“Haliku celah, matahali belsinal, ku gendong tas kuning ku di pundak !! “.
Suara cempreng anak laki-laki itu membuat suasana di mobil menjadi lebih ramai dari biasanya.
Di perempatan lampu merah, mobil berhenti tak jauh dari wanita jadi-jadian yang memegang kerincing sambil bernyanyi dari satu mobil ke mobil lain.
“Abang pilih yang mana ? perawan atau janda ? Perawan memang menawan, janda lebih menggoda…“
Saat dua wanita jadi-jadian berjalan mendekati mobil mereka, bocah itu menurunkan kaca mobil di sampingnya.
“Ravin, jangan keluarkan kepalamu ! “ tegur seorang wanita cantik mengenakan seragamnya.
Ravin tak mengindahkan teguran wanita itu, ia menjulurkan kepalanya keluar saat kedua wanita jadi-jadian sudah berada di samping mobil mereka.
“Abang pilih yang mana ? perawan atau janda… ? Perawan memang cantik, Janda lebih menarik !!! Hiyaaaa !! “ serunya memainkan krincing di tangannya.
“Kalau abang pilih perawan, Masih muda masih segelannnnn… aaa aaa—
“Belum di centuh olangg a.. aaa.. aa, Belum belpengalaman… “ timpal bocah itu ikut bernyanyi membuat dua wanita cantik menepuk jidat mereka masing-masing.
Sedangkan pria paruh baya tersenyum, ia menjadi mengingat bagaimana anak- anaknya dulu menggemparkan penghuni mansion dengan lagu dangdut dan pop yang didalangi oleh kedua adiknya.
Mengingatnya membuat pria paruh baya hendak meneteskan air matanya. Apalagi putri sulungnya harus menjadi single mother untuk cucu laki-lakinya setelah kepergian menantunya.
“Ehaaa… Lanjut dek ! “ seru wanita yang memegang krincing.
“Kalau abang pilihna janda.. sudah pasti lebih dewacaa … aaa… aaa
“Sudah bermain cintaaaa… aaa “ timpal wanita itu.
“Banyak pengalaman nya… ! “
Wanita cantik yang menegur bocah gembul itu segera mengeluarkan uang dua lembar berwarna merah dan langsung memberikannya kepada dua wanita jadi-jadian.
“Terima kasih, “
“bye ! Bye ! Gembulllll ! “ ucap keduanya.
Bocah bernama Ravin itu tersenyum, lalu melambaikan tangan gempalnya setelah itu, kembali menarik kepalanya ke dalam.
Mobil kembali berjalan meninggalkan dua wanita jadi-jadian yang terlihat sedang mengipas wajah mereka.
“Ravin, lain kali jangan begitu. Kalau kamu jatuh bagaimana ? Mommy nggak mau kamu kenapa-kenapa ! “ tegurnya lembut, agar putranya tak merasa dimarahi.
“Colly mommy, coalna itu lagu kecukaanna Lavin… “ sahut Ravin pelan.
“Sudah, nggak apa kok. Lagian kamu juga waktu seumuran Ravin, suka goyang ngebor sama Alexa.. “ ucap Crayston membela cucunya.
Ravindra Raymond, bocah berusia 3 tahun itu sangat menyukai lagu dangdut dan pop. Dia adalah cucu laki-laki pertama dan kesayangan di keluarga Raymond.
Wanita itu menghela nafas kasar. Putranya itu sangat susah di nasehati, berbeda jika dengan kedua orang tuanya, Ravin pasti langsung menuruti.
“Sudahlah, nak ! Putramu hanya menimpali lagu kesukaannya. “ ujar wanita paruh baya yang sudah tua namun masih memancarkan kecantikannya.
“Huft, mami sama papi selalu saja membela Ravin. “ balas wanita cantik itu. Wanita paruh baya itu tersenyum, ia mengelus pelan rambut sang putri yang disanggul rapi.
Tak lama mobil memasuki halaman bandara internasional di kota J. Mereka pun turun dengan Ravin yang menggendong tas kuningnya.
Bocah itu menggandeng tangan mulus omanya dengan senyuman yang tak pernah luntur.
“Selama perjalanan hati-hati, jangan lupa berdoa, “ ucapnya kepada sang putri.
“Iya mami, Cherry ingat kok pesan mami… “
Cherry Ice, kini sudah menikah dengan Jeon teman kecilnya. Saat sedang hamil besar, Jeon suaminya mengalami kecelakaan pesawat hingga membuat Cherry harus melahirkan lebih awal karena beban yang ia terima saat itu.
Setelah kepergian suaminya 3 tahun yang lalu, Cherry hidup bersama putra semata wayangnya dan tinggal di mansion orang tuanya karena Cherry sudah kembali bekerja.
Hari ini, Cherry membawa putranya untuk pergi berlibur karena setelah terbang membawa penumpang, Cherry mendapatkan dua hari off di salah satu kota cantik di kota Bali. Maka dari itu, dirinya membawa sang putra untuk berlibur di kota Bali.
“Hati-hati dijalan sayang !! “ ucap pria paruh baya memeluk putri sulungnya dengan erat.
“Papiiiii, jangan erattttt engapppp ! “ rengek Cherry manja.
“Hahaha, maaf-maaf ! “ ucap Crayston melonggarkan pelukannya pada sang putri.
Crayston tersenyum menatap putrinya yang kini sudah menjadi ibu di usianya yang sudah menginjak usia 28 tahun. Lalu matanya beralih menatap cucu laki-laki pertama dikeluarga Raymond.
“Ingat pesan opa ! “
“Janan lali di dalam pecawat ! Nanti mommy kena malah om pilot ! “ seru Ravin dengan suara cadelnya.
Crayston mengangguk puas, ia menggendong cucunya lalu mencium pipi bulat Ravin hingga bocah itu merengek.
“Udahhh masss ! Nangis nanti cucu kita ! “ tegur Crystal kepada suaminya.
“Benel kata oma, opa itu mecum ! “ ucap Ravin tiba-tiba.
“Eh ?! “
“Papi,Mami, Cherry sama Ravin masuk dulu. “ ucap Cherry kepada kedua orang tuanya.
“Hati-hati nak, “
“Telpon mami jika sudah mendarat !! “ pesan Mami Crystal.
“Baik mami !! “
“Bye Oma Cly ! Bye Opa Clay !! “ ucap Ravin melambaikan tangannya, lalu mengangkat kedua tangannya membentuk love besar.
Cherry menggandeng tangan putranya setelah ia memperlihatkan id cardnya kepada petugas.
Mami Crystal membalas love cucu laki-lakinya dengan senyum yang merekah. Setelah putri dan cucunya tak terlihat, Papi Crayston membawa istrinya untuk pulang ke mansion yang sepi.
*
*
*
*
*
*
*
Beberapa saat mereka sudah berada di ruang tunggu, Cherry yang kebelet meminta putranya untuk menunggunya di kursi tunggu orang yang menunggu masuk ke dalam pesawatnya.
“Ravin duduk di sini dulu ya, mommy mau ke toilet dulu.. “ ucap Cherry saat dirinya kebelet ingin buang air kecil.
Ravin mengangguk patuh, ia membuka ipad yang dibeli oleh opanya tempo hari dan menyetel lagu dangdut kesukaannya.
“Goyang naci padang pake cambal lendang. .. sama olang minang yang ikut belgoyang, semua masalah jadi hilang, pikilanku jadi tenang… “ lirihnya mengikuti lagu goyang nasi padang.
Perhatian beberapa orang menuju ke arahnya, namun Ravin tak memperdulikannya selagi tidak mengganggu. Bahkan dari beberapa orang memvideokan kelucuan bocah tersebut.
Sedangkan di sisi lain, Cherry baru saja menuntaskan hajatnya. Setelah membersihkan kedua tangannya di wastafel, Cherry segera keluar dan menghampiri putranya yang dirinya tinggal di kursi tunggu.
“Huft, masih ada dua puluh menit lagi. “ gumam Cherry lirih.
“Jangan belsedih, jangan melana.. hanya gala-gala diputuskan cinta.. Bila memang tak ada jodohnya, lalu mau bilang a–”
“Ravin ! Ayo, kita keruangan sana. Mommy, mau ketemu aunty kamu dulu ! “ seru Cherry.
“Ketemu onti Lekca, mommy ? “ tanya Ravin semangat.
Ravin dengan patuh mematikan musiknya dan menyimpan ipad ke dalam tas kuningnya. Setelah itu, ia meraih tangan sang mommy.
“Let’s go ! “ ucapnya semangat membuat Cherry tertawa lirih.
Saat keduanya menuju ruangan Alexa, rekan-rekan Cherry menyapanya dan Ravin. Sesekali mereka mencubit gemas pipi Ravin yang bulat itu.
“Ekheee ! Janan di cubit onti ! Nanti luntul pipina Lavin !! “ pekik Ravin kesal.
“iiihhh gemes banget loh !! “ ucap Lara rekan Cherry di BA.
“Ndaaaaaa !! Mommy, ayo kabullllll !! “ ajak Ravin menghindari s3r4ng4n kepiting onti-onti pramugari.
Cherry dan rekannya tertawa saat Ravin berlari menghindari Lara yang kembali ingin mencubit pipi bulatnya.
Bugh !!
“RAVINNNNNNNN !! “ teriak Cherry saat melihat putranya menabrak seseorang hingga terduduk dilantai.
“Ekheeeee… !! P4nt4tnaaa Lavinnnn ndaa pel4wan lagi ekheee… “
“Kamu nggak apa-apa, dik ? “ tanya seorang pria tampan kepada Ravin.
Ravin yang hendak menumpahkan tangisan, mengangkat kepalanya. Mata bulatnya menatap sosok pria di hadapannya.
“hiksss, daddy… “. Panggilan Ravin membuat pria tampan itu bingung, namun ia tak bisa berlama-lama karena ia harus segera pergi ke pesawat yang akan ia bawa.
“Maaf, Om pergi dulu ! “ ucapnya setelah membantu Ravin bangun dari duduknya, setelah itu ia segera pergi meninggalkan Ravin yang menangis.
“DADDYYYYYY !!! DADDYYY NAAA LAVIN !!! “
“Sayang, mana yang sakit ?“ tanya Cherry panik melihat putranya yang menangis.
“Mommyyyy… daddyyy ! Lavin liat daddy mommyyyy !! “
“Lavin liat daddy mom ! Itu ! itu, daddy pake celagam !! “ rengek Ravin menunjuk pria yang berjalan menuju pintu gate 7.
...***...
Jangan lupa dukungannya ♥︎
“Kamu tunggu disini, mommy mau bantu penumpang dulu ya. Ingat pesan opa ? “
“Lavin nda boleh lali-lali di pecawat.. “ jawabnya sesegukan.
“Anak pintar ! “ puji Mommy Cherry.
Setelah itu, Mommy Cherry segera berjalan kedepan. Body nya yang bak gitar spanyol membuat rekan laki-laki memujanya dan memanggilnya Chebo ( Cherry Bohai ). Cherry tak masalah dengan panggilan itu, menurutnya sah-sah saja asal tidak menyimpang
“Chebo ! Tolong anterin ini ke kokpit. “ ucap rekan Cherry meminta tolong.
“Kamu kenapa ? “ tanya Cherry heran.
“Aku lagi periksa e-tiket penumpang, Jor ! “ ucap Cherry lagi.
“Biar aku gantiin kamu, soalnya aku takut ketemu pilot baru. “ ucap Kejora berbisik kepada Cherry.
Cherry mengerutkan keningnya, “ emang kenapa ? Kan kita udah bagi tugas tadi.. “
Kejora ragu, tapi apa yang dikatakan Cherry benar adanya. “ Yaudah deh, aku masuk. “
“Doain gue… “ bisik Kejora pelan. Cherry mengangguk pelan sambil mengecek e-tiket penumpang satu persatu.
“Cebenalna aku siapa, tak dianggap tapi adaaa… huuuu belsamamu ku telluka, melepaskanmu aku lebih tellukaaa… “
“Lelah beltahan denganmu, namun tellalu sayang untuk melepaskanmuuu… Bial Biallku jalani sampai melepasmu… tiada lagi sedih bagiku uwowwooooo… “
Ravin, bocah itu bernyanyi sambil menatap orang lalu lalang memasukan barang-barang ke bagasi pesawat. Jari-jari gembulnya mengusap jendela kaca seolah menulis tentang sesuatu di sana.
“Tadi Lavin nda salah liat. Olang tadi milip daddy na Lavin. “ ucap bocah itu mengusap foto pernikahan daddy dan mommy nya.
“Kalau benel, belalti Lavin masih punya daddy dong ! Mommy Celly nda dibilang janda bohai lagi ! “ pekiknya girang.
Beberapa saat kemudian, pesawat yang ditumpangi Cherry dan Ravin sudah berada di ketinggian ribu kaki.
Ravin dengan anteng duduk dikursi yang berada di belakang khusus kru pesawat. Sesekali kepalanya menjulur untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh mommy bohaynya itu.
Dua jam berlalu, Cherry menggandeng tangan putranya berjalan keluar dari pesawat setelah para penumpang berjalan keluar meninggalkan pesawat.
“Cherr, ini anak lo ? “ tanya seorang pria tampan mengenakan pakaian pramugara.
“Iya, Dim. Anak gue. “ sahut Cherry tersenyum kemudian meminta Ravin untuk menyalami rekannya itu.
“Ravin, salam dulu sama om ! “ titah Cherry.
Ravin menuruti titah mommynya, dengan tangan yang memegang tas kuningnya, Ravin menyapa pria itu dan menyaliminya.
“Kenalin, Lavin. Anak mommy Celly dan daddy Cewon ! “ ucap Ravin membuat Cherry sedikit meringis.
“Cewon apaan, dikira dia eun- woo kali ! “ gumam Cherry dalam hatinya.
Pria itu berjongkok di hadapan Ravin dengan tersenyum tampan. “ Om Rendra Prasetyo, panggil aja Om Rend ! “.
“ Om Len ? “ tanya Ravin bingung. “Iya om Rend, “.
“ Kenapa nda om, onlen aja ? “ celetuk Ravin membuat Mommy Cherry malu, ia langsung menegur putranya karena ia tak enak dengan rekan kerjanya itu.
Rendra tertawa lirih, “ Maaf Rend, putra gue sedikit usil ! “ ringis Cherry.
“Ha ha.. Nggak apa Cherr ! Eh, kalian mau liburan di sini ? “ tanya Rendra basa basi.
Cherry mengangguk. “Iya lah, libulan. Dikila om Onlen kita mau ngapain di cini ! “ sindir Ravin.
Cherry sontak menegur putranya. Takut kebablasan, Cherry segera menarik tangan putranya dan pamit kepada Rendra menuju taksi yang sudah menjemput keduanya.
“Ndaa akan Lavin bialkan, plia manapun mendekati mommy bohayna Lavin. Hanya daddy Cewon yang boleh ! TITIK nda pake KOMA ! “ ucap Ravin dalam hatinya menatap tajam Rendra yang masih melihat mereka hingga keduanya masuk ke dalam mobil.
*
*
*
*
*
*
*
Sore harinya, sesuai janji Cherry pada putranya. Sore ini mereka berdua akan berjalan-jalan ke tanah lot.
Cherry mengenakan gaun putih polos tanpa lengan dan rok nya yang mengembang, tak lupa kacamata hitam bertengger di hidungnya. Jangan lupa kan, sih tampan Ravin mengenakan kemeja pantai dengan celana pendek selutut memakai kacamata hitam seperti mommynya.
Keduanya tampak kece di sore itu, menikmati angin sore tak lupa keduanya mengabadikan liburan di tanah lot dan mengirimkannya ke grup keluarga.
Sebuah voice note masuk, Cherry segera menekan tombol play. Terdengarlah suara cadel yang menangis karena tidak ikut pergi ke kota B.
“Ekheeee !! Tega na kalian ndaa ajak Celitaaaaa !! “ tangis seorang bocah cadel berusia tiga tahun seumuran Ravin, namun Jelita lebih tua dua bulan dari Ravin.
Bocah perempuan itu bernama Jelita Clea Raymond putri Cleon dan Alexa. Ia sangat dekat dengan adik sepupunya Ravin, bahkan keduanya sering membuat oma Crystal dan opa Crayston sakit kepala dengan segala tingkah dan usilnya.
Cherry membalas voice note bocah gendut itu. “ Kapan-kapan ikut mommy sama adek Ravin ya… “.
Klik !
Ravin meraih ponsel Cherry dan membalas voice note Jelita.
“ Cih, menangis telus lah kau gendut !! “ ledek Ravin membalas Voice note dari ponsel mommynya.
Klik !
Tak lama kemudian, balasan voice note dari Jelita membuat Ravin cepat-cepat mendengarkannya.
“GENDUTTT TELIAK GENDUTTT !! NDA CADAL DILI KAU BILANGKUUU GENDUTTT !!! HAAAA !! “
Klik !
Ravin mengusap telinga kirinya yang terasa berdengung membuat Cherry tertawa lirih.
“Cudah gendutttt !! cempleng lagi cualanaaaa !! cakit telinga Lavin dengalnaaaa !! “
Klik !.
“Ayo kita pulang ! Keburu gelap ! “ ajak Cherry meraih ponselnya dari tangan sang putra.
“Baiklah ! “ sahut Ravin.
Saat keduanya akan meninggalkan tanah lot, mata besar Ravin tak sengaja melihat sosok pria yang ia temui tadi pagi di bandara.
“Dadddyyyyy… . “ lirihnya.
Ravin memperjelas arah pandangnya, ia melihat seorang wanita cantik menggandeng tangan pria itu.
“Iyaaa ! itu om pilottt yang tadi pagi ! “ pekik Ravin membuat Cherry menoleh.
Tampak pria itu berusaha melepaskan tangannya dari gandengan tangan wanita cantik itu hingga keduanya menghilang dari balik resto.
“Ravin kenal ? “ tanya Cherry bingung.
Ravin menggeleng, “ oom itu pilot yang ditablak Lavin tadi pagi, mom..“ jawabnya lirih.
Cherry mengangguk, tanpa melihat raut wajah sendu Ravin. Keduanya kembali berjalan menuju penginapan. Ravin masih menatap resto yang di datangi kedua orang dewasa itu.
“Kalau benel itu daddy na Lavin ! Halus Lavin basmi, pelempuanna itu ! Nda akan Lavin bialin pala pelakolna menang ! “
*
*
*
*
*
*
Kedua anak dan ibu itu baru saja selesai makan malam, Ravin yang sudah mengantuk meminta sang mommy untuk membacakan cerita dongeng kesukaannya.
Beberapa saat membaca cerita untuk putranya, Cherry menutup buku dan menatap sang putra yang sudah terlelap dengan jari jempol yang dimasukan ke dalam mulutnya.
“Kebiasaan anak dan bapak ! Nggak ada bedanya ! “ ujar Cherry pelan.
Ia menghela nafas kasar, meraih selimut menutupi setengah badan putranya. Lalu berjalan ke arah balkon untuk menikmati angin malam.
Langit malam di kota B berhembus lembut menerpa permukaan kulit putih Cherry. Wanita itu memejamkan kedua matanya menikmati semilir angin malam.
Sebuah bayangan melintas di pikirannya, terlihat seorang pria tampan tersenyum kepadanya.
“Aku akan kembali… .. “
“MOMMMMMMYYYYYY !!! “
Cherry tersentak kaget. Ia langsung membuka kedua matanya.
“Ekheeee …Mommmyyyyy !!! Janan nyebulin diliii hiksss… .. “ tangisan Ravin membuat Cherry tersadar bahwa tubuhnya sudah mencondong ke depan dengan kedua tangan yang terentang.
“Haaaa ?! “
Cherry menatap tangan gendut putranya yang memegang erat ujung piyamanya. Ia segera memeluk sang putra dengan erat membuat tangisan Ravin semakin terdengar.
“Maafkan mommy sayang… “ ucap Cherry mengecup kening putranya.
“Mommyyy… kata oma bun*h dili nda baik. Nanti lohna jadi jentengan hiks… “
Entah harus menangis atau tertawa, mendengar ucapan salah putranya.
“Maaf mommy, salah ! “
“Halus itu ! Jangan di ulangi lagi… “
Cherry mengangguk. Tanpa keduanya sadari, seseorang menatap keduanya dari kejauhan.
“Seperti ada sesuatu yang menarikku untuk ke sana… tapi apa ? “
...***...
Jangan lupa dukungannya♥︎
Dua hari berlalu, kini Cherry dan putranya bersiap untuk pulang ke kota J sebelum itu, Cherry harus melakukan penerbangannya ke kota S selanjutnya ke kota M dan terakhir ke kota J.
Ravin dengan semangat berpindah-pindah pesawat mengikuti mommy-nya. Bahkan tas kuningnya sudah penuh dengan pemberian-pemberian awak kru.
“Ndaaa ada hadiah mahal, tokat pun jadi… bial sih gendut ndaa tantlum lihat kedatangan Lavin si danteng ini… “ ucapnya narsis duduk memantau beberapa cemilan di dalam tas kuningnya selain coklat.
“Hai, Ravin. Sedang apa kamu ? “ tanya seorang pria duduk di sebelah Ravin.
Bukannya menjawab, Ravin mendorong dan membuka sedikit tasnya untuk memperlihatkan isi dalam tas kuningnya.
Pria itu mengangguk. “Banyak cemilannya. Nggak mau bagi om ? “
“Ndaa lah, cemilan ini mau Lavin kasih ke genduttt… “ tolak Ravin.
“Kenapa dikasihkan ke gendut ? “ tanya Zul kepada Ravin.
“Cituu kepo kali loh. Ndaaa tau dia, Lavin nih punya kakak tantlum kalau ndaa di cogok palah tantlumna ! “.
Zul menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia tidak paham dengan apa yang dibicarakan oleh Ravin anak rekannya itu.
Beberapa jam kemudian, mereka sudah berada di bandara kota J. Seperti biasa, Ravin akan menunggu Cherry di kursi sampai mommy selesai. Setelah selesai, barulah Cherry membawa putra dan kopernya keluar dari pesawat bersama rekan-rekan kerjanya.
“Eh, Ravin ! Nggak bosan kau ikut mommy mu sana sini ! “ ujar salah satu rekan Cherry.
Ravin menggeleng lesu, dirinya sudah mengantuk karena sekarang sudah jam sebelas malam. Cherry yang melihat putranya mengantuk, memintanya untuk mencuci wajah di wastafel.
“Cuci dulu muka nya.. kita tunggu opa dan oma di depan.. “
Ravin mengikuti perintah mommy-nya dengan pelan ia berjalan menuju wastafel yang ada di dekat pintu toilet. Ravin menginjak sebuah kayu balok dan naik di atasnya agar memudahkannya untuk mencuci tangan serta wajahnya.
Cherry dan rekannya berpisah karena mereka sudah dijemput, Cherry dengan sabar menunggu putranya untuk mencuci wajah dan tangannya.
“Tunggu disini dulu, mommy mau beli roti dan air minum itu ! “ Ravin mengangguk patuh kemudian memejamkan kedua matanya.
Beberapa saat Cherry kembali membawa dua roti dan sebotol air minum.
“Ditinggal bentar tidur ini bocah ! “.
Beberapa orang menawarkan untuk mengantar Cherry dan putranya, namun dengan tegas Cherry menolak dan mengatakan bahwa dirinya sedang menunggu jemputan.
“Cherry !! “
Wanita itu mengalihkan pandangannya saat mendengar seseorang memanggil namanya.
*
*
*
*
*
*
Keesokan harinya, semua keluarga sudah berkumpul di meja makan tanpa kehadiran Cherry dan Alexa.
Keduanya sudah berangkat subuh tadi ke bandara. Cherry mendapatkan jadwal penerbangan dari subuh hingga malam hari di tiga kota lagi. Sedangkan, Alexa ia adalah operator pesawat dan memiliki jadwal dari subuh hingga subuh lagi.
“Mommy, udah belangkat lagi ? “ tanya Ravin sedih.
Oma Crystal mengangguk, “ Iya, mommy pergi kerja untuk beli mainan Ravin.. “
“Mainan na Celita juga kan oma ! “ sahut bocah berambut kepang dua.
Ravin melototkan matanya. “ mainanna Lavin doang, Celita kalo mau mainan minta cama mama Celita janan cama mommy na Lavin ! “.
“Nda boleh dibialkan. Lugiiii bandallll ! “ pekik Ravin dalam hati.
“Cih, pelit kali ! Ya, udahlah. Celitaa minta papa Cingaa beliin Celita mainan ! Wleeee ! “
“Hessss ! Sudah-sudahh… Ayo sarapan ! “ tegur Opa Crayston cepat saat menyadari perubahan wajah cucu laki-lakinya.
Ravin termenung saat menyadari ucapan sepupunya itu. Ia belum pernah merasakan pelukan seorang ayah. Apalagi dimanjakan oleh sosok ayah.
Setelah selesai sarapan, semua keluarga melakukan aktivitasnya masing-masing karena hari libur opa Crayston berencana ingin mengajak kedua cucunya untuk pergi jalan-jalan.
“Opa ! Opa ! Jadi ndaa kita jalan-jalan ? “ tanya Jelita semangat.
“Jadi, nanti jam sembilan kita pergi ! “ ucap Opa Crayston membuat Jelita bersorak.
“YEEEYYYYYYY ! HOLEEE JALAN-JALAN !! “ teriak Jelita semangat.
Tubuh gendutnya ikut bergoyang, lemak-lemak yang bertebaran membuat tubuh gadis itu seperti roti gembong.
Sedangkan di sisi lain, seorang bocah merebahkan dirinya di kasur empuk milik mommy-nya setelah selesai sarapan dengan alasan masih mengantuk.
Bocah sekecil itu sudah bisa berbohong demi menyembunyikan perasaan sedihnya.
“Celita puna papa dan mama lengkap, sedangkan Lavin hanya punya mommy seolang. Mommy kelja buat beli mainanna Lavin, sedangkan daddy na Lavin cudah nda ada… “ ucapnya sendu.
Ravin menatap bingkai pernikahan kedua orang tuanya. “Daddy na, Lavin danteng kok. Tapi kenapa pelgi duluan, apa olang danteng duluan pelgi ya ? “ ucapnya ngawur.
“Kalau gitu, Lavin mau jadi jelek aja lah. Kasihan mommy kalau Lavin tindalin juga… “ serunya lagi.
“Sayang… apa kamu ada lihat Ravin ? “ tanya pria paruh baya kepada istrinya yang kini sibuk menyiapkan pakaian kasual suaminya.
“Ravin ? “ Opa Crayston mengangguk.
“Ravin, tadi bilangnya ngantuk. Apa masih dikamarnya ? “ tanya Oma Crystal.
“OPAAAAAAAAA !!! LAVIN NA NDA ADA LIAT DIKAMALNAAAAA !!! “ teriak seorang bocah berlari masuk ke kamar oma dan opanya.
Opa Crayston mengalihkan pandangannya kepada sang cucu perempuannya. “Masa nggak ada di kamarnya ? “
Jelita mengangguk, nafasnya masih memburu naik turun membuat oma Crystal memberi minum cucunya itu.
“Minum dulu, minum dulu ! “ Jelita meraih gelas di tangan sang oma.
Meminum hingga setengah, lalu memberikannya kepada oma Crystal.
“Ahhhhh legaaaaaa naaaa tenggolokan Celita… . “
“Oma mau nanya, “ Jelita mengangguk. “ Emang adik Ravin nggak ada dikamarnya ? Jelita sudah periksa belum ? “ tanya Oma Crystal.
“Cudah oma ! Celita udah oblak ablik kamalna, tapi Lavin nda ada liatna… “ adu Jelita dengan nafas yang memburu.
Oma Crystal menatap suaminya, mengerti tatapan sang istri, opa Crayston segera ke kamar cucu laki-lakinya setelah mengenakan pakaian yang sudah disediakan istrinya itu.
“Jelita disini dulu ya, oma mau mandi sebentar ! “
“Oke oma ! “ sahut Jelita merebahkan dirinya di kasur empuk oma dan opanya.
“Ravin ! “ panggil opa Crayston saat memasuki kamar cucunya itu.
Opa Crayston terkejut melihat pemandangan kamar sang cucu yang berantakan, bedcover terjatuh di lantai, pintu lemari dan pintu kamar mandi terbuka.
Bergegas dirinya melihat isi lemari. “Aman kok. Masih ada bajunya ! “ ucap Opa Crayston sambil mengelus dadanya. Lalu menutup kembali pintu lemari.
“Kemana Ravin pergi ? “.
Sedangkan di sisi lain, seorang wanita cantik baru saja tiba di bandara kota P. Ia bersama rekannya sedang memberikan salam selamat tinggal kepada penumpang yang menggunakan layanan pesawat yang sedang mereka naiki.
“Masih ada waktu satu jam setengah. Kita mau kemana ? “ tanya Kejora kepada Cherry yang tersenyum menyapa penumpangnya.
“Mending bersih-bersih kabin dulu lah, habis itu baru kita istirahat di ruangan. “ sahut Cherry.
Kejora mengangguk. “Guysss, jadwal kita diundur ! Jadi jam 10.45 baru berangkat dari kota P ke kota M ! “ seru rekan yang lain saat melihat jadwal penerbangan diganti.
“Wahh, ini jam 7.30 masih berapa jam lagi ! “ sahut Kejora.
“Mending istirahat yuk, “ ajak yang lainnya.
“Foto dulu dong ! “ timpal yang lainnya.
Semua kru menyetujui, dan kini mereka berfoto di dalam pesawat dibantu oleh petugas bandara.
Setelah itu, mereka pergi ke ruang tunggu sambil menunggu jadwal penerbangan selanjutnya.
Cherry yang mendapat telepon dari sang putra segera mengangkatnya dengan mengulas senyum ia menyapa putranya yang terlihat baru bangun tidur.
Di sana ada papinya yang sedang mengadu menceritakan bagaimana paniknya mereka saat Ravin tidak ditemukan di kamar pribadinya.
“Haha, papi seperti tidak tahu saja ! “
“Anakmu itu bikin papi ser4ngan j4ntung ! Tidur kok bisa di kamar kamu ! Ditambah lagi keponakan kamu, Jelita ! Dia obrak abrik kamar Ravin ! “ adu opa Crayston kepada putrinya membuat Cherry tertawa lepas.
Hingga tak memperhatikan jalan dan menabrak seseorang.
BRUK !!!
“awwww !! “ ringis Cherry menabrak seorang pria yang juga tengah bertelepon membelakanginya
“Eh ! Maaf-maaf !! “ seru Cherry dan mengangkat wajahnya untuk melihat seseorang yang ditabraknya. Saat pria itu membalikan badannya, betapa terkejutnya Cherry saat melihat pria yang di hadapannya.
“Ma—
...***...
Jangan lupa dukungannya♥︎
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!