Malam itu hujan mengguyur dengan sangat keras, angin juga bertiup cukup kencang seolah akan terjadi badai.
Hawa yang dingin menusuk tak membuat Bastian dan Veronica memadu kasih. Mereka saling menghangatkan tubuh satu sama lain dan terus melakukan permainan cinta malam itu.
"Sayang.... Apa istrimu benar - benar buta dan tuli?" tanya Veronica yang masih terus dicumbu mesra oleh Bastian.
"Tenang saja, dia tidak bisa melihat dan mendengar apapun. Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian karena perawat yang biasa menjaganya sedang cuti" kekeh Bastian.
"Kau benar - benar brengsek, bisa - bisanya kau bercumbu dengan wanita lain dihadapan istrimu yang buta dan tuli" erang Veronica.
Bastian dan Veronica melanjutkan permainan mereka hingga dini hari sebelum akhirnya mereka mengakhiri permainan mereka karena kelelahan.
"Caroline....." panggil Bastian lembut, tangannya mengelus kepala Caroline lalu mencium pipinya.
"Apa kau bosan? Sejak tadi kau diam saja. Maaf karena tidak memperhatikanmu, kau tahu kalau aku harus fokus bekerja atau arwah ayahmu akan menggentayangiku nantinya" ucap Bastian.
"Tidak apa - apa, ngomong - ngomong aku lelah. Aku ingin segera tidur" kata Caroline.
"Oh aku akan mengantarmu" tawaran Bastian segera ditolaknya, dengan mengandalkan anjing peliharannya dan juga tongkat untuk penunjuk jalan Caroline keluar dari kamar itu untuk menuju kamarnya sendiri.
"Berhati - hatilah, sebentar lagi aku akan menyusulmu" ucap Bastian. Caroline mengangguk.
"Dasar laki - laki breng*sek, ba*jingan. Selama ini aku sudah tertipu oleh muslihatnya. Selama ini dia hanya memanfaatkanku dan ayahku. Bastian, malam ini aku akan membu*nuhmu" lirih Caroline yang saat ini berads di dalam kamar mandi akibat merasakan rasa mual yang tidak bisa dia tahan menyaksikan apa yang dilakukan oleh Bastian dan Veronica.
Tanpa Bastian dan Veronica ketahui, Caroline mampu melihat dan mendengar dengan jelas. Sudah sejak 3 tahun yang lalu dirinya mulai bisa melihat setelah diam - diam dia menerima donor mata dari seorang pasien yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
Sejak 3 tahun lalu itulah dirinya mengetahui permainan suaminya. Termasuk perselingkuhannya dengan Veronica bahkan ketika mereka masih dalam tahap bertunangan dan mereka juga telah dikaruniai seorang anak perempuan yang sekarang berusia 15 tahun.
Selama 3 tahun, Caroline berpura - pura dengan harapan Bastian bisa kembali kepadanya, tapi begitu dirinya mengetahui bahwa penyebab kecelakaan yang menimpa dirinya adalah Bastian, Caroline tidak lagi menyimpan perasaan cinta dihatinya.
Bahkan Bastian juga tega meracuni ayah Caroline agar dia bisa bebas untuk membawa Veronica kedalam rumah mereka.
***
"Sayang, kau tahu kalau Ophelia akan berulang tahun, aku ingin kau merayakannya besar - besaran. Aku kasihan dengannya karena dia diejek sebagai anak ha*ram" rayu Veronica.
"Tentu saja, Ophelia adalah anak kesayanganku. Tidak boleh ada yang meremehkannya" kata Bastian.
"Satu lagi, kapan kau akan menikah denganku?" tanya Veronica.
"Hubungan kita sudah lebih dari sepuluh tahun, apa kau berencana untuk menggantungku seperti ini?" tuntut Veronica.
Bastian memeluk kekasihnya itu, "Bersabarlah sedikit lagi. Kita hanya perlu menunggu sampai 3 bulan lagi setelah itu aku akan menyingkirkan Caroline" kata Bastian.
"Apa ini karena isi surat wasiat ayah mertuamu?" tanya Veronica.
Bastian mengangguk, "Kalau aku bercerai dengan Caroline sebelum waktu yang ditetapkan di surat wasiat itu selesai, maka semua yang sudah susah payah aku bangun akan lenyap seketika. Kau tahu kalau aku menikah dengan Caroline karena kekayaannya dan gadis itu cukup bodoh karena begitu menginginkanku. Kalau saja dia mendengarkan saran ayahnya dan menikah dengan Alexander, mungkin hidupnya akan jauh berbeda" jelas Bastian.
"Tapi kalau dia menikah dengan orang lain, kau tidak akan bisa hidup sebagai seorang konglomerat seperti sekarang" balas Veronica.
Bastian tertawa terbahak - bahak, tak lama kemudian dirinya berpamitan kepada Veronica untuk menyusul Caroline. "Aku harus menjalankan peranku sebagai seorang suami yang penuh kasih" kata Bastian.
...****************...
Bastian menuju kamarnya dan Caroline seraya bersiul gembira, membayangkan tidak banyak lagi waktu yang tersisa untuk bisa menikah dengan Veronica dan mengusir Caroline.
Sesampainya didepan pintu kamarnya, Bastian mencoba mencium aroma tubuhnya sendiri. Dia tidak ingin Caroline mencium sesuatu yang aneh dari tubuhnya.
Setelah memastikan tidak ada yang aneh, dia melangkah masuk. Betapa terkejutnya dia ketika tiba - tiba Caroline menyerangnya dengan sebuah pisau dapur, untung saja Bastian segera menghindar kalau tidak mungkin dirinya sudah terluka parah.
"Sayang... Kau kenapa? Kenapa kau menyerangku?!!!" Tanya Bastian.
Melihat wajahnya yang penuh kepalsuan membuat Caroline semakin muak, dengan seluruh tenaganya dia menyerang Bastian. Caroline menubruk tubuh Bastian dan menindihnya, "Kau ba*jingan breng*sek yang sudah membunuh ayahku dan mencelakaiku. Kau harus mati!!!!"
"Prak......" Kepala Caroline mengucurkan darah segar akibat dipukul dengan stik golf oleh Veronica.
Caroline seketika ambruk, "Kenapa... Kenapa aku harus mengalami hal seperti ini?? Kalau waktu bisa diputar kembali, aku tidak akan pernah menikah dengan ba*jingan busuk sepertimu Bastian. Aku tidak akan pernah memaafkanmu!!! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah memaafkanmu BASTIAN!!!!"
Bastian menarik rambut Caroline yang telah tidak bernyawa lagi, "Aghhhh Sial. Kenapa kau harus melakukan itu?" teriak Bastian pada Veronica.
"Lalu apa aku harus melihatmu dibu*nuh olehnya?" kilah Veronica.
"Kita harus menyembunyikan mayatnya. Bahkan dia masih saja merepotkan meskipun sudah mati" kata Bastian kemudian.
...****************...
Caroline merasa tubuhnya melayang didalam kegelapan tanpa ujung. "Dimana ini?? Kenapa aku tidak bisa melihat apapun?" ucapnya sampai dia melihat sebuah cahaya putih menyilaukan didepannya.
"Apa kau dewa?" tanya Caroline ketika sosok pria berjubah putih dengan rambut ikal berdiri dihadapannya.
"Kau bisa menyebutku begitu, aku adalah Chronos. Dewa yang mengatur jalannya waktu di dunia. Aku mendengar doa yang kau ucapkan disaat terakhirmu"
"Kau menyesali kehidupanmu dan ingin memutar waktu untuk kembali ke masa lalu dan memperbaiki semuanya" kata Chronos.
"Iya.. Kau benar. Aku tidak ingin mati seperti ini. Aku ingin membalas suamiku, aku ingin menghancurkan hidupnya seperti dia menghancurkanku" seru Caroline.
"Aku bisa mengabulkan permohonanmu dan membuatmu kembali ke masa sebelum kau menikah dengan suamimu. Tapi apa yang bisa kau berikan padaku?" tanya Chronos.
Caroline diam, apa yang bisa dia tawarkan untuk dewa ini. Dia tidak memiliki apapun.
"Apa kau bimbang? Kalau kau masih bimbang, lupakan soal kembali ke masa lalu" kata Chronos.
"Tidak. Aku akan memberikan segalanya padamu. Apapun yang kau minta" kata Caroline.
Chronos melihat tekad kuat di mata Caroline, lalu tertawa terbahak - bahak, "Baiklah, sebagai ganti karena aku mengabulkan permohonanmu maka aku akan meminta satu hal padamu" ucap Chronos.
Dewa itu mengayunkan tongkatnya diatas kepala Caroline dan mengatakan persyaratannya.
"Apa kau setuju?" tanya Chronos.
Caroline mengangguk, "Aku setuju. Aku tidak peduli dengan semuanya selama aku bisa membalas Bastian dan menghancurkannya hingga dia merangkak dibawah kakiku"
Setelah itu Caroline seolah tersedot kedalam pusaran cahaya, dan ketika dia membuka matanya dia mendapati dirinya sedang berada disebuah altar pernikahan bersama dengan Bastian.
"Caroline, cepat jawab pertanyaan pendeta kalau kau bersedia menikah denganku" bisik Bastian sambil tersenyum, senyum yang sempat menghangatkan hatinya dulu tapi sekarang tidak lagi.
"Caroline..." Panggil Bastian lagi.
"Maaf sepertinya aku sedang bingung, pak Pendeta bisakah kau mengulang pertanyaanmu?" pinta Caroline.
Pendeta itu mengangguk dan mengulang pertanyaannya, "Caroline Rexalion apakah kau bersedia menikah dengan Bastian Hill, mencintainya dalam suka dan duka sampai maut memisahkan?"
Caroline tersenyum, "HELL NO.... Aku tidak sudi menikah denganmu ba*jingan keparat!!!!" Teriak Caroline.
...****************...
...****************...
Sebuah tinju melayang ke wajah Bastian dan membuat hidung Bastian mengeluarkan darah.
Semua orang yang hadir di upacara tersebut jelas terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Caroline, apalagi setelah dia memutar badannya menghadap keseluruh tamu undangan dan mencari seseorang diantara mereka.
"Ketemu...!!!!" mata Caroline akhirnya tertuju kepada sosok Veronica bersama seorang gadis kecil yang berusia 2 tahun, Caroline segera turun dari altar dan menghampiri Veronica yang saat ini lebih muda dari yang dia ingat.
"Kau pikir aku sudi menikah dengan laki - laki sepertimu yang berselingkuh dengan perempuan ini hingga memiliki anak?!!!" Teriak Caroline sambil menunjuk ke arah Veronica dan Ophelia
"Hey, nama anak ini Ophelia kan? Kasihan sekali anak itu memiliki ibu pela*cur sepertimu" olok Caroline.
Mendengar itu baik Bastian dan Veronica sama - sama terkesiap ketika Caroline mengetahui soal hubungan mereka terlebih lagi soal Ophelia.
"Caroline.... Hentikan sikapmu, apa kau ingin mempermalukan dirimu sendiri lebih lanjut?" tanya seorang pria yang akhirnya berjalan menghampiri Caroline.
Melihat sosok laki - laki dihadapannya, laki - laki yang begitu dia rindukan, tanpa sadar air mata terjatuh dari pelupuk matanya.
"Dad....." lirihnya
"Dad, Sorry karena aku tidak mendengarkanmu. Dia memang bukan laki - laki yang baik" kata Caroline dan langsung memeluk ayahnya.
Ayahnya tersenyum, "Semua orang pernah melakukan kesalahan dan sebagai seorang ayah sudah pasti aku akan memaafkanmu terlepas apapun kesalahan yang kau lakukan. Karena kau adalah putriku satu - satunya yang aku cintai"
"Aku yakin kau punya banyak hal untuk kau katakan padaku, lebih baik sekarang kita kembali pulang kerumah" ajak Edward.
Sebelum pergi Edward menatap keseluruh tamu yang hadir dalam upacara tersebut, "Sepertinya hari ini tidak akan ada pernikahan yang terjadi diantara putriku dan laki - laki itu. Jadi kami permisi terlebih dahulu" pamitnya.
Caroline tersenyum dan segera menggandeng tangan ayahnya.
"Caroline tunggu....!!!!" Bastian mencegat Caroline, sorot wajahnya menampakkan kemarahan yang begitu besar apalagi dirinya merasa dipermalukan oleh Caroline.
Bagaimana tidak, ditinggalkan begitu saja dihari upacara pernikahannya sendiri tentu akan menjadi sebuah aib baginya apalagi semua orang jadi mengetahui dirinya memiliki anak dari hubungan gelapnya bersama Veronica.
Tangan Caroline bergerak menepis Bastian yang akan menyeretnya pergi, "Bastian Hill aku rasa kau bukan orang bodoh yang mengerti bagaimana situasinya sekarang. Apa kau ingin membuat keributan dan membuatku mengatakan apa saja hal buruk yang sudah kau lakukan didepan semua orang?"
"Lebih baik kau masih memiliki akal sehat jika kau ingin membuat keributan lebih dari ini, karena apapun itu hanya akan membuatmu menderita kerugian yang jauh lebih banyak" sinis Caroline.
"Caroline, aku tidak memiliki hubungan apapun dengan wanita itu. Anak itu... Anak itu bahkan bukan anakku. Kau salah paham!!!!"
"Kumohon jangan lakukan ini" Bastian semakin putus asa melihat Caroline sedikit pun tidak bergeming dengan permintaannya.
"Hah.... Kalau begitu apa kau berani untuk melakukan test DNA? Dengarkan aku keparat, aku sangat tahu anak itu anakmu. Melihat usianya dia berusia sekitar 2 atau 3 tahun. Sementara kita bertunangan sudah 3 tahun, artinya kau berselingkuh dariku" Seru Caroline.
"Dad, ayo kita pulang. Aku tidak mau disini lebih lama mendengar omong kosong darinya" ujar Caroline lagi.
"As you wish dear" jawab Edward.
Bastian seketika pucat, "Kenapa dia seperti ini? Seharusnya semua berjalan lancar. Kalau aku batal menikah dengannya, aku tidak akan bisa menikmati hidup bergelimang harta" batin Bastian.
"Tuan Edward, anda harus menghentikan Caroline. Bagaimana mungkin anda membiarkannya melakukan ini? Bukankah ini juga akan mencoreng nama baik anda?" bujuk Bastian.
Bastian tidak ingin kesempatan emasnya untuk menikah dengan Caroline hilang begitu saja setelah apa yang dia alami selama ini.
"Victor... Singkirkan dia dari hadapanku!!!" kata Edward kepada seorang pria besar keturunan Rusia itu. Victor dengan mudah menyingkirkan Bastian yang duduk bersimpuh sambil terus menahan malu.
Upacara pernikahan yang dia inginkan akhirnya menjadi berantakan.
"Hahhhhh.... Jadi ternyata seperti ini akhirnya? Tapi memang, dia bukan wanita yang cocok untukmu. Bagaimana mungkin kau bermimpi untuk menikah dengan Caroline sementara posisimu sendiri adalah anak ha*ram dari ayahku" ledek Patricia dan Patrick saudara sepupunya sendiri.
"Patty lebih baik kita pergi dari sini. Biarkan saja si bodoh ini meratapi kegagalannya. Aku tidak sabar mengatakan hal ini kepada Mommy" ajak Patrick.
Mereka berdua meninggalkan Bastian sendirian dengan senyum lebar mengembang dari bibir mereka.
"Dasar pecundang.... Kau yang seorang anak ha*ram memiliki anak ha*ram dengan seorang penari di sebuah klub malam. Aku rasa darah memang lebih kental daripada air, melihatmu yang tidak jauh beda dengan ibumu" seru Patrick dari kejauhan.
...****************...
Sesampainya di kediaman Caroline, dia langsung melepas gaun pengantin dan menyuruh para pelayan untuk membakar gaun itu. Selain itu dia juga meminta mereka untuk membuang semua barang - barang yang berkaitan dengan Bastian tanpa terkecuali.
"Caroline, apa kau didalam. Apakah aku boleh masuk?" tanya Edward yang berada di depan kamar Caroline.
"Masuklah Dad...."
Edward masuk dan sedikit kaget melihat para pelayan yang tampak sibuk mengeliminasi barang - barang yang ditunjuk oleh Caroline.
"Buang semuanya, aku tidak ingin melihatnya lagi" kata Caroline.
"Baik nona...." para pelayan itu buru - buru pergi setelah Edward memerintahkan mereka untuk meninggalkan kamar itu.
Edward memandang Caroline, sesaat dia merasa jika kepribadian Caroline telah berubah.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi hari ini? Kenapa kau tiba - tiba membatalkan pernikahanmu dengan Bastian. Bukankah kau memang menginginkan hal ini?" tanya Edward to the point.
Caroline memeluk Edward sekali lagi, kali ini lebih lama. "Ada apa ini? Apa kau sedang merajuk supaya aku tidak memarahimu?" tanya Edward.
"Hentikan Dad, aku ingin memelukmu lebih lama. Aku sangat... sangat merindukanmu" isak Caroline.
Edward menarik tubuh Caroline dan melihat wajah Caroline yang telah basah dengan air mata, "Dear... Kenapa kau menangis? Apa Bastian telah berbuat sesuatu yang menyakitimu? Katakan pada Daddy, biar aku yang menghukumnya. Beraninya dia berbuat seperti ini kepada anakku" ucap Edward.
"Dia memang pria ba*jingan, kepa*rat dan rendahan. Tapi saat ini dia tidak melakukan apapun padaku selain perselingkuhannya dengan Veronica" kata Caroline.
"Setidaknya untuk saat ini" pikirnya.
Edward menghela nafas dan kembali memeluk putrinya, "Sudahlah, lupakan hal itu. Aku senang akhirnya kau batal menikah dengannya, bagaimanapun juga dia tidak pantas denganmu. Akan jauh lebih baik kau menikah dengan Louis, kepribadiannya sangat baik dan dia juga menyukaimu" kata Edward.
"Oh jangan lagi ayah, aku masih cukup lelah dengan drama pernikahanku. Jangan membicarakan orang yang bahkan tidak berada disini lebih lama lagi" elak Caroline.
Edward tertawa terbahak - bahak, "Tapi ada baiknya kalau kau bertemu dengannya. Terakhir kali kalian bertemu saat kau masih sangat kecil, sekarang dia sudah menjadi pria yang gagah dan tampan. Daddy rasa jika kau bertemu dengannya kau pasti akan menyukainya. Kalau kau mau aku bisa mengatur pertemuan itu" bujuk Edward.
"Hentikan... Aku tidak mau melakukannya. Meskipun kami dulu berteman, aku tidak pernah berkomunikasi dengannya. Siapa yang tahu kalau dia menyembunyikan kepribadian jeleknya dengan baik seperti yang dilakukan oleh Bastian" kilah Caroline.
Edward kembali mencoba meyakinkan Caroline kalau hal itu tidak akan terjadi.
"Percayalah pada Daddy, dia adalah pemuda yang baik. Cobalah bertemu dengannya sekali, jika setelah kau bertemu dengannya kau tidak menyukainya maka daddy akan berhenti memaksamu" janji Edward langsung disambut baik oleh Caroline.
"Daddy, ingat kau sudah berjanji. Setelah aku bertemu dengannya dan aku tidak menyukainya, maka kau tidak boleh memaksaku lagi" kata Caroline.
"Daddy berjanji.. Kau bisa mempercayainya"
Caroline membayangkan seperti apa pria itu, terakhir yang dia ingat Louis adalah anak laki - laki yang dulu sangat cengeng dan penakut ditambah lagi dia juga termasuk kutu buku diantara mereka.
"Hhhh.... Sebaiknya ku ikuti saja dulu apa maunya daddy" batinnya
...****************...
...****************...
...****************...
Disebuah apartemen kecil tak jauh dari pusat kota, Bastian menghabiskan minuman keras miliknya. Tak terhitung sudah berapa botol yang dia minum untuk menghilangkan kekesalannya.
Sementara itu Veronica tampak berdecih kesal melihat keaadan Bastian seperti itu, setelah dia menidurkan Ophelia dia berjalan mendekati Bastian.
"Kenapa dia bisa seperti itu sih? Membatalkan pernikahan begitu saja didepan banyak orang. Apa dia tidak merasa malu? Memangnya dia pikir dia siapa melakukan hal seperti itu" ucap Veronica yang mencoba untuk menenangkan Bastian yang pastinya sekarang ini sedang kalut.
"Diam kau...!!!! Ini semua karena kau, kalau kau tidak datang. Caroline tidak akan membeberkan hubungan kita. Lagipula bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak datang, kenapa kau malah datang hah!!!!" bentak Bastian.
Veronica kaget bukan main, niatnya ingin menenangkan Bastian tapi dirinya justru malah dibentak seperti itu, "Kenapa jadi kau menyalahkanku. Ophelia merindukanmu. Aku bisa apa kalau dia merengek ingin bertemu denganmu!!" kilah Veronica.
"Jangan konyol, anak sekecil itu yang bahkan belum bisa berbicara ingin bertemu denganku karena rindu??? Kau memang sengaja ingin menghancurkanku kan? Kau tidak senang aku menikah dengan Caroline dan hidup sebagai orang kaya. Jangan - jangan Ophelia bukan anakku" sindir Bastian.
Veronica menjadi geram mendengar ucapan Bastian, meskipun saat ini dia sangat mabuk tapi melihat dia meragukan Ophelia sebagai anak kandungnya membuatnya kesal.
"Pergi kau... Pergi dari sini. Ini adalah apartemen kami. Kalau memang kau tidak percaya Ophelia adalah anakmu, pergi saja kau dari sini. Pemabuk sial" Veronica menyeret Bastian dan memaksanya keluar, tapi karena tenaganya lebih besar Veronica justru limbung saat menyeret Bastian.
"Dasar wanita tidak tahu diri, sepertinya kau harus dihukum" kata Bastian, dia lalu melonggarkan gesper ikat pinggangnya.
Wajah Veronica seketika pucat pasi, sesaat kemudian hanya teriakan Veronica memohon ampun kepada Bastian yang terdengar.
Selang beberapa menit kemudian, Bastian melemparkan ikat pinggangnya ke sembarang arah. "Sebaiknya kau tahu batasanmu saat berbicara denganku. Aku yang membeli apartemen ini, kalau aku mau kau bisa saja kuusir sekarang juga dan tinggal dijalanan. Beraninya kau mengaku ini milikmu" ucapnya.
Veronica terisak, tubuhnya dipenuhi dengan bilur dan luka akibat cam*bukan yang diberikan oleh Bastian.
Sudah beberapa kali Bastian memperlakukan dia seperti ini, tapi karena dia membutuhkan uang untuk Ophelia dia terpaksa menahan diri atas apa yang dilakukan oleh kekasihnya itu.
Beberapa kali Veronica mencoba untuk bekerja secara mandiri, meninggalkan pekerjaanya sebagai seorang penari di klub malam. Namun itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan, statusnya sebagai seorang ibu dan memiliki anak yang masih butuh penjagaan dirinya membuatnya tidak bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang cukup tinggi. Dirinya tidak mampu menyewa seorang nanny untuk Ophelia.
Sementara uang yang diberikan oleh Bastian selama ini lebih dari cukup untuk dirinya dan juga Ophelia, mengingat Bastian sendiri juga merupakan anak dari keluarga Hill yang cukup terpandang meskipun statusnya di keluarga itu hanyalah sebagai orang luar.
Keberadaan Bastian dikeluarga itu tidak ada artinya sama sekali selain dalam dirinya mengalir darah Fransisco Hills. Bahkan jika dibandingkan dengan Patricia dan Patrick, status Bastian disana tidak lebih seperti pelayan bagi kedua saudaranya itu. Pun begitu, Fransisco masih memberinya uang bulanan dengan jumlah fantastis untuk Bastian.
"Pernikahanku dengan Caroline seharusnya menjadi jembatan untukku agar aku bisa dipilih sebagai penerus Fransisco Hills. Tapi karena aku gagal menikah dengannya, aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh ayah sekarang. Terlebih Patricia dab Patrick, aku yakin mereka sudah memberi tahu soal ini kepada Adeline" pikir Bastian.
"Besok aku akan menemui Caroline, dan membujuk dia untuk kembali denganku. Aku yakin dia masih mencintaiku, dia bahkan memendam perasaan untukku selama lebih dari 8 tahun sebelum kami bertunangan. Bukankah tidak mungkin seseorang bisa semudah itu menghilangkan perasaan cintanya sendiri"
"Iya benar, aku akan menemui Caroline besok. Dia pasti akan kembali padaku kalau aku sedikit berbicara manis dengannya seperti yang biasa aku lakukan" lanjut Bastian lagi.
...****************...
Sementara itu di kediaman Caroline dirinya tidak mampu memejamkan matanya saat itu, pikirannya melayang ke kehidupan sebelum dia kembali ke masa lalu.
Kehidupan yang dia kira akan menjadi kebahagiaannya selama ini. Caroline mencintai Bastian selama 8 tahun, selama ini Bastian selalu bersikap manis terlebih kepada dirinya.
Caroline yang saat itu masih berusia 13 tahun saat pertama kali dirinya bertemu Bastian yang berusia 15 tahun dalam sebuah acara lelang yang diadakan di gedung kesenian milik keluarganya.
Saat itu Caroline sedang mengalami masalah karena dirinya dibully oleh anak - anak seusianya karena ibu kandungnya yang pergi tanpa pamit meninggalkan dirinya dan juga ayahnya.
Bastian lah yang kemudian datang menolong Caroline saat sedang berada dalam kesulitan. Sejak itu Caroline menganggap Bastian adalah pahlawan baginya, dan mereka juga berteman dengan baik.
Karena seringnya mereka bertemu dan bermain bersama, Caroline pun mulai menyukai Bastian hanya saja dirinya tidak berani mengatakan itu pada Bastian.
Sampai akhirnya dia mengatakan kepada Edward bahwa dia ingin menikah dengan Bastian, Edward yang mendengar hal itu tentu saja segera menolak mentah - mentah, karena Edward sudah merencanakan untuk menjodohkan Caroline dengan Louis.
Tak mau mengindahkan permintaan ayahnya untuk memikirkan ulang tentang pernikahannya dengan Bastian, Caroline terus saja memaksa sampai - sampai Caroline melakukan protes dan membuat Edward pun akhirnya mengalah dan menyetujui hubungan Caroline dan Bastian.
"Hhhhh.... Aku sudah dibutakan oleh cinta. Bagaimana bisa aku bersikap seperti itu kepada ayahku sendiri, bahkan aku sampai melakukan protes"
"Aku benar - benar malu dengan diriku sendiri. Kenapa aku bisa sebodoh itu!!!!!" teriak Caroline.
Malam masih cukup panjang, karena dirinya tidak bisa tertidur akhirnya Caroline pun memutuskan untuk berjalan - jalan di taman.
Taman ini masih tetap indah, Willy merawat taman ini dengan baik. Taman peninggalan ibunya 10 tahun yang lalu. "Mommy, kenapa kau pergi meninggalkan kami saat itu. Aku merindukan mommy" lirihnya.
Ketika sedang bersantai dibangku taman, Caroline menyadari keberadaan orang lain didalam taman itu dan dia melihat seorang pria tampak duduk sendirian di bawah sinar bulan dipinggir danau kolam.
"Siapa dia? Apa dia tamu daddy atau pelayan baru? Aku tidak pernah melihatnya" pikir Caroline.
Karena merasa kehadirannya dapat mengganggu, Caroline memutuskan untuk pergi tapi rupanya pria itu justru berdiri dan berjalan menghampirinya, meskipun wajahnya tidak terlalu terlihat jelas karena minim pencahayaan Caroline dapat menebak bahwa pria dihadapannya ini cukup gagah dan tampan.
Postur tubuhnya yang tingga dengan rambut hitamnya membuat Caroline sedikit tertegun melihatnya.
"Ah maaf kalau aku mengganggumu. Aku tidak tahu kalau ada orang disini" kata Caroline.
"Tidak masalah, aku juga ingin beranjak pergi. Kau bisa melanjutkan apa yang ingin kau lakukan disini" kata Pria itu.
Pria itu mulai berjalan meninggalkan Caroline, "Tunggu apa boleh aku tahu siapa dan sedang apa kau disini? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau tamu ayahku?" tanya Caroline.
"Bukan, aku bukan tamu ayahmu" kata pria itu dengan santainya.
Caroline mulai berpikir keras, kalau pria ini bukan tamu dari ayahnya dan juga dirinya itu artinya pria ini adalah orang asing. Karena tidak mungkin jika pria ini adalah kerabat pelayan maka seharusnya dia berada di paviliun khusus pelayan.
"Itu artinya..... Kau seorang pencuri!!!!" teriak Caroline panik.
"Entahlah, mungkin lebih tepatnya justru kau yang sudah mencuri sesuatu dariku" ucapnya sambil mendekatkan wajahnya pada Caroline.
"Apa maksudmu mencuri? Aku bahkan tidak mengenalmu. Bagaimana bisa kau bilang aku mencuri sesuatu darimu?" bantah Caroline.
Bukannya menjawab pria itu malah mencium pipi Caroline dan langsung berlari meninggalkan Caroline yang setiap saat berteriak dan membangunkan semua orang.
"Dasar pria gila......!!!!!!!! Beraninya dia melakukan itu, awas saja aku akan menangkap dan menghajarmu begitu aku menemukanmu!!!!!" Teriaknya begitu dia menyadari bahwa pria tanpa nama itu sudah mencium pipinya.
"Rupanya dia masih sama seperti saat terakhir aku bertemu dengannya. Masih saja penuh semangat" ucap Louis dari kejauhan.
Melihat Caroline tantrum karena dia tiba - tiba menciumnya membuat Louis menggelengkan kepalanya, "Bagaimana bisa dia tidak mengenaliku sama sekali?"
"Mungkin karena penampilanku jauh berubah dari saat yang dulu. Karena sekarang aku jauh lebih tampan" batin Louis dengan penuh percaya diri.
"Sepertinya aku harus segera pergi sebelum Master Edward datang dan memukulku dengan tongkatnya lagi" kekeh Louis yang segera menghilang dari kediaman Caroline
...****************...
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!