang berjalan angkuh ke arahnya. Carvina terkekeh sinis melihat seorang gadis bersurai pirang berada diantara orang-orang itu.

Beberapa orang yang mengepungnya menurunkan senjata dan memberi jalan, membuat mereka bertiga meningkatkan kewaspadaan nya.

"Oh, Ayah." Carniva berkata sinis pada seorang pria bersurai biru gelap yang berdiri angkuh di depannya. Mata jingga kemerahan menatap gadis cantik yang memiliki mata yang sama dengannya.

"Kau sudah keterlaluan, Carniva!" Desis pria itu dingin.

"Oh, ya?" Carvina memiringkan kepalanya angkuh, "Kali ini apa yang diadukannya padamu? Menyembah iblis? Menyiksa pekerja? Katakanlah." Cercanya seraya menatap seorang gadis bersurai pirang yang bersembunyi di balik tubuh seorang pria tampan sambil memasang wajah takut-takut. Tetapi Carvina melihat seringai di wajah gadis itu.

Mereka menatap Carvina marah.

"Kau bersekongkol dengan iblis, Carvina! Espera melihat kau membuat altar untuk persembahan dan kau juga ingin mengorbankannya!" Seru Derrez marah.

Carvina Amarillia Azhura, gadis berparas sangat cantik dengan rambut ash blue yang indah, mata jingga kemerahan yang menyala serta memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Sayangnya, gadis cantik itu diabaikan oleh keluarganya sendiri. Mereka lebih memilih mengadopsi seorang anak dari panti asuhan. Esperanza Azhura, gadis cantik yang dicintai semua orang. Memiliki rambut pirang bagaikan lelehan emas dengan mata biru yang indah seperti malaikat. Tutur katanya yang lembut membuat siapapun jatuh cinta mendengarnya.

Tapi, dimata Carvina tidak berlaku. Gadis itu sangat ceroboh dan suka memutar balikkan fakta. Membuat namanya jatuh dengan mengorbankan dirinya sendiri.

"Sungguh omong kosong yang bodoh." Carvina tersenyum sinis, "Jika aku memuja iblis, hal yang paling aku inginkan adalah menjadi anaknya. Menjadi bagian keluarga dari sampah seperti kalian sangat membuatku menyesal terlahir di dunia ini."

Mereka tersentak kaget mendengar perkataan gadis itu.

"Beraninya kau berbicara seperti itu!" Araldo emosi dan menghunuskan pedangnya.

'Jleb!'

Carvina membelalak saat melihat pria yang merupakan orangnya tertusuk pedang. Satu-satunya orang yang dekat dengannya kini bersimbah darah di depannya.

"Erebos!" Pekik Hadeon dan Carvina bersamaan.

'Brukh!'

Pria itu jatuh tersungkur, sebelah tangannya digunakan untuk menahan darah yang merembes dari luka tusukan di dada yang tembus ke jantung.

Carvina bersimpuh di sebelah Erebos dan memangku kepala pria itu di pangkuannya, "Kenapa kau melakukan hal bodoh seperti ini, Erebos?"

Erebos tersenyum dan menatap gadis itu dengan tulus.

"Sa..ya sangat bangga bisa melindungi Nona. Terimakasih telah menyelamatkan saya dari tempat terkutuk itu dan melatih saya hingga menjadi sekuat ini," Erebos berkata dengan sekali tarikan nafas, membuat mereka yang berada di sana tercengang.

Carvina menatapnya sedih, air matanya tumpah dan mengenai wajah pria yang sedang sekarat, "Apa yang kau katakan, Erebos? Aku memilihmu karena kau memiliki potensi yang bagus."

Pria itu tersenyum. Dia menjulurkan tangannya, mengusap air mata yang mengalir di wajah gadis yang menjadi penyelamatnya, "Terimakasih, Nona. Kelak, di kehidupan berikutnya, saya berharap bisa bertemu dengan Anda lagi."

"Apa yang kau katakan, Erebos?! Bertahanlah dan jangan mati, bodoh!" Seru Hadeon marah. Terlihat wajah pria itu banjir air mata, membuat Erebos terkekeh lirih. Sesekali pria itu terbatuk dan memuntahkan seteguk darah.

Dia bersyukur telah bertemu dengan orang sebaik Carvina dan Hadeon. Meski sikap Carvina menimbulkan banyak salah paham, tetapi gadis itu sangat baik dan peduli yang ditutupi dengan sikap cuek dan pendiamnya.

"Berjanjilah padaku, Hadeon," Pria itu terbatuk dan kembali memuntahkan darah, "Jaga dan lindungi Nona. Aku...merasa..waktuku tak lama...lagi.." Ucapnya lirih disertai hembusan nafas berat yang menjadi nafas terakhirnya.

"Erebos?" Hadeon mengguncang tubuh Erebos yang mulai dingin dan kaku. Rekan seperjuangan nya telah tiada dan hal itu membuatnya terguncang, "Kelak, semoga kita bertemu lagi. Jika sampai saat itu tiba, biarkan aku menghajarmu sampai puas."

"Kau telah membunuh salah satu orang ku, Araldo," Desis Carvina dingin.

Pria itu tersentak, dia terdiam cukup lama dan menatap Carvina dengan emosi yang sulit dijelaskan. "Dia yang mengorbankan nyawanya sendiri. Seorang budak memang sudah seharusnya seperti itu."

"Ya, dimatamu seperti itu, tapi tidak dimataku." Sinis Carvina, "Mereka yang kau anggap budak adalah keluarga bagiku. Karena orang yang memiliki hubungan darah denganku tidak pernah menginginkan kehadiranku."

Perkataan Carvina sukses membuat mereka tersentak.

"Beraninya kau berbicara seperti itu?!" Seru Araldo marah.

"Su-sudah Kak. Ini salahku. Seharusnya aku tidak tinggal di sini dan merebut milik nona Carvina." Espera mencicit ketakutan.

"Kau berpikir begitu? Sungguh kekanakan."

Carvina meletakkan kepala Erebos di lantai dengan hati-hati. Dia berdiri menatap orang-orang yang berada di sana dengan datar.

Espera meringsut mundur, bersembunyi di balik tubuh Derrez dengan tubuh bergetar hebat.

Derrez yang merasakan getaran tubuh Espera hanya bisa mengepalkan tangannya. Dia tidak dekat dengan Carvina, putri kandungnya sendiri.

Derrez Oryxia Azhura, salah satu Duke terhebat di Kerajaan Azterzha. Dijuluki sebagai perisai kerajaan sekaligus monster berdarah dingin, mengingat sebagian besar waktunya dihabiskan dalam medan perang.

"Kau keterlaluan, Carvina. Sebagai hukuman, kau tidak boleh keluar kamar selama sebulan penuh dan aksesmu di cabut!"

"Ah, kau lupa, ya? Aku tidak mendapatkan apapun darimu." Carvina berkata enteng sambil angkat bahu tak acuh. "Sayang sekali, putra kesayanganmu telah membunuh pemburu handal milikku, bagaimana kami bisa berburu?"

"Jangan bicara omong kosong!" Araldo membentak seraya menghunuskan pedang berlumuran darah ke arah leher Carvina, tetapi di hadang oleh Hadeon. Ujung pedang itu menembus dada pria itu dan bernasib sama seperti Erebos.

Carvina menatap nanar dua tubuh kaku milik bawahannya. Orang-orang kepercayaan sekaligus orang terdekatnya tewas di tangan Araldo, membuat Carvina menatap benci mereka.

"Kau telah membunuh orang ku, Araldo Oryza Azhura. Kalian akan menyesali semua ini!"

Segera gadis itu mengambil sesuatu yang terselip di saku celananya. Mereka membelalak saat melihat Carvina menenggak isi botol itu.

Racun mematikan yang tidak ada penawarnya.

"Aku bersumpah kalian akan menyesali ini sampai mati! Jika ada kehidupan berikutnya, aku tidak akan pernah memaafkan kalian!"

Jiwa Carvina melayang di kegelapan selama beberapa lama. Mungkin puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun. Entahlah.

Dia tidak mengingatnya dengan jelas, hingga sesosok iblis tiba-tiba menangkap jiwanya yang terombang-ambing.

Dia tidak menyesali perbuatan nekatnya. Hatinya mati rasa.

Bahkan para iblis yang memainkan dan menyiksa jiwanya tidak dia hiraukan, meskipun rasa sakit di tangan mereka lebih hebat dari rasa sakit di kehidupan sebelumnya.

"Aku membebaskan mu, Carvina." Seorang pria tampan berkata dengan datar, membuat gadis itu mendongak.

Mata hitam dengan iris merah, rambut hitam pekat dengan dua tanduk di kepalanya. Sepasang sayap hitam di punggungnya yang kokoh memberi wibawa tersendiri bagi gadis itu.

Pria itu berjalan mendekati Carvina yang duduk dengan tubuh terikat rantai lengkap dengan sulur tajam. Terdapat noda darah di sekitar sulur yang membelit gadis itu.

Pria itu mengibaskan tangannya. Seketika sulur hitam nan tajam itu menghilang dari tubuh Carvina, meninggalkan noda darah yang menempel di tubuh gadis itu.

Sebuah cahaya hitam mengelilingi tubuh Carvina, membuat tubuh penuh luka itu kembali seperti sedia kala.

"Aku sudah memainkanmu cukup lama." Pria itu mengangkat dagu Carvina, "Kau tidak ingin bebas?"

Carvina menatap iblis itu datar, "Katakan, apa yang kau inginkan?"

Iblis itu tertawa, "Aku pikir kau akan berjingkrak bahagia. Seribu tahun berlalu dalam penyiksaan dan kau tidak ingin bebas? Sayang sekali."

"Aku tak percaya jika kau akan membebaskanku dengan mudah."

Carvina ingat, ada sebuah jiwa yang berhasil di tangkap oleh bangsa iblis dan menjadi mainan mereka selama beberapa waktu. Tetapi jiwa itu hancur karena sudah lama di siksa.

"Hohoho! Gadis pintar." Seringai lebar tersampir di wajah tampannya itu.

"Lihat ini."

Sang iblis memperlihatkan sesuatu di cermin yang berada di sana, membuat Carvina menatap cermin itu dengan datar.

Dua

"Aku tidak peduli," Carvina menatap pantulan keluarga Azhura dengan datar.

Kehidupan mereka baik-baik saja setelahnya.

Esperanza menikah dengan putra mahkota lalu berakhir bahagia untuk sementara. Tak lama, wanita itu terlihat menyedihkan akibat tekanan, bahkan keluarganya mengalami kehancuran dan hal itu tidak menarik perhatian Carvina.

"Mereka telah mengalami kehancuran. Sungguh hal yang menyenangkan, bukan? Apa kau tidak ingin menyaksikannya?"

Carvina mendengus, "Tidak."

Lalu cermin itu memperlihatkan sebuah dunia, dimana teknologi menguasai dunia itu yang membuat Carvina sedikit tertarik.

"Kau tertarik? Sebaiknya kita lihat dulu~" Iblis itu bersenandung riang.

Mereka berdua memperhatikan kehidupan beberapa manusia diiringi senandung dari iblis itu. Tetapi senandungnya terhenti tatkala melihat sebuah tayangan di kaca besar itu.

Sebuah kehidupan manusia yang membuat sang iblis mengernyitkan dahinya dengan ekspresi tak suka tatkala melihat tayangan itu.

"Meskipun kami bangsa iblis yang dianggap jahat, kami tidak pernah menyiksa pasangan hidup maupun keturunan kami. Itu benar-benar menjengkelkan," Pria itu berdesis marah.

Carniva melihat tayangan itu dalam diam. Seorang wanita hamil diperlakukan seperti binatang, bahkan kelahiran anaknya tidak di sambut. Sama seperti dirinya di beberapa kehidupan.

"Carvina, bagaimana menurutmu?" Tanya pria itu sambil menyeringai kesal, "Bukankah tindakan mereka mengotori nama bangsa iblis? Kami memang kejam dalam menyiksa, tetapi kami tidak memperlakukan orang hamil seperti itu."

Carvina tau. Selama tinggal di dunia iblis, mereka menyiksa jiwa Carvina dengan begitu hebat. Mereka memainkan jiwa-jiwa tersesat dengan sangat kejam, lebih kejam dari siksaan dalam kehidupan manusia. Tetapi mereka tidak memperlakukan pasangan mereka seperti apa yang dia lihat di cermin itu.

Bangsa iblis sangat setia. Hanya memiliki satu pasangan dalam hidupnya, kecuali mereka yang terikat pernikahan kontrak yang sama-sama menguntungkan mereka.

Carvina sendiri melihat bagaimana kehidupan mereka. Kejam dengan musuh dan pengkhianatan, tapi setia dan royal dengan pasangan.

Dan setelah tujuh ratus tahun menjalani penyiksaan, mereka menghentikan penyiksaan itu dan melatih Carvina, merekrut gadis itu sebagai pasukan Ksatria khusus saat melihat kemampuan bertahan gadis itu.

"Mereka hanyalah orang-orang bodoh," Carvina menjawab pelan sambil memperhatikan kehidupan wanita malang itu dengan malas.

"Bertahan karena cinta, ya~ Wanita memang makhluk unik. Menunggu janji yang diucapkan oleh pria tanpa membuat surat perjanjian. Tidak menguntungkan sama sekali."

Pria itu menatap Carvina sambil bersenandung, "Aku sudah menahanmu selama seribu tahun. Sayang sekali, kau harus kembali melakukan reinkarnasi."

Carvina mendengus. Dirinya sudah mengalami kelahiran berulang kali dan masih mengingat jelas bagaimana kehidupan sebelumnya, dan itu memuakkan.

Pria itu memiringkan kepalanya saat merasakan sesuatu yang familiar, "Hmmm?"

Carvina menatapnya dengan datar.

"Ah, aku memberikan sesuatu yang istimewa untukmu, Carvina. Temukan raja iblis yang tersembunyi di sana. Aku akan memberikan kekuatan untukmu begitu kau terbangun nanti." Pria itu menatap Carvina serius.

"Raja iblis? Bukankah kau rajanya? Cari saja sendiri." Tolak Carvina.

"Aku hanyalah salah satu orang kepercayaan raja iblis. Kau tau, Nona~ Raja kami disegel entah kemana dan sepertinya dia terperangkap di dunia itu~" Pria itu menatap Carvina dengan tatapan memohon.

"Sudahlah." Carvina memalingkan wajahnya.

Pria itu terus merengek, membuat Carvina bosan dan memutuskan menyetujui permintaan pria itu, membuatnya tersenyum ceria.

Gerhana matahari dan gerhana bulan terjadi bersamaan, membuat bumi gelap gulita.

Terlihat seorang gadis kecil dengan tubuh kurus kering dan penuh luka meringkuk di sebuah jalanan gang, tanpa seorangpun yang peduli.

Gadis itu menggeliat, mendongak menatap sebuah rumah berlantai dua dengan kebingungan. Kenapa dirinya di usir dari rumah?

Apakah karena memakan sepotong paha ayam yang membuat sang ibu marah?

Dia tidak mengerti.

Suara petir menggelegar membuat gadis kecil itu gemetar menahan takut. Mati-matian gadis kecil itu menahan tangis, khawatir sang ayah akan memukulinya seperti yang sudah-sudah.

Hujan deras diiringi guntur yang menggelegar, lolongan anjing sahut menyahut memberikan kesan horor meski cuaca masih siang yang tertutup gerhana matahari total.

Gadis kecil itu memutuskan bangun dengan tertatih-tatih, mengabaikan rasa sakit dan perihnya luka yang terbasuh air hujan.

Kapan lagi dia merasakan air hujan sebebas ini?

Gadis kecil itu tertawa riang melupakan rasa sakitnya dan sesekali berteriak tatkala petir menyambar, memamerkan suara keras yang membuat orang-orang lebih memilih tinggal di dalam rumah.

Tanpa di sadari siapapun, sebuah portal kehitaman terbuka di bawah lingkaran kemerahan, memunculkan dua sosok asing yang kini menuruni langit secara perlahan.

"Aku merasakan esensi raja iblis di sekitar sini. Aku harap kau menemukannya dan menendang si bajingan itu ke dalam dunia iblis. Gara-gara dia, dunia iblis kacau." Racaunya kesal.

Carvina berdehem sebagai jawaban. Memang, selama tinggal bersama bangsa iblis, banyak hal yang dipelajari oleh gadis itu.

Mereka akan mengangkatmu setinggi langit, lalu menjatuhkanmu sedalam-dalamnya. Menghujani dalam pujian sebelum digantikan dengan hinaan dan cacian. Begitu terus menerus hingga membuat Carvina terbiasa.

Manipulasi, arogansi, keindahan dan ketamakan, membuat Carvina kebal dan tak tertarik lagi.

Dua sosok dewasa tak kasat mata memperhatikan gadis kecil tersebut. Seorang gadis bersurai ash blue menatap gadis kecil itu dalam diam. Dia sangat mirip dengan kehidupannya di masa lalu.

"Apakah kau tidak tertarik dengan anak kecil itu, Carvina~?" Seorang pria tampan dengan dua tanduk di kepalanya menatap gadis kecil itu dengan mata berbinar, "Dia tampak lucu menggemaskan. Sayangnya dia memiliki keterbelakangan mental akibat kecelakaan," Lanjutnya prihatin sambil mengusap air mata imajinernya.

"Oh, dia memiliki fisik yang kuat dan otak istimewa meski dalam keadaan seperti itu." Pekiknya riang setelah memperhatikan kondisi gadis kecil itu.

"Kau benar."

"Kalau begitu, pergilah~ Cari keberadaan raja kami. Aku akan memberikanmu kekuatan istimewa yang tak pernah kau miliki selama kehidupan mu~ Selamat bersenang-senang dan semoga kau bahagia, hihihihi!"

Pria itu membuka portal hitam dan menghilang dari sana, meninggalkan Carvina seorang diri di bawah hujan gerhana. Tiba-tiba pandangan gadis itu menggelap dan tubuhnya tersedot dengan kuat entah kemana bertepatan dengan suara benturan menyapa pendengaran gadis itu.

Suara tangisan seorang anak kecil terdengar di telinga Carvina. Gadis itu membuka mata dan mendapati seorang anak perempuan kecil menangis dengan putus asa.

Carvina menatap sekelilingnya dengan diam. Ruangan temaram seperti di beberapa kelahirannya dahulu. Mengabaikan sekitarnya, Carvina mendekati gadis kecil tersebut dalam diam. Gadis kecil yang menyadari kehadirannya mendongak dan menatapnya sekilas dengan wajah yang basah dengan air mata lalu kembali menangis.

"Hiks...hiks... Mereka tidak menginginkan kelahiranku, hiks..."

Mendengar isakan tangis anak itu membuat Carvina tersenyum miring.

"Apa kau mau balas dendam, Nak?" Tanya Carvina membuat anak itu menghentikan tangisnya.

Dia mendongak, memperlihatkan mata biru indahnya yang basah. Wajah cantik dan imut seperti boneka kaca yang retak dengan rambut hitam bergelombang.

Anak amat cantik yang di sia-siakan.

Dia anak yang spesial. Dari kelahiran, keturunan, maupun fisiknya yang terlahir dalam sebuah keluarga bodoh.

Anak kecil itu menunduk sedih, "Aku sudah meninggal, Kak. Aku tidak bisa membalas dendam, hiks... Dan aku tidak bisa pergi dari sini, hiks..."

"Aku bisa membantumu." Ucap Carvina serius.

"Sungguh?" Gadis kecil itu menatap Carvina penuh harap.

"Mm."

Gadis kecil itu tampak berpikir sebentar, memikirkan tawaran Carvina.

"Baik, Kak Terimakasih. Tolong balaskan dendamku pada mereka." Ucap gadis kecil itu dengan tubuh yang mulai memudar.

Carvina mengangguk mengiyakan.

Setelah itu, tubuh anak kecil itu perlahan memudar dan menghilang menjadi serpihan cahaya. Carvina hanya menatap pecahan cahaya seperti kunang-kunang itu yang mulai menghilang dalam diam.

Ah, misi pertamanya di mulai hari ini.

Dari tayangan cermin milik pria iblis itu, sepertinya tubuh anak ini adalah anak yang tidak diinginkan keluarganya.

Carvina membayangkan bagaimana rasanya menyiksa mereka.

Carvina menutup mata, memulai kehidupan pertama tanpa perlu menjadi bayi berulang kali.

Seringaian kejam terpatri di wajahnya.

"Selamat datang, dunia. Mari kita bersenang-senang."

Tiga

Sunyi, gelap, ringan dan hening.

Hanya itu yang dirasakan Carvina.

Perlahan sebuah suara berirama nyaring memasuki pendengarannya, semakin lama semakin jelas diiringi bau obat-obatan memasuki indera penciumannya.

Kegelapan yang berubah terang, membuat gadis itu tidak nyaman. Perlahan dia membuka mata dan terdengar suara beberapa orang berseru panik yang membuatnya pusing.

"Dia siuman! Cepat panggil dokter!"

"Syukurlah! Harapan kita tidak sia-sia!"

Hal yang pertama kali dia lihat adalah ruangan serba putih, disusul beberapa wajah orang yang asing di matanya tampak mengerubunginya dengan ekspresi cemas dan khawatir.

Carvina merasa tenggorokannya kering. Dia menggerakkan kepalanya ke sekitar untuk mencari sesuatu yang dapat di minum.

"Kau sudah sadar, Nak? Bagaimana perasaanmu?" Seorang wanita paruh baya bertanya dengan ramah, tetapi Carvina mendengar umpatan dilayangkan padanya dari wanita paruh baya itu.

"Sialan! Kenapa anak ini tidak cepat mati?!"

Carvina menatapnya dengan alis berkerut, membuat mereka yang berada di sana terdiam.

Seorang pria berseragam dokter diikuti oleh perawat memasuki ruangan. Pria itu tersenyum ramah pada Carvina dan menanyakan beberapa hal padanya.

"Siapa namamu, Nak?"

Carvina menggeleng. Dia tidak mungkin mengatakan jika dirinya adalah Carvina Amarillia Azhura, mengingat pemilik tubuh ini tidak memberitahu kan namanya. Apakah dia memang tidak di berikan nama?

"Lalu, apa kau mengenal mereka?" Tanya dokter itu dengan sabar.

Carvina menatap beberapa orang di ruangan itu dan wajah mereka pias. Bahkan mereka saling bersitatap mencari orang untuk di tumbalkan.

Lagi-lagi Carvina menggeleng.

Dokter itu menatapnya prihatin. Gadis sekecil ini pasti mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, dilihat dari kondisi fisiknya yang dipenuhi bekas luka dan beberapa memar serta kekurangan nutrisi. Apalagi beberapa waktu lalu kepala gadis kecil itu mengalami pendarahan hebat dan nyawanya hampir tidak bisa di selamatkan.

"Apa kau sungguh tidak mengenal mereka?" Sang dokter kembali memastikan yang dijawab dengan anggukkan.

Dalam ingatan pemilik tubuh ini, mereka adalah orang-orang kejam. Tidak ada kenangan manis apapun di memorinya.

Bahkan, ayah pemilik tubuh ini tak pernah memeluk kelahirannya saat dirinya memperhatikan dari cermin milik Sang iblis.

"Anak sialan itu benar-benar menyusahkan!"

"Kenapa dia tidak mati saja menyusul ibunya?!"

Carvina mendengar suara itu di kepalanya. Gadis itu menoleh sekitar dan melihat dua wanita menatapnya tak suka.

Gadis itu diam-diam menyeringai.

"Apa dia tidak mengetahui namanya?" Suara seorang pria terdengar di kepalanya. Terlihat seorang pria yang memasang wajah bersalah.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada anak sekecil ini?" Batin dokter itu yang di dengar oleh Carvina.

"Dokter, aku baru ingat namaku," Ucapnya dengan mata berbinar setelah melihat seorang wanita paruh baya hendak membuka mulut, membuat beberapa orang yang berada di sana saling pandang dengan wajah bingung.

Dokter dengan name tag Joshua menatapnya dengan antusias.

"Namaku Ragna. Ragna Nereza. Salam kenal."

Seisi ruangan menatapnya tak percaya.

"Nama yang cantik, seperti orangnya." Dokter Joshua menepuk kepala Carvina pelan sambil tersenyum manis.

Carvina memutuskan menggunakan nama itu.

Nama seorang pahlawan di kehidupannya yang ke tiga puluh. Seorang penyihir hitam yang menyelamatkan dunia dengan mengorbankan nyawanya sendiri.

Dan sekarang nama itu dia gunakan di kehidupannya sekarang.

"Boleh aku meminjam cermin?" Tanya Ragna polos. Dia ingin tau seperti apa rupa tubuh barunya.

Dokter itu mengangguk dan mengeluarkan sebuah cermin dari sakunya. Dia menyodorkan cermin itu kepada Ragna.

Ragna menerimanya dan mulai bercermin. Dia melihat pantulan pemilik tubuh yang di tempatinya.

Mata berwarna ungu kemerahan dengan pupil mata berbentuk kupu-kupu berwarna hitam, wajah putih dengan tahi lalat kecil di bawah mata, rambut berwarna hitam berombre ash blue.

Saat dia melihat wajahnya secara keseluruhan, dahinya mengernyit. Wajah ini sangat tirus, seperti tulang terbalut kulit.

Ragna mengembalikan cermin itu pada dokter Joshua dan mendumel dalam hati, 'Sepertinya kali ini kelahiranku cukup mengenaskan.'

Selama menjalani perawatan, Ragna hanya bertemu dengan keluarga pemilik tubuh asli ini sesaat setelah dirinya bangun. Menurut ingatan dari pemilik tubuh ini, mereka tidak pernah menginginkan kehadirannya.

Mereka memperlakukan pemilik tubuh yang masih kecil ini seperti binatang dan menyiksanya habis-habisan. Bahkan para iblis tidak pernah menyiksa anak kecil dengan begitu kejamnya.

Ragna tak habis pikir. Selama ini dia menjalani hari di rumah sakit seorang diri. Kadang dokter Joshua datang berkunjung sambil berbincang-bincang singkat. Dari pria itu Ragna akhirnya mengetahui dimana dia tinggal.

Setelah beberapa waktu menjalani perawatan, akhirnya Ragna keluar dari rumah sakit. Gadis berusia sembilan tahun duduk di depan rumah sakit sambil memperhatikan sekitar dengan seksama.

Dunia yang hampir mirip dengan dunianya terdahulu.

Dia melihat kendaraan berlalu lalang, orang-orang berjalan kaki sambil memainkan sebuah benda persegi, bahkan di kejauhan terlihat gedung pencakar langit yang hampir mirip dengan dunianya dulu.

Jika di kehidupannya dulu, terdapat kereta kuda berlalu lalang. Bahkan beberapa kereta kuda terlihat mewah dengan simbol-simbol tertentu yang menandakan jika kereta kuda itu dimiliki oleh orang-orang berkuasa.

Ragna menatap matahari yang mulai naik di atas ubun-ubun, menunggu seorang pria yang merupakan ayah pemilik tubuh ini untuk menjemputnya. Tetapi setelah menunggu berjam-jam, pria itu tak kunjung datang.

"Hai, adik kecil~ Menunggu siapa?" Suara ramah seorang pria mengalihkan atensi Ragna. Gadis kecil itu menoleh dan mendapati dokter Joshua berjalan ke arahnya.

'Aku harus menjadikan pria ini sebagai pionku untuk mencari raja iblis serta membantu balas dendam pemilik tubuh ini.' Batin Ragna dalam hati.

Ragna memutuskan menggunakan kemampuan barunya, yaitu melihat jiwa dari dokter Joshua.

'Dia memiliki jiwa yang sedikit kotor. Tetapi dia pria baik. Sayang sekali kalau melibatkannya dalam aksi balas dendam tubuh ini,' Batinnya dalam hati.

"Katanya hari ini aku di jemput. Tapi tidak ada orang yang datang menjemputku," Ragna berkata sambil memasang wajah polos, membuat pria itu mengernyitkan dahinya.

Seingatnya, Ragna sudah diperbolehkan pulang pagi ini. Tetapi sekarang ini sudah jam mendekati jam makan siang dan dia masih berada di sekitar rumah sakit tanpa ada orang dewasa yang menemani?

"Bagaimana kita menunggunya di sana? Sekarang sudah jam makan siang dan kau pasti lapar, kan?" Tawarnya ramah.

Ragna ingin menolak, tetapi suara perutnya berbunyi lebih dulu membuatnya menunduk malu.

"Jangan khawatir, aku tidak menculikmu. Anak kecil seharusnya makan yang banyak agar tumbuh sehat," Ucap Joshua terkekeh.

Joshua segera mengajak Ragna menuju cafetaria yang berada tak jauh dari sana. Gadis kecil itu mengikuti sang dokter sambil memperhatikan sekelilingnya.

Tidak ada perbedaan status seperti di kehidupannya yang dulu.

"Kamu mau pesan apa? Biar Om yang traktir." Joshua menatap gadis kecil itu sambil tersenyum ramah. Sebagai seorang dokter, pria itu memperhatikan gerak gerik Ragna yang seakan pertama kalinya melihat keramaian.

Ragna mengambil sebuah buku menu dan membacanya. Dahinya mengernyit bingung saat melihat tulisannya yang cukup asing di matanya, apalagi saat menggali ingatan pemilik tubuh ini. Tidak ada ingatan tentang apapun selain penyiksaan.

"Aku... Tidak bisa membaca, Om. Soalnya aku tidak diijinkan belajar," Ragna berkata dengan polosnya membuat Joshua menbelalakkan mata.

'Ada untungnya aku tidak menghapus ingatan pemilik tubuh ini. Meski ingatannya sangat menyakitkan, aku rasa ingatan ini akan berguna suatu hari nanti,' Batin Ragna.

"Biar om pesankan."

Ragna mengangguk.

Sambil menunggu pesanan datang, Ragna memperhatikan sekeliling dengan berbinar. Dunia ini benar-benar menarik.

Sementara Joshua menatap gadis kecil di depannya dengan dahi berkerut. Mata ungu kemerahan dengan pupil kupu-kupu berwarna merah, rambut hitam dengan ombre ash blue.

Itu adalah hal langka yang terjadi di dalam kedokteran.

Dia masih ingat saat anak itu tiba di rumah sakit dalam keadaan memperihatinkan. Hari dimana dua gerhana terjadi bersamaan, gadis kecil itu datang dengan berlumuran darah dan sempat mengalami gagal jantung.

Setelah tim medis berjuang sekuat tenaga, jantung gadis kecil itu kembali berdetak dan mengalami koma selama enam bulan lamanya.

Selama itu pula mereka meminta bantuan pihak kepolisian untuk mencari keluarga gadis kecil itu, tetapi tidak ditemukan datanya.

Lamunan keduanya terhenti saat seorang pramusaji datang membawa pesanan mereka. Mata Ragna tampak berbinar melihat makanan yang baru pertama kali dilihatnya. Tampak lezat dan menggugah selera.

"Makanlah yang banyak agar kau bisa tumbuh sehat."

Ragna mulai memasukan makanan itu dengan ragu-ragu. Seketika air matanya menetes saat merasakan makanan luar biasa lezat di mulutnya.

”Aku sudah sering makan berbagai jenis makanan, bahkan makanan mewah di kehidupanku yang dulu. Apakah pemilik tubuh ini tidak pernah memakan makanan layak?" Batin Ragna dalam hati.

Joshua yang melihat itu merasa panik. Dia meletakkan alat makanan dan menghampiri gadis kecil itu, "Kau kenapa?"

"Ini sangat enak. Terimakasih."

Ragna sesegukan. Tubuhnya merasa ringan. Dia mencoba untuk mengontrol diri, tetapi tidak bisa. Apakah ini reaksi dari jiwa pemilik tubuh ini?

Ragna bersumpah akan membalas perlakuan keluarga pemilik tubuh ini dengan manis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!