NovelToon NovelToon

Gadis Rental Ceo Arogan

Bab 1 GRCA Taruhan

Di sebuah Cafetaria, pukul 21.00 WIB.

Sebuah Klub futsal yang sangat terkenal di ibukota sedang merayakan kemenangan di tempat itu. Mereka baru saja berhasil menjadi pemenang dalam turnamen di ajang nasional. Makan dan minum serta menyanyi, mereka lakukan sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia atas lolosnya klub mereka untuk maju ke ajang internasional pada turnamen musim panas beberapa bulan lagi.

Bimantara ARS sebagai kapten tim dan merupakan pencetak gol terbanyak pada turnamen sebelumnya nampak diam dan tak bersemangat.

Ia hanya menikmati minuman dinginnya dari sebuah botol kemasan dengan pikiran melayang. Tatapannya kosong dengan segala emosi yang berkecamuk di dalam dadanya.

Ia bahagia tapi juga resah. Papanya, Arjuna Raka Sastrowardoyo tak memberikannya izin untuk melakukan hobinya ini jika ia tidak mau menjadi CEO di perusahaan pria itu. Dan hal itulah yang menjadi puncak kegalauannya.

Pria berusia 27 tahun itu sebenarnya juga mempunyai usaha sendiri di bidang lain yaitu olahraga tapi sang papa tak pernah mau mengerti dirinya.

Bimantara pun menarik nafas pelan kemudian menghembuskannya untuk mendapatkan perasaan lapang di dadanya. Euforia kemenangan itu rasanya tak berarti buatnya karena berbagai macam tekanan dari sang papa.

Sruuup

Kembali ia menyeruput minumannya dan berusaha menikmati lagu yang dinyanyikan oleh Amar di atas panggung. Sebuah lagu energik yang seharusnya membuat semua orang senang kecuali dirinya.

'Papa memang kadang-kadang sangat menjengkelkan, bahkan untuk pendamping hidupku saja ingin diaturnya juga, sial!'

'Mama, kemana taringmu sampai ikut-ikutan gak bisa bersuara. Dibayar berapa kamu ma sama papa jadi sangat mengesalkan seperti itu.'

Grrrr!

Bima mengeratkan rahangnya saking kesalnya. Ia tidak tahu rencana apa yang ada dibalik otak encer sang papa sampai menjadi orang yang sangat mengesalkan seperti ini.

Pria muda itu pun menggenggam kaleng minumannya dengan keras sampai membuat kaleng itu peyot. Setelah itu ia melemparkannya ke tempat sampah tapi ternyata salah sasaran.

Pletak!

"Aaargh! Brengsek kamu Bim! Kamu gak lihat ya kalau ada aku disini!" teriak seorang pria yang baru saja terkena lemparan kaleng minumannya.

Wajah pria itu mengeras dan ingin menyerang Bima tapi langsung mendapatkan pelototan tajam dari Bima.

Si biang keributan, Gilbert yang terkena botol langsung marah. Tersinggung dan tidak terima, ia pun mengoceh asal untuk membalas Bima.

"Dasar sombong kamu! Mentang-mentang jadi pemenang, tingkahmu sudah seperti orang yang paling hebat huh!" teriak Gilbert.

Bima tak perduli. Ia diam saja.

Gilbert jadi semakin kesal.

"Tapi tetap saja kamu adalah anak mami Bim hahaha! Apa-apa diurusin mami dan papi. Pekerjaan dan bahkan jodoh pun pasti akan diatur oleh kedua orangtuamu," sindir Gilbert dengan lirikan tajam ke arah Bima yang sejak tadi hanya diam saja.

"Anak yang selalu lengket pada ketek mamanya kalau bukan anak mami apa namanya hem? Mau mundur dari turnamen karena jadi anak baik hehehe. Enak saja!"

"Kami semua bisa rugi tauk! Gak mikir apa!"

Gilbert yang memang baru saja minum kini semakin berani untuk bicara dan meracau tak jelas. Tingkahnya itu sampai berhasil memancing perhatian orang banyak.

Amar yang sedang bernyanyi pun langsung turun dari panggung dan menghampiri mereka.

Bimantara yang sejak tadi hanya diam sudah mulai terpancing. Ia langsung melompat ke arah pria yang sangat menyebalkan dihadapannya dan mencengkram kerah kemeja musuh bebuyutannya itu.

"Hey, lepaskan aku anak mami!" teriak Gilbert dengan wajah yang semakin menyebalkan.

Bugh

"Aaargh!" Gilbert mengerang kesakitan.

"Aku peringatkan kamu untuk tidak membawa-bawa keluargaku di sini ya? Aku tak suka. Ngerti kau brengsek!"

Gilbert tersenyum miring dengan ujung bibir yang sudah pecah.

"Kalau kamu bukan anak mami, kamu tetap harus ikut turnamen itu dan juga buktikan kalau kamu tidak akan patuh pada keinginan om Juna!"

"Hey! Siapa kamu mau ikut campur dan mendikte aku hah! Kamu pikir aku bocah ingusan huh!"

Gilbert tertawa dengan sangat menyebalkan. Ia adalah salah satu anggota klub lawan tapi entah kenapa selalu saja ada dimanapun Bima berada.

Pria itu seakan diciptakan untuk membayangi kehidupan Bima sejak mereka kecil. Gilbert bagaikan seekor lalat yang selalu mengikuti kemana makanan akan dibawa.

Ia selalu berdenging dan sangat menggangu di telinga seorang Bimantara ARS.

"Aku Gilbert dan aku tidak suka kalau kamu bahagia titik!."

Bugh!

Sekali lagi tangan Bima memberikan satu pukulan telak pada pelipis pria itu.

"Aaargh! Brengsek kamu Bim!"

Bugh!

Satu pukulan lagi Bima layangkan ke batang hidung pria dihadapannya karena emosi. Gilbert ikutan emosi dan ingin membalas tapi ia tak mampu karena tak punya tenaga sehabis minum.

"Kenapa? Kamu masih mau nambah?" tanya Bima tanpa mau melepaskan cengkeramannya pada pria menyebalkan itu.

"Aku cuma mau kamu tetap ikut turnamen itu dan harus menang! Kamu harus membawa nama baik klub dan juga negara kita meskipun aku sangat benci kalau kamu yang menang!"

Bima melotot kemudian mengerang kesal.

"Aaargh! Sial!" umpatnya.

Pria itu semakin merasa marah dan juga galau. Ia pun melepaskan cengkeraman tangannya pada kerah kemeja Gilbert dan mendorong pria itu sampai terjatuh ke sebuah sofa.

"Dan juga buktikan kalau kamu bisa mendapatkan jodoh tanpa campur tangan dari papa dan mamamu hahaha!" lanjut Gilbert dengan tawanya yang semakin menyebalkan.

"Awwww!" Ia meringis karena hidungnya yang baru kena pukulan terasa sangat sakit.

"Rasakan kamu. Tapi eh siapa takut?! Kamu akan lihat semuanya terjadi di depan matamu brengsek!" tantang Bima dengan tangan terkepal.

"Hahaha. Mana berani kamu melawan sama om Juna. Tapi ya, aku tetap menunggunya sih. Dan ingat satu hal wanita itu haruslah dari kaum bawah seperti mamamu dulu!" balas Gilbert dengan seringai diwajahnya.

Bugh!

Satu pukulan keras lagi langsung ia sarangkan di perut pria brengsek itu karena berani menyebut mamanya dari kaum bawah.

"Argh. Brengsek kamu Bim!" teriak Gilbert kesakitan.

Bima tersenyum menyeringai kemudian menjawab, "Kalau aku bisa, apa yang akan kamu lakukan hah?"

"Aku akan pergi jauh darimu!"

"Hahaha, bagus. Aku memang sudah sangat muak denganmu. Sejak kecil kamu selalu saja mencari masalah denganku. Jadi aku terima tantanganmu!" tegas Bima.

Gilbert mendengus kasar.

"Hey semuanya! Apakah kalian dengar apa katanya? Gilbert akan pergi jauh dariku kalau aku bisa memenangkan tantangannya!" tegas Bima seraya bertepuk tangan.

Semua orang langsung bertatapan.

"Well, aku terima tantangan kamu Gilbert!" ucap Bima seraya meraih tangan Gilbert dan menyalaminya.

"Wow, kalian semua dengar? Kalian dan aku menjadi saksi, tentang taruhan ini!" ucap Gilbert dengan tawanya yang sangat menyebalkan karena sangat bahagia.

Amar hanya bisa mengernyit. Ia tidak tahu kenapa Bima mau membuat sebuah perjanjian dengan Gilbert yang tak waras dan notabene adalah musuh bebuyutan mereka sejak dulu. Ia pun menghampiri Bima dan berbisik," Kok diladeni sih?"

Bima tersenyum kemudian balas berbisik," Aku sudah sangat muak dengan pecundang ini jadi aku akan memastikan semuanya terjadi agar ia bisa menghilang dari mataku selamanya."

"Baiklah. Tapi aku berharap om Juna dan Tante Mayang gak tahu hal ini ya Bim."

"Kalau gitu jangan kasih tahu mereka atau kamu juga akan aku jadikan seperti Gilbert!" jawab Bima dengan tatapan tajam pada sang sahabat.

Amar langsung tersenyum kecut apalagi handphonenya langsung berbunyi dengan panggilan video.

"Om Juna?" ucap Amar setelah melihat daftar kontak yang sedang memanggil.

Pria itu menghela nafasnya karena pasti sang bos ingin tahu apa yang sedang dilakukan oleh Bima di jam tidur seperti ini.

🌹🌹🌹

*To be Continued

Bab 2 GRCA Dipecat

"Assalamualaikum om," sapa Amar setelah menggulir tanda kamera pada handphonenya.

"Waalaikumussalam. Kamu dimana ini?" balas Arjuna dari seberang seraya menyipitkan matanya memandang Bima yang berada tak jauh dari posisi Amar.

"Lagi di Cafe om."

Wajah Arjuna langsung mengeras.

"Jam berapa ini hah?!"

Pria itu berteriak seraya memandang penanda waktu yang melingkar pada pergelangan tangannya.

Amar hanya tersenyum meringis.

"Pulang sekarang! Besok Bima sudah harus masuk kerja. Gak baik begadang terlalu larut."

"Ah iya om. Kami akan pulang sekarang kok," ucap Amar kemudian mengakhiri panggilan video itu.

Bima yang mendengar perintah sang papa mendengus kasar dan segera meraih kunci mobilnya. Setelah itu ia langsung melengos pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Amar.

Pria itu sangat kesal pada papanya yang sepertinya masih saja menganggapnya sebagai anak kecil. Dan sialnya, dengan itu Gilbert jadi gampang mengolok-oloknya sebagai anak mami.

Dengan kecepatan tinggi, ia membawa Rubicon nya ke sebuah perusahaan besar yang selama ini dipimpin oleh seorang Arjuna Raka Sastrowardoyo.

Membuat sebuah masalah malam itu akan ia lakukan untuk membalas sakit hatinya pada sang papa.

🌺

🌹

🌺

Pagi-pagi sekali, Bima sudah sangat kacau. Sebuah laporan buruk baru saja masuk ke dalam handphonenya dari seorang karyawan di perusahaan yang akan ia tempati bekerja hari ini. Berita buruk yang sangat membuatnya kesal dan juga malu.

"Aargh!" geramnya kesal seraya mondar-mandir tak jelas. Moodnya pagi ini benar-benar buruk. Ia pikir hari ini ia akan masuk bekerja dengan tenang untuk melakukan perintah sang papa tapi kenyataannya semua hal di luar kendalinya.

Ia baru menyadari kalau telah melakukan hal bodoh dan sangat memalukan semalam hanya karena sangat kesal pada tekanan yang diberikan oleh sang papa dan juga taruhan dari si Gilbert sialan itu.

"Aaargh sial!" umpatnya lagi dengan tangan terkepal.

"Ini semua gara-gara papa!"

Perasaannya kembali kesal. Tak berhenti ia menyalahkan papanya dalam hal kejadian buruk yang ia alami.

Rahang pria itu mengeras saat ingat bagaimana sang papa memaksanya menjadi CEO di perusahaan yang selama ini dipimpin oleh pria itu padahal ia sedang sibuk untuk mengikuti kejuaraan.

"Mama! Kembali kesini! Aku butuh kamu!" teriaknya bagai seorang anak kecil. Tapi tiba-tiba ia teringat cemoohan Gilbert jadi ia langsung tersadar kalau ia mulai gila.

Arjuna dan Mayang lebih memilih membangun perusahaan baru di kota lain sekaligus untuk menemani kedua adik kembarnya yang sedang menuntut ilmu.

Mondar-mandir ia di dalam kamarnya untuk menenangkan hatinya tapi ternyata hal itu tak bisa menyelesaikan masalahnya. Akhirnya ia meraih handphone mahalnya ketika menemukan ide yang cukup bagus.

"Pecat siapa saja yang lembur semalam!" teriaknya pada Amar sang sahabat sekaligus asisten pribadinya.

"Maksudnya gimana nih pak?" Amar tampak sangat bingung.

"Pokoknya pecat saja. Aku tak mau ada yang melapor kalau aku yang merusak properti perusahaan semalam! Dan tutup saja kasusnya. Anggap itu adalah bencana alam!'

Amar menggaruk kepalanya yang tak gatal di sebrang sana.

"Tapi pak?"

"Gak ada alasan. Aku gak mau tahu pokoknya!" tegasnya kemudian menutup panggilan telepon itu.

Ia yakin kalau apa yang ia lakukan semalam telah dilihat oleh seseorang yang bekerja di perusahaannya dan tentu saja ia yakin harga dirinya sebagai pria keren dan berpendidikan kini ternodai.

"Aargh sial!" Pria itu kembali mengumpat kesal.

"Kurang apa aku sampai harus melakukan hal bodoh seperti itu?!"

Kembali ia meraup wajahnya kasar kemudian segera pergi dari kamarnya. Ia ingin menenangkan dirinya di sebuah tempat yang nyaman sebelum mulai masuk bekerja secara  resmi. Ia pun mengganti bajunya dengan kaos futsalnya dan segera meraih kunci Rubicon nya.

Hari ini ia akan bolos kerja dan lebih memilih untuk bermain di lapangan futsal bersama tim-nya. Ia ingin menghilangkan rasa stres ini dengan berolahraga saja.

🌹🌺🌹

Serena Ibrahim melangkahkan kakinya cepat bagaikan berlari. Tubuhnya yang mungil dengan tinggi hanya 155 cm begitu sangat ringan menapaki lantai putih dan bersih perusahaan besar tempatnya mencari nafkah selama beberapa bulan ini.

Wajahnya yang cantik tampak ngos-ngosan karena harus memburu waktu. Tak disiplin adalah pantangannya tapi apa boleh buat, pagi ini ia datang terlambat karena bangun kesiangan dan harus mengurus adik-adiknya ke sekolah terlebih dahulu.

Huffft

Aaaaa

Serena menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Tatapannya ia bawa berkeliling ruangan yang sudah cukup ramai oleh karyawan yang sedang sibuk bekerja.

Ia sungguh merasa risih karena datang terlambat, tapi ia ingin berusaha untuk bersikap santai dan juga tenang.

Melempar tubuhnya ke atas kursi untuk sekedar mengistirahatkan kakinya yang terasa sangat lelah berlari sejak tadi, ia pun melepaskan high heelsnya untuk memberikan ruang bernafas pada jari-jari dan telapak kakinya.

"Syukurlah, aku hanya terlambat 15 menit," lirihnya setelah melihat penanda waktu yang melingkar pada pergelangan tangannya.

Gadis itu tersenyum meskipun sebenarnya sangat khawatir.

Entah kenapa perasaannya tiba-tiba jadi sangat tak nyaman. Dan ia berharap tak ada hal besar yang terjadi hari ini karena ketidakdisiplinannya.

Masih dengan dada naik turun karena lelah, ia pun menutup kedua matanya untuk sekedar menenangkan dirinya yang begitu tegang dan takut tadi.

"Ren, kamu dipanggil ke ruangan pak bos tuh," panggil seseorang yang ia tahu adalah Zica, sahabatnya.

Serena tersentak kaget. Ia bergegas membuka kedua kelopak matanya dan menatap Zica dengan tatapan tanya.

"Dipanggil Bos?" Untuk apa ya?"

Serena mulai khawatir. Selama berbulan-bulan bekerja di tempat itu, ia tak pernah sekalipun bertemu secara langsung dengan sang CEO karena pekerjaannya tak pernah bersinggungan langsung dengan pria itu.

Satu lagi, ia hanyalah seorang karyawan magang yang tak begitu penting.

"Apa karena aku terlambat ya Zi?" ucap gadis itu setelah lama terdiam.

Zica mengangkat kedua bahunya lantas berucap, "Gak tahu. Kamu kesana saja gih, kali aja kamu udah lolos jadi karyawan tetap. Sejak tadi kamu udah dicariin lho."

Deg

Karyawan tetap?

Dada Serena berdebar, ia semakin gugup dan khawatir. Tidak mungkin ia bisa jadi karyawan tetap karena ia belum ikut tes lisan meskipun ia sudah lolos tes tulis.

"Ah gak mungkin lah, Zi," ucapnya menolak. Boro-boro ia lolos, Ia justru takut kalau ia akan kena sanksi karena datang terlambat. Ia pun bangkit dari kursinya kemudian merapikan pakaiannya.

Dengan mengulas senyum ia pun memakai kembali heelsnya dan segera menuju ruangan sang CEO.

Sungguh ia sangat takut bertemu dengan sang CEO karena pimpinannya itu terkenal dingin dan jarang tersenyum. Arjuna Raka Sastrowardoyo, adalah pria yang sangat tegas dan penuh wibawa.

Pintu pun ia ketuk dengan pelan untuk meminta izin agar ia bisa masuk.

"Masuklah," ucap seseorang dari dalam sana. Serena pun masuk dengan wajah menunduk.

"Kamu Serena Ibrahim yang ikut lembur tadi malam?" tanya suara itu.

"Ah iya pak," jawab gadis itu seraya mengangkat wajahnya. Di depannya bukanlah Arjuna Raka Sastrowardoyo, sang CEO. Akan tetapi Pak Amar, asistennya.

"Selamat pagi pak, kata Zica, saya dipanggil oleh pak bos," senyum Serena.

"Ah ya, itu betul sekali. Dan saya berharap kamu tidak kaget, karena mulai hari ini kamu dipecat."

Dhuaarr!

Tubuh Serena langsung membeku. Tenggorokannya terasa tercekat. Untuk beberapa detik ia merasakan tubuhnya seperti sedang tertimpa sebuah pohon besar.

"Ta_tapi kenapa pak? Apakah kerja saya selama ini kurang bagus?" tanya Serena setelah berhasil menguasai perasaannya.

Amar tidak menjawab.

"Atau, apakah karena saya terlambat datang pagi ini pak?" tanya Serena lagi dengan kedua bola mata yang mulai berkaca-kaca.

"Secara keseluruhan semua pekerjaan kamu bagus tapi sesuai permintaan bos, kamu memang harus dipecat " Amar menjawab seraya memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Tapi..., Pak Arjuna tak mungkin melakukan ini pak Amar, ini pasti ada kesalahan. Saya..."

"CEO nya bukan lagi pak Arjuna jadi keputusan ada di tangan CEO yang baru."

"A_apa?" Netra indah milik Serena membulat tak percaya.

"Keluarlah dan kemasi barang-barang kamu. Uang pesangon akan sampai di rekening kamu beberapa menit dari sekarang!"

Serena tak bisa lagi berkata-kata. Ia sudah tak bisa lagi melawan. Gadis itu pun keluar dari ruangan CEO dengan bahu menurun.

🌹

*Tobe Continued.

Bab 3 GRCA Wanita Kurir

Perusahaan besar itu tetap kokoh berdiri meskipun seorang karyawati baru saja dipecat dan telah kehilangan pekerjaannya.

Tempat ratusan manusia menggantungkan hidupnya itu tak tergoyahkan sedikit pun karena telah kehilangan seorang karyawan yang rajin dan juga berbakat seperti Serena Ibrahim.

Gadis itu keluar dari ruangan kerjanya dengan perasaan yang sangat sedih dan juga marah. Dipecat oleh pimpinan baru yang belum pernah muncul di perusahaan itu hanya karena ia sedang lembur semalam adalah sebuah pelanggaran HAM.

Sebuah alasan yang terasa sangat dibuat-buat dan tidak masuk akal tapi sayangnya harus ia terima. Gadis itu hanya karyawan magang dan tidak memiliki koneksi orang dalam yang mampu menyelamatkannya.

Huffft

Serena menghela nafasnya berat. Ia berusaha untuk menahan airmatanya yang sejak tadi ingin tumpah.

Hampir setahun ia bekerja di perusahaan itu untuk membiayai adik-adiknya dan sekarang ia dipecat oleh seorang CEO baru yang ia sendiri belum pernah bertemu.

'Apakah aku harus melaporkan hal ini pada Pak Arjuna? Tapi katanya, ia sedang ada di luar negeri bersama dengan keluarganya,' ucapnya membatin.

"Tidak perlu, pak Arjuna mungkin tak akan mendengarkan keluhan karyawan magang seperti aku," ucapnya dengan nada miris.

Setelah perasaannya lebih baik, Ia pun mengumpulkan barang-barangnya dan segera keluar dari kubikelnya. 

Tak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah akan keadaan buruk yang ia dapatkan pagi ini.

Ada banyak karyawan lain yang bersimpati padanya tapi mereka tak punya kuasa untuk menolak ataupun menolong. Sudah jatuh palu dari sang pimpinan dan tak ada lagi yang bisa mereka lakukan.

"Yang sabar ya Ren, kamu pasti akan dapat pekerjaan lain," ucap Zica menghibur.

"Ah ya, tentu saja." Serena tersenyum seraya mengipasi wajahnya dengan telapak tangannya. Harapannya agar airmatanya tidak tumpah di depan semua orang.

Ia harus kuat.

"Makasih banyak ya mbak dan teman-teman semua. Semoga aku beneran cepat dapat pekerjaan Aamiin. Aku pergi ya."

"Iya Ren, hati-hati ya," ucap yang lain seraya memberikan amplop putih yang berisi uang duka dari para karyawan yang ada di sana.

"Ini untuk apa mbak?" tanyanya bingung.

"Untuk modal usaha Ren, insyaallah bisa kamu gunakan sembari melamar pekerjaan di tempat yang lain."

Serena tak sadar meneteskan airmatanya. Perasaan haru kembali menyeruak dari dalam hatinya. Ia ingin menolak tapi ia butuh. Jadi ia ambil saja amplop itu seraya tersenyum, "Ah iya makasih banyak deh mbak atas semuanya. Dan maafkan kalau selama ini aku ada salah selama bekerja di tempat ini."

"Sama-sama. Kami juga minta maaf kalau selama ini ada salah sama kamu Ren." Yang lainnya pun menimpali.

Serena hanya tersenyum meskipun perasaannya sangat sedih dan juga kecewa atas nasib buruknya pagi ini.

"Tetap semangat ya Ren!" ucap Zika seraya mengepalkan tangannya ke udara.

"Ah ya semangat!" Serena ikut mengangkat tangannya ke udara dengan senyum lebar di wajahnya.

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu pun tersenyum senang karena gadis itu nampak santai dengan pemecatannya.

Setelah acara pamit-pamintan selesai, Serena pun kemudian meninggalkan tempat kerjanya dengan perasaan campur aduk bagaikan es teler.

Sedih dan tentu sangat kesal.

Tak ingin ia mengumpat tapi tetap saja bibirnya ingin mengutuk CEO baru yang telah memecatnya tanpa alasan yang tak jelas itu.

"Dasar CEO Arogan!"

"Semoga saja kita berjodoh!" kutuknya seraya menatap ke langit.

Duarr!!!

Serena terlonjak kaget karena petir tiba-tiba bergemuruh seolah-olah alam sedang menjawab kutukannya.

Duarr!!!

Gadis cantik itu kembali terlonjak kaget. Ia pun meraba bibirnya yang baru saja mengeluarkan kata-kata kutukan. Dan tak lama kemudian, air pun turun dari langit.

"Apakah aku salah bicara?" tanyanya dengan perasaan yang sangat tak nyaman.

"Ah tidak."

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan dramatis.

"Aku hanya ingin kita berjodoh lagi agar aku bisa membalas dendam ku ini," lanjutnya dengan hati yang sangat sakit.

Pekerjaan ini sudah lama ia inginkan tapi kenyataannya ia harus dipecat dengan cara yang sangat mengenaskan seperti ini.

Airmatanya pun keluar bersama dengan air hujan yang turun dari langit. Segera ia berlari untuk mencari tempat berteduh tapi nasib buruk kembali menyertainya.

"Aaargh sial!" teriaknya seraya melemparkan benda di tangannya ke arah rubikon yang baru saja melaluinya.

Seluruh wajah dan pakaiannya terkena genangan air oleh sebuah pengendara mobil yang sangat arogan.

"Brengsek!" teriaknya lagi dengan perasaan yang sangat marah.

Ciit!

Mobil berwarna hitam itu ternyata kembali mundur dan berdiri angkuh di di hadapan Serena.

"Hey. Kamu mau merusak mobil aku ya?! Kamu lempar pakai apa tadi heh?!" teriak sang pemilik mobil yang tak lain adalah Bimantara ARS.

"Aku lempar pakai batu kenapa?!" balas Serena dengan kepala sudah bertanduk.

"Kamu yang sudah buat aku begini brengsek!" lanjutnya seraya memperlihatkan tubuhnya yang sudah kacau.

"Itu salah kamu!" sinis Bimantara tak mau kalah kemudian langsung melajukan rubikonnya dengan cepat.

Brak!

Serena kembali mengambil batu dan melempar mobil itu dengan segala kekuatannya.

"Sial!" umpat Bima kesal. Ia pun menghentikan laju kendaraannya dan mundur. Ia berniat memberikan pelajaran bagi Serena. Tapi ternyata gadis itu sudah pergi dengan menggunakan angkot yang baru lewat.

"Awas kamu. Saat kita bertemu lagi, kamu akan aku balas!" janjinya dengan tangan mencengkram kemudinya.

Sementara itu, Serena yang sudah berada di atas sebuah kendaraan umum hanya bisa membersihkan wajahnya dengan tissue. Perasaannya benar-benar sangat hancur kini.

Dadanya bergemuruh sakit, ia tak menyangka hidupnya akan jadi sangat berantakan sejak ia bangun dari tidurnya.

Air matanya menetes dari pelupuk matanya. Dadanya naik turun menahan emosi. Ekor matanya tak sengaja melihat siluet bangunan perusahaan besar yang ia tinggalkan semakin menjauh.

Cita-citanya jadi wanita karir sepertinya akan berubah jadi wanita kurir lagi.

Oh tidak!

Aku tak ingin miskin lagi.

🌺

*Tobe Continued.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!