NovelToon NovelToon

Tunggu Saja Pembalasanku

Bab. 1 Prolog.

Lan mei seorang yang ceria, dia baru lulus dari fakultas ke dokteran.

Dari kecil dia sudah belajar bela diri dari ayahnya yang seorang guru bela diri.

Hanya saja sewaktu dia kecil ibunya meninggal karena sakit, jadi dia ingin belajar kedokteran takut ayahnya sakit seperti ibunya.

Tapi naas kekasih dan temannya punya niat buruk, mereka berselingkuh di belakangnya dan berencana membunuhnya di karenakan sang teman iri dengan nilai nilai Lan mei yang bagus dan sudah mendapat undangan masuk ke dalam tim rumah sakit ternama sebagai ahli bedah dan racun.

Mereka berdua merancang kecelakaan mobil, dan di detik kematiannya dia mengetahui bahwa itu ulah mereka berdua.

Tapi Lan mei tidak pergi ke surga ataupun neraka, tapi dia pergi ke jaman kuno.

Menjadi anak seorang Menteri sayap kiri, yang gemuk, bodoh dan tidak tahu apa - apa, wajah jelek penuh jerawat besar.

Tunangan putra mahkota, tapi adik tirinya memiliki niat buruk dan merebut tunangannya.

Putra mahkota dan adik tiri memiliki hubungan di belakangnya.

Ayah bajingan yang hanya menginginkan nama baik saja.

*****

Hari ini Lan mei tertawa ceria di depan ayahnya,

"ayah, besok jangan lupa datang pada saat wisudaku, jangan di rumah saja." Ucapnya sambil mengunya cemilan yang ada di depannya.

"Tenang sayang, ayah akan datang." Wajah lembut ayahnya tersenyum penuh kasih sayang menatap putri semata wayangnya ini.

"Pakai pakaian terbaikmu ayah, jangan cuma pakai yang itu - itu saja. Ayah, aku sudah membelimu banyak pakain terbaru, tapi ayah tak pernah memakainya." Lan Mei sedikit manyun menatap ayahnya yang tidak bisa serius juga berhadapan dengannya.

" he he he tenang, pasti akan ayah pakai besok." Dia tidak ingin mengecewakan anak gadisnya ini.

"Baiklah, hari ini aku ke rumah sakit dulu, ada pasien mau operasi hari ini" Dia mulai berdiri dari duduknya, dia meneguk tehnya yang ada di dalam mug sampai kandas.

"besok kamu wisuda, kenapa harua kerja lagi hari ini." Ada rasa heran di mata ayahnya, dia mulai merasa gelisah.

"ayah, pasien tidak bisa menunggu saya selesai wisuda baru di operasi, bisa mati dia"

"baiklah, baiklah, pergi lah hati - hati di jalan." Akhirnya dia menyerah juga, anaknya adalah orang yang selalu mengutamakan keselamatan orang lain dari pada harus menjaga kesehatannya sendiri.

Hari ini Lan mei mengoperasi seorang wanita tua yang memiliki tumor di otaknya.

Dia bersiap- siap di ruangan operasi, di temani oleh teman se-team nya di berhasil mengambil tumor dari dalam kepala wanita tua itu.

"Tidak sia- sia kita menghabiskan waktu lima jam untuk melakukan operasinya, dan berhasil"

Seru salah satu teman Mei, mereka saling bertos ria dan berpelukan. Mereka saling mengucapkan selamat atas kerja keras mereka hari ini.

Satu persatu para medis keluar dari operasi. Ternyata di depan ruang operasi keluarga korban sudah menunggu.

"Bagaimana kabar ibu saya dok ?" tanya salah satu anak dari pasien.

"ibu anda berhasil di operasi berkat tangan dewa dari dokter Mei" jawab salah satu dokter tersebut sambil menunjuk Mei sang ahli bedah.

"Terima kasih dokter, terima kasih dokter" sahut anak dan cucu pasien dengan antusias, dan sambil membungkuk.

"Tidak apa - apa, sebagai dokter saya harus menyembuhkan pasien"

Kemudian seorang pendeta Tao datang mendekati Mei, dia salah satu dari pengunjung untuk menemani wanita tua itu di operasi, sepertinya pihak keluarga berjaga - jaga mana tau tidak berhasil jadi memanggil pendeta tao untuk mendoakannya.

"Nak Mei, berkat Dewa mengalir ke tanganmu. Engku akan membantu mereka yang baik dan menghancurkan yang jahat. Walau tidak di dunia ini tapi akan terlaksana di dunia lain, terimalah berkatmu" ucapnya sambil menyentuh kepala Mei.

Lan mei merasa ada panas dari biji- biji tasbih yang di pegang sang pendeta, salah satu bijinya mengenai kening Lan Mei, terasa panas.

Mei hanya tersenyum setelah itu, tapi dia agak bingung dengan doa pendeta tao tersebut.

Ya sudah, jangan di ambil pusing.

Lan mei membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Dia bersiap untuk pulang.

'Sebelum pulang cari makan dulu' batin Lan Mei, kerna dia merasa lapar setelah selesai operasi.

Bab. 2 Kematian tragis

Dia menyalakan mobilnya dan beranjak pergi dari parkiran. Hari saat itu tidak terlalu panas, awan hitam bergerak mulai menutupi kota itu. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

Saat dia menyetir mobilnya, tanpa sengaja dia memperhatikan gelang di tangannya. Gelang yang terlihat kuno, tapi antik. Entah mengapa ada perasaan senang di dalam hatinya memiliki benda itu di tangannya. Dia tersenyum melihat benda itu bertengger di pergelangan tangannya, dan sesekali fokus menatap jalanan.

Ya.. sebelum dia pergi tadi sang pendeta tao memanggilnya dan memberikan sebuah gelang kepada. Dia merasa aneh terhadap pendeta tersebut, jantungnya bergetar saat dia menerima gelang tersebut. Sepertinya dia merasakan ada hubungan yang membuat dia tertarik untuk tetap dekat dengan benda itu.

Gelang batu giok yang bening dan di dalamnya terdapat bunga teratai merah mudah yang di tengahnya berkumpul sari bunga berwarna kuning disisinya kelopak putih dan kelopak terbanyak merah mudah dan kelopak terakhir pink tua.

Indah sekali fikir Lan Mei. Dengan tenang dia membawa mobilnya ke sebuah restoran dan makan di sana.

'Hari sudah mulai gelap, aku harus bergegas pulang' batinnya. Dia kuatir akan hujan di tengah jalan, karena jalan menuju kediaman ayahnya berkelok- kelok, yang di bagian sisinya jurang terjal. Jika hujan pasti licin.

Dia sangat bersemangat karena besok hari di mana dia resmi mendapat gelar Dokter bedah  profesional. Dengan wajah yang tersenyum dia melajukan mobil mininya.

Tanpa dia sadari ada mobil hitam yang mengikutinya dari belakang. Mobil ini sudah mengikutinya dari dia keluar dari rumah sakit tempat dia bekerja.

Walau dia sempat melihat mobil tersebut, dia tidak bertindak was- was, karena dia merasa tidak memiliki musuh selama ini. Dan juga dia merasa tidak pernah bertindak sombong atau juga pernah menyakiti seseorang, jadi dia anggap angin lalu yang kebetulan berada di sana.

Karena ingin cepat sampai Lan Mei menaikkan kecepatannya, dan juga kondisi jalan saat ini tidak ramai karena hampir menjelang malam. Dan sepertinya hujan badai akan segera turun. Orang- orang pasti enggan untuk perjalanan jauh.

Karena letak rumah mereka ada di pinggiran kota, sehingga jaraknya jauh dari Rumah sakit ternama yang ada di tengah kota. Memang tinggal di sana ada untung dan ada ruginya juga. Hanya saja lebih banyak untungnya bagi mereka.

Ayahnya memilih tempat jauh dari hiruk pikuk kota di karenakan agar murid - muridnya fokus berlatih. Dan udara di sana juga lebih sedikit polusi, jadi untuk kesehatan seperti orang yang sudah tua seperti ayahnya sangat bagus.

Lin Mei tetap melaju dengan kecepatan yang stabil, di karenakan dia sudah keluar dari jalur lalu lintas padat. Sesekali juga dia melihat mobil hitam yang dia lihat ketika masih di tengah kota.

Untuk sampai ke rumah dia harus melalui beberapa kelokan dan hutan buatan. Ada sedikit rasa curiga dia semakin mempercepat laju mobilnya.

Tapi di saat turunan yang berbelok ada sebuah mobil kontainer menghalangi jalannya. Dia sangat terkejut melihat hal yang tiba- tiba ini.

Dia menginjak rem dengan tiba- tiba,

Tapi sama sekali tidak bisa berhenti. Dia injak kembali berkali- kali dengan rasa panik.

'Ya, Tuhan bagaimana ini? Kenapa Remnya tidak bisa? Tadi sepertinya baik - baik saja'

Mei ketakutan melihat kontainer yang semakin dekat dengan mobilnya tersebut.

Dia banting setir ke kiri dengan cepat, ala hasil mobilnya berguling - guling dan hampir jatuh ke jurang. Dia berkeringat dingin, tubuhnya yang sekarang dalam keadaan terbalik, membuat dia semakin sulit bergerak dan bernapas.

Mobilnya bergoyang - goyang menjaga ke seimbangan. Cap mobil sudah di bawah. Dia ingin menangis melihat keadaannya ini, separuh badan mobil sudah mengambang di atas jurang. Dan separuh lagi masih ada di bibir tebing.

Sekarang Lan Mei dalam posisi terbalik, kepalanya menghadap kebawah. Dengan kepala menggantung.

Dia mulai hendak membuka seat belt, tapi tiba- tiba  seseorang menghampirinya. Dia sedikit merasa lega, dia mengira bahwa bantuan akan datang, dan nyawanya akan selamat.

"Tolong !" rintihnya tanpa menoleh orang yang datang, karena dia sibuk untuk melepas seat belt yang macet. Tangannya bergetar ketakutan.

"Halo Lan Mei" sapa sebuah suara wanita.

"July ?" Mei langsung menoleh. Ada kegembiraan di matanya, walau rasa takut lebih besar karena dia kuatir sebelum dia di selamatkan, mobilnya jatuh.

"July, july, syukur kamu datang, tolong bantu aku, mobilku hampir jatuh." suaranya yang serak, dia keluarkan dengan sekuat tenaga yang dia punya, agar July bisa mendengarnya.

"Bagaimana aku hendak menolongmu, sementara ini sudah aku rencanakan jauh - jauh hari, bahkan sampai tahunan." Seringai mengerikan terlihat dari wajah cantik July.

" Meng july, apa maksudmu ?" Tentu saja perkataannya membuat Lan Mei terkejut bukan kepalang.

"Lan Mei, aku membencimu" jawabnya sinis dengan tatapan arogannya. Ada kepuasan di wajahnya ketika melihat Lan Mei di ambang kematian.

"July, bukankah kita berteman selama ini? Kenapa kamu membenciku...?" Lan Mei tidak habis pikir dengan ucapan Meng July.

"Hah ! Kamu sadar tidak...? Kamu itu... Dengan gampangnya mengakui kekasih masa kecilku menjadi kekasihmu..!"

"Apa maksudmu?" Lan Mei melebarkan matanya dengan sempurna.

"Rou chen, adalah kekasih masa kecilku."

"Apa? Aku tidak mengetahui itu, Rou chen sendiri yang da.. " Perkataan Lan Mei terputus ketika suara Bariton memotong kata- katanya.

"Halo sayang apa sudah selesai?" Tanya lelaki itu, yang semakin membuat Lan Mei terkejut.

Suara lelaki yang datang itu... Sangat jelas sekali dia mengenalnya, Rou chen..?

"Dia belum mati" sambung july

"Tinggal kita dorong saja, sebentar lagi hujan pasti jejaknya akan terhapus" Pria itu memberi saran, tidak ada rasa kasihan di wajahnya. Air mata Lan Mei mengalir dengan deras saat dia mendengar pekataan sadis laki- laki ini.

Lan Mei semakin gemetar.

'Rou chen kekasihku, yang menyatakan cintanya padaku, dan mengaku tak bisa hidup tanpaku, berencana membunuhku, sungguh ironis' batin Mei.

"Lakukan" suruh july

"Rou chen, kenapa kamu tega!" Teriakku

"Maaf, aku hanya memanfaatkanmu agar aku bisa masuk ke Rumah sakit terkenal itu, aku tak pernah mencintaimu" jelasnya.

"Kalau hanya masalah itu bukankah kita bisa putus baik - baik dari pada membunuhku" Lan Mei ingin memberikan pilihan kepada Rou Chen, agar pria itu tidak jadi membunuhnya.

"Maaf, kekasihku tak senang melihat kehadiranmu." Dengan wajah acuh dia menjawab.

"Bajingan hanya masalah sepele itu?"

"Bukan hanya itu, tapi kamu tahu hasil praktekku yang di palsukan, kalau kamu hidup cepat atau lambat mereka akan mengetahui dan mengeluarkanku dari sana"

"Bullshit, july juga mengetahui, kenapa kamu paranoid denganku sementara aku kekasih mu,"

"Tidak lagi Mei, selamat tinggal, semoga kamu berbahagia di alam baka"

Kemudian Rou chen mendorong mobil Lan mei dengan kakinya. Tanpa ada rasa kasihan sebagai sesama manusia.

"Bajingan!! Aku akan kembali membalasmu Rou chen, aku akan menghantui kalian walaupun aku di neraka sekalipun...!!" Teriak Lan Mei di sela- sela mobilnya yang terjatuh.

Bruuuaakkk!!

suara mobil yang terjatuh menghantam bebatuan tebing dan...

Bam!!

terdengar ledakan dan api keluar dari mobil di bawah jurang.

Suara petir bersahutan, dan tidak berapa lama hujan turun. Lan Mei hangus terbakar di dalam mobilnya. Yang di iringi dengan hujan lebat membuat api di mobil tersebut cepat padam, mengakibatkan mobil lain yang lewat tidak melihat ada kecelakaan di bawah jurang.

Bab. 3 Kehidupan kembali

Di tengah hutan belantara seorang wanita merintih kesakitan. Hembusan angin dingin menerpa tubuh besarnya. Tapi dia belum menyadarinya.

"Eehhh, sakit sekali, aku di mana ?" Rintihnya

Dia mulai melihat kiri kanan, untuk memastikan keberadaannya sekarang ada di mana, tapi tubuhnya tidak bisa di gerakkan. Seolah - olah sedang tertancap di tanah.

"Apakah aku masih hidup?" Dia masih dalam kebingunan.

"Perasaanku, aku jatuh di dorong ke jurang dengan mobilku" Dia mengingat- ingat kenangan terakhir sebelum dia sadarkan diri.

"Apakah aku selamat? Apa aku merangka keluar dari mobilku?"

Banyak pertanyaa berkecamuk di dalam kepala wanita itu. Dia hendak menggerakkan tangannya, tapi tidak bisa bergerak. Dia coba tangan satunya, bisa!

"Oh, sepertinya tangan kiriku patah" dia bergumam sambil menaikkan tangannya ke atas agar dia bisa melihat tangan kanannya sendiri. Dia sedikit heran dengan keadaan tangannya tersebut, sedikit berat.

Dia dalam ke adaan telentang tak bisa bergerak, sepertinya kakinya juga patah karena tidak bisa dia gerakkan.

"Bagaimana aku bisa merangkak ke sini?" Gumam nya, karena dia merasa ke dua kakinya tidak bisa di gerakkan. Dia menenangkan dirinya dan menarik nafas dalam- dalam. Kepalanya sangat sakit sehingga dia hanya bisa menatap hampa keatas.

"Tapi bagaimana aku bisa tidak ada luka bakar, bukankah mobilku meledak ? Atau aku terpental saat mobil bertubrukan dengan batu di lereng ?" Dia kembali memperhatikan sebelah tangannya tersebut.

Dia menarik nafas dalam -dalam sambil memperhatikan sekitar lebih seksama, dia hanya bisa memutar kepalanya ke kiri dan kanan, kadang ke atas untuk melihat situasi.

GRrrrr.. dia mendengar suara erangan binatang, Dia menoleh ke samping. Ada keterkejutan di wajahnya, tentu saja dia takut dimakan hewan liar itu.

"Sial! Srigala! Ahh, dia mencium bau darahku mungkin. Luka di tubuhku mengerikan, sudah banyak darahku yang keluar memancing binatang liar."

Dia berusaha memutar tubuhnya dengan tangan kanannya yang masih bisa bergerak.

"'Ahhh" dia menjerit kesakitan saat tubuhnya sudah terbalik menelungkup. Dengan bunyi Gedebuk yang keras.

Dia berusaha memindahkan tubuhnya agar menjauh dari srigala tersebut dengan mencoba merayap sebisanya. Dia berkeringat dingin saat menarik tubuhnya yang berat itu. Sambil merintih dia berusaha untuk merayap menjauh dari hewan liar itu.

"Shuuu, shuuu" tiba -tiba ada suara yang mengusir para serigala. Dia mendengar langkah kaki yang sedikit terburu- buru mendekatinya. Dia menoleh ke arah datangnya suara itu, tapi dia tidak bisa melihat wajah mereka, hanya langkah kaki yang terlihat.

"Nona, nona, nona sudah sadar ? Maaf saya terlambat. Saya mencari bantuan ke desa sebelah, dan saya menemukan tuan ini. Dia mau membantu saya untuk mengangkat nona ke gubuk kita di pinggir hutan ini."

"Kamu siapa? Kenapa memanggilku nona?"

Ucap Lan Mei yang masih telungkup dan hanya bisa memiringkan kepalanya melihat dua orang yang baru datang itu.

"Hhhaaa" dia hanya bisa meringis menahan rasa sakitnya setiap kali dia bergerak. Wanita yang baru datang itu melihatnya dengan rasa kasihan. Dia mencoba menenangkannya. Dia kuatir Nonanya ini mengalami geger otak karena terbentur dan melupakannya.

"Nanti, nanti saya jelaskan nona, ayo tuan tolong bantu saya membawa nona saya ke rumah yang di sana"

"Baik"

Pria paruh baya itu tidak terlalu kurus, dia mengangguk dan mendekat kearah tubuh Lan Mei, dia pria yang memiliki tenaga internal, jadi dengan muda mengangkat Tubuh gadis itu.

'Gadis muda ini gemuk, tapi tidak terlalu berat' batin pak tua itu.

'Mungkin dia belum makan makanya sedikit ringan' Dia menyangka bahwa mereka ini orang yang tersesat dan kelaparan di tengah hutan tersebut.

Pelayan dari wanita yang sekarat tadi memang sengaja mencari pria yang biasa mengangkat beban berat. Dia mendapatkan seorang tukang pikul dan membayarnya beberapa sen.

Dia tidak sanggup mengangkat nona nya yang gemuk, dan kalau di seret nanti nona nya akan ke sakitan, jadi dia berinisitif mencari bantuan ke desa terdekat.

Dan dia sangat beruntung bisa bertemu lelaki paruh baya ini, walaupun dia sudah berumur 40an tapi tenaganya kuat, dan dengan senang hati membantu dia dengan bayaran beberapa Sen koin tembaga.

Setelah sampai di gubuk reot, tempat yang mereka tinggalin sekarang. Pria itu sedikit terkejut, dia beranggapan bahwa tempat ini tidak layak huni, karena sama saja, binatang buas bisa masuk dengan menerobos pintu yang bobrok itu.

Pria paruh bayah itu meletakkan wanita yang hampir sekarat itu di atas ranjang usang tanpa kasur di atasnya, hanya papan dan di alasi beberapa rumput yang mengering.

"Terima kasih tuan sudah membawa nona saya ke gubuk ini"

Ucap pelayan wanita itu. Dan memberikan koin yang dia janjikan tadi, pria itu hanya mengganguk sebagai tanda dia menerima koin itu.

"Iya, sama - sama, sebaiknya secepatnya kamu obati dia, lihat lukanya terlalu mengerikan. Dia sudah sangat pucat"

Pria itu menarik nafas dan menggelengkan kepalanya, ada rasa iba di matanya. Rasa kasihan seperti orang tua yang mengkuatirkan anak- anaknya. Dia ingin menemani mereka, tapi sepertinya tidak lazim untuk saat ini, apa lagi dia masih ada urusan di desa. Sebaiknya lain kali saja jika dia masih hidup, batinnya.

"Setelah saya pergi, kamu harus tutup pintu dan jendela rapat - rapat. Karena sebentar lagi malam, dan binatang buas akan berkeliaran. biasanya mereka juga keluar dari hutan kematian itu, dan kalian paling dekat dengan hutan itu." Jelas si bapak ke pada pelayan wanita itu.

"Baik tuan, baik tuan" Pelayan wanita itu membungkuk beberapa kali untuk berterima kasih atas nasehat yang dia beri, jika dia tidak mendengar hal itu, bisa jadi akan benar- benar ada binatang buas yang mendekat. Apa lagi tetesan darah nonanya sepanjang jalan menuju kesini pasti masih basah di luar sana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!