NovelToon NovelToon

Descendant Of A Mafia

DOAM — BAB 01

30 December, 11:30 pm.

Brugg!! Brugg!! “Akkhhh— ” pekik kesakitan seorang pria yang mendapat pukulan brutal dari empat pria sekaligus. Dia bukanlah ahli dalam bertengkar, dia hanya pria biasa, seorang wisatawan yang harus mendapati nasib tragisnya di kota asing.

“Grey!!!” panggil seorang wanita dengan tangisan pilunya.

Tanpa ampun ke empat pria berkemeja rapi yang diduga seorang pengusaha serta konglomerat itu memukulinya hingga wajahnya berdarah, sekujur tubuhnya seperti mati rasa. Bahkan mereka juga sempat menjerat leher Grey dengan tali, lalu menyeretnya dan hendak menggantungnya, namun gagal. Menekan punggung tangan Grey dengan kayu tumpul sangat dalam sampai teriakan kesakitan dari Grey terdengar lantang, lalu mematahkan ringan tangan kirinya.

Sementara pria lainnya memukuli seorang wanita berkulit eksotis yang kini nampak ketakutan, sudut bibirnya terluka hingga mengeluarkan darah dan gemetar.

Dua di antara mereka mulai menjambak rambut panjangnya yang indah.

“ZOE!!!!” teriak seorang pria yang juga korban dari pemukulan brutal tadi. Seakan ingin menolong wanita yang kini tak bisa bergerak karena kedua tangannya dipegangi dari belakang, sementara seorang pria berkemeja hitam yang berjongkok menekuk satu lututnya itu berada di depan Zoe seraya menelusupkan tangan kirinya ke tengkuknya.

“Please! Aku mohon...” lirih Zoe menggeleng serta memohon untuk dilepaskan. Air mata bercucuran, napasnya naik turun tak karuan.

“Please! ”

Jlebb! Tanpa pikir panjang, pria tadi menyuntikan narkoba dengan dosis tinggi ke leher wanita bernama Zoe. Sambil menangis, wanita itu tak percaya bahwa kekasihnya akan melakukan hal sekejam itu kepadanya.

“Aku hamil... ” Sekali lagi wanita itu melontarkan kata-kata bersuara lembut penuh harapan dan permohonan.

“Anakmu..” lirih Zoe berharap dilepaskan.

Kedua orang tadi saling memandang. Namun di dalam mata sang pria seolah tak peduli dengan kabar tersebut.

“Cepat selesaikan ini sebelum semuanya menjadi kacau!” sentak pria lainnya yang masih memegangi tangan Zoe.

Tak mendengarkan permohonan sang wanita, dia mulai menekan suntikkan tersebut hingga cairan narkoba itu masuk ke kulit leher Zoe. Seketika tubuh Zoe melemas akibat dosis suntikan tadi, Pria itu berdiri dan terus menatap ke arah Zoe yang mulai tergeletak di tanah dengan mata masih terbuka.

“Happy new year.” Ucapnya kepada Zoe tanpa rasa bersalah. Suara kembang api mulai bersautan di langit malam.

“ZOE!!!” Grey menangis tersedu melihat hal yang paling memilukan dalam hidupnya. ketika wanita yang dia sayangi di bunuh, tepat di malam tahun baru. Kembang api menghiasi langit malam, tanda sebagai kebrutalan seorang polisi dan seorang pengusaha Italia.

Tubuh Grey yang penuh dengan luka hendak berdiri meski rasa sakit menyebar di tubuhnya. Dengan ditemani air mata, Zoe melihat ke arah Grey yang hendak meraihnya, namun Krakk! salah satu pria malah mematahkan kakinya dengan menendangnya cukup kuat sampai Grey terjatuh kembali. Tak berhenti di situ saja, Grey mencoba bergerak meski harus merangkak hingga dia berhasil meraih Zoe dan terduduk seraya menyanggah tubuh Zoe dalam dekapannya.

“Aku mohon bertahanlah..” Ucap Grey menangisi keadaan Zoe yang sudah tak berdaya dan hanya diam menatapnya dengan air mata yang menetes. Betapa malangnya kedua orang itu, yang kini tinggal pasrah akan keadaan mereka sekarang.

Dari ujung jembatan Adige Verona, kumpulan anak-anak muda yang merayakan malam tahun baru hendak melintasi jembatan tersebut seperti biasanya yang mereka lakukan disetiap tahun baru. Seru mereka mulai terdengar.

“Kita harus segera selesaikan ini sebelum mereka melihatnya.” Ucap salah satu pengusaha yang ikut serta dalam kebrutalan tadi.

Mereka segera menyelesaikannya. Zoe yang hendak meraih pipi Grey, tiba-tiba pria berkemeja putih menendang tubuh Grey hingga terjatuh dan terlepas dari Zoe yang kembali terkulai di tanah dalam tatapan yang kosong.

“Zoe!!!”

Mereka menggeret Grey kebelakang, menyandarkannya ke mobil polisi, lalu menyuntikkan narkoba yang sama seperti Zoe. Salah satu pria mulai memukul wajahnya sekali lagi hingga dia terjauh lemah di tanah.

Sementara Zoe mulai digendong oleh salah satu pria berkemeja biru tua yang kini berjalan ke tepi jembatan. Dilemparkannya tubuh Zoe dari atas jembatan tersebut hingga terjatuh ke sungai. Byurr!!

Dengan kesadarannya, Grey merasa tak berdaya melihat Zoe dibuang begitu saja untuk menghilangkan TKP dan bukti kejahatan mereka.

Entah apa yang kedua wisatawan itu lakukan sehingga kelima pria tadi sampai melakukan perbuatan yang keji tadi kepada mereka. Tapi yang pasti, Grey maupun Zoe tidaklah bersalah hingga mereka pantas untuk dibunuh.

“Bagaimana jika kita ketahuan?” tanya kekasih Zoe yang menyuntikan narkoba tadi.

“Kau seorang polisi, menutup TKP adalah keahlian mu.” Ujar salah satu pengusaha ternama Italia itu.

Mereka segera pergi sebelum ketahuan, polisi tadi segera membawa Grey ke kantor polisi atas tuduhan pemakai narkoba dan obat terlarang. Pernyataan kelima pria tadi diterima, Grey dijatuhi hukuman 4 tahun penjara. Tak cuman itu saja, bahkan di dalam sel, para orang kaya yang merupakan pelaku, menyuruh dan membayar penjaga polisi agar memberikan hukuman kepada Grey saat di dalam sel dengan imbalan uang.

“Akgghhh— ” teriak kesakitan Grey yang di cambuk berulang kali, di pukuli dengan tongkat kayu tanpa ampun. Bagai di neraka, pria itu sungguh tak berdaya, semuanya adalah permainan para orang kaya.

...***...

Verona — Italia

Eight Years Later ( Delapan Tahun Kemudian)

Suara sirine ambulan memenuhi jalanan kota Verona, keadaannya sangat ricuh setelah para gangster baru saja saling berperang dalam bisnis mereka hingga adu tembak. Saksi yang melihat beberapa orang terluka, tentu saja langsung memanggil medis secepat mungkin.

“Kau bisa melihat jariku? Apa kau tahu berapa jari yang aku tunjukkan hah?” tanya seorang dokter wanita yang kini menunjukkan dua jarinya tepat di wajah seorang pria tampan bermata cokelat lumpur.

Lengannya tertembak dan kepalanya terluka parah sehingga darah menetes.

Bukannya menjawab, pria yang diduga seorang gangster itu malah diam meski dia sadar dan tahu berapa jari yang dokter cantik itu tunjukkan.

“Oke lupakan itu.” Ketus wanita dengan rambut cokelat yang terkuncir bak ekor kuda dengan poni menutupi dahinya itu pasrah dan mulai mengobati luka tembak di lengan kekar gangster tadi.

Sudah berulang kali dia bertanya, namun pria itu tak mau menjawabnya sebagai seorang pasien. Sarah harus menahan kesabarannya sebagai seorang dokter agar tidak lepas kendali.

Seperti saat ini, Sarah yang sibuk mengobati luka sang gangster. pria itu malah terus memandanginya dengan penuh takjub.

“Siapa namamu?” tanya gangster tadi yang baru pertama kalinya membuka suara. Sarah hanya diam seperti apa yang pria itu lakukan selama perjalanan dan selama pertanyaan yang selalu dia lontarkan.

“Apa kau tuli?”

Mendengar hal itu, Sarah langsung menekan luka di lengan pria kurang ajar tadi, namun pria itu dapat menahannya dan hanya menoleh menatap ke arah lukanya, lalu kembali menatap ke Sarah. Wanita itu tak tahu jika perbuatannya sudah berhasil memancing ketertarikan lawannya.

“Apa kau dokter gadungan?!” ejeknya memancing kemarahan Sarah.

Tak ingin menjadi wanita yang kasar, akhirnya Sarah meminta temannya mengurus gangster tadi dan berpindah duduk agar bisa menjauh darinya. Berbeda dengan pria tampan nan Maco itu yang terus tersenyum miring penuh arti dan terus memandangi Sarah tanpa henti.

Seorang wanita cantik dan bertalenta, memiliki gelar dokter di Italia. Seorang anak yatim piatu dan besar di sebuah panti asuhan. Kemandiriannya berhasil membuat dia mencapai cita-cita nya sebagai dokter.

Sarah Edelia (32th) dia selalu berpikir bahwa dia hidup sebatang kara, bahkan setelah kematian ayah, ibu dan kakak perempuannya dalam kecelakaan mobil, Sarah terpaksa dirawat di panti asuhan.

Tiba-tiba ambulan berhenti begitu saja di tengah jalan. Para medis di sana termasuk Sarah, mereka terlihat kebingungan hingga beberapa orang berjaket hitam kulit nan garang menggedor pintu ambulan.

“Jangan khawatir, mereka anak buah ku!” ucap seorang pria bos gangster tadi seraya menatap ke arah Sarah dengan penuh senyuman liciknya.

...°°°...

Hai guyss!!!!!! Kalian yang sudah baca (Only 200 Days Mr. Mafia) pasti sudah tahu kalau ini season 2 nya ya!!

Dan iya, kali ini cerita dilanjutkan oleh keturunan Maxi dan Nadine. Semoga kalian menyukai cerita ini, saya berharap dukungan Kalian semua.

Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya, jika masih bingung dengan alur ceritanya nanti, bisa tanya jawab di kolom komentar 😁🙏

Thanks and See Ya ^•^

DOAM — BAB 02

TEMPAT GANGSTER

Melihat kedatangan para gangster tadi, semua para medis meringkuk ketakutan. Hampir di seluruh kotak di Italia yang sangat meresahkan tentang keberadaan para gangster, dan kini mereka ada di hadapannya.

“Ayo, semuanya turun!” pinta anak buah dari bos gangster tadi.

Sarah terlihat kebingungan dengan usiran mendadak itu, apalagi kendaraan yang dia naiki adalah ambulan, kenapa orang-orang itu menyuruhnya keluar.

“AYO CEPAT...!!” teriak para gangster tadi dengan lantang hingga sopir dan juga perawat medis mulia memilih keluar, toh hanya ada dua pasien saja di sana.

Sarah yang hendak keluar dari ambulan mengikuti temannya yang sudah keluar lebih dulu, tiba-tiba bos gangster tadi mengeluarkan sebuah pistol entah dari mana dia sembunyikan benda berbahaya itu.

Darrr!!!

“Hahh— ” syok melihat seorang pria ditembak mati oleh bos gangster menyebalkan itu, tentunya Sarah melotot hingga menelan ludah bahkan dia terduduk seketika seperti lemas rasanya.

“Pertama kali bagimu dokter?!” ejek pria tampan bermata coklat lumpur itu tersenyum miring. Sarah yang terus memandangi jasad pasiennya tadi, tak berkutik sedikitpun, hingga tak sadar bahwa pria di depannya mulai mengetuk dinding ambulan. “Go.” Perintahnya yang seketika mobil tersebut mulai melaju kembali.

Sarah menoleh ke kanan dan kiri dengan kebingungan dan ketakutan yang luar biasa.

“APA, APA YANG KAU LAKUKAN?” sentak Sarah histeris sendiri.

“Hanya adegan kecil. Aku tidak mungkin membiarkan lukaku seperti ini saja, aku ingin sebuah perawatan khusus.” Kebohongan yang sangat indah. Padahal Sarah sangat tahu, pria gangster sepertinya tak mungkin membutuhkan perawatan medis karena kekebalan tubuhnya.

“Setelah kau membunuh orang tak bersalah, aku tidak akan mau mengobati orang sepertimu.” Ketus Sarah masih mencoba menahan rasa takutnya, apalagi ketika matanya melirik ke jasad pasiennya tadi.

“Dia musuhku.”

“Tapi dia pasienku.”

Kedua orang tadi saling memandang. Jika wajah si pria nampak tenang, berbeda dengan wajah Sarah yang terlihat marah, takut serta bingung.

Entah apa yang membuat Lorenzo de Luca itu tertarik dengan dokter Sarah, yang pasti saat ini dia benar-benar ingin mendapatkannya. Ketertarikannya membuat pria yang kerap kali dipanggil dengan sebutan Luca itu menyeringai kecil.

“Kau tahu kemana arah ambulan ini pergi Nona?” suara Luca terdengar mengerikan, apalagi mode tenang, berasa seperti ditusuk.

Sarah kembali menatap pria tersebut dengan firasat buruk.

“Tempatku!” seketika pria itu tersenyum lebar hingga gigi putihnya terlihat.

Pada saat yang bersamaan, rasanya Sarah sudah terjebak dan berharap semuanya baik-baik saja. Dia baru sadar bahwa yang menyopir ambulan tersebut bukanlah dari rumah sakit lagi. Melainkan anak buah Luca yang entah akan membawanya ke tempat apa dan seperti apa?

Luca yang melihat ketegangan di wajah Sarah, pastinya dia sangat mengerti apa yang wanita itu rasakan saat ini.

“Tetaplah tenang, maka semuanya akan baik-baik saja!” ucapnya tak tahu dosa hingga Sarah menatapnya dengan sorot marah.

...***...

Beberapa jam menempuh perjalanan. Ambulan yang berisikan empat orang dan satu jasad tadi, mulai melintasi sebuah gudang yang sangat besar dan gelap.

Sarah mulai merinding melihat tempat tersebut, jantungnya mulai berdegup kencang. “Kau membawaku ke mana?” tanya wanita itu terlihat panik.

Luca hanya tersenyum miring, lalu memukul satu kali dinding ambulan nya sehingga mobil tersebut berhenti tepat di tengah-tengah gudang yang masih terlihat gelap dan sunyi. Namun Sarah dapat mendengar beberapa langkah kaki di sana.

“Dai (ayo)!”

Pria bernama Luca itu segera turun terlebih dahulu, lalu berdiri tepat di depan pintu belakang ambulan yang kini terbuka lebar, menunggu Sarah turun dari mobil rumah sakit yang menyebalkan itu.

Sambil menyumat rokoknya, Luca masih sabar menunggunya.

“Aku tidak mau turun, dan aku tidak akan turun.” Wanita itu berkata dengan keputusannya, jika dia turun bisa saja para gangster itu melakukan hal yang mengerikan kepadanya. Keringat mulai bercucuran dari kulit Sarah.

“Kalau begitu tetaplah di sana. Sebentar lagi ambulan nya juga akan ku bakar bersama dengan jasadnya.” Ucap Luca dengan santainya seraya menikmati rokoknya. Pria itu berbalik dan terlihat juga darah di lengannya yang tertembak masih merembes keluar.

Sarah tertegun mendengar ucapan pria tersebut. kedua tangannya meremas kursi yang dia duduki. Tiba-tiba dia teringat dengan ponselnya yanga ada di saku mantel dokter yang dia kenakan saat ini.

“One... two.... ” tanpa menunggu waktu yang lama lagi, Sarah langsung turun dari ambulan tersebut.

Senyuman kepuasan terlihat di bibir tipis Luca. Pria itu masih tidak membalikkan tubuhnya, tangan kirinya terangkat seperti memberikan isyarat sehingga lampu di sana mulai menyala. Jdeg!

Betapa terkejutnya Sarah melihat kumpulan pria berpakaian kaos hitam juga jaket kulit hitam. kalung perak serta cincin batu permata menghiasi jari mereka, sama persis dengan penampilan para gangster.

Jumlah mereka sangatlah banyak, Sarah merasa seperti maskotnya yang hanya mengenakan pakaian warna putih juga seorang wanita sendiri.

“Ikuti aku.” Pinta Luca kepada Sarah.

Sarah mengamati orang-orang di sana yang kini menatapnya dengan garang.

“Jangan ada yang menyentuhnya.” Lanjut Luca sekali lagi agar wanitanya tidak ada yang berani menyentuhnya apalagi menyenggolnya sedikitpun.

Sarah benar-benar dibuat jantungan berada di antara penjahat. Bagaimana dia bisa memberitahu seseorang agar membantunya keluar dari sana.

.

.

.

“Kenapa ponselnya mati?” kesal seorang pria berpawakan gagah sama seperti Luca. Namun pria itu berpakaian polisi yang kini berada di ruangannya. Sudah berapa jam dia menunggu kekasihnya menelepon balik, padahal mereka sudah saling berjanji akan bertukar kabar dan menelepon setiap lima jam sekali, atau bertukar pesan.

“Pak! Ada tugas di daerah Corso Cavour, ada pembunuhan antar gangster di sana.” Jelas seorang junior polisi kepada kepala polisi yang kini duduk di kursinya dengan nik nama di atas mejanya <>

“Mereka lagi.” Geram pria bernama Tobias itu. Sudah berapa kali kasus yang sama, dan dia masih belum bisa menangkap bos gangster nya.

“Kumpulkan para polisi yang ikut bertugas, kita akan berangkat tiga menit lagi.” Pinta Tobias terlihat garang dan sangat ahli. Diusianya yang sudah menginjak kepala 3, tentu saja dia sudah sangat ahli dalam mengurus kriminal.

...***...

“Masuklah!”

Luca menoleh, tersenyum licik seraya menuangkan minuman keras di gelas yang dia bawa lalu duduk di sofa panjang warna hitam. Sementara Sarah, wanita itu tak menyangka ada rumah semewah milik Luca di dalam gudang.

“Duduklah, dan obati lukaku.” Alasan yang sangat bagus. Pria itu meneguk segelas minuman tadi. Rahangnya yang tegas dan tatapannya yang sangat mempesona, wanita mana yang tidak menyukainya.

“Kau akan berdiri saja dan melupakan tugasmu?”

Sarah langsung kembali dari lamunannya, wanita itu mau tidak mau harus melakukan tugasnya sebagai dokter, toh dia juga sudah terperangkap di sini.

Dengan malas dan kesal, Sarah mulai duduk di sana, sebuah kotak medis juga sudah tersedia di sana. “Siapa nama mu?” seketika Luca menatapnya sedikit terkejut mendengarnya.

Sambil membersihkan luka tembak di lengan bos gangster itu, Sarah juga mulai terlihat tenang meski sebenarnya di dalam hatinya sangat-sangat ketakutan.

“Apa itu penting?”

“Tentu saja. Aku akan menulis namamu agar bisa memberikan penjelasannya di rumah sakit, dan juga obatnya.” Jelas Sarah tanpa menatap wajah Luca.

Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya, bibirnya yang tipis selalu tersenyum miring setiap kali mendengar suara Sarah mengalun.

Keduanya saling beradu pandang.

“Di lihat dari tempatmu, sepertinya kau orang punya. Setidaknya kau harus membayar tagihan rumah sakit, pembakaran ambulan, dan penculikan seorang dokter.” Ketus Sarah lagi-lagi membuat pria bernama Luca itu tak habis pikir dengannya. Namun anehnya, ekspresi wajah Sarah begitu datar seolah itu semua bukan candaan.

...°°°...

Hai guyss!!!!! Maaf ya jika season 2 terlalu membosankan, ini baru permulaan mohon dimengerti 😐🙏

Hanya itu saja.

Thanks and See Ya ^•^

DOAM — BAB 03

NYAWA TERANCAM

Luca menatap ke lengannya yang sudah diperban sangat rapi, dan kini, Sarah mulai ragu jika harus membersihkan darah di dahi pria tersebut. Menyadari akan hal itu, tentu saja Luca yakin, bahwa dia yang merupakan bos gangster rupanya banyak ditakuti oleh orang-orang.

“Lakukan.” Pinta pria itu berwajah datar dengan suara beratnya.

Sarah yang sudah menahan ketakutannya dari tadi, mulai menggerakkan kembali tangannya, membersihkan sisa darah di dahi Luca. Sementara pria tampan berkulit putih itu masih fokus ke depan. Sampai ia mencengkram pergelangan tangan Sarah.

“Kau. Apa yang— ”

Melihat Luca menoleh ke arahnya dengan senyum licik, tentu saja Sarah mulai bertambah ketakutan. Tiba-tiba pria itu melepaskan kembali tangannya, berdiri lalu berjalan ke arah lainnya setelah mengambil sesuatu di dalam laci dan kembali duduk di semula.

Sarah mengerutkan keningnya ketika dia melihat sebuah kertas dan pena yang baru saja bos gangster itu letakkan.

“Aku belum menjawab pertanyaan mu. Namaku Lorenzo de Luca, cacat itu dan anak buah ku akan datang ke rumah sakit untuk membayar tagihannya.” Jelas pria bernama Luca tersebut.

Wanita berponi nan cantik itu nampak kebingungan dengan semua itu, kalau dia sebenarnya sudah tahu maksudnya, tapi... Sebisa mungkin Sarah menghindarinya.

“Kenapa... Seperti itu? Aku, aku bisa mengingatnya dan akan mengatakannya sendiri di rumah sakit.” Balas Sarah masih terlihat sangat gugup.

Seketika Luca tertawa lepas, giginya yang putih nampak sekali aura ketampanannya saat sedang tertawa lepas. “Aku membawamu datang kemari bukan tanpa alasan!”

“Lalu untuk apa? Penculikan dan tindakan kriminal. Kau bisa dihukum berat atas semua perbuatanmu.”

Senyuman dan tawa Luca hilang dalam sekejap, bersamaan dengan tangannya yang menyentuh tengkuk Sarah lalu mendekatkan wajahnya ke wajahnya sehingga mereka saling beradu pandang dengan jarak yang sangat dekat. Sarah menekan ludahnya seraya membuka matanya lebar-lebar.

“Para polisi bodoh itu bahkan tidak bisa menangkap ku. Bagaimana mereka bisa menghukum ku?!” ucapnya terdengar dingin.

Sarah mencoba melepaskan tangan Luca dari lehernya, namun tak bisa. Pria itu semakin dekat dan dekat, lalu berbisik tepat di telinga Sarah. “Jadilah wanitaku. Maka kau akan mendapatkan ketenangan!” ucapnya tanpa rasa malu.

Mendengar hal itu Sarah tak habis pikir akan ada pria sepertinya.

“Aku tidak akan mau menjalin hubungan dengan seorang kriminal sepertimu.” Ucap Sarah langsung jujur.

Luca tersenyum miring. “Aku terima pujian itu!” pria tersebut kembali memberikan jarak sehingga Sarah merasa lebih lega dan lebih bisa bernapas.

Wanita itu terdiam untuk sesaat, sedang terpikirkan olehnya. -‘Aku harus tetap tenang.’ ujarnya dalam hati mulai mencoba releks. Luca menoleh, menatap ke arah Sarah yang masih diam seakan tengah merancang sesuatu.

“Cepat tulis atau aku memperkosa mu.” Ancam Luca menuangkan botol minuman ke gelasnya lagi. Tak bisa berkutik, Sarah menuliskan nama Luca, setelah selesai, dia berdiri menatap ke Luca dengan lekat.

“Aku ingin ke toilet.”

Seketika tatapan pria itu seperti tajam dan curiga. Sarah menyelipkan rambutnya yang berantakan ke belakang telinganya, menutupi kegugupannya hingga Luca memberikan izinnya.

“Akan aku antar.” Ucapnya langsung membuat Sarah berdebar.

“Tidak usah... Maksudku— apa kau mau mengantar wanita ke toilet. Apa kau pria mesum?” celoteh Sarah mencari alasan. pria itu berkerut alis menatap dengan bingung. Seketika dia mulai beranjak dari duduknya, berjalan mendekat ke arah Sarah yang mulai waspada hingga mundur selangkah demi selangkah.

“Jika aku merasa bosan dan lelah karena pekerjaan, maka aku akan membeli wanita sebagai gantinya! Jika kau berkata aku pria mesum maka... ” Sarah terpojok ke tembok, matanya yang indah terus bergerak menelusuri wajah tampan pria yang kini tak berjarak dengannya.

Luca mendekatkan wajahnya hingga hidungnya yang runcing bertabrakan dengan hidung milik Sarah.

“Ucapanmu benar!” pria itu tersenyum nakal. Tangan kirinya bergerak membelai wajah Sarah hingga wanita itu memejamkan matanya.

“Jika kau masuk ke dalam hidupku, maka aku bersiap meninggalkan para wanita itu!” lanjutnya lagi penuh nada sensual.

Tiba-tiba Sarah tersadar bahwa dia sudah memiliki seorang calon suami. Kedua matanya terbelalak dan langsung mendorong Luca ke belakang, menatapnya dengan marah dan jijik.

“Aku sudah memiliki calon suami. Dan aku mencintainya, aku harap kau mengerti maksudku.” Tak ada ekspresi apapun selain wajah tenang tanpa dosa.

“Sekarang biarkan aku pergi ke toilet. Mr. Lorenzo de Luca.”

.

.

.

Kericuhan terjadi di sebuah gedung pertemuan antar para pengusaha. Terlihat seorang pria memakai setelan jas biru tua dengan rambut hitamnya yang rapi serta kulit putihnya, saat ini tengah berpidato menjelaskan produk terbarunya yang akan ia kembangkan di seluruh Asia dan Eropa.

“Tuan Aren! Bagaimana tanggapan mu tentang produk elektronik keluaran terbaru mu. Apakah kau akan memberikan harga di bawah rata-rata? Mengingat ini sudah delapan tahun perkembangan perusahan keluarga Anda!!” canda seorang reporter di sana.

Pria bernama lengkap Aren Alberto (33th) itu tersenyum hingga kedua lesung pipinya terlihat.

“Tentu. untuk harga perkenalan, maka akan diskon besar-besaran dan aku tidak akan merasa rugi sedikitpun!” jawabannya dengan penuh keseruan.

ketika mereka semua sibuk menyorot ke pengusaha ternama Aren tersebut juga tawa menggelagar terdengar ricuh, di sisi lain seorang wanita dengan jaket merah beserta topi jaketnya yang ia pakai menutupi rambut bergelombang nya sebahu.

Tatapan matanya dengan riasan eyeshadow hitam menyorot tajam penuh dendam ke arah pengusaha terkenal itu. Bibirnya yang tipis berpoles lipstik peach mengatup rapat. Tidak ada ekspresi lainnya selain ekspresi datar yang dia tunjukkan. Seakan puas memperhatikan Aren Alberto, wanita itu pergi begitu saja.

Kedua tangan Sarah gemetar saat dia mencoba menekan nomor kekasihnya di ponselnya. Sementara di luar toilet, Luca sedang menunggunya di sana.

“Aku mohon, angkatlah!!!” gumamnya benar-benar panik. Peluh membanjirinya, napas tak karuan semuanya menjadi panas dalam kulit Sarah.

[“Ada apa Sarah?! Kenapa ponselmu mati huh, udah berapa kali aku— ”]

[“Lupakan itu dan dengarkan aku baik-baik Tobias. Aku saat ini berada di kediaman para gangster! Mereka menculikku paksa dengan alasan aku harus mengobatinya.”] Jelas Sarah dengan suara berbisik agar tidak didengar.

Wanita itu terlihat ketakutan dan ingin segera di tolong. Sementara di luar kamar mandi, Luca sudah merasa curiga namun dia pura-pura lugu dan kini hanya tersenyum miring dan berjalan pergi.

Tak berselang lama, Sarah yang mulai keluar dari kamar mandi, dia merasa aneh ketika tidak melihat keberadaan bos gangster itu. “Ini lebih baik, aku bisa keluar— ”

“Hahh— ” Sarah terkejut ketika sebuah pistol tertempel di kepala kanannya, dan seorang pria sudah berdiri di belakangnya seraya merangkul lehernya dengan lengan kirinya yang kekar. Dialah Luca.

“Apa yang kau rencanakan?” bisik pria itu yang kini terlihat serius.

Sarah menggeleng. “Ti, tidak ada... Aku tidak.. Merencanakan sesuatu.” Elaknya walaupun keadaannya mendesak.

Tak butuh waktu lama, Luca langsung menyuruh Sarah untuk segera keluar dari ruangan rumahnya. Dia sudah tahu bahwa wanita yang saat ini ada di dekapannya tengah meminta tolong kepada seorang polisi.

“Aku mohon lepaskan aku... Aku bersumpah, tidak akan ada yang membunuhmu.” lirih Sarah yang mulai merintihkan air matanya. Pistol yang masih Luca arahkan ke kepalanya sungguh membuat adrenalin nya meronta. Apakah pria itu akan membunuhnya?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!