"Baru 16 tahun udah hamil...."
"Aduh malu-maluin banget, kasihan ibunya kerja keras buat dia eh malah anaknya hamil."
"Bisa bahaya enggak sih kalau di biarin tinggal di daerah kita, nanti anak-anak kita pada niru dia lagi."
"Kasihan ya, ibunya bunuh diri karena menahan rasa malu gara-gara anak yang tidak tahu terimakasih seperti dia."
Gadis berambut panjang itu hanya diam di sepanjang jalan meskipun banyak orang yang membicarakan dia, dia membawa tasnya dan segera pergi dari tempat ini.
"Pergi sana dasar sampah!"
"Jijik banget aku liatnya..."
Orang-orang itu melemparinya dengan batu untuk mengusirnya. Dia hanya diam dan meneteskan air matanya.
"Mama...mama"
Wanita berambut sebahu itu langsung terbangun mendengar suara anak perempuannya itu.
"Vina..." Ucap wanita itu.
"Mama, kenapa mama sampai meneteskan air mata begitu? mama mimpi buruk ya?" Tanya Vina Keanara, gadis imut berusia 16
tahun itu, dia kecil, cantik, dan berambut panjang lurus. Lalu wanita muda yang cantik dan imut itu bernama Keara Putri, dia berusia 32 tahun dia adalah ibu dari Vina.
"Mama kecapekan ya...apa mau aku pijit?" Tanya Vina sambil tersenyum.
"Enggak perlu sayang, lho kok kamu pulang sendirian? dimana Vyan?" Tanya Keara dengan heran. Vyan Kianaro adalah anak Keara juga, Vyan dan Vina adalah anak kembar, mereka juga sekelas.
"Anak itu pasti main," Jawab Vina dengan kesal.
Keara menghela nafas, "Kok kalian enggak pulang bareng sih,"
"Mama, dia itu ribet masih main sepak bola lah, voli lah, basket lah, pokoknya ribet deh." Jawab Vina dengan kesal.
"Itu tandanya dia aktif dong, dulu ya mama itu juga aktif itu ini itu kok kamu malah enggak ikut apa-apa sih," Tanya Keara dengan heran.
"Aku enggak ada waktu buat ketemu banyak orang, aku pengen di kamar baca buku sendirian." Jawab Vina.
Keara tersenyum kecil, melihat tingkah Vina seperti ini mengingatkan dia ke seseorang yang dia cintai dulu, yaitu papa mereka berdua.
"Kenapa mama malah senyum?" Tanya Vina dengan heran.
"Enggak. Nanti malam kalian temani mama belanja ya. Sekalian kita ke rumah paman Ivan." Ajak Keara.
"Ha? ah enggak ah mama sama Vyan aja aku di rumah aja," Jawab Vina.
"Vina." Bantah Keara dengan pelan. Vina menghela nafas dengan kesal.
"Ayo bantu mama masak," Ajak Keara.
"Bye mama aku mau ke kamar..." Jawab Vina lalu dia lari dengan cepat ke arah kamarnya.
Keara tersenyum kecil.
"Anak itu," Gumamnya dengan heran.
Keara adalah single mom, meskipun dia sendirian tapi dia bisa merawat mereka. Keara mempunyai kedai mie kecil yang dia kelola sendiri, dan dari hasil itulah dia bisa menghidupi keluarga kecilnya. Banyak hal yang harus dia korbankan untuk membesarkan mereka berdua tapi itu bukan masalah baginya karena mereka berdua adalah bagian terpenting dihidup Keara.
Dan Keara teringat dengan mimpinya tadi, dia terlihat sedih dengan semua ingatan dia di masa lalu.
"Vyan pulang dulu ya, papaku telepon terus ngajakin kondangan ke rumah temennya, heran aku kenapa aku harus di paksa ikut sih." Ucap Aldo, dia adalah teman dekat Vyan.
"Mungkin ingin menunjukkan kalau anaknya sudah besar, orang tua kan suka begitu." Jawab Vyan.
Aldo menghela nafas, "Ah kenapa aku juga..." Gumamnya lalu dia segera pergi. Vyan terkekeh melihat temannya itu, dan dia lanjut bermain basket sendirian di sekolah, dan dia memikirkan papanya.
"Kalau aku punya papa, apa akan seperti Aldo juga." Gumam Vyan dengan heran.
Dan Vyan sampai di dalam rumah, saat dia masuk dia melihat mama dan kembarannya sedang makan.
"Mama tumben pulang cepat," Ucap Vyan dengan heran.
"Heh kau nanti cuci piring!" Omel Vina dengan kesal.
Vyan berdecak kesal sambil melirik ke arah Vina, lalu dia duduk dan ikut makan dengan mereka.
"Vyan cuci tangan dulu," Ucap Keara.
"Enggak apa-apa ma, lagian aku makan pakai sendok." Jawab Vyan lalu dia makan dengan lahab.
"Tapi kan kamu habis dari luar, pasti tanganmu kotor ayo cuci dulu." Ucap keara.
"Iya ma," Jawab Vyan lalu dia segera mencuci tangannya setelah itu dia kembali ke kursinya dan makan.
"Mama besok tidak lupa kan ada panggilan orang tua," Ucap Vina.
"Iya mama pasti inget kok," Jawab Keara sambil tersenyum. Lalu keara memperhatikan mereka berdua dengan seksama.
"Ke.kenapa ma?" Tanya Vina dengan gugup.
"Pertemuannya pasti membahas nilai kan," Ucap Keara.
"Ya jelas ma, nilai ujian tengah semester kita udah keluar. Dan mama pasti tahu ni orang sebelah enggak ada naiknya nilai dia." Jawab Vyan dengan melirik Vina.
"Ah enggak kok ma, ulangan kali ini aku serius belajar." Jawab Vina sambil tersenyum ke mamanya.
Keara hanya diam dan mendengarkan anaknya dulu.
"Bohong ma, kerjain tugas aja jarang kok," Sahut Vyan sambil terkekeh. Vina menendang kaki Vyan dengan kesal sambil melototi dirinya.
"Sakit tauk!" Geram Vyan dengan kesal.
"Ember banget jadi orang," Gumam Vina dengan kesal.
"Kemarin ma Vyan juga tidak mengerjakan tugas tapi kenapa ya dia tidak dihukum? kesel aku." Ucap Vina dengan kesal.
"Tumben banget, biasanya Vina yang sering enggak ngerjain tugas." Ucap Keara dengan heran.
Vyan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan mamanya, "Bwahahahahahah.... yang harusnya kesel itu aku mah, di kelas aku selalu peringat tertinggi masak iya saudara kembarku peringkatnya kedua dari bawah...mana teman-temannya geng peringat bawah semua lagi." Ucap Vyan dengan heran.
Vina mengepalkan tangannya dengan kesal, "Kau mau aku pukul ha???" Omel Vina dengan kesal.
"Apa? pukul? kau mau aku bilang ke semua anak-anak kalau kau selama ini cuma nyontek tugasku ha?" Sahut Vyan dengan kesal.
"Cowok bukan sih? ember banget deh!" Ucap Vina dengan kesal.
"Ganteng gini masih ragu masa," Ucap Vyan dengan tersenyum bangga.
"Uwekkkkk uwekkkkk...." Vina.
"Sudah sudah ayo makan, kalian ini kapan akurnya sih?" Tanya Keara dengan heran.
"Enggak akan!!!" Jawab mereka dengan serentak.
Keara menghela nafas, lalu dia lanjut makan.
Setelah selesai makan, Vyan yang mencuci semua piringnya, Lalu Keara datang untuk menawarkan bantuan.
"Mau mama bantu?" Tanya Keara.
"Mama tiduran aja, nanti mama capek loh." Jawab Vyan.
Keara tersenyum.
"Mama, tadi ramai apa enggak kedainya? mama capek apa enggak tadi?" Tanya Vyan.
"Lumayan ramai, dan mama tidak capek." Jawab Keara sambil tersenyum.
Vyan tersenyum, "Mama hebat pokoknya best...aku pengen peluk mama tapi tanganku kotor." Ucap Vyan dengan kesal. Keara terkekeh lalu dia memeluk putranya.
"Sudah terisi energinya sekarang tuan muda?" Goda Keara.
Vyan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Mama, masa iya guruku minta nomor mama ya enggak aku kasih lah." Ucap Vyan dengan kesal.
Keara melepas pelukan Vyan.
"Kok guru kamu kenal mama?" Tanya Keara dengan heran.
"Enggak tau, mungkin saat mama datang rapat." Jawab Vyan.
Keara menganggukkan kepalanya dengan mengerti.
"Mama, apa mama tidak mau menikah lagi?" Tanya Vyan.
Keara menoleh ke putranya dengan terkejut, "Tumben kamu tanya begitu, kenapa?"
"Yaaa aku kasihan aja sama mama, mama itu masih muda banget, mana kalau kita bertiga jalan kita udah kayak adik kakak lagi." Jawab Vyan sambil mengelap piring-piringnya.
Keara tersenyum mendengar ucapan putranya itu, "Nanti ikut mama belanja ya, sekalian kita mampir ke rumah paman Ivan."
Vyan menganggukkan kepalanya.
Vyan menghela nafas, selalu saja saat Vyan membahas tentang pernikahaan mamanya selalu menghindari dirinya. Dia kesal padahal dia juga ingin tanya tentang papanya tapi Vyan tidak berani langsung bertanya tentang itu.
Dan setelah itu dia masuk ke dalam kamarnya. Vyan langsung merebahkan tubuhnya di ranjangnya, dan dia memikirkan tentang papanya itu.
"Dimana papa...siapa papa sebenarnya..." Gumamnya dengan sedih.
Supermarket.
Vyan mendorong troli belanjanya sedangkan Keara yang memilih sayur-sayurannya dan Vina hanya diam ikut mamanya saja.
"Mama aku enggak mau sayur, itu coklat aja enak." Ucap Vina.
"Kamu harus makan dengan seimbang dong," Jawab Keara lalu dia mengambil beberapa buah-buahan juga.
Vina mendengus dengan kesal. Lalu Keara melihat wanita-wanita seumurannya yang sedang belanja bersama, mereka terlihat habis pulang kerja, dan mereka terlihat asik membicarakan pekerjaan. Keara merasa sedih setiap kali melihat orang seperti mereka, dia merasa minder dengan mereka tapi dia tetap berusaha biasa saja agar anak-anaknya tidak tahu tentang itu. Tapi tetap saja Vyan tahu, dia leboh peka daripada Vina.
"Mama, mama mau ke rumah paman Ivan sendirian saja? kita bisa pulang sendiri kok lagian enggak terlalu jauh juga dari rumah." Ucap Vyan.
"Ya jangan, ini sudah malam loh." Jawab Keara.
"Enggak apa-apa, kan aku cowok aku bisa jaga diri sama jaga ni anak. Sekali-kali mama juga harus menghabiskan waktu mama dengan teman-teman mama kan," Jawab Vyan sambil tersenyum kecil. Vina mengangguk setuju karena sebenarnya dia malas keluar dia hanya ingin rebahan di kamar sambil baca novel.
Keara tertegun dengan ucapan putranya itu, dia senang karena mereka berdua itu sangatlah pengertian ke dirinya.
"Mama nanti pulang cepat kok," Ucap Keara.
"Tidak usah terburu-buru ma, nikmati aja waktu mama." Jawab Vyan. Vina menganggukka kepalanya dengan setuju.
Keara tersenyum ke mereka berdua.
Setelah selesai belanja, mereka berdua pulang naik taksi sedangkan Keara dia pergi ke rumah Ivan.
"Keara lama banget deh," Ucap Hera, dia adalah teman dekat Keara selain Ivan juga. Mereka sekarang sedang berkumpul di rumah Ivan karena mereka memang sering kumpul bersama.
"Maaf tadi stock buah ku habis jadi aku belanja dulu," Jawab Keara lalu dia duduk.
"Lho mana anak-anak mu enggak diajak ya?" Tanya Ivan dengan heran.
"Mereka pulang duluan," Jawab Keara.
Ivan menganggukkan kepalanya dengan mengerti.
"Wah gila ya aku ada pasien menyebalkan tadi, kan aku mau periksa anaknya tapi anaknya nangis lah malah aku di marahin katanya aku buat anaknya nangis gimana sih harusnya kan ditenangin dulu ya kan anaknya," Ucap Hera dengan kesal, dia adalah dokter anak tapi sifat tidak sabarnya itu sering menjadi kendala dalam pekerjaannya.
"Makanya belajarlah jadi orang sabar." Sahut Ivan dengan kesal.
"Heh udah sabar tauk, mau sabar berapa kali lagi," Sahut Hera dengan kesal.
Keara tersenyum mendengarnya.
"Aku tadi kedatangan anak-anak yang bolos sekolah mereka ketahuan orang tua mereka masing-masing dan akhirnya ribut deh di kedaiku," Ucap Keara dengan kesal.
"Emang ya umur-umur segitu bandel anak-anak tu," Jawab Hera dengan kesal.
Keara menganggukkan kepalanya dengan setuju.
"Makanlah, tadi aku udah buat ini khusus untuk 2 sahabat ku." Ucap Ivan sambil tersenyum lalu dia menyodorkan kue buatannya.
"Apa iya ini buatanmu sendiri, kok enggak meyakinkan banget." Tanya Keara sambil memperhatikan kue itu.
"100% enggak yakin sih kalau aku," Jawab Hera.
Ivan mendengus kesal, "Iya ini buatan mamaku, napa sih enggak percaya banget." Jawab Ivan dengan kesal lalu dia memakan kuenya sendiri.
Mereka berdua terkekeh.
"Iya...iya tuan muda," Jawab Hera lalu dia memakan kuenya dan Keara ikut memakannya.
"Jangan panggil itu kenapa sih, enggak di sini di kantor tuan muda tuan muda mulu," Ucap Ivan dengan kesal.
"Kau ini kan emang anak konglomerat jadi ya wajar saja lah," Jawab Keara sambil mengunyah.
"Ya enggak gitu juga, Axel pasti juga risih kalau di panggil itu." Ucap Ivan sambil mengunyah. Mereka berdua langsung menoleh ke Ivan saat Ivan mengucap nama itu.
"Ma.maaf mak.maksudku.." Ivan bingung harus menjelaskan apa dia lupa kalau Keara pasti sedih saat mendengar nama itu muncul.
"Kenapa minta maaf," Jawab Keara sambil tersenyum.
Hera menghela nafas dengan kesal, "Keara sampai kapan kau akan menunggu dia," Tanya Hera.
"Hera." Bantah Ivan.
Keara hanya diam dan fokus makan.
"Aku yakin Vyan dan Vina penasaran dengan papanya, dan juga kau tidak seharusnya kau menunggu dia selama ini. Dia tidak membantu mu mengurus mereka bahkan dia juga tidak ada saat kau terpuruk, mau berpikiran positif seperti apa lagi kau ini ke dia ha?" Omel Hera dengan kesal.
Ivan menoleh ke Keara, dia cemas jika Keara sakit hati karena ucapan Hera itu. Tapi kalau dipikir ucapan Hera ada benarnya menurut Ivan.
"Aku yakin dia itu tidak tahu kalau dia sudah punya anak 16 tahun." Ucap Hera.
Keara menghela nafas, "Hera...aku tidak menunggunya... kau salah paham dengan itu." Ucap Keara sambil tersenyum.
"Lalu kenapa kau tidak mau menikah lagi," Tanya Hera dengan kesal.
"Karena..karena aku tidak mau saja." Jawab Keara dengan suara pelan. Sebenarnya Keara mempunyai banyak keyakinan yang dia simpan sendiri tentang papa dari anak-anaknya itu.
"Udah udah kita disini tuh mau senang-senang bukan debat," Ucap Ivan karena dia tahu apa yang dirasakan Keara.
Keara tersenyum kecil.
"Maaf aku hanya cemas saja denganmu," Ucap Hera dengan sedih. Lalu Keara menepuk pundak Hera sambil tersenyum.
"Tenang saja, tadi kita ngobrol sampai mana?" Tanya Keara.
Dan mereka melanjutkan obrolan mereka lagi, mereka bercanda membahas masa sekolah mereka, dan pengalaman lucu mereka.
Sampai jam 11 malam, Keara baru pulang. Keara diantar oleh Hera karena sekalian arah rumah mereka sama. Sampai di dalam rumah, Keara langsung masuk ke kamar Vina. Dia melihat apakah putrinya sudah tidur atau belum dan ternyata Vina sudah nyenyak tidurnya. Setelah Keara menyelimuti putrinya dia keluar untuk melihat putranya. Saat Keara masuk ke dalam kamar Vyan, dia melihat Vyan yang sudah tertidur dengan nyenyak, Keara tersenyum sambil mengusap kepala Vyan. Entah kenapa saat Keara melihat Vyan, Vyan semakin mirip dengan papanya, setelah Keara menyelemuti Vyan dia keluar dari kamar putranya dan masuk ke kamarnya sendiri.
Vyan membuka matanya, dia bernafas lega karena Keara pulang dengan selamat. Vyan tidak bisa tidur dari tadi karena dia menunggu Keara pulang, dan dia hanya pura-pura tidur agar Keara tidak tahu.
Keara duduk di kursi meja makannya, dia mengambil air minum dari kulkas. Keara duduk sambil minum, dan setelah itu dia menundukkan kepalanya sambil meneteskan air matanya.
Keara merasa bahagia karena dia masih punya teman yang mendukungnya tapi tetap saja jauh di dalam lubuk hatinya, dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya selama ini. Dia kehilangan mimpi, orang tua, dan hidupnya sendiri karena ulah yang dia lakukan di masa lalu, dan yang paling menyakitkan baginya adalah ditinggal pergi oleh orang yang dicintainya itu tanpa dia tahu kalau dirinya sedang mengandung anaknya.
Keara sedih karena dia tidak bisa membenci pria itu, justru dia masih mengharapkan pria itu kembali ke dirinya, karena dia sangat mencemaskan pria yang dia cintai itu. Jauh dari lubuk hati Keara, dia yakin jika pria itu akan kembali dan hidup dengannya tapi dia tidak tahu kapan waktu itu akan datang.
"Axel dimana kamu..." Lirih Keara dengan sedih.
"Mama.." Lirih Vyan dengan sedih, dia melihat mamanya yang menangis sendirian, dia tahu kalau mamanya itu sering menangis malam-malam.
Keara sampai ketiduran di meja makan karena dia banyak menangis. Vyan datang membawakan selimut untuk mamanya, Vyan sama sekali tidur karena menemani mamanya yang sedang menangis itu. Vyan tersenyum sedih melihat mamanya, dia tidak tahu bagaimana jadi mamanya karena harus membesarkan 2 anak sendirian diusia yang sangat muda, tapi dia sangat bangga dengan mamanya karena sudah bertahan sampai detik ini.
Vyan jongkok di samping mamanya, lalu dia memegang tangan mamanya dan menciumnya.
"Terimakasih mama..."
Keesokan harinya.
Vyan dan Vina sedang sarapan bersama, dan Keara masih sibuk membereskan dapurnya.
"Mama, ayo sarapan dulu!" Ajak Vina.
"Iya, mama nanti makan kok." Jawab Keara, Keara menoleh ke Vyan, dia tersenyum karena dia ingat semalam kalau Vyan yang memberikan selimut untuknya dan mencium tangannya. Dia teringat kejadian dulu yang dia lakukan dengan pria yang dicintainya itu. Tapi dia pura-pura tidak tahu karena dia yakin jika dia membahas ini putranya itu akan malu.
Setelah selesai sarapan mereka berdua siap-siap ke sekolah.
"Mama kita duluan ya," Pamit Vina sambil tersenyum, lalu dia memeluk Keara dan mencium mamanya.
"Iya sayang, kalian hati-hati ya." Jawab Keara sambil mengusap kepala mereka.
"Bye ma," Ucap Vyan sambil memeluk dan mencium mamanya, Keara menganggukkan dengan tersenyum.
Sekolah.
Vyan dan Vina berjalan bersama ke kelas.
"Pagi paman Wawan...." Sapa Vyan ke satpam itu.
"Pagi Vyan..." Jawab satpam itu dengan ramah.
"Heh Vyan kapan-kapan tanding voli lagi ya," Ucap kakak kelas cowok itu.
"Siap kak, nanti kalau luang aku kabarin ya." Jawab Vyan sambil tersenyum.
Lalu ada kakak kelas cewek yang lewat, "Vyan kemarin udah bantuin ngerjain PR makasih banget loh, untung saja kemarin aku datang latihan taewondo kalau tidak mungkin aku sudah kena hukum nanti." Ucap kakak kelas itu.
"Tenang saja kak, aku bisa bantuin lagi kok kalau memang kakak ingin." Jawab Vyan sambil tersenyum.
"Best kamu," Jawab kakak kelas itu sambil mengacungkan kedua jempolnya lalu dia pergi.
Vina menghela nafas, "Semua orang di dunia ini kau kenali kah," Tanyanya dengan heran.
"Daripada kau cuma Falen mulu," Jawab Vyan dengan kesal.
Vina memalingkan wajahnya dengan kesal.
"Hai Vina," Sapa cowok kelas sebelah, dia adalah Tio. Mereka berdua berhenti berjalan untuk membalas sapaan Tio, tapi Vina hanya diam dan tidak merespon apapun. Vyan menyenggol bahu Vina agar Vina membalas sapaan Tio.
"Iya." Jawab Vina dengan senyuman singkatnya itu. Vyan menggelengkan kepalanya dengan heran melihat sifat dingin saudara kembarnya itu.
Tio tersenyum senang mendengar jawaban dari Vina.
"Wih tumben banget udah berangkat pagi," Ucap Vyan sambil menepuk pelan pundak Tio.
"Iya soalnya aku..." Tio menoleh ke Vina, dia mau menyapa saudara kembar temannya itu. Dan Vyan pun paham dengan ucapan Tio.
"Kalau kalian mau ngobrol aku duluan ya," Ucap Vina dengan nada datarnya, dan saat Vina mau pergi Vyan menarik tasnya hingga Vina tertarik kebelakang.
"Apa sih!" Ucap Vina dengan kesal.
"Tunggu!" Jawab Vyan dengan kesal.
"Tio, jangan lupa nanti ada latihan taekwondo kau jangan bolos lagi." Ucap Vyan.
"Tenang saja, aku datang kok nanti." Jawab Tio sambil tersenyum.
"Kalau begitu aku duluan ya, duluan ya Vina." Pamit Tio sambil tersenyum.
Vina tersenyum kecil, lalu Tio pergi meninggalkan mereka.
"Kalau di sapa itu dijawab yang ramah dong," Ucap Vyan dengan kesal.
Vina menghempaskan tangan Vyan dari tasnya dengan kesal lalu dia pergi meninggalkan Vyan. Vyan menghela nafas dengan kesal.
"Sebenarnya sifat menyebalkannya itu turun dari siapa sih," Gumam Vyan dengan kesal.
Dan saat Vyan masuk ke dalam kelas, dia menghela nafas melihat keadaan kelas gaduh hanya karena tugas. Vyan duduk di bangkunya dengan tenang.
"Gila apa kenapa enggak bilang sih kalau ada tugas???" Tanya Falen dengan kesal, Falen adalah teman dekat Vina.
"Aku saja dikerjain sama Vyan." Ucap Vina.
"Enak banget sih punya saudara pinter," Ucap Falen dengan kesal.
Aldo menghela nafas mendengar keberisikan mereka di pagi hari yang cerah ini, "Oey kalian ini tidak bisa diam apa?" Tanya Aldo dengan kesal.
"Heh kalau mau enggak berisik ya di hutan sana!" Omel Falen dengan kesal.
"Kenapa semua cewek selalu cerewet seperti mama," Gumam Aldo dengan heran, lalu dia lanjut membaca bukunya.
"Cepet nih nyontek," Ucap Vina sambil memberikan buku tugasnya ke Falen.
"Vina love uuuu..." Ucap Falen dengan senang.
"Ihh paan sih cepetan keburu dateng gurunya." Jawab Vina.
Falen mengangguk tersenyum dan dia segera menyalin jawaban Vina.
"Selamat pagi anak-anak..." Sapa Pak Ricky, dia adalah guru matematika mereka. Dan semua anak langsung duduk di bangku masing-masing.
"Duh kurang 1 lagi," Gumam Falen dengan kesal.
"Hari ini tugas di kumpulkan dan saya akan memberikan soal untuk materi ulangan harian minggu depan, dilarang melihat buku ataupun melihat punya teman, mengerti???" Tanya pak Ricky.
"Mampus..mampus... terus gimana nasibku..." Gumam Falen dengan panik.
Vina menghela nafas, dia sangat membenci situasi seperti ini.
"Ah serah deh nilai jelek yang penting bisa naik kelas." Gumamnya dengan pasrah.
"Duh soal ini aja enggak paham terus pakai cara apa aku jawab nanti," Ucap Falen dengan heran.
"Pakai otak lah," Sahut Vyan.
"Paan sih nyaut aja," Omel Falen dengan kesal.
"Heummm...aku sedikit paham, tidak apa-apa sih yang penting nilaiku tidak seperti mereka berdua." Ucap Aldo sambil menoleh ke Vina dan Falen.
Disaat semua anak heboh karena panik, disisi lain Vyan merasa tenang dan Aldo melanjutkan membacanya.
"Mereka ini panik kenapa sih," Gumam Vyan dengan heran.
Keara datang ke sekolah anak-anaknya untuk menghadiri rapat tentang nilai anak-anak mereka. Dan seperti biasa, Keara menjadi pusat perhatian orang-orang karena dia yang paling muda dan paling cantik diantara mereka semua termasuk para guru-guru itu. Dan tentunya banyak orang tua yang bergosip buruk dengan Keara, tapi Keara tidak peduli dia hanya fokus mendengar rapatnya. Setelah rapat berlangsung lama, akhirnya para orang tua murid bubar, Keara keluar dari ruangan dan tiba-tiba ada seseorang yang menyapanya.
"Keara," Sapa pria itu.
Keara menoleh ke pria itu dengan mengerutkan keningnya, karena dia tidak kenal dengan pria yang berada didepannya itu.
"Siapa ya?" Tanya Keara sambil tersenyum kecil.
"Ini aku Eric, kita satu SMP dulu kau lupa kah?" Tanya Eric pria yang memakai jas itu.
Wajah Keara seketika berubah menjadi masam, karena sebenarnya dia menghindari semua teman sekolahnya kecuali Hera dan Ivan. Dia takut saja jika mereka menghinanya karena Keara yakin satu sekolahan tahu jika dia keluar sekolah karena hamil dulu.
"Sudah lama banget Keara akhirnya kita ketemu ya," Ucap Eric.
Keara tersenyum kecil.
"Kenapa kau disini?" Tanya Keara dengan heran.
"Aku jadi direktur di sekolah ini, apa anak-anak mu sekolah disini?" Tanya Eric sambil tersenyum.
"Iya mereka disini," Jawab Keara sambil tersenyum.
"Begitu ya, Keara bagaimana kalau kita ngobrol di cafe sebelah?" Tanya Eric.
"Maaf ya Eric aku harus pergi kerja, mungkin lain kali saja ya." Jawab Keara.
"Tida apa-apa kok, kalau boleh tahu kau kerja dimana?" Tanya Erick dengan heran.
"Aku punya kedai mie Via, kau bisa mampir kalau mau," Jawab Keara sambil tersenyum.
"Baiklah lain kali aku mampir ya," Jawab Eric sambil tersenyum.
Keara menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, lalu dia pamit untuk pergi ke Eric. Dan saat dia berjalan untuk keluar dari gedung sekolahan, Keara tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang sampai dia hampir jatuh tapi untung saja orang itu dengan sigap menarik tangan Keara.
"Maaf ya, saya tidak sengaja." Ucap Keara lalu dia menoleh ke pria yang menabraknya itu tapi dia merasa heran dengan pria itu karena dia memalingkan wajahnya.
"Anda tidak apa-apa?" Tanya Keara dengan heran, pria itu melepaskan tangannya dari tangan Keara. Lalu dia pergi begitu saja.
"Aneh banget ya dia, apa ada sesuatu di wajahku sampai membuatnya syok begitu tidak mau melihatku." Gumam Keara sambil memegang kedua pipinya lalu dia segera pergi keluar.
Pria itu menoleh ke Keara dengan tatapan sedihnya.
"Keara...." Lirihnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!