NovelToon NovelToon

Suamiku Yang Perhatian

Pernikahan

Pagi ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi Aris dan Sinta. Di dalam seduah gedung telah berlangsung acara yang penuh suka cita dan sangat di tunggu-tunggu bagi pasangan kekasih. Acara yang menyatukan hati mereka untuk dapat hidup bersama dan membentuk dunia baru sampai akhir hayat.

Seluruh undangan telah tersebar ke rekan bisnis atau bahkan kepada seluruh keluarga besar. Hari ini, semua telah datang dan menepati undangan. Senyuman kebahagian tampak di wajah mereka.

Baru saja, acara akad nikah berakhir. Satu persatu tamu undangan berjalan bergantian untuk mengucapkan selamat dan bersalaman dengan mereka berdua. Mereka pun menyambutnya dengan penuh raut bahagia dan sebuah senyuman.

" selamat pak Aris, hari ini anda telah di persatukan pada wanita yang akan mendampingi anda selamanya "

" Terima kasih pak, anda sudah menyempatkan datang ke pernikahan saya " Aris menunjukkan senyuman yang berseri-seri dan juga di tanggapi dengan senyuman oleh tamu yang sedang bersalaman dengannya.

Semakin lama para tamu mulai mengosongkan ruangan. Kini tinggal mereka berdua dan ayah ibu mereka. Mereka masih berdiri di panggung yang penuh dekorasi bunga sebagai background. Jas rapi melekat pada tubuh Aris dan sebuah gaun putih yang lembut dikenakan oleh Sinta.

Aris menatap Sinta yang ada di sampingnya dengan sebuah senyuman dia bentuk di pola mulutnya. Matanya terlihat berbinar-berbinar menunjukkan kebahagian. Kebahagian dapat menikahi pujaan hatinya yang telah dia miliki hatinya selama 6 bulan.

Mengetahui Aris menatapnya. Sinta pun menoleh dan matanya tersorot ke bola mata Aris. Senyuman ikut dia tunjukkan untuk menanggapinya. Wajahnya mulai berseri-seri penuh suka cita.

Hari ini adalah sebuah hari yang telah mereka tunggu-tunggu setelah banyaknya persiapan yang telah mereka lakukan pada hari sebelumnya. Kini mereka sudah begitu lega, karena acara pernikahannya berjalan tanpa ada masalah.

" Sinta, kini kita sudah menjadi suami, istri dan kita akan menjalani semuanya bersama " Aris memegang tangan hangat Sinta dan terus menatap penuh kelembutan

Sinta tersenyum lebar sebelum menanggapinya.

" aku janji, akan jadi istri yang tidak akan menyusahkanmu " mereka berdua pun langsung berpelukan dengan penuh kasih sayang. Ayah dan ibu mereka berdua begitu senang dapat melihat putra dan putrinya begitu saling menyayangi.

" Aris, kamu yakin akan pindah malam ini juga ? " tanya ibunya yang melihat dirinya sibuk mengemasi pakaian kedalam tas koper hitamnya. Dia begitu belum bisa melepaskan kepindahan putranya ke rumah baru yang akan di tinggalinya serta istrinya

Dia berdiri di dekat pintu kamar dan terus memandang Aris yang sejak tadi mengeluarkan pakaian dari dalam lemari dan dia masukkan ke dalam koper.

Bebarapa detik kemudian ibunya berjalan pelan mendekatinya.

" mama pasti akan merindukan kamu. Sejak kecil kamu sudah menempati kamar ini. Bukan hanya itu, kamu juga sudah membuat mama dan papa begitu bahagia " ibunya mengedarkan matanya mengitari dalam kamar. Cat putih terpampang di dinding. Lemari dan tirai jendela berwarna biru juga turut dia lihat

Mendengar perkataan itu. Aris menghentikan aktivitasnya dan mendekati ibunya. Dia pun memeluk hangat ibunya.

" ma, aku pasti akan kembali kesini dan akan membawa lebih banyak kebahagiaan di dalam keluarga. Aku juga terima kasih pada mama yang telah menemaniku sejak kecil " ucap Aris dalam pelukan. Ibunya hanya bisa tersenyum haru mendengarnya.

Aris merupakan satu-satunya putra yang dia miliki. Sudah sepatutnya dia begitu sayang dan belum siap melepaskan kepergiannya ke rumah baru. Namun, dia juga tahu bahwa kini anaknya telah menjadi kepala keluarga. Sebuah dunia baru harus dia jalani dan dia jaga bersama istrinya.

Aris melepas pelukannya dan menatap ibunya yang ada di hadapannya

" ma, terima kasih untuk semuanya " Aris menunjukkan senyumannya

Ibunya pun mengangguk pelan dengan senyuman haru yang masih dia tampakkan. Kemudian Aris kambali mengemasi pakaiannya.

" setelah ini kamu langsung ke rumah baru kamu atau jemput Sinta ? "

" aku jemput Sinta dulu "

Pukul 10.15 malam. Aris dan Sinta sampai ke rumah yang akan mereka tempati bersama. Bahkan, rumah itu akan menjadi tempat mereka merajut cerita baru yang baru saja mereka mulai.

Sebelum membuka pintu. Mereka berdua berhenti sejenak di depannya. Mereka berdua saling berpegangan tangan dan membawa koper masing-masing.

" sudah siap ? " Aris menoleh ke Sinta yang ada di sampingnya. Sebelum menjawabnya, Sinta menarik napas panjang dan menghembuskannya lewat mulut.

" aku siap " Ucap Sinta sambil menggangguk. Aris pun langsung mendekati pintu dan mengeluarkan kunci dari dalam kantong celananya.

Ceklek..

Aris membuka pintu secara perlahan. Semakin lama kondisi di dalam mulai kelihatan. Cahaya lampu yang menerangi dengan perlahan merayap keluar. Mata mereka terus memandang ke dalam.

Kini mereka dapat melihat seluruh kondisi di dalam sana. Cahaya lampu yang tergatung pada bagian atas memenuhi seluruh ruangan. Dinding bercat putih membuat cahayanya terpantul dan menyebar.

" ayo masuk " Aris berjalan mendekati koper yang berada di samping Sinta. Lalu mereka berdua berjalan masuk.

Rumah itu begitu besar dan mewah. Terdiri dari dua lantai, garasi mobil pada bagian samping dan kolam renang berada di bagian belakang. Halaman depan rumah itu juga cukup luas. Rumput hujau nan lembut menghiasinya. Ketika kaki di pijakkan di sana akan terasa sebuah kelembutan yang menyerang telapak kaki.

Pagi ini, tugas sebagai istrinya telah di mulai. Sejak pukul 05.30, Sinta telah berdiri di dapur. Dia sudah siap untuk menunjukkan kebolehannya memasak. Beberapa sayuran segar yang kemarin malam dia masukkan ke dalam kulkas. Kini dia keluarkan kembali.

Kompor telah dia nyalakan dan memasak pun dia mulai. Tak disangka Aris telah bangun dari tidurnya dan menapaki tangga untuk menuju lantai satu. Saat kedua kakinya sudah memijak ke lantai, telinganya menangkap suara dari arah dapur. Dia pun langsung berjalan kesana.

" Oh, ternyata kamu " ujar Aris sambil memandang kemahiran Sinta memasak. Dia pun berjalan lebih mendekat dengan tersenyum kagum. Mendengar suara Aris dari arah belakangnya. Sinta pun menoleh. Matanya menyorot padanya yang melangkah menghampirinya.

" sepertinya aku tidak salah pilih, ternyata kamu begitu hebat dalam memasak " ujar Aris dengan berdiri di samping Sinta

Sinta tersenyum lalu menanggapinya.

" selamat pagi, aku tidak akan mengecewakan kamu "

" baiklah, aku pergi mandi dulu " Aris melangkah meninggalkan Sinta. Tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba dia berhenti dan membalik badannya kembali.

" oh iya, aku lupa....selamat pagi, istriku " Aris tersenyum kembali.

Sinta menoleh kepadanya dan membalas senyumannya. Setelah itu, Aris kembali melangkah pergi untuk menuju kamar mandi. Rasa keceriaan, kesenangan dan kebahagiaan sama-sama mereka rasakan pagi itu.

Masakan Sinta begitu nikmat dan lezat saat masuk ke mulut Aris. Dia sangat tampak menikmatinya di setiap kunyahan. Menu makanan pagi itu, mereka nikmati berdua di meja makan.

" Bagaimana masakanku ? "

" Hmm...ini adalah masakan yang paling lezat " Aris menggeleng-geleng kagum

" masa sih ? "

" iya, aku serius.. " ujar Aris sambil melahap makanan di piringnya.

" kamu kerja tidak hari ini ? Kalau kamu kerja nanti aku antar " tambah Aris

" kerja "

" menurut kamu, kita perlu pembantu rumah tangga nggak ? Kalau perlu, nanti aku coba cari "

" Hmm, aku terserah kamu saja "

" kalau aku, kita perlu pembantu. Masalahnya kamu kan kalau kerja pasti pulang malam. Jadi bisa saja kamu lupa untuk masak "

" ya sudah, nggak apa-apa "

" baiklah, nanti akan aku coba cari, sekalian juga cari tukang kebun "

Setelah mereka berdua selesai makan. Mereka langsung pergi bekerja. Sebelum sampai perusahaannya, Aris terlebih dahulu mengantar istrinya.

Awal Penyakit

" Selamat bekerja istriku " ujar Aris dari dalam mobil sambil memandang istrinya yang berjalan masuk ke kantor. Mendengar itu, Sinta pun menoleh ke belakang dan memberikan senyuman.

Beberapa menit kemudian, mobil berjalan meninggalkan posisinya. Aris mengendarainya menuju kantor yang dia pimpin. Kantor itu adalah sebuah perusahaan yang dia rintis bersama ayahnya. Beberapa bulan yang lalu, ayahnya telah menyerahkan sepenuhnya perusahaan itu kepadanya.

Setelah dia selesai memarkirkan mobil. Dia pun berjalan masuk ke dalam. Sebelum sampai ke pintu, dia menapaki beberapa anak tangga yang berada di depannya.

Betapa terkejutnya dia saat pintu telah di buka. Ternyata seluruh karyawannya memberikan kejutan selamat padanya. Dia pun terhenti sejenak sambil melayangkan senyuman.

" selamat pak Aris, selamat atas pernikahannya " ucap serentak karyawannya. Bukan hanya karyawan laki-laki tetapi juga ada karyawan perempuan. Di antara mereka yang paling semangat memberikan ucapan adalah karyawan perempuan.

" wah...wah..terima kasih, ini ide siapa ? " Aris menghampiri mereka

" ide kita semua..."

Aris menggeleng kagum pada mereka semua. Tak di sangka mereka sampai kepikiran untuk membuat kejutan seperti itu.

" Baiklah, sabagai imbalan terima kasih saya, kalian saya traktir makan di kantin, sepuasnya " dengan sontak mereka semua berteriak bahagia. Namun, diantara mereka tiba-tiba ada yang nyeletuk.

" Bonus pak, jangan lupa bonusnya " semua yang mendengarnya tertawa geli, begitu juga dengan Aris.

" gimana ya ? Kalau itu nanti saya pikirkan terlebih dahulu. Sekarang kalian kembalilah bekerja "

Satu persatu karyawannya mulai berhemburan pergi menuju ruang kerja masing-masing. Sementara, Aris masih berdiri menatap sebuah karangan bunga yang bertuliskan SELAMAT ATAS PERNIKAHAN. Kemudian di bawahnya juga tertulis SEMOGA SELALU BAHAGIA DAN SALING MENYAYANGI.

Setelah puas membaca tulisan itu. Dia pun beranjak pergi menuju ruang kerjanya sambil membawa tas yang berisi laptop dan dokuman lainnya.

tok..tok..tok...

" masuk " Aris mempersilahkan seseorang yang mengetuk pintu ruangannya untuk masuk. Muncullah di balik pintu seorang perempuan dengan membawa berkas yang tampak begitu banyak. Dia adalah Bu Susi sekretaris di perusahaannya. Dia pun berjalan mendekati mejanya.

" ini pak saya membawa beberapa berkas yang perlu di tanda tangani " ujar Bu Susi sambil meletakkan berkas yang dia bawa ke atas meja

" Ternyata segini banyaknya " Aris membuka satu persatu berkas di hadapannya

" Saya juga ingin memberitahu kalau beberapa hari ke depan bapak akan banyak meeting bersama perusahaan yang sudah berskala internasional "

Aris menghela napas sebentar. Kemudian dia hembuskan lewat mulut.

" Baiklah, tolong kamu jadwalkan dengan baik "

" Baik pak "

Tidak aku sangka. Setelah menikah pekerjaanku semakin sibuk saja.

Beberapa hari berlalu. Aris semakin sibuk dengan pekerjaannya. Siang sampai malam kadang dia tidak pulang ke rumah. Bahkan, pola makannya pun tidak teratur. Namun, itu semua sudah menjadi tuntutannya sebagai seorang direktur perusahaan besar.

Kadang ketika perasaan rindu muncul di hatinya, di saat dirinya berada di luar kota. Dia coba lepaskan dengan menelpon istrinya yang jauh darinya.

Saat ini dia berada di hotel. Sebentar lagi dia akan melakukan pertemuan di sebuah perusahaan yang cukup berpengaruh baginya. Sebelum dia meninggalkan hotel, dia menelpon istrinya terlebih dahulu untuk melepaskan rindunya dan juga ingin memastikan keadaannya. Dia berdiri di dekat jendela hotel sambil memandang kerlap-kerlip keramaian jalan.

" selamat malam, sayang "

" malam, Gimana kondisi kamu disana ? "

" aku baik, maaf ya aku harus selalu pergi jauh darimu "

" tidak apa-apa, itu semua kan sudah menjadi pekerjaanmu. Oh, iya kapan kamu pulang ? "

" kira-kira besok pagi aku mulai kembali ke rumah "

" baik-baik ya, disana. Aku selalu menyayangimu "

" aku juga sayang padamu "

Panggilan itu akhirnya berakhir dan hanya meninggalkan sebuah nada yang terdengar tiga kali. Sebenarnya, di dalam hatinya dia tidak tega jauh dari istrinya. Itu karena dia berpikir bahwa kesibukannya membuat dirinya tidak punya waktu bersama dengannya.

Bu Susi tiba-tiba muncul dari belakang.

" Pak, 15 menit lagi "

Aris pun langsung membalikkan badannya dan meninggalkan pemandangan di luar jendela yang dipenuhi berbinar-binar cahaya lampu. Sepasang kakinya mengarahkannya keluar kamar hotel dan menuju mobil yang telah siap di depan hotel.

Dia pun langsung masuk ke dalam mobil. Di sampingnya duduk Bu Susi sekretarisnya.

" ayo, jalan pak " ujar Aris pada sopir yang sedari tadi sudah menyalakan mesin mobil dan memegangi kemudi.

" Baik, pak " Sopir itu mulai melajukan mobil. Roda terus berputar menapaki jalan beraspal yang penuh debu. Lampu jalanan tampak berlari menjauh dari mobil yang berjalan semakin cepat.

Aris melihat ke kaca mobil di sampingnya. Dia menatap pantulan wajahnya sendiri sambil merasakan kerinduannya yang mendalam pada sang istri.

Maafkan aku...kalau aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Sebenarnya, aku ingin sekali menyempatkan waktu untuk bersama kamu lebih lama. Tapi, ketika waktu luang datang, seketika saja panggilan masuk ke ponsel dan mengharuskan aku untuk bekerja kembali

Kata-kata itu terucap dari batinnya. Matanya terus menyorot pantulan matanya di kaca mobil. Bu Susi memandang Aris yang tampak melamun sedih menatap ke arah kaca mobil.

" Maaf, pak...apa bapak sedang ada masalah atau sedang tidak enak badan ? "

" Aku baik-baik saja " Aris kembali menghadap ke depan

" Jika bapak lagi tidak enak badan, kita bisa batalkan pertemuan ini "

" tidak usah, jika kita batalkan sama saja kita merugikan uang kantor dan juga kedatangan kita yang sudah jauh-jauh sampai sini akhirnya cuman sia-sia " ujar Aris

Di waktu yang sama perasaan rindu juga di rasakan Sinta yang sedang menunggu makanan selesai di buat oleh pembantunya.

" ini bu makanannya " Bi Siti menyodorkan makanan dan segelas air putih ke hadapan Sinta yang duduk termenung di meja makan.

" Terima kasih, ya Bi " Sinta tampak tak bersemangat hari itu. Raut wajahnya terlihat muram. Mungkin saja dia begitu lelah bekerja atau lagi banyak pikiran

Tidak biasanya ibu seperti ini. Sepertinya ibu lagi ada masalah

Batin Bi Siti sambil berdiri di samping Sinta. Untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dengan majikannya dia pun bertanya

" Maaf, bu...sepertinya ibu lagi ada masalah ? "

" iya, Bi..aku kepikiran suamiku. Aku begitu rindu kepadanya. Sudah berhari-hari dia di luar kota terus " Sinta manatap makanan yang ada di depannya.

" Saya yakin bu kalau suami ibu pasti juga rindu pada ibu "

Mendengar perkataannya, Sinta tersenyum dan memegang sendok di dalam piring

" ya sudah bi, aku makan dulu "

" Ya bu..saya akan kembali ke dapur "

Akhirnya Aris sampai di perusahaan tempat pertemuan. Dengan segera dia langsung menghampiri ruangan yang berada di lantai 3. Lift membantunya untuk cepat sampai ke sana. Tapi, ketika kakinya akan melangkah keluar dari lift. Dia merasakan kepalanya pusing. Dia pun memegangi kepalanya dan bergumam pelan.

" aduh...ada apa dengan kepalaku " Dia terus memaksakan langkahnya menuju ruangan pertemuan. Semakin lama pun rasa sakit di kepalanya berangsur-angsur hilang.

" mari masuk pak, anda sudah di tunggu di dalam " ujar seorang laki-laki di depan ruangan sambil membukakan pintu. Aris pun segara masuk ke dalam.

Disana, dia melihat para direktur yang bekerjasama di proyeknya sudah duduk rapi dan sedang menunggu dirinya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, dia langsung duduk di kursi yang kosong. Meeting pun di mulai.

Sudah sekitar sejam pertemuan berlangsung. Tiba-tiba saja pusing di kepalanya kembali datang. Tapi, rasanya semakin sakit. Dia pun menunduk dan memegangi kepalanya. Hal itu membuatnya melewatkan beberapa pembicaraan.

" Pak Aris, bagaimana menurut anda ? " tanya seorang laki-laki tegas yang memimpin pertemuan. Tapi, Aris tak mendengarnya. Sekali lagi dia memanggil namanya.

" Ya pak...maaf-maaf, saya agak pusing " Aris terlihat begitu pucat.

" apa bapak sehat ? " belum sempat di jawab. Aris tiba-tiba tak sadarkan diri dan membuat seisi ruangan panik. Beberapa menit kemudian datang ambulans. Dengan cepat para perawat yang datang langsung membawa Aris masuk ke mobil. Mobil itu lalu segera berjalan menuju rumah sakit terdekat

Malam yang menyedihkan

Aris mulai membuka matanya perlahan. Dia terbaring di sebuah kasur untuk pasien. Ruangan putih tampak dimatanya. Saat kelopak matanya telah dia buka penuh. Dia begitu bingung karena merasa tempatnya berada sekarang, beda jauh dengan ruangan pertemuan tadi.

Aris mengangkat tubuhnya yang masih lemas. Dia pun duduk di atas kasur sambil penglihatannya mengelilingi penjuru ruangan itu.

Ceklek...

Seorang pria paruh baya muncul dari balik pintu. Pakaian putih bersih melekat di tubuhnya. Stetoskop tergantung di lehernya bagaikan sebuah kalung. Sepertinya dia adalah seorang dokter. Dia melangkah ke arahnya yang sudah sadar dan terbangun diatas kasur.

" Saya dimana ? " tanya Aris. Dokter itu kini berada di dekatnya

" Bapak sekarang ada di rumah sakit " jawaban itu, membuat dirinya merasa bingung. Beberapa pertanyaan pun muncul di kepalanya. Kenapa dirinya ada di rumah sakit dan apa yang terjadi.

" Apa yang terjadi ? Seingat saya..tadi berada di ruang pertemuan. Kemudian tiba-tiba saja kepala saya rasanya sakit "

" saya akan jelaskan. Tapi, sebelumnya saya periksa dulu kondisi anda " Dokter langsung membaringkan kembali tubuh Aris. Stetoskop mulai dia gunakan. Pemeriksaan itu berlangsung singkat.

" Mari pak kesana " Dokter itu menunjuk sebuah meja tempatnya biasa bekerja. Lalu, dia berjalan kesana. Aris pun langsung turun dari ranjang dan duduk di kursi depan meja. Saat ini, dokter itu siap menjelaskan semuanya.

" Begini pak, dari hasil pemeriksaan kami, anda menderita penyakit yang dapat dikatakan jarang ditemukan di dunia medis. Penyakit itu dinamakan Credula cerobrum morbo. Gejala awalnya, seperti yang bapak rasakan, yaitu sakit pada kepala "

" apa, Dok ? " Aris benar-benar tidak percaya bahwa di dalam dirinya ada sebuah penyakit. Dokter pun kembali melanjutkan penjelasannya

" penyakit itu menyerang bagian otak. Gejala lainnya ada iritasi pada mata dan sakit pada punggung "

" apa itu bisa disembuhkan, dok ? " sebelum menjawabnya, dokter menghela napas panjang seakan-akan dia merasa tidak ada harapan untuk sembuh. Dengan berat hati dia mulai berbicara kembali.

" sebenarnya kami tidak yakin, penyakit itu bisa di sembuhkan total. Penyakit ini tergolong langka pak "

" Apa ? yang benar saja dok ? " Dokter yang sedang dia ajak bicara hanya mengangguk pelan untuk menanggapinya. Aris tampak gelisah. Dia tidak yakin penyakit yang ada di tubuhnya adalah penyakit yang sangat langka.

Selama perjalanan pulang, di dalam mobil dia kembali memikirkan perkataan dokter. Di sampingnya duduk Bu Susi, yang sedari tadi menemaninya dan bahkan tahu apa yang terjadi serta bagaimana kondisinya. Sopir mengendarai mobil menuju bandara.

sebenarnya kami tidak yakin, penyakit itu bisa di sembuhkan total. Penyakit ini tergolong langka pak

Kalimat itu kembali terangkai di kepalanya dan berputar-putar disana. Aris begitu termenung, lama kelamaan dia pun melamun.

Aku benar-benar tidak percaya kalau tubuhku ada penyakit yang jarang banget di alami orang

Batinnya, sambil terus memikirkan ungkapan dokter. Akhirnya dia merasa gelisah dan cemas. Beberapa kali dia tertunduk dan sesekali menatap keluar melalui kaca mobil di sampingnya.

Bagaimana perasaan Sinta jika tahu kondisi ku seperti ini. Aku tidak mau dia bersedih. Aku benar-benar tidak tahu untuk berbuat apa ?

Kalimat itu diungkapkan lewat hatinya yang sangat bingung atas kondisinya. Kepalanya sekarang terasa penuh dengan beberapa penjelasan dokter tentang penyakitnya. Di tambah lagi dia juga memikirkan perasaan istrinya, jika mendengar dirinya menderita penyakit.

Tak terasa mobil telah berhenti di bandara. Sopir bergegas keluar dan membukakan pintu untuk Aris. Beberapa detik yang lalu, Bu Susi telah keluar dan sekarang sedang menunggunya di luar mobil.

" Mari pak " sopir berdiri dekat pintu mobil disamping Aris yang telah dia buka. Seketika saja, Aris keluar dari lamunannya. Dengan segera kakinya dia jatuhkan ke luar dari mobil. Sebelum melanjutkan langkahnya dia menyempatkan untuk merapikan jas yang dia kenakan.

" Bu Susi...tolong jangan katakan tentang kondisi saya kepada siapapun terutama kepada istri saya " ujar Aris sambil menatap mata Bu Susi

" baik pak, mari jalan, sebentar lagi pesawat akan take off "

Mereka berdua langsung berjalan menuju pesawat yang beberapa menit sebelumnya telah mendarat.

Pukul 00.10 malam. Aris sudah sampai di rumah. Kini dia berdiri tepat di depan pintu. Rasa lelah selama perjalanan pulang, merayap di sekujur tubuhnya. Perlahan dia mulai membuka pintu.

" aku, pulang " ujarnya sambil melangkah masuk. Lampu di ruang tamu masih menyala begitu terang. Suasananya begitu sepi dan sunyi. Tidak seorang pun dia lihat di sana. Dia pun bergegas masuk ke kamar.

" aku pulang sayang " katanya begitu lirih saat membuka pintu kamar dan melihat istrinya yang sudah tidur. Selimut tebal menutupi tubuhnya di atas ranjang. Senyuman pun dia layangkan pada istrinya.

Jas yang dipakai langsung dia lepas. Tas kerjanya diletakkan di meja dekat tempat tidur. Tak lupa sepatu berkilaunya dia lepas dan di taruh di dekat pintu. Dia pun langsung beranjak naik ke ranjang. Dia berbaring di dekat istrinya. Dia sempatkan sejenak untuk membelai rambut Sinta yang begitu halus.

Maafkan aku...aku harus sembunyikan kebenaran tentang kondisi tubuhku.

Batinnya sambil mengusap rambut Sinta. Lalu, beberapa menit kemudian dia putuskan untuk tidur. Lampu yang tadinya masih hidup sekarang dia matikan. Kini, selimut tebal telah menutupi seluruh tubuh mereka.

Baginya, malam itu adalah malam yang menyedihkan. Dia sangat tidak menyangka tubuhnya akan terserang oleh penyakit. Terlebih lagi penyakitnya adalah penyakit langka. Dia pun memutuskan keesokan harinya untuk konsultasi kepada temannya yang sekarang berprofesi sebagai dokter. Dia pun akan selalu mencegah istrinya untuk tahu tentang kondisinya sekarang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!