Pesawat yang ditumpangi Kayvira tiba-tiba mengalami kerusakan teknis. Hingga membuat pesawat kehilangan kendali.
Guncangan didalam pesawat semakin membuat para penumpang panik. Kayvira mencoba duduk tenang dikursi penumpang.
"Apa yang terjadi?" batin Kayvira.
Pramugari berusaha membuat penumpang tenang. "Perhatian semua kepada penumpang. Silahkan kencangkan sabuk pengaman dan gunakan pelampung masing-masing yang ada di bawah kursi penumpang."
Kayvira segera memasang pelampung, ia sudah pasrah jika hari ini adalah akhir hidupnya.
Kayvira teringat pesan sang mama, agar tidak menaiki pesawat penumpang. Namun Kayvira tetap kekeuh.
"Mungkin ini firasat mama," gumam Kayvira.
Sebelum pesawat terhempas, terdengar suara ledakan dari bagian mesin pesawat. Kayvira membuka sabuk pengamannya.
Sehingga ia terlempar keluar, dari pintu darurat yang terbuka. Kayvira pun hanyut dibawa arus air laut.
...****************...
Malam yang dingin dan hanya ditemani bulan. Beberapa orang nelayan sedang mencari ikan.
Dari arah depan ada cahaya kelap kelip dari benda kecil yang terapung di permukaan air laut.
Cahaya kelap-kelip itu adalah pancaran dari gelang yang dipakai Kayvira. Karena pantulan cahaya bulan membuat ia terlihat bersinar.
"Apa itu?" tanya seorang pemuda kepada rekannya sesama nelayan.
"Sebaiknya kita hampiri saja, siapa tau ada harta karun," jawab temannya.
Pemuda itu bernama Dylan Carles. Seorang pria tertampan di pulau ini. Karena tidak ada yang setampan dirinya. Dan semua orang tidak tahu identitas sebenarnya seorang Dylan.
Dylan yang juga mereka temukan terapung di laut dan diselamatkan oleh nelayan di pulau ini. Perahu Dylan pun mendekati cahaya tersebut. Dan seketika sahabatnya berteriak.
"Mayat ... Mayat terapung...!"
Dylan segera mengambil tali dan mengikatnya ke perahu, kemudian mengikatnya pada dirinya sendiri. Lalu iapun terjun untuk melihat kondisi orang tersebut.
Dylan pun menyeret tubuh itu yang ternyata seorang gadis. Beruntung gadis itu terapung karena ditubuhnya ada pelampung.
"Cepat tarik keatas...!" teriak Dylan sambil melambaikan tangannya.
Ketika sahabatnya itu pun menarik tali yang diikat kan ketubuh Dylan. Sementara Dylan menggendong tubuh gadis itu.
Ya gadis itu adalah Kayvira. Karena kecelakaan pesawat yang terhempas dilautan. Yang membawa penumpang lebih dari 200 orang termasuk pilot dan co-pilot dan juga pramugari.
Akhirnya Dylan dan 3 temannya pun berhasil membawa tubuh Kayvira kedalam perahu. Mereka semua tidak ada yang berani menyentuh tubuh Kayvira.
"Dia masih hidup," kata Dylan setelah memeriksa nadi dipergelangan tangan Kayvira.
"Bro, sebaiknya kita bawa pulang saja. Biar emak yang mengurusnya. Kita semua laki-laki bro. Jujur aku tidak berani," ucap Kim.
Kimbo adalah teman yang paling dekat dengan Dylan. Kimbo jugalah yang dulu menemukan Dylan yang terapung di laut. Anehnya, saat di tanya asal-usul Dylan, Dylan mengatakan tidak ingat.
Jadi keluarga Kimbo mengangkat Dylan sebagai anaknya. Sudah beberapa tahun berlalu, Dylan mereka aman dan nyaman ditempat ini dan mengikuti kegiatan mereka sebagai nelayan.
Tiba di pelabuhan kecil, Dylan menggendong tubuh Kayvira yang belum sadarkan diri. Sementara temannya membawa ikan hasil tangkapan mereka yang nantinya akan dijual ke pasar terdekat.
"Siapa dia Nak?" tanya Sumarni ibu angkatnya Dylan.
"Gak tau Bu, saya dan teman-teman menemukan nya di laut," jawab Dylan.
"Ya sudah, bawa dia masuk. Ibu akan ganti pakaiannya. Kasihan dia," ucap Sumarni.
Dylan pun membawa Kayvira masuk kedalam kamar miliknya. Dan membaringkannya ditempat tidur. Sumarni juga masuk dengan membawa pakaian ganti, pakaian lama miliknya yang sudah tidak dipakai lagi.
Dylan segera keluar dari kamar itu kemudian menghampiri teman-temannya di pelabuhan.
"Bagaimana?" tanya Bimo.
"Masih belum sadarkan diri, ibu sedang merawatnya sekarang," jawab Dylan.
"Dari pakaiannya, sepertinya dia orang kaya," ucap Bimo.
"Kita belum tahu, nanti jika sudah sadar baru kita tanyakan padanya," ujar Dylan.
Dylan dan teman-temannya pun membawa ikan hasil tangkapannya. Karena hari sudah menjelang pagi, jadi mereka menunggu juragan yang akan memborong ikan mereka.
Tidak berapa lama, juragan itupun tiba bersama bawahannya. Ikan-ikan yang mereka dapat langsung dibeli oleh juragan tersebut. Jika tidak, mereka terpaksa membawanya ke pasar yang berjarak cukup jauh dari sini. Sekitar 2 jam menggunakan kendaraan.
Dylan dan teman-temannya tidak tidur semalaman. Mereka sudah terbiasa, kadang hanya tidur 2 sampai 3 jam saja, itu sudah cukup bagi mereka.
Dylan dan Kimbo kembali ke rumah, sedangkan dua temannya juga kembali ke rumah masing-masing. Mereka ingin beristirahat sebelum nanti malam kembali menangkap ikan.
Kayvira perlahan membuka matanya, Sumarni yang berada disampingnya pun tersenyum. Kayvira kaget saat melihat dirinya berada ditempat asing.
Ditambah lagi ada seorang wanita paruh baya duduk disampingnya. Kayvira tambah kaget saat melihat Dylan dan Kimbo juga ikut masuk.
"Kamu sudah sadar, Nak? Syukurlah!" tanya Sumarni.
"Siapa kalian? Dimana aku?" tanya Kayvira.
"Kami menemukan mu terapung di laut, namaku Dylan," jawab Dylan.
"Aaaakh...." Kayvira mencoba mengingat-ingat kejadian yang menimpa nya, namun hasilnya nihil. Malah kepalanya yang terasa sakit.
"Siapa namamu, Nak?" tanya Sumarni.
"Aku, aku tidak tahu!" jawab Kayvira.
Dylan menoleh ke Kimbo kemudian keduanya mengangguk. Dylan mendekati Sumarni dan berbisik.
"Mungkin dia kehilangan ingatannya!" bisik Dylan.
"Kasihan sekali," ucap Sumarni. Kemudian matanya tertuju pada gelang dan kalung yang Kayvira gunakan.
"Kenalkan namaku Kimbo, teman sekaligus saudara Dylan," ucap Kimbo.
"Bu, terima kasih. Aku jadi merepotkan kalian," ucap Kayvira.
"Tidak apa-apa, kami ikhlas menolongmu. Oya namaku Sumarni," ucapnya. Kayvira mengangguk. Ia memperhatikan mereka satu persatu.
Sumarni seorang janda, suaminya meninggal saat mencari ikan di laut. Hingga saat ini jasad nya tidak juga ditemukan. Sudah 10 tahun yang lalu. Dan Sumarni menganggap bahwa suaminya sudah meninggal.
Sumarni meneliti kalung tersebut dan bertuliskan Kayvira. Dan digelandang nya juga, jadi mereka berkesimpulan bahwa nama gadis itu adalah Kayvira.
"Untuk sementara kamu akan tinggal di sini, sehingga ingatan mu pulih," ucap Dylan.
Kayvira pun mengangguk. Dia sendiri tidak tahu entah berapa lama ia berada di laut. Jangankan untuk mengingat hal itu, namanya sendiri saja ia lupa.
Sumarni kemudian membuat kan makanan untuk Kayvira, ia tau pasti gadis itu kelaparan. Setengah jam kemudian, Sumarni membawa nasi serta lauknya, yaitu ikan hasil tangkapan Dylan dan Kimbo.
"Makanlah, kamu pasti lapar," pinta Sumarni.
"Iya," jawab Kayvira. Dylan juga membawakan minuman untuk Kayvira.
"Pelan-pelan," ucap Dylan.
Kayvira lagi-lagi mengangguk, "terima kasih."
Sementara di tempat lain, pencarian masih dilakukan. Dengan bantuan alat-alat yang canggih dan bantuan dari berbagai negara. Mereka bekerjasama melakukan pencarian. Dan puing-puing pesawat sudah ditemukan. Hanya korban yang belum sepenuhnya ditemukan.
Mereka terus mencari, bahkan keluarga Henderson juga ikut mencari. Namun mereka tidak menemukan keberadaan Kayvira.
Kini suasana duka menyelimuti keluarga besar tersebut. Bagaimana tidak? Salah satu dari keluarganya terdaftar sebagai penumpang pesawat tersebut.
Yang lebih terpukul adalah Prita, putri satu-satunya belum ditemukan. Sejenius apapun mereka, tidak akan bisa melawan kehendak takdir.
Entah mengapa Kayvira lebih memilih pesawat penumpang. Padahal keluarganya sudah menawarkan pesawat pribadi, namun ditolak olehnya.
Mungkin inilah takdir yang sudah digariskan untuk Kayvira. Prita sekarang berapa di rumah sakit, beberapa kali ia pingsan sejak mendengar kabar itu. Dan lagi, putri semata wayangnya belum ditemukan.
"Bagaimana pencariannya?" tanya Raffa pada Kayden.
"Belum ada titik terang pa, kami juga tidak bisa mendeteksi keberadaannya. Sepertinya alat pelacak di kalung Kayvira sudah tidak berfungsi," jawab Kayden.
Mendengar hal itu, Raffa pun semakin sedih. Ditambah lagi istrinya belum sadarkan diri setelah beberapa kali pingsan. Diva juga tidak henti-hentinya menangis. Dia tidak menyangka nasib cucunya akan seperti ini.
....
Halo semuanya, aku nulis cerita keluarga Henderson lagi nih. Maaf jika diawal ada rada-rada sedih gitu.
Tapi nanti akan happy ending kok. Seperti biasa diselingi kisah romantis dan percintaan. Jangan lupa mampir, jika kecewa atau tidak suka skip saja ya, jangan jatuhkan mental ku dengan memberi rating buruk. Aku juga baru belajar dan selalu berusaha untuk menyajikan bacaan yang bagus untuk kalian.
Jika kalian suka, aku juga semangat menulis. Jika tidak suka, aku tidak bisa memaksa.
Hari berikutnya Kayvira dirawat, dengan obat-obatan seadanya yang diracik sendiri oleh Sumarni.
Kayvira masih belum bisa bangun, mungkin karena benturan keras mengenai tubuh dan kepalanya. Sehingga membuat dirinya terluka.
Dan di bagian tubuh yang lain juga terluka. Beruntung Kayvira masih diberikan kesempatan untuk hidup.
Meskipun mengalami amnesia, setidaknya ia masih diberikan kesempatan.
"Bu, yang lain kemana?" tanya Kayvira.
"Dylan sama Kim pergi ke laut, biasa mencari ikan. Hanya itu penghasilan untuk makan sehari-hari, Nak," jawab Sumarni.
Kayvira mengangguk. Ia mencoba mengingat masa lalu yang pernah ia alami, namun hasilnya nihil. Malah ia merasakan sakit kepala yang luar biasa.
"Jangan terlalu dipaksakan, Nak. Nanti penyakitmu tambah parah," ucap Sumarni.
"Apa ibu tidak kerepotan mengurusku? Aku tidak bisa apa-apa Bu, berjalan saja tidak bisa," ucap Kayvira.
"Tidak kok, ibu malah senang. Ibu merasa mempunyai anak perempuan," jawab Sumarni.
Sumarni dengan telaten mengelap tubuh Kayvira, makan pun disuapi olehnya. Ia benar-benar tulus menyayangi Kayvira seperti anaknya sendiri.
"Dulu Dylan juga seperti kamu, warga sini menemukan nya terdampar ditepi pantai. Karena tidak ada yang ingin merawatnya, jadi ibu lah yang merawatnya menjadikan nya anak angkat ibu," ucap Sumarni.
"Jadi Dylan itu ...?"
"Ya, dia bukan anak kandung ibu. Namun ibu sudah anggap dia anak kandung ibu," jawab Sumarni.
Kayvira pun menghela nafas, biar bagaimanapun ia tetap merasa tidak enak. Terasa begitu merepotkan.
"Aaach...!" jerit Kayvira yang tiba-tiba merasakan sakit di kepalanya.
"Kenapa Nak?" Sumarni sangat khawatir. Sehingga iapun menghampiri Kayvira.
Kayvira berusaha untuk mengingat semuanya, namun tetap tidak bisa.
Sumarni menyelimuti tubuh Kayvira. Kemudian ia berbaring disamping Kayvira, lalu mengelus-elus rambut panjang Kayvira. Tidak berapa lama Kayvira pun tertidur.
Sumarni akhirnya tidur di samping Kayvira dan memeluk penuh kasih sayang kepada Kayvira.
Sementara di laut...
Dylan dan para sahabatnya sedang mencari ikan. Seperti biasa, mereka baru pulang pukul 3 pagi. Kadang sampai jam 6 pagi.
Mengapa mereka memilih malam hari, karena angin tidak terlalu kuat jika malam hari. Dan juga tidak terlalu panas. Berbeda dengan siang hari.
"Dy, menurutmu siapa gadis itu? Bagaimana dia bisa hanyut di laut?" tanya Kimbo. Kimbo lebih suka di panggil Kim, dia akan marah bila disebut Kimbo atau Mbo.
"Tanya siapa? Aku juga tidak tahu," jawab Dylan.
Dylan sudah menduga jika gadis yang ia selamatkan bukan orang biasa. Pasti gadis itu orang kaya. Melihat dari gelang dan kalung yang ia pakai, adalah berlian asli.
Dylan juga sebenarnya juga bukan orang sembarangan. Hanya karena perebutan kekuasaan dan harta, Dylan pun dibunuh dan dibuang ke laut.
Namun nasib baik menyebelahi nya. Tuhan masih sayang dan memberikan kehidupan. Sebab itulah saat ditanya asal-usul nya Dylan mengatakan tidak tahu.
Orang mengira Dylan juga hilang ingatan. Jadi mereka tidak memaksa Dylan untuk bercerita tentang masa lalunya.
Dylan mengingat saat dirinya hendak dibunuh. Waktu itu ia sedang ingin mengadakan perpisahan sekolah.
Flashback ...
Entah mengapa malam ini Dylan mau menginap di mansion. Saat hendak berangkat ke acara perpisahan sekolah. Papanya malah meminta dirinya untuk menemuinya.
"Ada apa Pa? Aku mau ke acara perpisahan sekolah," tanya Dylan.
"Papa ingin ajak kamu kesuatu tempat," kata Harry.
"Besok saja lah Pa, aku sudah telat nih," ucap Dylan dan segera pergi tanpa menghiraukan panggilan papanya.
"Bagaimana Pa? Apa berhasil membujuk anak itu?" tanya Eva.
"Besok katanya, dan kita harus berhasil," kata Harry.
Keesokan harinya ...
Dylan benar-benar mengikuti keinginan Harry dan Eva. Bahkan abang tirinya juga ikut. Dylan tidak curiga sama sekali.
Karena ia percaya, keluarga sendiri tidak mungkin mencelakai nya. Meskipun Dylan kurang suka dengan sang papa, namun ia juga tidak membangkang.
Hingga mereka tiba ditepi laut, Dylan yang tidak curiga pun bersikap biasa saja. Ia hanya menatap laut yang begitu luas.
Buugh ... Satu pukulan mendarat di punggung Dylan, sehingga membuatnya tersungkur. Dylan memalingkan wajahnya dan melihat pelakunya.
Ternyata abang tirinya sedang memegang sebuah tongkat baseball sambil tersenyum devil.
Belum sempat Dylan bangkit, satu pukulan lagi mendarat di kepalanya. Dan itu adalah sang papa yang melakukan nya.
Kemudian pukulan ketiga yang dilakukan oleh Eva, sehingga membuat Dylan tidak berdaya untuk bangun.
"Kau harus mampus seperti ibumu, kau tahu mengapa ibumu bisa mati? Itu karena aku yang membunuhnya. Ku buat ibumu seolah-olah terkena serangan jantung," ucap Eva.
Disisa kesadarannya, Dylan masih bisa mendengar perkataan mereka. Mereka tertawa bahagia melihat Dylan sudah terkapar.
Setelah itu Dylan pun tidak sadarkan diri, ketiga orang tersebut pun membuang Dylan kelaut dan membuat rumor bahwa Dylan hilang.
Flashback end ...
"Aku mau tidur sejenak," ucap Dylan.
"Baiklah, dari kemarin kamu tidak tidur," ujar Kimbo.
"Bim, kamu juga istirahat lah dulu, nanti kita bisa gantian," pinta Kimbo.
"Hmmm, baiklah. Kamu sama Udin jaga perahu," jawab Bimo.
Mereka menyebutnya perahu, padahal kapal kecil yang mereka khususkan untuk menangkap ikan.
Waktu pun berlalu, hingga tidak terasa hari sudah pagi, jam menunjukkan pukul 4 pagi ternyata mereka semua ketiduran. Karena mereka tidak tahan lagi menahan kantuk.
Merekapun mengangkat pukat mereka, dan ternyata banyak ikan yang mereka dapatkan. Mereka sangat senang sekali.
Dari kejauhan, banyak lampu-lampu terlihat dari perahu nelayan yang lain. Mereka juga mencari ikan sebagai mata pencaharian mereka.
Sementara Dylan dan sahabatnya sudah kembali ke pelabuhan. Mereka menunggu juragan yang akan menampung ikan-ikan mereka.
Dylan membawa pulang beberapa ekor ikan yang besar-besar untuk dimasak nantinya.
"Bu, ini ikan untuk masak nanti," ucap Dylan.
Sumarni seperti biasa sudah terbangun sejak tadi. Sedangkan Kayvira masih tertidur. Dylan menyembulkan kepalanya dibalik pintu kamar.
"Imut sekali," gumam Dylan saat melihat Kayvira yang sedang tertidur.
Kemudian Dylan kembali lagi ke pelabuhan dengan membawa kopi buatan Sumarni. Setelah ikan semua terjual, merekapun membagikan hasilnya.
Bimo dan Udin mencium uang tersebut. sementara Dylan hanya tersenyum, bagi Dylan uang segitu tidak ada apa-apanya. Tapi itu dulu, sewaktu ia masih hidup dalam kemewahan.
Mereka kembali ke rumah masing-masing. Dylan tidak langsung masuk, tapi ia akan mandi terlebih dahulu. Karena kamar mandi mereka berada diluar rumah.
Setelah selesai mandi, barulah Dylan masuk dan duduk tidak jauh dari Kayvira. Kayvira yang baru bangun tidur pun merasa kikuk saat berhadapan dengan Dylan.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Dylan.
"Masih kurang baik. Beberapa bagian tubuhku terasa sakit. Dan kepalaku juga sakit saat aku ingin mengingat masa laluku," jawab Kayvira.
"Vira, jangan terlalu dipaksakan. Nanti ingatan mu tidak bisa pulih kembali," ucap Dylan menasehati Kayvira.
"Benarkah? Jika begitu aku tidak akan memaksakan untuk mengingat siapa diriku?"
"Oke, baik-baik lah. Dan istirahat biar cepat sembuh," ucap Dylan sambil mengelus kepala Kayvira.
Kayvira merasa jantungnya berdegup saat kepalanya dielus. Tapi Kayvira tidak tahu perasaan apa itu? Mengapa jantungnya berdetak cepat?
Sumarni membawakan sarapan untuk Kayvira, seperti sebelumnya. Sumarni dengan telaten melayani Kayvira. Kayvira benar-benar merasa dihargai. Padahal bukan siapa-siapa?
"Mengapa aku tidak bisa mengingat masa laluku?" batin Kayvira.
Tanpa sadar airmata Kayvira menetes. Sumarni segera menghapus airmata tersebut. Ia mengerti kesedihan yang Kayvira rasakan saat ini. Kesedihan karena lupa akan masa lalu yang ia alami.
"Bu ...."
"Sabar ya, nak. Tuhan sedang menguji kita. Ibu yakin, setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Bersyukurlah karena kamu masih selamat. Walaupun kami juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu," ucap Sumarni.
Kayvira mengangguk, perlahan-lahan ia mengunyah makanan yang ada didalam mulutnya. Sumarni dengan telaten membuang duri ikan agar Kayvira mudah untuk mencernanya.
"Bagaimana Bu, apa Vira sudah makan?" tanya Dylan.
"Sudah, sepertinya dia sangat sedih. Selalu berkata jika dia merepotkan. Padahal ibu tidak keberatan sama sekali," jawab Sumarni.
Sumarni kembali masuk kedalam kamar yang ditempati oleh Kayvira. Sumarni membawa air dan handuk kecil untuk mengelap tubuh Kayvira.
"Bu ...."
"Sudah, jangan dipikirkan. Ibu ikhlas kok, ibu menyayangimu," ucap Sumarni.
Lagi-lagi Kayvira menumpahkan air matanya. Ia sangat terharu dengan perlakuan Sumarni kepadanya. Seperti seorang ibu kandung merawat anaknya.
Kasih sayang, tidak harus memiliki ikatan darah. Kasih sayang, adalah sebagai ungkapan rasa sayang dan cinta serta ketulusan hati dalam segala apapun itu.
Seperti yang dilakukan oleh Sumarni pada Kayvira, Dylan dan Kimbo.
.
Semoga kalian suka. Awalnya masih belum seru.
Hari-hari berlalu, tidak terasa sudah 2 Minggu Kayvira berada disini. Ia sudah mulai bangun dan sudah berjalan, meskipun pelan.
Sumarni yang merawat Kayvira pun merasa senang. Dylan juga ikut andil dalam merawat Kayvira. Terutama melatih Kayvira untuk berjalan.
Luka di sekujur tubuh Kayvira sudah sembuh, hanya kaki nya yang masih terasa sakit. Sumarni mengatakan jika kaki Kayvira mengalami keretakan tulang.
"Pelan-pelan!" ucap Dylan saat melatih Kayvira hendak berjalan.
Kayvira mengangguk. Dylan membuat kruk dari kayu untuk membantu Kayvira berjalan. Kayvira begitu semangat untuk bisa kembali berjalan normal.
Tapi semuanya butuh proses. Dylan dengan sabar menemani Kayvira dan melatih Kayvira untuk berjalan. Jika malam hari, Dylan tidak dapat menemani gadis itu.
"Sudah dulu ya, pelan-pelan jangan terlalu dipaksakan," ucap Dylan. Kayvira mengangguk.
Dylan dan Kayvira duduk dibawah pohon kelapa yang tidak jauh dari rumah tempat mereka tinggal.
Orang-orang disini tidak ada yang julid dengan urusan orang lain. Mereka hanya mengurus diri mereka masing-masing, rumah tangga mereka masing-masing.
"Dylan!"
"Hmmm. Ada perlu sesuatu? Atau kamu mau minum?" tanya Dylan.
Kayvira tersenyum, Dylan segera bangkit dari duduknya dan berjalan masuk kedalam rumah. Tidak berapa lama ia kembali lagi dengan membawa segelas air.
Dylan menyodorkan minuman tersebut pada Kayvira. Kayvira kembali tersenyum lalu mengambil gelas tersebut dari tangan Dylan. Padahal Kayvira tidak meminta air, hanya Dylan yang berinisiatif sendiri.
"Sudah beberapa lama kamu tinggal disini?" tanya Kayvira.
"Aku tidak ingat, mungkin ada 5 tahunan. Aku betah disini, suasana nya damai. Jauh dari permusuhan dan keserakahan orang-orang."
Kayvira menoleh, dia sendiri tidak ingat pada keluarganya. Apakah keluarga termasuk orang yang dimaksud oleh Dylan. Keluarga yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan dan harta.
"Apa kamu punya keluarga?"
"Aku tidak tahu, aku tidak ingat sama sekali. Bayangan mereka saja aku tidak ingat."
Dylan menerawang jauh kedepan, mengingat masa lalu yang suram. Dia disingkirkan oleh keluarganya sendiri. Hanya karena dia pewaris di keluarganya itu.
Dylan mempunyai keluarga yang harmonis pada awalnya, namun sejak kehadiran pembantu baru di mansion nya semua berubah.
Sang Mama meninggal karena serangan jantung tiba-tiba, padahal dari pemeriksaan dokter. Mamanya Dylan tidak punya riwayat penyakit jantung.
Sementara sang papa terjebak oleh permainan pembantu baru itu sendiri. Pembantu itu seorang janda anak satu. Kini mereka menguasai semuanya.
"Dylan!" Dylan tersadar saat ada suara memanggilnya.
"Iya Vira, kamu mau masuk kedalam rumah?"
Kayvira tidak menjawab, niatnya tadi hanya ingin menyadarkan Dylan dari lamunannya. Dylan kemudian menggendong Kayvira masuk kedalam rumah. Dylan meletakkan Kayvira di kasur tipis.
Sejujurnya Kayvira belum pernah merasakan kehidupan yang seperti ini. Karena musibah yang menimpa nya, dia juga merasakan hidup seperti ini.
Jujur, ia juga bahagia dan merasa bersyukur karena ditolong oleh orang-orang baik. Meskipun seluruh ingatan nya dimasa lalu semuanya menghilang.
Setiap kali Kayvira mencoba mengingat-ingat siapa dirinya? Kepalanya pun menjadi sakit dan terasa mau pecah.
"Istirahat ya, besok pagi-pagi aku akan melatih mu kembali untuk bisa berjalan," ucap Dylan.
Sumarni tersenyum melihat kedekatan mereka. Sumarni ikut bahagia jika anak angkatnya bahagia. Sementara Kimbo jarang sekali dirumah.
Apalagi semenjak kehadiran Kayvira, bukan Kimbo tidak suka, hanya saja dia merasa tidak enak jika ada perempuan lain dirumahnya. Kimbo lebih suka berada didalam kapal kecil miliknya.
"Bu, aku keluar dulu ingin menemui Kim." pamit Dylan.
"Iya Nak, anak itu jarang sekali berada di rumah ini," ujar Sumarni.
Dylan pun keluar dari rumah, lalu menemui Kimbo yang sedang tertidur di kapal kecil mereka.
Disaat Kimbo sedang enak-enak tidur dengan mulut terbuka, Dylan dengan jahilnya meneteskan air laut yang asin kemulut Kimbo.
"Huueek" ... Kimbo seketika bangkit dan memuntahkan air yang masuk kedalam mulutnya.
"Sialan kau, aku enak-enakan tidur malah diganggu," ucap Kimbo menggerutu.
Dylan seketika tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Kimbo saat ia kerjain. Ya begitulah mereka, suka saling usil. Tapi anehnya mereka malah semakin akur saja.
Sore harinya seperti biasa, Dylan dan Kimbo pamit untuk pergi ke laut. Begitulah rutinitas sehari-hari mereka. Karena mereka seorang nelayan, maka pekerjaan nya menangkap ikan di laut.
"Hati-hati!" ucap Kayvira saat Dylan berpamitan kepadanya. Dylan mengangguk kemudian mengelus kepala Kayvira.
Saat mereka hendak berangkat, mereka dicegah oleh kepala desa mereka. Dan mengatakan jika malam ini akan ada badai di laut.
"Sebaiknya kalian jangan turun ke laut terlebih dahulu. Mungkin dalam beberapa hari ini," ucap kepala desa.
Mereka yang hendak berangkat pun mengurungkan niatnya. Tapi ada satu buah kapal yang sudah terlanjur berangkat, kepala desa pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena kapal tersebut sudah jauh dari pelabuhan. Kepala desa hanya bisa menghela nafas saja dan meminta kepada mereka yang belum turun ke laut untuk kembali ke rumah masing-masing.
Dan benar saja, saat jam 10 malam, angin bertiup sangat kencang. Bahkan beberapa rumah gubuk yang terbuat dari atap jerami dan bambu roboh diterpa angin tersebut.
Dylan dan Kimbo yang berada didalam rumah pun khawatir dengan keadaan rumah mereka. Rumah mereka terbuat dari kayu dan dan atap nya dari daun.
"Beruntung kita belum berangkat saat pak kepala desa memberitahu," ucap Kimbo.
"Bersyukurlah, berarti Tuhan masih melindungi kalian," ujar Sumarni.
"Apa kejadian seperti ini sering berlaku, Bu?" tanya Kayvira.
"Iya nak, tapi di bulan-bulan tertentu. Misalnya bulan Desember, atau lebih tepatnya musim penghujan," jawab Sumarni.
Mereka terus berjaga malam ini, takutnya rumah mereka juga roboh, karena angin disertai hujan dan petir yang saling bersahutan. Kayvira sesekali menutup telinganya saat mendengar suara guntur yang begitu nyaring. Sumarni pun memeluk Kayvira dengan erat.
Setelah hujan dan angin reda, mereka bisa bernafas lega karena tidak terjadi apa-apa dengan rumah mereka. Pukul 3 pagi barulah mereka bisa tidur.
Keesokan harinya, para warga digemparkan dengan penemuan mayat terdampar ditepi pantai. Mereka berbondong-bondong menuju ketempat penemuan mayat tersebut.
Kemarin yang menaiki kapal kecil tersebut ada 5 orang, namun yang mereka temukan hanya satu orang. Berarti 4 orang nya lagi masih hilang.
Mereka hendak mencari, tapi mereka ditahan oleh kepala desa. Karena ini bukan kejadian yang pertama kalinya. Sudah sering kejadian seperti ini. Dan usaha pencarian mereka hanya sia-sia.
"Sebaiknya kita urus pemakaman si A ini," ucap kepala desa.
Akhirnya merekapun memutuskan untuk mengurus jenazah si A dan akan di makamkan hari ini juga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!