[ WARNING ]
1. BANYAK KATA - KATA KASAR.
2. KARYA PERTAMA, MAKLUMI KALAU ADA KESALAHAN DALAM DIKSI.
3. MAKLUMI TYPO.
4. KOMENTAR YANG SOPAN.
5. HARGAI KARYA PENULIS.
TERIMAKASIH!!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -...
Tokk.. Tokk.. Tokk..
"Masuk!"
Ceklek..
Seorang gadis masuk ke dalam ruangan dengan mengenakan kemeja dan celana jeans panjang nya.
Ia baru saja di terima kerja sebagai bodyguard pribadi tuan muda keluarga Elizabeth, setelah mengikuti tes yang di berikan Robert Elizabeth, kepala keluarga Elizabeth.
"Kamu sudah di jelaskan tugas kamu?" Tanya Robert yang duduk di kursi kekuasaan nya itu.
"Sudah tuan." Jawab gadis itu.
"Bagus."
"Sekarang, kamu bisa mulai bekerja. Saya akan panggilkan Tio untuk mengantar kamu ke kamar putra saya." Robert meraih handphone nya. Ia mengutak - atik handphone nya sebentar, lalu tak lama, muncul suara ketukan lagi dari luar.
"Tio, kamu antar dia ke kamar Renza ya." Ucap Robert di ikuti oleh anggukan Tio.
"Baik tuan."
Tio beralih menatap gadis itu, "Ayo, ikuti saya."
Tio melangkah pergi dan gadis itu mengikuti nya dari belakang sambil menatap ke sekeliling mansion mewah itu, menghafal bagian - bagian nya.
Setelah berjalan cukup jauh, Tio berhenti di depan pintu berwarna putih.
"Ini kamar nya tuan Renzo."
Gadis itu mengangguk, "Terimakasih."
"Ya, sama - sama. Kalau begitu, saya duluan." Ucap Tio meninggalkan gadis itu.
Setelah menatap kepergian Tio, gadis itu mengambil nafas panjang, lalu tangan nya mulai terjulur untuk mengetuk pintu kamar itu.
Tokk.. Tokk.. Tokk..
"Siapa?!" Tanya dari dalam kamar.
"Saya bodyguard baru yang di pekerjakan tuan Robert!" Jawab gadis itu sedikit berteriak, agar suara nya bisa terdengar orang di dalam kamar.
"Masuk!" Setelah mendengar suara persetujuan dari dalam kamar, gadis itu membuka pintu dan masuk.
...----------------...
"Saya Aurel, bodyguard pribadi yang di pekerjakan tuan Robert." Gadis itu, Aurelia Kimberly, memperkenalkan diri nya pada pria yang akan menjadi majikan nya.
Pria itu menjawab dengan deheman.
"Tau."
"Gue Renza. Salken." Balas Renza memperkenalkan diri nya.
Aurel hanya mengangguk sebagai respon.
"Umur berapa?" Tanya Renza.
"23 tahun, tuan." Jawab Aurel.
Renza ber-oh-ria, "Btw, gausah terlalu sopan sama gue. Gue 2 tahun lebih muda dari lo."
"Oke." Jawab Aurel singkat.
Setelah nya, mereka berbicara sebentar, karena Renza sempat menanyakan beberapa pertanyaan.
...----------------...
Waktu menunjuk pukul 18.35, anggota keluarga Elizabeth mulai berkumpul di meja makan untuk makan malam, termasuk Renza.
Aurel berdiri di samping Renza yang duduk di meja makan.
'Dia gada?' Batin Aurel melirik 3 orang yang duduk di meja makan.
Anggota keluarga Elizabeth terdiri dari:
Robert Elizabeth -> Sebagai kepala keluarga.
Kinara Elizabeth -> Istri Robert/nyonya Elizabeth.
Alvarez Elizabeth -> Putra pertama Robert bersama istri pertama nya.
Renza Elizabeth -> Putra pertama Robert bersama Kinara.
Tapi, setelah di amati, Aurel tidak menemukan putra sulung keluarga Elizabeth ini.
"Ayo, makan." Ucap Robert.
Mereka mulai memakan makan malam mereka dengan tenang.
Renza melirik Aurel yang berdiri di samping nya, "Lo duduk aja, ikut makan."
"Ah, ga perlu tuan." Aurel tersenyum tipis.
"Gapapa, Aurel. Aurel kan nama kamu?" Tanya Kinara.
"Iya, nyonya."
"Duduk aja, makan bareng. Nanti makanan ini juga ga mungkin abis buat kita." Lanjut Kinara.
Aurel melirik pada Robert, meminta persetujuan. Robert mengangguk kecil tanpa menatap.
Aurel menunjukkan senyum nya, lalu duduk di sisi yang agak jauh dari mereka. Sengaja. Karena, ia sadar, posisi nya saat ini adalah pengawal. Tapi, ia tetap makan beberapa makanan yang ada di meja. Rejeki ga boleh di tolak kalau kata Aurel mah.
Setelah makan malam nya selesai, Kinara mengambil piring kosong lagi, lalu menyiapkan nasi dan beberapa lauk yang tersisa di atas piring itu.
"Bi, tolong kasihin ke si Alvarez dulu ya, dia belum makan dari siang." Ucap Kinara menyodorkan piring dan segelas air putih ke pembantu rumah nya itu, Bi Siti.
"Baik nyonya." Bi Siti menerima piring dan gelas itu, lalu berjalan pergi.
"Tck! Anak itu ngapain di kasih makan." Gumam Robert kesal.
Aurel melirik Robert lalu menatap kepergian bi Siti. Ia beranjak berdiri.
"Aurel mau kemana? Ayo temenin gue ke taman belakang." Ucap Renza ikut beranjak.
"Oh, iya, ayo." Aurel melirik kembali arah kepergian bi Siti.
'Tckk! Gue ga bisa ngikutin dia.'
...****************...
Di taman belakang, Renza menatap bunga - bunga nya, ia memang suka menanam bunga untuk menghabiskan waktu nya.
Aurel melirik Renza, "Tuan."
"Hm?"
"Anggota keluarga Elizabeth cuma tiga doang? Denger - denger tuan punya saudara." Tanya Aurel.
"Iya, memang punya saudara. Dari istri pertama nya papa."
"Oh.. Dia tinggal sendiri ya?"
"Engga. Dia disini." Jawab Renza.
"Tapi, orang - orang ga akan ketemu dia kalau kesini." Lanjut nya.
"Kenapa? Dia kan disini."
"Iya, di tempat tanpa cahaya.." Gumam Renza yang tentu nya masih terdengar di telinga Aurel.
"Maksud nya?"
Renza tak merespon apapun lagi setelah itu.
Aurel harus menjalankan tugas nya, mencari pria bernama Alvarez itu.
.
.
.
...•BERSAMBUNG•...
Haiii, ini novel pertama aku gaiss, setelah sekian lama bikin chat story di mt, aku mw coba bikin novell.
Awalnya mau di wp, tapi kayaknya tulisan aku masih berantakan bngttt, jd mau latihan disini duluu. Doain aja ini kelar cerita nya 😭
Tolong dukungan nya yaa, makasiii.
[ WARNING ]
1. BANYAK KATA - KATA KASAR.
2. KARYA PERTAMA, MAKLUMI KALAU ADA KESALAHAN DALAM DIKSI.
3. MAKLUMI TYPO.
4. KOMENTAR YANG SOPAN.
5. HARGAI KARYA PENULIS.
TERIMAKASIH!!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -...
Gelap..
Dingin..
Sunyi..
Tidak ada suara apapun, sampai pintu di buka, dan langkah kaki memasuki tempat itu terdengar.
Siapa itu?
Apa ini nyata?
Atau seperti biasa, hanya halusinasi saja?
Itu pertanyaan - pertanyaan yang ada di pikiran pria itu.
Seiring dengan langkah kaki yang mendekat, pria itu menyeret tubuh nya mundur hingga mentok ke tembok. Ia memeluk lutut nya dengan sedikit was was.
"Tuan, ini bi Siti.." Ujar wanita yang sudah bertahun - tahun mengabdikan dirinya untuk keluarga Elizabeth itu, sambil meletakkan gelas ke sisi kiri sang pria.
"Bi Siti?" Gumam pria itu.
"Iya, tuan Varez, ini bi Siti. Bawa makanan buat tuan." Ujar bi Siti meraih tangan tuan nya itu, Alvarez.
Bi siti meletakkan piring makanan pada tangan Alvarez.
"Ini makanan nya ya tuan. Minum nya di samping kiri tuan." Jelas bi Siti sambil mengarahkan tangan Alvarez yang satu nya lagi pada gelas di lantai.
"M-makasih."
Bi Siti mengangguk, walau ia tau, Alvarez tidak bisa melihat anggukan nya itu.
"Kalau gitu, bibi keluar ya tuan?"
Alvarez tidak merespon lagi setelah nya, jadi bi Siti memutuskan untuk pergi dan menutup kembali pintu, menghilangkan sumber cahaya yang sempat masuk ke ruang gelap itu.
Mendengar tidak ada lagi suara, Alvarez mulai meraba ujung piring, mencari sendok.
Ia mulai memakan makanan nya secara perlahan.
Setelah selesai makan, ia meraba sisi kiri nya, mencari minum untuk ia minum. Lalu, ia meletakkan piring dan gelas nya kembali ke lantai.
...----------------...
Sudah 1 jam Aurel menemani Renza mengelilingi taman. Kini, mereka sudah kembali ke kamar, karena waktu sudah malam.
"Aurel, lo bisa balik ke kamar lo."
Aurel mengangguk.
"Jangan lupa, besok lo temenin gue ke perusahaan." Ucap Renza mengingatkan.
"Iya. Gue duluan kalau gitu."
"Kalau butuh apa - apa, kabarin gue dari chat aja."
Renza mengangguk sebagai respon. Melihat respon itu, Aurel memutuskan untuk pergi menuju kamar nya sendiri.
.
Aurel merebahkan tubuh nya ke kasur, melirik ke jam dinding. Sekarang hampir jam 9 malam. Ia mengeluarkan ponsel nya, memasang alarm pukul 12 tengah malam.
'Gue harus cari dia dulu biar tante bisa tenang.' Batin Aurel.
Ia meletakkan ponsel nya ke nakas meja lalu memejamkan mata nya untuk tidur. Tak butuh waktu lama, ia sampai ke alam mimpi.
......................
Kringg.. Kringg.. Kringg..
Aurel mengernyit, kala tidur nya mulai terganggu oleh suara alarm yang sebelum nya ia pasang. Beberapa kali, alarm berbunyi, sengaja tak di hiraukan Aurel karena masih mengantuk. Tapi, mengingat keberadaan nya disini bukan untuk tidur - tiduran, ia terpaksa membuka mata nya yang masih terasa berat.
Mematikan alarm, Aurel menegakkan tubuh nya, lalu berjalan keluar dari kamar nya.
Dengan hati - hati dan waspada, Aurel melirik sekeliling nya, memastikan semua nya sudah tertidur. Ia berjalan ke arah yang sebelum nya bi Siti lewati untuk bertemu Alvarez.
Menelusuri lorong mansion itu, tidak ada ruangan apapun di lorong itu. Lorong itu berakhir buntu, hanya ada sebuah rak yang tersusun buku - buku dengan rapi.
Aurel mengernyit, ia yakin, bi Siti berjalan ke arah sini. Tapi, kenapa ia tidak menemukan apapun?
"Gada apa - apa?" Gumam Aurel mengamati sekeliling nya. Tidak menemukan apapun disana, Aurel berbalik, berniat untuk kembali ke kamar nya, namun, suara rantai menghantam tanah menghentikan langkah nya.
Ia menajamkan telinga nya, kembali mengamati sekitar.
'Suara tadi jelas banget. Gak mungkin gue salah denger.' Aurel mendekat pada rak yang tersusun buku. Semakin mendekat ia, semakin ia bisa mendengar suara rantai yang berhantaman dengan lantai keramik.
'Ini..'
Aurel mulai mengamati rak buku, satu per satu buku ia jelajahi, sampai ia menemukan sesuatu tombol di dalam rak buku.
Aurel terdiam sejenak, menimbang, apa ia harus mencoba menekan tombol nya sekarang? Tapi, bagaimana kalau ternyata tombol itu untuk hal lain?
Setelah terdiam sebentar, ia memutuskan untuk menekan tombol itu karena penasaran.
Nitt..
Setelah tombol di tekan, tiba - tiba saja rak buku itu terbelah menjadi dua membentuk vertikal ke atas, lalu, garis itu terbuka, layak nya sebuah pintu.
Aurel melangkahkan kaki nya masuk dengan hati - hati.
.
.
......•BERSAMBUNG•......
......- Cast -......
...- Aurelia Kimberly -...
...- Renza Elizabeth -...
...- Robert Elizabeth -...
...- Kinara Elizabeth -...
[ WARNING ]
1. BANYAK KATA - KATA KASAR.
2. KARYA PERTAMA, MAKLUMI KALAU ADA KESALAHAN DALAM DIKSI.
3. MAKLUMI TYPO.
4. KOMENTAR YANG SOPAN.
5. HARGAI KARYA PENULIS.
TERIMAKASIH!!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -...
"Bajingan kamu! Dasar pembunuh."
Tubuh nya gemetar, "B-bukan.. B-bukan Varez.."
Dughh!
"S-sakit, j-jangan pukul V-varez pa.." Alvarez meringkuk di lantai dengan air mata yang terus mengalir.
Tidak, tidak ada yang memukul nya. Tidak ada siapapun disana. Ia hanya sendirian, tapi halusinasi nya sendiri yang membuat nya merasa di pukul.
Kata - kata umpatan dan 'Pembunuh' terus terdengar di telinga nya, walau sebenarnya ruangan itu hening.
"Lebih baik kamu mati."
"Varez.. Varez.. Varez.. Lo bener - bener menyedihkan."
"Hahahaha! Liat, dia ketakutan."
Suara itu terus menggema memenuhi gendang telinga nya, membuat nya menutup telinga nya menggunakan tangan dengan erat. Langkah kaki mendekat, dengan suara papa nya lagi.
"Kamu itu ga bisa apa - apa Varez! Kamu hanya pembawa sial yang membuat keluarga saya hancur."
"Denger Varez, kamu itu pembawa sial."
Berbagai suara beradu berkomentar terus menerus hingga rasa nya, kepala nya hampir meledak. Tidak ada kata - kata baik yang ia dengar, hanya kata - kata seperti itu yang menjadi makanan nya sehari - hari.
Ia menyeret tubuh nya ke tembok, memberontak, saat tiba - tiba seseorang bertopeng datang dengan membawa pisau di tangan nya. Alvarez takut, sangat takut, ia menendang - nendang kaki nya, membuat suara rantai yang terikat pada kaki nya menggema karena bertabrakan dengan lantai keramik.
Lagi, itu hanya halusinasi nya.
"M-menjauh! Hiks.." Suara nya terdengar begitu lirih, namun baik suara, pria bertopeng, maupun ayah nya, seakan tidak ada yang peduli. Semua menatap nya seakan menghakimi nya yang entah apa salah nya.
Tiba - tiba saja, suara pintu terbuka terdengar, setelah itu, orang - orang yang sempat ia lihat menghilang dari hadapan nya, begitu juga suara yang sempat ia dengar. Pandangan nya kembali gelap tanpa cahaya, seperti semula.
Ia menajamkan pendengaran nya, mendengar suara langkah kaki mendekat, terdengar hati - hati. Tapi, Alvarez jauh lebih waspada. Ia memeluk lutut nya dan menutup telinga nya.
'S-semua cuma halusinasi..'
'Ini semua ga nyata..'
Tapi, suara langkah kaki itu semakin mendekat. Alvarez semakin takut.
"Astaga!!"
Suara seorang perempuan yang terdengar sangat asing di telinga Alvarez. Siapa lagi sekarang? Apa seseorang baru yang akan memaki nya lagi dalam pendengaran nya?
Aurel mematung melihat keadaan pria di hadapan nya. Mengerikan. Kaki yang di pasung rantai, tubuh nya kurus terlihat tak terawat, tapi, Aurel mengarahkan senter ponsel nya pada pria di hadapan nya, namun, ia tetap tidak bisa melihat wajah si pria, karena pria itu menenggelamkan wajah nya ke lutut.
"P-permisi?"
Alvarez mengganti posisi nya, menutup telinga nya, ia tidak mau mendengar suara - suara apapun lagi.
"J-jangan lagi.." Ucap nya begitu lirih.
Aurel semakin mendekat, membuat Alvarez berusaha menjauh dari suara arah datang nya Aurel.
"Al..varez?" Aurel bertanya dengan suara pelan.
Alvarez tak merespon, justru tubuh nya semakin gemetar, seperti ketakutan.
"Jangan takut, gue ga akan apa - apain lo." Ucap Aurel berusaha untuk selembut mungkin, karena tau Alvarez takut.
Alvarez sedikit menaikkan kepala nya.
Siapa? Siapa dia? Suara nya asing.
Tidak ada yang pernah berbicara dengan nada selembut itu kepada nya selain ibu nya. Itu juga sudah sangat lama, 19 tahun yang lalu.
Apa itu hanya halusinasi nya lagi seperti biasa?
Alvarez terdiam, namun pergerakan mata nya terlihat cemas.
Aurel kembali mengarahkan senter ponsel nya pada wajah Alvarez, namun, tidak ada respon kesilauan atau apapun yang Alvarez lakukan.
'Matanya..'
Warna mata Alvarez terlihat tidak sehat. Bola mata nya, entah menatap kearah mana. Tatapan nya kosong.
'Bener.. Dia ga bisa lihat..'
"S-siapa?" Tanya Alvarez pelan.
"Gue Aurel, Aurelia."
Aurelia? Nama yang asing.
"D-disini.. kenapa? P-papa marah.."
Aurel mengernyit. Ia paham, dari cara bicara nya, seperti nya, ada yang tidak beres dengan pria di hadapan nya ini.
"Papa lo ga akan marah."
Aurel meraih pelan tangan Alvarez yang sontak Alvarez langsung menarik tangan nya takut. Lagi, ia terlihat cemas.
"Jangan takut. Gue bukan orang jahat."
"Tenang, ya?"
Perlahan, Aurel kembali meraih tangan Alvarez, tangan itu terasa dingin, kurus seperti tulang yang terbungkus kulit. Alvarez tidak lagi menghindar.
Aurel meringis pelan.
'Pasti dingin disini..'
"Tunggu ya.. Gue janji, gue bakal bebasin lo dari sini." Ucap Aurel lembut.
Alvarez tidak menanggapi lagi setelah nya, menurut nya, ini hanya halusinasi nya lagi. Tidak ada yang akan membebaskan nya dari kegelapan ini.
"Sekarang, gue harus masuk dulu."
"Sampai ketemu besok, Alvarez." Tak ada respon dari Alvarez, jadi, Aurel memutuskan untuk pergi sebelum ada yang tau keberadaan nya.
Alvarez diam dengan tatapan yang kembali kosong, 'Cuma khayalan..'
Tak ada harapan bagi Alvarez, ia sudah terkunci, terkunci di kegelapan selama nya. Tidak ada setitik cahaya pun yang bisa ia lihat, hidup nya di penuhi kegelapan, kehampaan juga kepasrahan.
Apa yang perlu ia harapkan dari kegelapan ini?
.
.
.
...•BERSAMBUNG•...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!