NovelToon NovelToon

Hati Samudera

Prolog

Suara menggelegar terdengar berdentum keras dari knalpot motor Triumph Bonneville tahun 1970 yang digeber habis-habisan oleh Bob Barry sore itu. Sementara diboncengan belakangnya, Melodie yang duduk sembari mendekap si kecil Hati Samudera nampak mulai terlihat cemas.

“Mereka semakin mendekat Bob! Kita harus segera menemukan pantai!”

“Aku tahu Mel! Ini juga sudah maksimal! Berpeganglah saja yang erat biar ku coba memperlebar jarak dengan mereka…”

“Dooorr!!!”

Satu suara letusan tiba-tiba terdengar menyalak tepat dibelakang mereka!

Bob Barry dan Melodie yang mendengar suara tersebut reflek menundukkan kepala dan serta merta menengok kebelakang.

“Ya Tuhan!!! Mereka punya pistol Bob! Kita akan mati!!”

“Tidak! Belum hari ini Mel!!” dengus sang pemuda sembari meliukkan setang kemudi motor yang dikendarainya secara tak beraturan untuk menghindari datangnya tembakan!

Sementara itu tidak jauh dibelakangnya, terlihat dua buah motor trail yang dikendarai oleh dua orang pria berjaket dan berhelm hitam juga nampak memburu dengan kecepatan tinggi sembari mengacungkan pistol dan kini nampak berbarengan mulai meletuskan timah panas kearah Bob Barry dan juga Melodie!

“Oh Tuhan!! Apa kubilang?! Kita akan mati Bob!! Kita akan mati !!!” teriak Melodie panik dan semakin mencengkram erat pinggang pemuda didepannya.

“Yaa… kita akan mati, kamu akan mati, aku juga akan mati, pokoknya semua orang akan mati!! tapi sekali lagi ku katakan Mel, tidak hari ini!!!” sahut sang pemuda kesal dan meremas tuas gas semakin kencang.

Maka jadilah! Motor klasik bermesin delapan ratus enam puluh lima silinder besutan pabrikan inggris tersebut kini terlihat bermanuver gesit dengan kecepatan tinggi ditengah derasnya desingan hujan peluru!

Sementara itu bayi kecil Hati Samudera yang berada dalam dekapan Melodie yang semula terlihat tertawa riang karena hembusan angin, kini malah nampak mulai terdiam dan wajahnya yang semula kemerahan kini malah mulai terlihat pucat membiru!

“Bob, apa yang terjadi pada bayi ini? Coba kau tengok sebentar… matanya tertutup dan tubuhnya mulai dingin membiru!!” ucap Melodie panik

“Dia sudah terlalu lama berada di daratan dan terkena panas yang berlebihan. Kita harus bergegas menemukan lautan Mel, atau kondisinya akan semakin memburuk!”

“Iya tapi dimana? Yang ada disekeliling kita hanyalah hutan belukar! Dan kita..”

Belum selesai Melodie menyelesaikan ucapannya satu suara menggelegar dibarengi tiupan angin kencang laksana topan bergulung datang menghempas dari arah angkasa!

“Jangan bilang kalau yang datang itu helikopter…” tanya Bob Barry sembari masih meliukkan setang kemudi motornya guna menghindari peluru yang masih datang berhamburan laksana gerimis!

Sang gadis yang ditanya bukannya menjawab namun terpana dengan mata membelalak lebar kala melihat dari arah belakang, sebuah helikopter tiba-tiba terlihat muncul dan nampak melesat memburu mereka melalui udara!

Bob melirik sekilas ke arah spion motor untuk melihat rupa helikopter yang datang di belakang mereka, namun sayangnya sebuah peluru sukses membuat hancur spion motor yang dikendarainya tersebut.

“Mel, dengarkan apa kataku! Dengan adanya bantuan helikopter, kemungkinan kita tertangkap akan jauh lebih besar! Dan kalau kita tertangkap Hati Samudera sudah pasti akan mereka rebut kembali! Kau orang asli daerah sini dan lebih lama tinggal daripada aku, jadi seharusnya kau lebih tahu arah menuju lautan lepas! atau setidaknya coba kau perhatikan atau ingat jalan mana yang akan membawa kita kearah pantai?”

“Aku memang asli daerah sini Bob, tapi untuk wilayah dimana kita berada sekarang, jujur aku tidak pernah melaluinya! Mana mungkin aku bisa menunjukkan kepadamu arah jalan menuju pantai?”

“Kalau begitu tutup matamu dan coba kau konsentrasi, coba rasakan udaranya kalau-kalau ada bau garamnya… jika ada, maka kita sudah tidak jauh dari pantai dan tinggal mengikuti arah dimana angin datang berhembus…”

“Sebagai seorang peneliti biologi kelautan yang terlalu sering berendam dalam air laut, mencium aroma garam dan air laut di udara seharusnya bukan menjadi hal yang sulit kan?” lanjut sang pemuda.

“A..aku tidak bisa Bob! Aku ini manusia biasa bukan sebangsa anjing laut! Penciumanku tidak setajam itu!

“Jangan dulu menyerah sebelum mencoba! Sekarang kondisinya gawat Mel! Hanya kamu satu-satunya harapan kita untuk menemukan pantai!”

“Kenapa tidak kau saja yang coba lebih dahulu? Kau kan posisinya paling depan, seharusnya paling gampang mencium udara yang datang dari arah depan kan?”

“Hidungku mampet!”

“Sejak kapan? Perasaan tadi enggak!”

“Barusan mampetnya! Kalau tidak percaya nih lihat sendiri…” ucap sang pemuda sembari menengok ke belakang dan memperlihatkan lobang hidungnya kearah Melodie!

“Arghh… Dasar gila! Lihat jalan didepan!” panik sang gadis kala melihat sebuah gundukan besar menghadang dihadapan mereka.

Sang pemuda buru-buru membalikkan wajahnya kearah depan dan tersentak seketika.

“Siaaal…!”

Bob Barry serta-merta membanting setang motor besarnya kearah kiri untuk menghindari satu gundukan batu besar yang menghalangi di depan mereka. Namun sayangnya, karena struktur jalan yang berbatu kerikil dan lembab basah sehabis hujan membuat ban belakang motor lawas tersebut tiba-tiba tergelincir!

Alhasil motor berserta ketiga orang penunggangnya tersebut, tanpa ampun lagi langsung terbanting dan terseret masuk kedalam rumpun belukar lebat yang memenuhi sisi sebelah kiri jalanan berbatu tersebut!

“Rumpun ini rumpun berduri Mel! Lindungi tubuhmu dan bayi itu!” Teriak Bob Barry sembari berusaha keras mengendalikan laju motornya yang masih terus bergerak liar.

Sayang usahanya tersebut sia-sia belaka, motor tua berkapasitas besar tersebut terus melaju lebih dalam kearah belukar yang tumbuh lebat dan gelap.

Sementara itu, Melodie yang dalam keadaan kepayahan karena ikut terseret badan motor masih sempat mendengar apa yang diteriakkan oleh sang pemuda dan selekasnya mendekap erat tubuh sang bayi kedalam pelukannya.

Belukar yang tumbuh didaerah tersebut adalah sejenis tanaman semak merambat yang memiliki duri dan banyak ranting kecil yang cukup runcing, maka tanpa ampun lagi tubuh Melodie dan Bob Barry pun akhirnya tergores duri dan mengakibatkan luka goresan yang cukup banyak disekujur tubuh keduanya.

Untuk beberapa saat, motor beserta ketiga orang penumpangnya tersebut terlihat terseret meluncur di dalam jalur semak belukar yang pengap gelap dan berduri tersebut sebelum akhirnya sinar mentari sore tiba-tiba terbentang luas dihadapan mereka.

“Juraaaanng…!!!” teriak Melodie ngeri kala menyadari bahwa ujung semak belukar lebat tersebut ternyata adalah sebuah tebing jurang yang teramat tinggi!

Dan yang lebih mengerikan lagi adalah kenyataan bahwa tubuh ketiganya beserta motor antik buatan negeri ratu Elizabeth itu, kini tak terelakkan lagi nampak sesaat melayang diudara sebelum akhirnya meluncur deras tanpa ampun disambut oleh ganasnya lautan yang sedang bergelora!

Tak perlu lagi bersusah payah berebutan mencari bau garam laut diudara bukan?

* * *

Langit

Satu bulan sebelumnya

Hujan deras mengguyur kota metropolitan Jakarta siang itu. Di tengah derasnya hujan dan angin yang menderu, satu sambaran petir berkekuatan jutaan volt tiba-tiba menggelegar menghantam puncak Langit Tower dan meninggalkan berkas cahaya terang yang bisa dilihat bahkan sampai di kejauhan.

Langit Tower sendiri adalah salah satu gedung pencakar langit tertinggi di kota metropolitan tersebut, walaupun mungkin tak setinggi Menara Petronas di Malaysia ataupun Burj Khalifa di Dubai, namun desainnya yang elegan dan terkesan futuristik sungguh membuat orang betah berlama-lama mengagumi bangunan raksasa nan megah menawan tersebut.

Langit Tower di rancang dan dibangun oleh tangan dingin seorang arsitek terkenal asal Amerika Serikat bernama Adrian Smith yang dikenal juga sebagai seorang arsitek jenius yang merancang gedung-gedung pencakar langit terkenal seperti Burj Khalifa, Jin Mao Tower dan Trump International Hotel and Tower milik pengusaha sukses sekaligus Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Setidaknya membutuhkan waktu enam tahun untuk mendirikan Langit Tower dan setelah gedung tersebut berdiri, waktu yang dihabiskan tersebut terasa cukup pantas untuk sebuah mahakarya yang megah dan menakjubkan. Bayangkan saja, jika malam tiba jutaan lampu dan pemancar sinar laser berteknologi tinggi yang terpasang di garis-garis badan bangunan tersebut akan berpendar dan berganti-ganti menari dengan begitu indahnya memanjakan mata.

Sementara di siang hari, sudut-sudut bangunan megah tersebut dapat berputar sedemikan rupa mengikuti pergerakan matahari sehingga para penghuni di dalamnya bisa senantiasa merasakan hangatnya sinar mentari dan selalu mendapat pemandangan yang selalu berganti dan tidak pernah membosankan.

Selain itu juga di dalam gedung Langit Tower terdapat setidaknya tiga buah kolam renang, lima buah taman gantung yang berisi berbagai tanaman eksotis dan juga sebuah aquarium air laut raksasa yang berdiri menjulang gagah dari lantai pertama hingga ke lantai sembilan! Benar-benar fantastis dan luar biasa bukan?

Langit Tower pada dasarnya merupakan sebuah gedung megah yang berfungsi sebagai areal perkantoran dimana didalamnya juga terdapat berbagai perusahaan elit berkelas internasional. Semua perusahaan itu sendiri dengan berbagai bidang pekerjaan yang digeluti, pada hakikatnya masih berdiri dan bernaung dibawah naungan payung sebuah perusahaan raksasa Internasional bernama Langit Corporation.

Dan kini, disalah satu ruangan di puncak tertinggi Langit Tower, seorang pria paruh baya nampak berdiri memandang keluar jendela dengan wajah yang muram. Umur sang pria pada dasarnya belumlah begitu tua, sekitar pertengahan empat puluhan. Berkumis jangut dan berbadan tegap serta memiliki tatapan tajam setajam rajawali. Sang pria saat itu mengenakan setelan mewah berwarna abu-abu keluaran Hermes London, sementara di kedua belah tangannya berbagai cincin emas bertahtakan berlian jamrud dan ruby nampak berkilau menghiasi jari jemari sang pria yang terlihat sesekali bergerak lincah memainkan cerutu kuba berbau sengak yang sedari tadi dihisapnya.

Jika dilihat dari penampilan serta ruang kerja mewahnya yang berada di puncak Langit Tower tersebut, tentu sudah bisa diperkirakan kalau pria ini tentunya bukanlah seorang pria yang biasa-biasa saja. Benar, pria ini bukanlah pria sembarangan seperti orang kebanyakan. Pria inilah sang pemilik gedung Langit Tower beserta segala isinya. Boss besar Langit Corporation beserta seluruh anak perusahaannya. Dialah Jefri Kalangit, pengusaha sukses asal indonesia yang kemudian bertransformasi menjadi seorang multi miliarder dunia yang menjadi sorotan berbagai pihak akhir-akhir ini karena sepak terjangnya di dunia bisnis yang dinilai sangat agresif.

Begitu besarnya pengaruh seorang Jefri Kalangit dikalangan para pebisnis dunia, sehingga majalah Time bahkan pernah memasukan nama sang pria yang berasal dari sebuah kota kecil bernama Bitung ini sebagai salah satu “Pria Paling bepengaruh di Asia” pada salah satu artikel khusus edisi musim panas majalah tersebut.

Pada awal karirnya, Jefri Kalangit hanyalah seorang pengusaha travel dan biro perjalanan wisata biasa. Seiring berjalannya waktu, usahanya kemudian berkembang dengan pesat sampai merambah ke bidang transportasi, industri baja, pertambangan, industri farmasi hingga menjadi supplier bahan baku persenjataan dan peralatan militer kelas dunia!

Semua hasil yang diperoleh tersebut jelas melewati suatu proses yang teramat panjang dan menyakitkan, namun berkat kerja keras serta kegigihan yang dimiliki, kesuksesan dan gelimang harta akhirnya dapat diraih dalam genggamannya.

Jefri Kalangit kembali menghisap cerutu kubanya dan menghembuskan asapnya tinggi ke langit-langit. Dihembuskannya asap tebal tersebut dengan keras seakan hendak turut mengeluarkan kegundahan yang saat itu tersimpan dan menyesakkan rongga dadanya.

“Masuk…”

Tanpa memalingkan wajahnya, sang pemilik Langit Corporation bersuara keras kala mendengar pintu ruang kerjanya diketuk oleh seseorang. Pintu pun terbuka dan seorang pria bule bertubuh tinggi besar berjas hitam dan berkacamata dengan warna senada nampak memasuki ruangan.

Usia sang pria ditaksir akhir tiga puluhan, memiliki wajah dan rahang yang kokoh keras serta mempunyai sorot mata yang sangat tajam. Di masa lalu nya, sang pria perlente berdarah peranakan Rusia-Italia ini dikabarkan pernah menjadi seorang anggota baret merah pasukan elit SPETSNAZ, Satu pasukan elit khusus negara Rusia yang memiliki keahlian dalam menghadapi teror dan infiltrasi di negara musuh. Pasukan elit Spetsnaz ini dari dulu bahkan sampai sekarang merupakan satu momok yang sangat memusingkan negara-negara anggota NATO dalam usahanya menegakkan kedamaian di semenanjung Balkan.

Pria bule bertubuh kekar ini adalah tangan kanan dan orang yang paling dipercaya oleh Jefri Kalangit dalam mengatasi masalah dan persoalan-persoalan yang dianggap khusus. Mario Kaontole, demikian orang-orang memanggil namanya.

“Selamat siang Boss, maaf sudah membuatmu menunggu lama..” ucap sang pria bule dengan menggunakan bahasa Indonesia yang cukup lancar.

Jefri Kalangit menganggukan kepala sembari kemudian mengetuk pelan abu cerutunya ke pinggiran asbak.

“Bagus kau sudah bisa datang… jadi To the point saja Mario, bagaimana dengan urusan barang kita yang terjatuh di perairan pulau Serena? apakah orang kita sudah berhasil mendapatkannya?”

“Maafkan saya Boss, nampaknya saya datang membawa kabar yang kurang menyenangkan. Orang-orang kita disana tidak ada yang sanggup untuk mengambil barang tersebut saat ini. Keahlian dan peralatan yang mereka punya, rupanya tidak memadai untuk melakukan penyelaman di daerah seperti itu…”

Wajah sang pemilik Langit Corporation terlihat semakin mengelam, tanpa sadar diremasnya cerutu yang berada pada selipan jarinya dengan genggaman kuat.

“Apa kau bercanda Mario? apakah kau tahu berapa total harga barang tersebut secara keseluruhan? Dan apakah kau juga menyadari betapa berbahayanya barang tersebut jika sampai terjadi kebocoran atau sampai terpapar langsung dengan air laut?”geram Jefri Kalangit.

“Saya tahu Boss, saya sangat mengerti! Oleh karena hal itulah mengapa saya katakan bahwa orang-orang kita tidak seorangpun yang mampu dan memiliki kompetensi untuk melakukan tugas ini. kita butuh bantuan pihak luar…”

“Itu jelas tidak mungkin! Aku tidak ingin sampai media tahu hal ini! Coba kau pikirkan bagaimana reaksi publik jika tahu ada bahan radioaktif berbahaya milik perusahaan kita yang tanpa sengaja terjatuh di perairan? Perusahan kita akan di tuntut dan kita akan mengalami kerugian yang luar biasa!”

“Itulah letak persoalannya Boss! Tidak ada seorang pun orang kita yang berani untuk mengambil barang tersebut karena mereka takut terpapar bahaya radioaktif! Kemudian lagi, barang tersebut juga jatuh tepat ke dalam ceruk Serena yang notabene belum pernah di masuki dan diselami orang sebelumnya! Butuh orang-orang ahli dan peralatan selam khusus untuk bisa memasuki ceruk tersebut…”

“Apa memang segawat itu situasinya?”

“Begitulah keadaannya Boss, namun jangan khawatir, saya rasa saya tahu orang-orang yang paling tepat dan bisa diandalkan untuk pekerjaan berbahaya seperti itu…” ucap Mario Kaontole sembari mengusap dagunya.

Jefri Kalangit menatap dengan saksama wajah pembantu kepercayaannya ini.

“Siapa orang-orang yang kau maksud? Apa kau bisa jamin mereka bisa mendapatkan kembali barang kita yang sangat berharga tersebut?”

“Saya jamin mereka pasti bisa Boss, apa Boss pernah mendengar tentang operasi penyelaman untuk pengangkatan tabung fusi nuklir akibat bencana reaktor Fukushima Jepang beberapa waktu lalu? atau tentang proses evakuasi ekspedisi penyelaman ke palung Mariana yang gagal baru-baru ini?”

“Ya, aku menontonnya di televisi beberapa waktu yang lalu. Kalau tidak salah yang melakukan operasi penyelaman berbahaya tersebut adalah kru sebuah kapal kecil bernama The Promise Dream atau semacamnya...”

“Tepatnya The Promise Land Boss, sebuah kapal ekspedisi penelitian bawah laut dimana Kapten kapal dan para kru kapal nya adalah orang-orang yang sangat terlatih dalam hal kegiatan menyelam pada kondisi dan keadaan super ekstrim. Mereka juga adalah satu-satunya pihak yang memiliki perlengkapan menyelam paling lengkap dan paling mutakhir saat ini…”

Jefri Kalangit nampak mengerutkan keningnya pertanda sedang berpikir keras.

“Ya, Kau benar Mario, Aku ingat sekarang! The Promise Land… Itu nama kapal mereka…! reputasi dan keahlian bawah laut mereka memang terpercaya dan tak perlu diragukan lagi. Aku sendiri pernah melihatnya di layar kaca, namun apakah mereka bisa dipercaya dan mampu memegang rahasia? Aku khawatir mereka malah akan membuat kekacauan nantinya…”

“Saya jamin tidak Boss, saya cukup memahami orang-orang seperti mereka dan saya pun cukup yakin bahwasanya mereka cukup professional dalam bekerja..”

“Ya mudah-mudahan saja begitu… uang bukanlah suatu masalah bagiku sepanjang mereka mampu bekerja dengan baik tanpa membuka mulut ke media massa” sambung Jefri Kalangit.

“Percayakan saja semuanya ke saya Boss, saya sangat yakin kalau mereka pasti bisa menemukan serta membawa kembali barang kita yang terjatuh di ceruk Serena itu…”

Mendengar penuturan sang tangan kanan, ketegangan di wajah Jefri Kalangit yang semula terlihat jelas pun perlahan mulai mengendur.

“Baiklah aku percaya padamu, kuserahkan tugas ini sepenuhnya ke tanganmu. Cari dan bawa kemari orang-orang tersebut secepatnya. Tapi berhati-hatilah dan bergegaslah! Aku tidak ingin kau berlama-lama dan yang terlebih penting lagi kutekankan, aku tidak ingin operasi kita ini sampai bocor ke tangan media! Berapapun biaya yang dibutuhkan keluarkan saja! Yang penting urusan ini bisa diselesaikan secepatnya!”

“Siap Boss, akan saya bawa mereka kemari secepatnya” ucap sang pria bule sebelum membungkuk hormat dan berlalu keluar ruangan meninggalkan sang pemimpin Langit Corporation yang nampak kembali tenggelam dalam kepulan asap tembakaunya yang semakin tinggi membumbung memenuhi ruangan kantor mewahnya tersebut.

* * *

The Promise Land

Sementara itu, ribuan kilometer dari kota Jakarta. Tepatnya di satu lapangan kecil di sudut terkumuh kota Eyl, Puntland yang berada di timur laut Somalia. Sorak sorai dan teriakan-teriakan yang sebelumnya terdengar nyaring membahana tiba-tiba terhenti kala rentetan senjata Ak-47 terdengar menghentak langit malam.

Semua orang langsung mengarahkan pandangannya pada pria bersorban merah yang sedang memegang senjata dan sedang berdiri gagah disamping sebuah mobil Jeep Jimmy dan ditemani beberapa orang bertampang sangar yang juga terlihat menenteng senjata. Sang pria bersorban merah yang tadi menembakkan senjata ke udara kemudian terlihat tertawa terbahak-bahak dan kemudian berucap keras.

“Ayo mulai lagi pertarungannya! Malam ini aku ingin melihat darah!”

Ucapan sang pria sontak ditimpali sorak sorai orang-orang yang berada di tempat itu. Pria bersorban merah ini bernama Dawoud Ali Djibril, salah seorang dari dua penerus Klan Ahmed Ali Djibril yang juga merupakan seorang penguasa di daerah pinggiran kota pelabuhan Eyl, Puntland.

Puntland sendiri adalah satu wilayah otonom yang berdiri sendiri namun masih berada dalam naungan Somalia. Tanah dan iklimnya keras, terlebih lagi para penduduknya. orang-orang yang tinggal di Puntland sebagian besar berprofesi sebagai Bajak Laut. Mereka biasa melakukan perompakan di sepanjang Teluk Aden, laut Arab hingga ke lepas pantai timur Somalia.

Sudah banyak kapal yang menjadi korban pembajakan perompak-perompak ini yang biasanya dalam melakukan aksinya tidak pernah tebang pilih. Semuanya pasti di babat! dan seperti biasa jika sudah berhasil membajak kapal serta menyandera isinya, para perompak tersebut akan menggiring kapal korbannya ke Pelabuhan Eyl dan kemudian menunggu uang tebusan sembari berpesta pora!

Namun berbeda dari hari-hari biasanya, pesta yang diadakan malam ini bukanlah suatu pesta menunggu uang tebusan. Tidak, bukan itu. Ini adalah sesuatu yang lain. Hari ini tidak ada aksi perompakan yang dilakukan oleh warga Puntland karena memang sudah beberapa hari tidak ada kapal yang berani melewati perairan laut Somalia kecuali satu kapal. Dan karena satu kapal inilah Kota Pelabuhan Eyl malam ini berpesta pora!

Secara fisik tidak ada yang istimewa dan terlalu spesial dari kapal kecil yang sekarang berlabuh di pelabuhan Eyl tersebut. Kapal berwarna hitam dengan strip putih ini adalah sejenis kapal tunda (Tug Boat) yang memiliki Platform (Landasan) khusus untuk mendukung kegiatan selam profesional di belakangnya. Sebuah Hidraulic Crane* dan sebuah Mini Sub-marine Vessel (Kapal selam mini) berwarna kuning terang bergambar karakter kartun terkenal Spongebob Squarepants terlihat berada di geladak kapal.

Bagi orang awam mungkin tidak mengenal dan memandang remeh kapal kecil yang sepintas terlihat seperti kapal pemancing ikan biasa tersebut, namun bagi orang-orang di dunia selam profesional, kapal berkelir hitam strip putih bertuliskan The Promise Land ini adalah sebuah legenda. Sebuah legenda yang entah bagaimana awal dan ikhwalnya kini terlihat berlabuh di sarang perompak Somalia!

Sementara itu mari kita tinggalkan dulu kapal kecil tersebut, mari kita tengok keramaian yang saat ini sedang berlangsung di lapangan kecil yang berada tidak jauh dari pelabuhan tersebut. Suara sorak sorai semakin terdengar bergema di sekeliling lapangan. Sementara ditengah lapangan itu sendiri, seorang pria muda peranakan asia bertelanjang dada nampak menyeka peluh yang bercucuran di dahinya.

Sang pemuda memiliki perawakan tegap, bertubuh kecil namun cukup berotot. Model rambutnya cepak dan memiliki sepasang alis golok yang tampak menaungi sepasang mata yang selalu bersinar tajam.

Dialah Bob Barry, Sang Kapten kapal The Promise Land yang legendaris!

“Bagaimana Kept? Masih kuat? apa perlu pemeran pengganti? segelas bir dingin atau semacamnya mungkin?” satu suara terdengar dari pinggir lapangan.

Bob Barry melirik sekilas kearah pemuda yang sedang jongkok dan kemudian melemparkan pertanyaan yang mengandung sedikit ejekan tersebut.

“Diam di situ kunyuk! Ini juga baru pemanasan!” sahut sang Kapten sembari mendelikkan matanya lebar-lebar kearah sang pemuda di pinggir lapangan

“He.he.he… Galak amat kayak mandor Kompeni…” kekeh sang pemuda sembari menselonjorkan kedua kakinya ke atas tanah dan menghirup Bir kalengan yang sedari tadi di pegangnya.

“Jangan kau ganggu dulu dia Marco! Biarkan Kapten berkonsentrasi! Kalo Kept sampai kalah, kita semua pasti kena getahnya! Atau kau mau kita dijadikan begal laut selamanya di negeri sialan ini?” satu suara terdengar diikuti satu jeweran di telinga pemuda yang dipanggil dengan sebutan Marco tadi.

“Adaaoow…! Sakit tahu?” jerit sang pemuda sembari memegang telinganya yang baru ditarik oleh seorang pemuda bertopi kupluk yang sedari tadi berdiri disisinya.

Kedua pemuda ini nampak sangat menyolok berada diantara kerumunan orang-orang yang memenuhi lapangan tersebut. Kulit keduanya putih bersih menandakan mereka bukan berasal dari benua Afrika. Hal itu sudah jelas! karena mereka memang bukan orang Afrika atau pun juga orang Somalia.

“Ayooo Kept! yang semangat! Kalahkan jagoan mereka biar kita cepat pulaaang!” seru sang pemuda bertopi kupluk.

Pemuda satu ini sama halnya dengan pemuda yang baru saja di jewernya sesungguhnya bukanlah orang-orang sembarangan, mereka berdua masing-masing adalah seorang peneliti dan penyelam profesional sekaligus kru kapal The Promise Land yang saat itu sedang berlabuh di pelabuhan Eyl Puntland, Somalia.

Pria bertopi kupluk blasteran Indonesia-Amerika ini bernama Maikel Stefen. Yup, Namanya Maikel dan bukan Michael seperti nama orang kebanyakan di Amerika. Namanya itu sendiri konon diberikan oleh pamannya yang tinggal di Jerman, negara dimana Maikel Stefen dibesarkan, di didik dan kemudian dilatih oleh sang paman hingga menjadi seorang penyelam professional.

Berbeda dengan Bob Barry yang berperawakan kecil berotot, Maikel Stefen bertubuh tinggi dan langsing. Berwajah tirus dengan mata kecil namun jeli dalam melihat sekelilingnya. Sementara pemuda yang tadi dijewer telinganya oleh Maikel –untuk kedepannya kita akan lebih sering memanggil semua tokoh dalam cerita ini dengan nama depan mereka—Bernama lengkap Marco Ferdinand, berdarah asli Filipina namun tumbuh besar dan lebih banyak menghabiskan waktu di Indonesia. Bertubuh sedang berisi, berambut ikal kucai, berkacamata dan memiliki kumis tipis yang menghiasi bibirnya.

Seperti halnya Maikel dan Bob, Marco juga adalah seorang penyelam sekaligus Free Diver handal. dan yang hebatnya lagi, pemuda ini juga bahkan memiliki gelar Phd dibidang Marine Engineering!

Walaupun terkadang sangat menyebalkan dengan tingkah konyolnya, namun semua peralatan canggih termasuk kapal selam mini yang terdapat pada kapal The Promise Land adalah buah karya ciptaannya! Sang pemuda memang terkenal jenius, berbagai temuannya dibidang teknologi terapan yang berkaitan dengan bidang kelautan sudah digunakan oleh banyak badan dan organisasi selam dunia termasuk juga militer angkatan laut di berbagai negara maju.

Lalu bagaimana bisa ke tiga pemuda kru kapal The Promise Land ini bisa sampai terpesat ke Somalia? Untuk mengetahui lebih jelas, ada baiknya kita kita kembali mundur beberapa saat dan mendengarkan penjelasan mengenai situasi dan peristiwa yang terjadi di daerah Puntland beberapa waktu sebelumnya.

Puntland seperti yang disebutkan sebelumnya, adalah sebuah daerah otonom yang masih masuk dalam wilayah kekuasaan Somalia dan dideklarasikan pada tahun 1998 oleh Abdullahi Yusuf yang merupakan Deputi Presiden Front Demokratik Keselamatan Somalia kala itu.

Misi utama Puntland adalah menjadi negara berbentuk Konfederasi Klan, oleh karena itu walaupun memiliki presiden sendiri, secara kenyataan nya Puntland yang ber ibu kota di Garowe ini lebih bisa dikatakan di kuasai oleh Klan-klan bersenjata daripada pemerintahan otonomnya. Klan-klan bersenjata ini juga yang kemudian menjalankan usaha perompakan di pesisir laut dan semenanjung pantai Somalia.

Ada beberapa klan yang bermukim di kota-kota besar seperti Garowe, Eyl dan Bosasso. dan terkadang Klan-klan ini saling berseteru satu dengan yang lainnya hingga akhirnya aksi pembunuhan dan saling serang antar klan kerap kali terjadi di daerah Puntland.

Dari sekian banyak klan yang saling berseteru, setidaknya ada dua klan yang paling terkenal dan merupakan dua musuh bebuyutan.

Yang pertama adalah Klan Ahmed Ali Djibril yang diketuai oleh Mahmood Ali Djibril dan adiknya Dawoud Ali Djibril serta bermukim di kota pelabuhan Eyl, sementara yang kedua adalah Klan Musraf Bin Ayoub pimpinan Sidieq Bin Ayoub yang berkediaman di kota Bosasso.

Mahmood Ali Djibril sendiri adalah seorang pria Afrika asli kelahiran Somalia dan berusia lima puluhan. Bertubuh agak gemuk dan memiliki janggut yang telah memutih seperti halnya rambutnya yang selalu tertutup sorban berwarna merah yang menjadi ciri khas penutup kepala setiap anggota klan Ahmed Ali Djibril. Sementara sang adik, Dawoud Ali Djibril berumur tiga puluhan akhir, bertubuh tinggi besar berotot dan selalu mengenakan baju jubah terusan yang kemudian dilapisi rompi hitam serta turut pula mengenakan Sorban merah seperti yang dikenakan sang kakak.

Pada satu kesempatan, Mahmood Ali diundang untuk menghadiri pertemuan Liga Negara-Negara Arab-Afrika yang diselenggarakan di Djibouti, negara yang bertetangga dengan Somalia. Pada pertemuan tersebut terjadi perdebatan sengit antara Mahmood Ali dengan delegasi lainnya yang bukan lain adalah Sidieq Bin Ayoub yang juga notabene adalah musuh bebuyutannya di Puntland.

Perdebatan mereka yang berakhir dengan aksi saling jotos tersebut, berhasil dilerai oleh pihak penyelenggara pertemuan. Keduanya kemudian dijatuhi hukuman dan diusir pulang kembali ke Puntland. Dalam perjalanan pulang tersebut kembali terjadi perkelahian yang berakhir dengan aksi saling tembak antara Sidieq Bin Ayoub beserta anak buahnya dengan Mahmood Ali beserta pengikutnya.

Dalam aksi itu, Sidieq Bin Ayoub berhasil menangkap dan melumpuhkan Mahmood Ali beserta pengikutnya yang kala itu mendampingi sang ketua Klan. Semua pengikutnya tersebut kemudian dihabisi ditempat, sementara sang ketua Klan kemudian setelah disiksa habis-habisan dan dalam keadaan sekarat kemudian akhirnya dibuang ketengah laut tepatnya di lepas pantai Djibouti oleh Sidieq Bin Ayoub beserta anak buahnya.

Setelah mengira bahwa korban mereka pasti sudah mati tenggelam, Kelompok Sidieq Bin Ayoub kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut tanpa menyadari kalau di tempat tersebut tepatnya di dasar lautan, ada Bob Barry bersama kedua rekannya yang kebetulan sedang melakukan operasi penyelaman! Kru Kapal The Promise Land saat itu memang sedang melakukan tugas penyelaman di lepas pantai Djibouti untuk mengumpulkan satu spesimen ganggang laut langka yang merupakan pesanan khusus satu perusahaan farmasi di Belgia.

Mereka bertiga kemudian menolong Mahmood Ali yang dalam keadaan sekarat serta memberikan perawatan yang kemudian akhirnya menyelamatkan nyawa sang kepala klan tersebut. Baiknya Bob Barry dan rekan-rekannya banyak menghabiskan waktu di berbagai negara di dunia, sehingga menguasai pula banyak bahasa, termasuk diantaranya bahasa Swahilii dan Somalii yang banyak dipakai di negara Afrika termasuk Somalia sehingga mereka pun bisa berkomunikasi dengan baik dengan sang kepala Klan.

Setelah spesimen yang dibutuhkan sudah didapat dan dikirim langsung ke Belgia, mereka pun kemudian akhirnya membawa pulang Mahmood Ali ke kota pelabuhan Eyl dan disambut langsung oleh Dawoud Ali adik sang kepala klan beserta para pengikut klan Ahmed Ali Djibril yang kala itu terlihat sangat cemas dan khawatir. Berapa hari kemudian kondisi Mahmood Ali pun mulai berangsur membaik, dan sebagai ucapan terima kasih kepada tiga orang penolongnya tersebut, Mahmood Ali dan adiknya pun kemudian mengadakan jamuan besar-besaran serta mengadakan upacara adat untuk mengikat tali persaudaraan dengan Bob Barry dan rekan-rekannya yang tentu saja menerimanya dengan senang hati.

Selama tiga hari tiga malam jamuan besar-besaran di selenggarakan di kota Eyl. Dan pada malam ke tiga perjamuan, tanpa disangka-sangka Dawoud Ali meminta salah seorang dari ketiganya untuk melakukan pertarungan persahabatan dengan salah satu anggota klan yang merupakan orang terkuat di tempat itu. Sang adik pemimpin klan beralasan hal tersebut merupakan bagian dari ritual pengangkatan saudara angkat.

“Kami orang Somalia lahir dan besar bersama hyena dan singa gurun! Kami tidur berbantalkan senapan, parang dan juga belati! Oleh karenanya orang yang menjadi saudara angkat kami tidak bisa tidak haruslah orang yang kuat pula! Saya tahu kalian bertiga adalah penyelamat jiwa tua ini, namun yang namanya adat dan kebiasaan tetaplah harus dijunjung tinggi serta di hormati wahai saudaraku…” ucap sang kakak Mahmood Ali sembari tergelak tertawa diatas kursi rodanya.

Rupanya setelah kejadian penyerangan dan penganiayaan oleh kelompok Sidieq Bin Ayoub di Djibouti, Kakak Dawoud Ali ini terpaksa untuk sementara waktu harus menghabiskan waktunya di kursi roda.

“Jadi siapa yang akan bertarung mewakili kalian bertiga?” sambung sang pemimpin klan sembari terkekeh riang.

Keringat dingin mengucur deras di pelipis ketiga pemuda kru kapal The Promise Land ini. Jika tahu akan begini urusannya tidak akan mereka iyakan permintaan mengangkat saudara kalau persyaratannya harus berkelahi seperti ini. Begitu rutuk mereka masing-masing dalam hati.Ketiganya yang saat itu memang sedang berdiri berjajar kemudian terlihat saling memandang satu dengan yang lain untuk beberapa lama.

“Baiklah..!!” ucap pemuda bertopi kupluk tiba-tiba memecah kesunyian.

“Untuk kali ini biarlah saya saja yang mendapat kehormatan melawan jagoan mereka… Jelek-jelek begini dulu saya pernah jadi jagoan Wing Chun waktu masih tinggal di Jerman!” sambungnya lagi. Entah apa sebabnya, sang pemuda yang biasanya suka angin-anginan ini bisa tiba-tiba bersemangat. Namun yang jelas, hal itu sontak memicu semangat kedua rekan lainnya.

“Mantap Bro! Kalau nanti dirimu tidak sanggup melawan jagoan mereka, biar nanti saya yang ganti! Jangan khawatir! Saya juga cakep-cakep begini pernah belajar kungfu Shaolin Sekte Utara! Kalau buat lawan jagoan mereka doank sih Cemeen…!” sambung Marco yang tiba-tiba juga ikut tersulut semangatnya.

Mendengar apa yang dikatakan dua rekannya, Bob Barry sang Kapten kapal The Promise Land ini sampai-sampai memandang keduanya silih berganti dengan tatapan penuh keharuan.

“Sungguh kehormatan besar bisa mengenal dan berlayar bersama-sama dengan kalian berdua sahabatku!” ucap sang kapten kapal yang dibalas dengan anggukkan kepala penuh semangat dan optimisme kedua rekannya tersebut.

Termakan oleh semangat yang berkobar-kobar dan rasa optimisme tingkat tinggi yang ditunjukkan kedua rekannya, Sang Kapten kapal pun kemudian akhirnya berpaling dan beranjak kearah kakak beradik pemimpin klan tersebut seraya berucap lantang.

“Syarat kalian kami terima! Kami tidak takut! Keluarkan jagoan kalian, biar secepatnya kita sahkan saja tali persaudaraan kita ini secara jantan dan betina!” ucap sang kapten yang rupanya karena terlalu optimisnya sampai-sampai tertular sifat konyol Marco Ferdinand.

“Ha.ha.ha. bagus! Saudara klan Ahmed Ali Djibril memang sudah seharusnya bernyali macan dan berhati singa! Saya suka! Saya Suka!” teriak Mahmood Ali kegirangan.

“Panggilkan Si Kecil Abdoolah…!”kali ini Dawoud Ali yang beteriak keras.

Teriakannya tersebut langsung saja disambut seruan kejut dan teriakan sorak sorai penduduk Eyl!

Berbanding terbalik dengan reaksi Penduduk Eyl, mendengar nama panggilan tersebut, Ketiga pemuda kita ini kemudian malah terlihat saling pandang sesaat sebelum akhirnya terdengar saling tertawa geli.

“Si Kecil Abdoolah…”

Ketiganya sungguh tidak menyadari kengerian macam apa yang akan mereka hadapi sebentar lagi!

* * *

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!