NovelToon NovelToon

Kapten, Wo Ai Ni

Melarikan Diri

Di sebuah kediaman mewah bak istana yang dikelilingi benteng besar, tampak seorang gadis yang masih berumur lima belas tahun duduk di depan meja rias dengan gaun pengantin minimalis off shoulder yang tengah Hits di tahun 2024 ini.

Gadis itu bernama Intan Putri Hartawan, cucu dari Abimanyu Hartawan. Abimanyu Hartawan adalah pemilik grup Hartawan yang merajai pasar Asia. Grup Hartawan bergerak di bidang perhiasan, makanan kemasan, tas, sepatu, tekstil, dan mall.

Intan terus menggigit kuku jarinya sambil berpikir keras bagaimana caranya dia bisa melarikan diri dari pernikahan yang tidak dia inginkan.

Abimanyu menikahkan Intan cucu satu-satunya yang sangat dia sayangi karena dia ingin merubah Intan yang super manja, tengil, bar-bar, dan liar itu menjadi gadis rumahan yang penurut. Abimanyu menjodohkan Intan dengan seorang pengusaha muda yang sangat tampan. Pengusaha muda itu bernama Arjuna Putra Buana, cucu pertama dari pemilik grup Buana.

Aku sudah menyiapkan baju, uang tabunganku, kartu ATM, dan kartu unlimited pemberian dari almarhum Papa ke dalam tas ranselku. Aku juga sudah meminta tolong sama Delia agar aku diijinkan menginap di salah satu kamar hotel milik papanya selama seminggu. Nah, sekarang aku tinggal memikirkan cara bagaimana kabur dari sini. Batin Intan.

"Anda cantik sekali Nona muda. Anda juga sangat beruntung pengantin pria sangat tampan, gagah, dan murah senyum" Ucap pria gemulai yang dipercaya merias Intan.

"Gagah apaan. Dia sudah tua. Jarak umur kami sepuluh tahun. Aku lima belas dia dua lima. Ogah banget Gue nikah sama cowok yang lebih tuwir dari Gue"

Pria gemulai itu cekikikan lalu berkata, "Umur dua lima itu belum tua, Non, tapi mateng"

"Kalau kamu suka, buat Lo aja sana!" Intan bersedekap kesal.

"Ih, mau banget Eike kalau dibolehin nikah sama babang tampan itu. Namanya Arjuna dan dia sama seperti Arjuna, gagah dan sangat tampan"

"Bodo amat! Aku nggak percaya kalau dia tampan dan aku tidak mencintainya karena aku udah punya pacar yang sangat keren dan sangat tampan. Pacarku jago main basket dan dia idola di sekolahanku" Intan bersedekap dan tersenyum bangga.

"Tapi, setampan apapun pacarnya, Non, dia, kan, masih sekolah. Dia belum kerja. Lha ini, Mas Arjuna ini, udah kerja, kaya, tampan dan........."

"Bisa diam nggak Lo! Gue banting nyungsep, Lo!" Intan melotot.

Tahu kalau gadis di depannya jago taekwondo, pria gemulai itu langsung mengunci rapat-rapat bibirnya.

"Udah selesai, kan?"

Pria gemulai itu hanya berani mengangguk.

"Sekarang keluar sana! Aku mau........"

Intan menggantung kalimatnya. Dia hampir saja keceplosan bilang kalau dia mau kabur. Untung saja otaknya cepat mengerem lidahnya.

"Mau apa?" Pria gemulai itu mengerutkan dahi.

Intan menggaruk pelipisnya, "Emm, mau, mau pipis"

"Ya udah ke toilet sana, kenapa meminta saya keluar?"

"Kau mau aku banting?" Intan melotot lebih tajam daripada yang pertama tadi.

"I...iya aku keluar" Pria gemulai itu langsung berlari keluar dari dalam kamarnya Intan.

Intan lalu mengedarkan pandangannya ke lima orang pelayan wanita yang masih berdiri menunduk di depan pintu kamar. Lalu, Intan menyeringai dan berkata, "Kamu yang baris nomer dua tetap di dalam kamar dan yang lainnya keluar!"

Semua pelayan wanita langsung menuruti perintah Intan, mereka melangkah mundur dan keluar dari dalam kamarnya Intan sambil menunduk.

Intan lalu mendekati pelayan wanita yang memiliki postur tubuh mirip dirinya. Lalu, Intan berkata, "Pakai baju pengantinku!"

Pelayan wanita itu sontak mendongak dan menyemburkan, "Apa?!"

"Iya buruan! Aku pakai baju kamu dan kamu pakai baju pengantin ini! Jangan lupa nanti kamu pakai kerudungnya"

"Ta.....tapi, Non.....sa......saya takut sama Tuan besar. Sa.....saya ta......takut kena hukuman dan dipecat, Non"

"Katakan saja ke Kakek kalau aku yang menyuruh kamu. Cepat lepas baju kamu dan pakai ini!" Intan mengulurkan baju pengantinnya dan berdiri di depan pelayan wanita itu hanya mengenakan pakaian dalam.

Pelayan wanita itu sontak melepas bajunya dan memakai baju pengantinnya Intan.

"Oke! Kamu mirip denganku kalau pakai kerudung. Aku tinggal dulu dan jangan lupa pakai kerudungnya!" Intan yang sudah berganti baju dan mencangklong tas ranselnya bersiap melompat dari jendela lantai satu. Intan seketika bersyukur karena dia memilih salah satu kamar mewah yang ada di lantai satu menjadi kamarnya selama ini.

"Non! Non mau ke mana?!"

"Sstttt! Lakukan saja tugas kamu! Bye!" Intan lalu menghilang dari pandangan pelayan wanita itu.

Di halaman samping kediaman mewah milik kakeknya, Intan mengedarkan pandangan sejenak lalu mengikuti instingnya melangkah ke arah Utara. Dia berpikir kalau gerbang belakang pasti sepi karena semua pelayan dan pengawal pasti tengah sibuk di halaman depan tempat diselenggarakannya pemberkatan nikah dan pesta kebun pernikahannya Intan dan Arjuna.

Intan melemparkan tas ranselnya dan tas ransel itu berhasil lolos dari tembok halaman belakang yang tidak setinggi tembok halaman depan. Lalu, Intan naik ke pohon alpukat madu yang salah satu cabangnya melengkung ke tembok. Sialnya, saat Intan hendak melompat turun terdengar teriakan, "Non! Jangan lari! Turun, Non!"

Alih-alih menuruti permintaan pengawal pribadi kakeknya, Intan justru melompat turun.

Bisma, pengawal sekaligus asisten pribadinya Abimanyu sontak memencet tombol di dadanya dan berkata, "Non Intan kabur lewat gerbang belakang"

Seluruh anak buah Bisma sontak berlari keluar menuju ke gerbang belakang dan salah satu dari anak buahnya Bisma yang berada di dekat altar pernikahan langsung berbisik ke tuan besarnya, "Non Intan kabur, Tuan"

Abimanyu menoleh kaget, "Apa?!"

"Jangan khawatir, Bos saya dan teman-teman saya langsung mengejar Non Intan, Tuan"

Abimanyu terduduk di kursi dan memijit pangkal hidungnya lalu berteriak kencang, "Intannnnnnn!!!!!!"

Intan berhasil melompat ke motor maticnya Delia dan Delia spontan ngegas motor maticnya.

Intan menoleh ke belakang dan langsung menepuk punggung Delia, "Lebih cepat, Del! anak buah Kakek Gue mengejar kita"

"Ini udah paling cepet, Tan" Teriak Delia dengan wajah panik.

"Kita belok ke gang sempit itu aja biar anak buah Kakek Gue nggak bisa ngejar kita" Ucap Intan sambil menepuk-nepuk punggung Delia.

"Siap! Tapi, setelah ini Elo harus beneran kasih Gue dua tas branded koleksi Lo. Yang satu ransel dan yang satu tas jinjing" Teriak Delia.

"Aku akan kasih kamu tiga tas branded aku. Aku udah bawa di dalam tas ranselku"

"Siap?!" Teriak Delia dengan senyum lebar.

Beberapa jam kemudian, Delia dan Intan bisa bernapas lega. Mereka telah sampai di salah satu kamar hotel milik papanya Delia.

"Ini tasnya" Intan mengeluarkan tiga tas branded dari dalam tas ransel super besarnya lalu menyerahkan tas-tas itu ke Delia.

Delia membeliak senang lalu berkata, "Makasih, ya, Tan"

"Yang seharusnya berterima kasih tuh, Gue, Del. Elo, kan, udah mau membantu Gue kabur dan memberikan salah satu kamar di hotel Papa kamu ini"

"Kamu nginep di sini, kan, bayar, Tan. Jadi, nggak usah berterima kasih sama Gue. Kalau Gue bantuin Elo kabur dari pernikahan paksa Elo, itu karena Elo udah banyak ngebantu Gue selama ini"

"Sama-sama. Kita, kan, sahabat" Intan menepuk pundak sahabatnya dengan senyum merekah.

Delia kemudian berkata, "Gue balik dulu, ya, takut Nyokap nyariin Gue"

"Oke. Selama liburan sekolah seminggu, Gue nginep di sini sembari nyari kost-kostan. Entar Elo nengok -nengok ke sini, ya, Del"

"Pasti dong. Gue balik dulu"

Sepeninggalnya Delia, Intan rebahan dan ketiduran. Gadis berwajah oriental, dengan gingsul, gigi kelinci, berambut bergelombang, dan manis itu bangun jam enam sore karena perutnya lapar.

Krucuk!

Intan memegangi perutnya sambil bangun lalu gadis berumur lima belas tahun itu duduk di tepi ranjang dan bergumam, "Gue pergi ke minimarket depan aja. Beli Mie instant dan mi cup instant yang banyak karena kalau beli makanan di hotel ini bisa jebol kartu ATM Gue dan mendadak kere entar Gue"

Lalu, Intan bergegas keluar dari dalam kamar sambil meraba kantong celananya, "Aman, dompet Gue kebawa"

Beberapa menit kemudian Intan menyebrang ke minimarket dan dia tidak jadi masuk ke dalam minimarket saat dia mendengar suara teriakan, "Non Intan!"

Intan menoleh kaget ke asal suara setelah itu dia berlari sekencang-kencangnya dan asisten pribadi kakeknya langsung berlari mengejar Intan sambil terus berteriak, "Non Intan jangan lari lagi! Kembali Non!!!!"

Intan tidak menggubris teriakan itu dan terus berlari sekencang-kencangnya.

Kecewa

Anggasta Bimantara duduk di dalam mobil Jeep kesayangannya sambil memandangi cincin emas putih dengan senyum bahagia. Meskipun cincin itu bukan cincin berlian, tapi cincin itu dia beli dengan uang hasil jerih payahnya sendiri. Cincin couple yang indah dan hanya bernilai sepuluh juta rupiah itu tampak sangat indah dan sempurna di mata Anggasta Bimantara.

Anggasta menunggu kedatangan kekasih hatinya yang sangat cantik, Berliana Fond. Berliana Fond adalah seorang model terkenal berumur dua puluh lima tahun. Perempuan berwajah indo itu berhasil menaklukan idola kampus, kapten basket, dan pria terpopuler di kampus, Anggasta Bimantara. Berpacaran di penghujung masa kuliah sampai keduanya lulus lalu bekerja, membuat Anggasta yakin bahwa Berliana Fond, gadis cantik blasteran Inggris-Indo itu adalah jodohnya. Lima tahun berpacaran dan merasa karirnya di kepolisian divisi khusus sudah stabil, Anggasta merasa mantap akan melamar pujaan hatinya.

Anggasta kemudian menutup kotak cincin dan memasukan kotak itu ke dalam saku kemejanya sambil membuka pintu mobil. Namun, belum sampai dua detik dia menjejakkan kakinya di atas pelataran parkir restoran tempat dia janjian bertemu dengan Berliana dan belum sempat dia menutup pintu mobilnya, tiba-tiba dia didorong oleh seorang gadis berkulit putih bersih, berwajah oriental tapi berparas manis dan berambut bergelombang.

"Ugh!" Anggasta jatuh rebah di jok mobil dan gadis itu langsung jatuh di atas tubuh Anggasta.

Gadis itu lalu menoleh ke belakang tanpa mengangkat kepala untuk menutup pintu mobil dan membuat Anggasta secara spontan menarik badannya sampai punggungnya bersandar ke pintu jok penumpang agar kakinya tidak terjepit pintu jok kemudi. Lalu dengan santainya gadis asing itu menjatuhkan wajahnya di perut kotak-kotaknya Anggasta.

What?! Gila, nih cewek! Ke bawah dikit dia jatuhin wajahnya bisa panas dingin Gue. Batin Anggasta dengan wajah super kesal.

Mata Anggasta membulat sempurna, ada yang hangat-hangat empuk menindih juniorku. Ah, sial! Anggasta sontak memegang kedua bahu gadis itu lalu mendorongnya sambil menggeram, "Bangun dan keluar dari mobilku!" Tetapi gadis itu menahan perut Anggasta dengan wajahnya sambil berbisik, "Tolong jangan dorong aku dulu! Mereka masih di luar"

"Mereka siapa?" Anggasta ikut berbisik sambil mengernyit.

Gadis itu menjawab tanpa mengangkat wajahnya dari atas perut Anggasta, "Anak buah Kakekku. Aku lari dari perjodohan. Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak aku kenal dan tidak aku cintai"

"Hah?! Minggir! Aku nggak mau ikut campur urusan keluarga kamu" Anggasta kembali mendorong kedua bahu gadis itu.

Namun, Anggasta langsung menarik kembali tangannya dari kedua bahu gadis itu saat gadis itu berbisik, "Kalau kamu nekat mendorongku aku akan berteriak dan berkata ke semua orang kalau kamu sudah melecehkan aku"

Anggasta membeliak kaget dan langsung menyemburkan, "Apa?! Mana ada begitu, hah?! Aku tidak......."

Gadis itu langsung mengangkat wajahnya dan membungkam mulut Anggasta sambil mendesis kesal, "Ssstttt! Jangan teriak!"

Mata Anggasta bersitatap dengan mata gadis asing yang masih menindih tubuhnya.

Gila! Manis juga cewek ini. Batin Anggasta.

Karena tidak kuat menatap bola mata cantik yang dibingkai bulu mata tebal yang lentik, Anggasta menurunkan matanya.

Glek! Jakun Anggasta naik turun saat matanya menangkap belahan dada gadis itu.

Pria tampan itu lalu memejamkan mata dan mendesis, "Bangun! Kamu berat" Anggasta bergumam dengan posisi mulutnya masih dibungkam oleh gadis itu.

Gadis itu melongok sedikit ke kaca depan mobil, lalu melihat ke belakang setelah itu dia bangun dan menarik tangannya dari mulut Anggasta.

"Ah, akhirnya mereka pergi. Terima kasih atas bantuannya. Namaku Intan nama kamu siapa?" Gadis itu mengulurkan tangannya dengan senyum manis.

Anggasta membuka matanya, tapi masih belum menarik kakinya untuk duduk dengan benar karena gadis itu menindih kaki Anggasta dengan pantatnya

"Bisa nggak kamu keluar dari mobilku sekarang juga sebelum kakiku kesemutan. Kamu menindih kakiku dengan pantat kamu" Geram Anggasta.

Gadis itu menarik tangannya sambil berkata, "Kalau kamu nggak mau salaman sama aku, katakan dulu siapa nama kamu biar aku bisa membalas kebaikan kamu nanti"

"Anggasta Bim......."

"Buahahahahaha! Ganteng-ganteng namanya angsa, Buahahahahaha. Namaku Intan dan aku pasti akan membalas budi baik kamu. Bye, Angsa!"

Ceklek! Gadis itu membuka pintu mati sambil geleng-geleng kepala dan terkekeh geli, "Angsa? Benar-benar nama yang aneh"

"Sial! Bukan Angsa, tapi Anggas......"

Brak!

Anggasta mengangkat kedua bahunya karena kaget saat gadis itu membanting pintu mobilnya.

Anggasta bergegas menarik kakinya lalu buru-buru membuka pintu mobil, namun saat dia turun dari mobil untuk menceramahi gadis tengil tidak tahu sopan santun itu, dia sudah kehilangan jejaknya.

"Cepat sekali dia hilang. Dasar gadis aneh nggak tahu sopan santun. Dia masuk ke mobilku tanpa permisi, menindih tubuhku, dan dengan seenak jidatnya dia memanggilku angsa dan pergi begitu saja, cih! Tapi, dia manis juga meskipun berwajah oriental dan dadanya........"

Plak! Anggasta memukul dahinya sambil bergumam, "Sial! Apa yang aku pikirkan?"

"Oh, iya, Berliana. Dia pasti sudah datang. Aku harus segera masuk ke restoran" Anggasta berlari kecil masuk ke dalam restoran dan setelah mengedarkan pandangannya sebentar dia melambaikan tangan dan tersenyum ke wanita sangat cantik yang tengah duduk di meja nomer sebelas.

Anggasta duduk di depan Berliana dan tersenyum penuh cinta lalu bertanya, "Sudah lama nunggunya?"

"Baru lima menit, kok. Ada apa mengajakku ketemuan?"

"Kok nanyanya gitu? Kita udah dua Minggu nggak ketemu, lho, Yang, masak nanya gitu. Emangnya kamu nggak kangen sama aku?"

"Aku banyak kerjaan. Buruan katakan ada apa?"

Anggasta mengerutkan kening karena Berliana lebih mementingkan pekerjaan daripada dirinya padahal dia sangat merindukan Berliana.

"Angga, aku serius. Aku harus segera balik ke pemotretan. Ayo katakan ada apa?"

Anggasta menghela napas panjang lalu berkata sambil mengeluarkan kotak cincin dari saku kemejanya. Dia lalu membuka kotak itu dan mengeluarkan cincin yang berukuran lebih kecil. "Mana tangan kiri kamu? Aku akan pasangkan cincin ini di jari manis tangan kiri kamu sebelum kita menikah bulan depan"

"Apa?!" Berliana mendelik kaget.

"Will you marry me?"

Mata Berliana membulat sempurna dan mematung menatap cincin di depan matanya yang masih dipegang Anggasta.

Cincin itu berbentuk setengah cinta dan dia yakin kalau setengahnya lagi ada di cincin besar yang masih ada di dalam kotak.

Melihat kekasihnya diam membisu dan terus menatap cincinnya, Anggasta tersenyum lalu berkata, "Aku akan pasangkan cincin ini di jari manis kamu dan kamu akan pasangkan cincinku di jari manisku lalu setelah ini aku akan mengantarmu pulang dan melamar kamu di depan orangtua kamu kemudian esok paginya aku akan ajak orangtuaku ke rumah orangtua kamu dengan hantaran.........."

"Stop, Ngga!"

"Apa maksud kamu? Oh, kamu ingin aku segera memasangkan cincin ini, ya, mana tangan kiri kamu" Anggasta meraih tangan kiri Berliana dengan lembut sambil tersenyum penuh cinta.

Berliana menatap Anggasta dan menarik kedua tangannya dari atas meja.

Anggasta mengernyit, "Kenapa ditarik tangannya?"

"Aku tidak suka dengan cincin itu. Itu bukan berlian, kan? Itu cincin murah. Aku bisa menilainya"

Anggasta lupa kalau Berliana adalah anak seorang menteri dan pengusaha kaya raya. Berliana juga seorang model terkenal, pastilah hapal segala bentuk berlian. Sesuai dengan namanya, Berliana pemuja berlian.

"Aku akan belikan kamu berlian di ulang tahun pernikahan pertama kita nanti, tapi maaf untuk lamarannya pakai cincin emas putih ini dulu, ya" Anggasta menatap wanita super cantik di depannya dengan sorot mata memohon.

"Aku juga lelah selalu kau tinggal dinas, Ngga. Kamu selalu menghilang di saat aku butuh kamu"

"A......apa maksud ucapan kamu?" Anggasta sontak memundurkan kedua tangannya yang masih memegang cincin.

"Aku memiliki pria idaman lain"

"Apa?! Jadi, kamu selingkuh selama ini?" Anggasta meraup kasar wajah gantengnya dengan tangan kiri dan tangan kanannya masih menggenggam erat cincin kebanggaannya karena cincin itu dia beli dengan hasil keringatnya sendiri meskipun bukan cincin berlian.

"Bukan selama ini. Aku menjalin hubungan dengan pria itu tiga bulan yang lalu pas kamu pergi ke Afganistan. Aku takut kamu tiba-tiba meninggal dan aku butuh sandaran waktu itu karena ada gosip aku hamil di luar nikah dan banyak perusahaan yang memblokir aku, aku down, stres berat. Aku nggak ada kerjaan, aku diterpa gosip dan kamu nggak ada di sisiku. Kamu juga nggak bisa aku hubungi. Dia yang hadir sebagai pahlawanku. Dia yang membersihkan namaku dari gosip itu, dia yang selalu menemani dan menghiburku, dia........"

"Siapa dia? Apa aku mengenalnya?" Anggasta bertanya dengan suara bergetar menahan amarah dan kecemburuan, wajah pria tampan itu tampak sedih.

Berliana mengangguk, "Kamu mengenalnya, Ngga. Dia Darren"

Brak!

Anggasta tanpa sadar menggebrak meja mendengar nama Darren. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Darren sahabatnya tega mengkhianatinya padahal Darren benar-benar tahu bahwa Anggasta cinta mati sama Berliana.

"B*j*ng*n! Dia tahu aku sangat mencintai kamu. Kenapa dia tega mengkhianati aku?" Tangan Anggasta terkepal semakin erat.

"Darren nggak salah! Jangan sentuh Darren! Dia tidak bersalah. Aku yang meminta Darren menjadi pacarku karena aku butuh sandaran, Ngga. Aku butuh pria yang selalu ada di saat aku membutuhkannya"

"Kenapa harus Darren, Ber?" Anggasta tidak lagi memanggil Berliana dengan sebutan, Yang.

"Karena bersama Darren aku tidak pernah sport jantung. Bersama Darren aku merasa damai dan nyaman. Darren juga lebih mapan dari kamu. Dia memiliki rumah besar, dia memiliki perusahaan besar dan dia sudah melamarku dengan cincin berlian"

"Di....dia sudah melamarmu?" Anggasta membeliak kaget sambil mengepalkan tangan kiri dan kanannya dengan erat.

"Iya. Satu Minggu yang lalu dia melamarku dan aku langsung iyain. Karena dia lebih segala-galanya dari kamu, Ngga"

Deg!

Hati Anggasta terasa sangat sakit dan hancur mendengar pujaan hatinya berkata bahwa Darren lebih segala-galanya dari dia.

"Darren lebih mapan, pekerjaannya normal, aku nyaman dengannya. Maaf aku harus pergi. Aku ada pemotretan. Jangan temui aku lagi! Bulan depan aku akan menikah dengan Darren dan jangan sentuh Darren!"

Deg!

Anggasta seketika mematung dan kedua matanya menatap tangan kanannya yang masih mengepal erat menggenggam cincin kebanggannya.

Berliana melangkah pergi meninggalkan Anggasta begitu saja dan Anggasta membiarkannya. Pria tampan itu terlalu lemas untuk mengejar Berlina.

Sepeninggalnya Berliana, Anggasta dikejutkan dengan suara kursi ditarik dan dia terkejut melihat gadis yang tadi menindih dirinya di dalam mobil kini duduk sambil meringis di depannya.

"Dia memang cantik banget dan beuh! Bodinya goal banget. Tapi, dia brengsek jadi nggak usah kamu tangisi!"

"Siapa yang nangis dan jangan hina Berliana!"

"Cih! Cewek selingkuh itu apa namanya? Brengsek, kan? Jadi pantas untuk dihina"

"Kau........"

"Udah nggak usah pikirkan dia lagi. Aku udah pesan es krim, cake mocca, puding cokelat untuk kamu sebagai balas budi karena kamu tadi udah menolongku dan orang putus cinta itu biasanya butuh yang manis-manis"

"Aku tidak suka makanan manis dan........"

Anggasta mengernyit saat dia melihat gadis di depannya tiba-tiba berdiri, melangkah ke arahnya, dan Anggasta mendengus kesal ketika gadis itu menepuk pelan pundaknya sambil berkata, "Aku tidak kalah cantik dari dia kalau kamu mau move on, kamu bisa mulai berkencan denganku. Aku free hari ini"

Anggasta menoleh kesal ke gadis itu dan sontak gadis itu cekikikan, "Aku bercanda. Kamu bukan tipe aku" Lalu gadis itu melangkah pergi sambil melambaikan tangan, "Bye, Angsa!"

Anggasta langsung berdiri dan berbalik badan sambil berteriak, "Hei! Aku bukan Angsa dan kau juga bukan tipeku!"

Namun, gadis itu tetap melangkah ke depan dan mengabaikan teriakannya Anggasta.

"Dasar gadis gila! Dia benar-benar gi........."

"Maaf, Mas, ini puding, cake, dan es krim yang dipesan sama Mbak cantik manis tadi"

Anggasta menoleh kaget ke asal suara lalu berkata, "Oh, emm, maaf dibungkus saja bisa, kan?" Anggasta mendadak kehilangan napsu makannya.

"Baik, Mas, akan saya bungkus semuanya"

Beberapa menit kemudian, Anggasta sudah duduk di dekat kemudi dan dia mencengkram erat kemudi mobil sambil menggeram, "Brengsek kau, Ren! Kau rebut Berliana dariku" Lalu, Anggasta menutup wajah gantengnya dengan dua telapak tangan dan menangis sesenggukkan. Sekuat-kuatnya seorang kapten kepolisian dari tim pasukan khusus, dia tetaplah manusia biasa yang akan menangis saat kekasih yang sangat dia cintai meninggalkan dirinya hanya demi harta dan tahta.

Geledah

Selamat hari raya Idul Fitri 🙏mohon maaf lahir dan batin 🤗

...❤️❤️❤️❤️❤️...

Intan masuk ke dalam kamar hotel dan langsung jatuh telungkup di atas ranjang, "Ah, capeknya. Gila, ya, Kakek, mana mau aku menikah dengan pria yang tidak aku kenal dan lebih tua dari aku. Lagian aku ini masih SMA, kok, sudah mau dinikahkan, sih?"

Intan siswi kelas XII itu membalik badan lalu menatap langit-langit kamar, "Sial! Ponselku ketinggalan di rumah. Aku nggak bisa nelpon Bagas"

Bagas adalah pacar Intan. Mereka jadian di awal mereka naik ke kelas XII.

"Tzk! Andai saja Mama dan Papa masih hidup, aku nggak akan menderita hidup sama Kakek yang super protektif. Kenapa setiap kali aku pergi ke mana-mana selalu dikawal bodyguard dan nggak boleh keluar malam. Dasar Kakek kolot. Terus sekarang pakai acara ngejodohin aku sama anak tekan bisnisnya. Mana mau aku. Pasti cowok itu gendut, botak, dan Kumal, iiihhhh!" Intan bergidik ngeri. "Lagian aku udah punya Bagas. Emm, tapi, aku nggak mungkin selamanya tinggal di hotel ini. Uang tabunganku bisa habis buat nyewa kamar hotel. Kalau aku balik ke rumah, aku pasti langsung dinikahkan. Apa aku cari Bagas aja, ya, minta Bagas nikahi aku, kan, dengan begitu aku bisa bebas dari Kakek"

Intan bergegas bangun dan berlari ke pintu. Dia menutup pintu sambil meraba kantong celananya, "Ah, aman" Dompet kecilnya Intan yang berisi kartu kredit unlimited dan kartu ATM masih ada di kantong celana.

Intan melangkah santai di selasar hotel sambil bersenandung lirih dan melompat-lompat kecil, "Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali. Semua semua semua dapat dilakukan dapat dilakukan dengan kantong ajaib"

Lagu ost film kartun kesukaannya Intan itu disenandungkan dengan wajah riang gembira oleh Intan karena dia merasa bangga pada dirinya sendiri sudah berhasil lepas dari kekangan kakeknya dan dia berhasil lolos dari kejaran anak buah kakeknya lalu satu lagi dia merasa bahagia sebentar lagi bertemu dengan Bagas. Dia yang selama ini hanya bisa bertemu dengan Bagas di kelas dan tidak pernah bisa berkencan layaknya kekasih membuat Intan tidak sabar ingin bertemu dengan Bagas dan berkencan dengan Bagas sekaligus meminta Bagas untuk menikahinya.

Namun, saat melihat punggung pria yang sangat dia kenal, dengan cepat Intan berbalik badan dan langsung berlari kencang dan semakin kencang berlari saat dia mendengar teriakan, "Non Intan! Jangan lari! Ayo pulang, Non!"

Intan berlari kencang ke kamarnya sambil mengumpat, "Gila! Kenapa Si Bisma dan anak buahnya bisa sampai sini. Nggak! Aku nggak mau pulang!"

Brak! Intan menutup kasar kamarnya dan dengan wajah panik dia mondar-mandir sambil mengigit jari.

"Aku harus pergi dari sini sebelum si Bisma mendobrak kamar ini. Tapi, lewat mana?"

Intan lalu berlari ke balkon dan dengan sangat terpaksa di melompati pagar, memegang erat pagar itu lalu melangkah ke samping saat dia mendengar suara pintu didobrak.

Lalu, Intan melompati pagar balkon yang ada di sisi kanannya dan sebelum Bisma menemukan dirinya dia berlari masuk ke kamar asing tanpa berpikir panjang.

Bisma sampai ke balkon dan menoleh ke kanan lalu ke kiri dengan helaan napas panjang, "Kenapa Anda malah lari ke kamar orang lain, Non?" Bisma menemukan balkon di sebelah gordyn-nya bergerak-gerak bukan karena tiupan angin.

Sementara itu, Intan tengah melongo di depan pria yang tengah menindih seorang wanita di atas ranjang dan pria itu membungkam wanita itu. Posisi wanita itu pinggul ke atas rebah di atas ranjang dan pinggul ke bawah posisinya terjuntai kebawah dan telapak kaki wanita itu bergerak-gerak liar lalu Intan melihat kedua paha pria itu mengapit kedua kaki wanita itu.

Pria itu menoleh kaget ke Intan dan langsung menyemburkan, "Kau! Kenapa kau bisa ada di sini, hah?!"

Intan melihat mata wanita yang dibungkam oleh pria itu memandang Intan dengan sorot mata memelas. Intan seketika itu juga merasa kasihan dan ingin menolong wanita itu.

Intan lalu memasang kuda-kuda dan berteriak, "Oh, ternyata kau seorang maniak! Pantas saja kalau cewek kamu minta putus sama kamu. Lepaskan wanita itu! Kamu mau perkosa dia, kan? Lepaskan dia!"

Anggasta mendelik kaget dan sontak menyemburkan, "Pergi dari sini dan jangan ikut campur!"

Alih-alih menuruti permintaan pria di depannya, Intan berlari sambil berteriak, "Lepaskan dia, Angsa!!!! Ciaaattttt!!!!!!"

Intan menendang pinggul Anggasta sampai pria itu jatuh terguling ke samping dan dengan cepat Intan berteriak ke wanita yang masih terbaring di ranjang, "Buruan lari ke balkon! Aku akan hadapi dia"

Wanita itu menyeringai senang dan langsung berlari ke balkon. Intan mengernyit melihat wanita itu dengan lincahnya melompati balkon dan menghilang.

"Dia pengedar narkoba dan kamu baru saja membiarkan buruanku lenyap"

Intan memutar kepala dengan cepat dan langsung menyemburkan, "Apa maksud kamu?"

"Aku polisi. Wanita yang tadi kabur, dia buronan polisi, gembong mafia, dan aku sudah memburunya selama lima tahun. Kau membantunya kabur. Jangan-jangan kau adalah kaki tangannya" Anggasta melangkah pelan mendekati Intan.

Intan sontak melangkah mundur sambil berteriak, "Jangan menakutiku! Tunjukan kartu identitas kamu!"

Anggasta langsung menunjukan kartu identitasnya sambil terus melangkah pelan mendekati Intan.

Intan menghentikan langkah mundurnya dan sontak menaikkan kedua alisnya ke atas lalu menutup mulutnya yang ternganga lebar dengan telapak tangan kanan.

Anggasta pun menghentikan langkahnya dan sambil memasukkan kembali kartu identitasnya ke dalam saku belakang celana, pria itu menyipitkan mata dan berkata, "Kaget, kan, kamu. Makanya jangan sok tahu dan lain kali jangan. Ikut campur urusan orang lain"

Intan kembali melangkah mundur dan menoleh kaget ke belakang saat punggungnya membentur tembok.

"Kau harus aku geledah karena sekarang ini aku meragukan kamu. Aku curiga kamu adalah kaki tangan wanita tadi" Bisik Anggasta di telinga Intan.

Intan sontak mengarahkan pandangannya ke depan dan di saat itu Anggasta mencekal kedua pergelangan Intan lalu menaikannya.

"Lepaskan aku!" Intan berteriak dengan melotot sambil mengarahkan lutut kakinya ke perut Anggasta, namun dengan sigap Anggasta membalik badan Intan lalu meregangkan kedua kaki Intan.

Intan menoleh panik ke belakang sambil menyemburkan, "Lepaskan aku brengsek! Kalau kau berani menyentuhku, aku akan membunuhmu setelah ini!!!!!"

Anggasta mengabaikan teriakannya Intan dan tangan kiri pria itu mulai meraba rambut, tengkuk, lalu ke pundak kanan, beralih ke pundak kiri dengan gerakan cepat. Namun, saat telapak tangannya mengarah ke depan dan secara tidak sengaja menyentuh gundukan kenyal sebelah kanan, Anggasta membeku. Gundukan kenyal itu berada sangat pas di dalam genggamannya dan terasa sangat empuk sekaligus hangat.

Intan sontak menunduk dan langsung berteriak, "Singkirkan tangan kamu dari sana brengsek! Dasar b*j*ng*n"

Alih-alih menarik tangannya dari gundukan kenyal itu, Anggasta justru berbisik di telinga Intan, "Berapa umur kamu?"

"Lima belas! Ah, sial! Kenapa aku kasih tahu umurku ke kamu! Lepaskan aku sekarang juga anj*ng!"

Anggasta kembali berbisik di telinga Intan dan bernyanyi, "Engkau masih anak sekolah satu SMA belum tepat waktu tuk begitu begini"

Intan menggeram penuh amarah, "Kau ba..........!"

"Jangan berkata-kata kotor dan kasar!" Potong Anggasta.

Intan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Anggasta dengan cara menggerakkan kedua bahunya, namun percuma karena Anggasta lebih tinggi, lebih kuat dan lebih atletis dari dirinya.

Gigi-gigi Intan gemeretak dan saat Intan menoleh ke belakang Anggasta berteriak tegas, "Pandangan lurus ke depan! Aku hanya akan menggeledahmu"

"Hanya menggeledah? Cih! Aku tidak memercayaimu" Geram Intan.

"Memang seharusnya tidak" Anggasta menempelkan bibir ke leher Intan. Sangat wangi, hangat, sehalus sutra. Lalu, pria tampan itu menarik tangannya dari gundukan kenyal kemudian menuruni kedua lengan Intan. Begitu ramping dan masih sangat muda.

"Jika benar-benar menggeledah kau akan melakukannya dengan cepat dan seksama, tetapi kenapa begini, hah?!" Intan berteriak kesal sambil menggerakkan kedua bahunya.

"Tenanglah sekarang" Anggasta kembali menangkupkan tangannya di gundukan kenyal sambil berkata, "Aku yakin kau menyembunyikan sesuatu"

"Menyembunyikan sesuatu?" Geram Intan. Lalu, Intan bernyanyi dengan nada kesal, "Aku masih anak sekolah satu SMA belum tepat waktu tuk sembunyikan sesuatu"

Anggasta sontak terkekeh geli lalu pria tampan itu berkata, "Kau pandai juga bernyanyi"

"Lepaskan aku! Aku tidak menyembunyikan apapun!" Teriak Intan sambil menggerakkan kedua bahunya.

Anggasta lalu meraba rusuk Intan hingga bagian perut, menyapu lekukan pinggul yang terasa indah, sepanjang pahanya, kemudian naik ke balik dressnya

Intan tersentak kaget.

Dengan suara rendah dan kasar, Anggasta berkata, "Jangan bergerak!" Sambil memegangi bagian bawah punggung Intan dengan sebelah tangan, ia meraba terus ke atas, di antara kaki Intan.

Intan seketika merasakan ada hawa panas. Panas sekali.

"Kau indah" Bisik Anggasta dengan suara parau.

Intan berteriak kencang, "Lepaskan aku!!!!!!!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!