NovelToon NovelToon

PERFECT HONEYMOON

Bab 1

Novel ini ALUR-nya  MUNDUR!!! Diharapkan baca dari bab awal, dan secara bertahap.

London, Inggris.

Suara jam dinding menjadi musik yang memecah keheningan di dalam ruangan beraroma antiseptik pada malam hari itu. Seorang wanita cantik terpejam di atas bed pasien dalam kondisi yang memprihatinkan. Tubuhnya kurus seperti tidak terawat, namun mempunyai pesona luar biasa dan mempunyai keindahan rambut  panjang, hitam legam yang mengagumkan. Salah satu tangannya terpasang jarum infus.

Achelio Eugino--pria tampan berdarah Italia dan berusia 35 tahun itu diam membisu sembari menatap raga istrinya yang tidak berdaya di sana. Rasa sesak dan penyesalan menggedor-gedor relung hatinya saat mengingat perlakuan kejamnya kepada Lara--istrinya--selama 6 bulan pernikahan mereka.

Kenapa dia baru sadar jika wanita yang tidak berdaya itu sangat berarti untuknya? Kenapa baru sadar jika wanita yang dia cintai adalah Lara? Kenapa dia baru tersadar akan perasaannya? Dan kenapa semua yang dia rasakan datang terlambat. Apalagi setelah mengetahui jika istrinya keguguran karena ulahnya.

Dada Achelio bagaikan ditimpa ribuan batu besar yang membuatnya kesulitan bernafas karena saking sesaknya.

Kriet!

Pintu ruangan itu di buka dari luar, namun hal itu tak mampu mengalihkan perhatian Achelio.

"Selamat karena kau sudah berhasil membuat Lara menderita secara lahir dan batin!" suara berat pria itu semakin mematahkan dan menghancurkan hati Achelio. "Aku tahu Lara bukanlah pengantin dan istri yang kau inginkan, tapi tidak seharusnya kau menyakitinya seperti ini!"

Hanya mendengar suara beratnya saja, Achelio sudah bisa menebak siapa pria tersebut. Ya, siapa lagi kalau bukan temannya yang tak lain adalah Leonard Lauder.

Leonard Lauder, adalah seorang duda dan musisi dunia. Dia berteman dengan Achelio sudah 5 tahun lamanya.

Hubungan pertemanan mereka layaknya adik dan kakak, tapi hubungan mereka belakangan ini renggang setelah Achelio mengetahui kalau Leo menyukai Lara White--istrinya.

"Lepaskan Lara, biar aku yang membahagiakannya!"

Kedua mata Achelio memerah dan mengeluarkan cairan bening yang akhirnya menetes membasahi pipi. "Lara adalah istriku, dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskannya!" tegas Achelio dengan suara bergetar tapi masih lumayan mengerikan di dengar lawannya.

"Istri? Bukankah selama ini kau hanya peduli dengan kekasihmu yang sangat kau agungkan itu!!! Berhentilah bersikap egois, karena Lara berhak bahagia!!" bentak Leo sangat emosi seraya menatap tajam Lio yang masih duduk di kursi dekat bed pasien.

"Kau tidak berhak mencampuri urusanku, Leo!" Lio berdiri berhadapan dengan Leo, menatap pria berambut coklat dan berkulit pucat itu dengan tajam.

"Aku berhak, karena aku mencintai Lara!" balas Leo sangat tegas tanpa takut pada temannya yang kini menjadi musuhnya.

Kedua pria tampan dan gagah itu saling menatap tajam, penuh permusuhan. Aura kelam dan mengerikan menyelimuti keduanya.

"Permisi Tuan-Tuan."

Suara dokter mengurai perdebatan dan ketegangan diantara mereka. Baik Lio atau pun Leo kompak menoleh pada pria berjas putih yang berdiri tak jauh dari pintu.

"Maaf, kami sedang melakukan visit, mohon kerja samanya untuk tidak membuat kegaduhan di rumah sakit ini," papar Dokter dengan ramah dan sopan kepada dua pria tampan itu.

"Baik, Dokter, Maafkan kami," ucap Leo, sopan, emosinya sedikit mereda.

Sedangkan Lio hanya diam membisu, memperhatikan dokter dan satu perawat berjalan mendekat memeriksa istrinya yang masih tidak sadarkan diri setelah tragedi jatuh dari tangga rumah dan berakibat Lara harus kehilangan bayinya.

"Bagaimana keadaan istriku?" tanya Lio dingin tanpa ekspresi pada dokter yang baru saja selesai memeriksa istrinya.

"Keadaannya stabil, hanya saja nanti dia sadar akan syok setelah mengetahui bayinya telah hilang," jawab dokter, prihatin.

Kedua mata Lio berkaca-kaca sambil mengangguk lemah, lidahnya terasa kelu dan dadanya semakin sesak, bahkan sampai saat ini dia belum mempunyai jawaban atau penjelasan jika nanti istrinya menanyakan tentang bayinya.

Seorang perawat memberikan sebuah foto USG terdapat bercak darah kepada Lio. "Aku menemukan foto USG di dalam genggaman tangannya," ucap perawat.

"Kalau boleh tahu, berapa usia bayi ini?" tanya Lio dengan suara bergetar dan pandangan mengembun ketika menatap foto USG itu.

"Kurang lebih 4 bulan usia kandungannya." Dokter yang menjawab.

Tubuh Lio langsung melas, kedua kakinya bergetar hebat namun dia masih berusaha kuat untuk menopang tubuhnya.  Rasa bersalah, dan menyesal semakin mengepung jiwa dan raganya.

Dokter dan perawat pamit pergi, karena harus visit ke pasien lain.

Leo menatap Lio dengan tatapan benci dan emosi, "Jangan bilang kalau kau tidak mengetahui kalau Lara selama ini hamil!?"

Lio menundukkan kepala, isak tangis keluar dari bibirnya. Hati dan jiwanya ikut hancur lebur mengetahui semua kebenaran ini.

"Sungguh aku tidak tahu, Lara tidak pernah mengatakan apa pun kepadaku," jawab Lio, sendu, dan penuh penyesalan,

"Sial!!" maki Leo kemudian menarik kerah Lio, dan mencengkram leher pria itu dengan kuat.  "Aku tidak pernah menyangka jika kau begitu kejam seperti ini! Aku tahu kau adalah seorang pria bajingan, suka bergonta-ganti wanita, tapi kau tidak bisa memperlakukan Lara seperti ini!!!!" bentak Leo penuh amarah.

Nafas Lio tercekat, pasokan oksigen di paru-parunya mulai menipis ketika Leo semakin erat mencengkram lehernya. Wajahnya memucat, dan kedua matanya mendelik. Lio pikir dia akan mati di tangan Leo, tapi dugaannya salah. Leo melepaskan cekikan dilehernya, kemudian melayangkan bogem mentah di rahang kirinya.

BUGH!!!

Satu pukulan berhasil mendarat di rahang tegas Lio, sehingga membuat pria tampan itu tersungkur di atas lantai. Lio menggelengkan kepala saat telinganya berdengung keras akibat dari pukulan Leo.

"Rasa sakit yang kau rasakan tidak sebanding dengan yang dirasakan Lara selama ini!" ucap Leo penuh emosi sambil menunjuk Lio yang masih tersungkur di lantai.

Lio mengusap rahangnya yang terasa sakit luar biasa, namun dia tidak membalas pukulan Leo, karena dia merasa pantas mendapatkan pukulan tersebut.

Ditempat tidur pasien. Lara mulai sadar, wanita cantik itu merintih sakit sambil memegang perut.

Rintihan sakit Lara seketika mengalihkan perhatian dua pria tersebut.

Lio cepat-cepat berdiri lalu menarik tangan Leo agar tidak mendekati istrinya.

Leo berusaha melepaskan tangannya, namun Lio langsung melayangkan pukulan ke pipi Leo.

BUGH!!!!

"Shiit!" Leo mengumpat sambil mengusap pipinya, sekaligus meraba ujung bibirnya yang terasa perih dan mengeluarkan sedikit cairan merah.

"Pergi dari sini atau aku akan memanggil keamanan untuk menyeretmu dari sini!!!!" ancam Lio dengan suara nyaris tertahan, sambil menatap emosi pada Leo.

***

Halo semuanya, hadir lagi karya baru emak. Masih ingat sama Achelio nggak? Anaknya Daddy Carlos dan Mommy Arra, atau yang kalian kenal sebagai Kakak tertua dari Alessia dan Alpha di novel Glad to see you again.

Jangan lupa berikan dukungan kalian, like, vote, dan subscribe agar kalian nggak ketinggalan update novel ini.

Bab 2

Kedua manik mata berwarna jambrud itu terlihat berkilau dan sangat indah. Menatap langit-langit  kamar berwarna putih yang menyambut pandangannya.  Aroma antiseptik di ruangan itu, membuat wanita cantik itu seketika langsung menyadari kalau dirinya berada di rumah sakit.

"Lara." Lio memanggil nama istrinya untuk pertama kalinya selama 6 bulan pernikahan mereka. Pria yang selalu terlihat sangat tampan dalam setiap waktu itu berdiri di samping tempat tidur istrinya, menatap sendu dan penuh penyesalan saat mengingat perbuatan jahatnya kepada Lara--istrinya.

Lara mengalihkan pandangan, menatap pria tampan yang berdiri di samping tempat tidurnya. Ekpresinya sangat terkejut, dan takut, kemudian ingin mendudukkan diri akan tetapi ditahan Lio.

Lio menelan ludahnya kasar. Wajar kalau Lara ketakutan padanya, karena selama ini dia sudah keterlaluan kejamnya kepada istrinya ini. Mendadak lidah Lio terasa kelu ketika sebuah kenyataan tentang calon bayi mereka telah gugur.

Bagaimana caranya dia menyampaikan perihal kenyataan ini kepada istrinya. Sungguh, Lio bingung memikirkan semua ini. Namun, belum juga membuka suara, dirinya dibuat terkejut dengan segala pertanyaan yang keluar dari bibir Lara.

"Tuan. Kenapa Anda berada di sini dan kenapa juga aku berada di rumah sakit? Apa yang sudah terjadi?" Lara bertanya dengan wajah bingungnya.

"Tuan?" Lio membeo ketika mendengar Lara memanggilnya dengan sebutan 'Tuan'.

"Iya, Tuan, Anda adalah majikanku, dan aku adalah pelayan Anda," jawab Lara tanpa beban, menatap polos pada Lio yang masih berdiri di sampingnya.

Jawaban Lara mengundang segudang pertanyaan di dalam benak Lio. Pria tampan dan gagah itu menyadari kalau ada yang tidak beres dengan istrinya. Memang sih sebelum mereka menikah Lara adalah seorang pelayan di rumahnya. Meski Lara adalah teman masa kecilnya, tapi Lara adalah anak dari pelayan di rumah orang tuanya.

"Tunggu di sini, jangan ke mana-mana, aku akan memanggil dokter!" Lio berkata tegas kepada Lara sebelum keluar dari ruangan tersebut untuk memanggil tim medis.

Tidak berselang lama Lio kembali ke ruangan tersebut diikuti oleh dokter dan perawat.

"Jadi dia tidak mengingat Anda?" tanya Dokter dengan nada cemas kepada Lio.

"Ingat, hanya saja dia tidak mengingat status pernikahan kami." Lio menjelaskan dengan perasaan resah luar biasa. Jika dulu dia sangat tidak peduli dengan status pernikahannya, tapi sekarang dia sangat cemas dan ketakutan jika Lara melupakan pernikahan mereka.

Dokter dengan sigap memeriksa keadaan Lara. "Kami harus merujuk istri Anda ke Dokter spesialis neurologi, kami curiga kalau istri Anda mengalami hilang ingatan," ungkap dokter ketika selesai memeriksa Lara.

"Iya, lakukan yang terbaik untuk istriku." Lio menjawab pasrah, seraya memandang istrinya yang terbaring di atas tempat tidur.

Saat itu juga Lara langsung di bawa ke Dokter spesialis neurologi di rumah sakit tersebut. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan, akhirnya dokter mendiagnosis Lara mengalami amnesia lacunar.

"Lacunar amnesia adalah kondisi ketika seseorang kehilangan ingatan atau informasi tertentu secara selektif. Hal ini sama seperti yang dialami istri Anda. Istri Anda tidak mengingat status pernikahannya, dan segala ingatan yang telah terjadi di masa pernikahannya kalian" jelas dokter kepada Lio. Namun, dokter tersebut menduga kalau hubungan pernikahan pasangan ini tidak harmonis, terlebih lagi Lara baru kehilangan janinnya setelah jatuh dari tangga. Hanya saja dokter itu lebih memilih diam dari pada mempertanyakan tentang rumah tangga mereka. Lagi pula untuk masalah rumah tangga pesiennya dia tidak berhak ikut campur.

Bak disambar petir di malam hari, itulah yang dirasakan Lio saat ini. Tidak menyangka kalau kondisi Lara saat ini mampu menjungkir balikkan hatinya. Tubuhnya langsung lemas, tidak bertenaga sama sekali.

Dada Lio terasa sesak bagai ditimpa batu besar. Kepalanya mendadak berat saat rasa sedih menyergap seluruh jiwa dan raganya. Ruangan dokter spesialis itu yang terasa dingin mendadak jadi panas, dirinya seolah kekurangan oksigen seiring rasa sesak semakin menekan dadanya. Bahkan Lio sampai memukul dadanya berulang kali, berharap kalau rasa sesak yang menyerangnya sedikit terurai, dan memberikannya kebebasan untuk bernafas.

Lio mengambil nafas dengan rakus ketika rasa sesak di dalam dadanya sudah sedikit demi sedikit sudah terurai.

"Jadi apa yang harus aku lakukan? Apakah tidak ada pengobatan yang bisa memulihkan ingatannya?" tanya Lio dengan perasaan sedih luar biasa setelah mengetahui keadaan istrinya.

"Apakah Anda sudah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi? Misalnya menjelaskan tentang janinnya yang sudah gugur?" papar dokter, memandang Lio dengan lekat.

"Tidak! Aku belum siap! Dan aku juga belum siap kehilangannya." Lio menjawab cepat dan tegas seraya menggelengkan kepala beberapa kali. Lio memejamkan kedua matanya erat, bersamaan dengan air matanya yang menetes dan membasahi pipinya, 'mungkin lebih baik jika Lara hilang ingatan, jadi istrinya akan tetap bersamanya, dan tidak akan pernah meninggalkannya'  pikir Lio begitu kejam. Karena dia yakin jika Lara mengetahui semua ini, maka istrinya itu akan sangat membencinya dan akan meninggalkannya, maka dari itu Lio tidak ingin jika hal itu terjadi.

"Aku akan menciptakan ingatan baru untuknya," ucap Lio dengan mantap.

"Anda sangat kejam!" Dokter berkomentar dengan nada pelan, namun begitu menusuk jantung.

"Karena hanya dengan cara ini aku bisa menebus semua kesalahanku. Menciptakan ingatan baru untuk mengganti kenangan buruknya yang hilang dari memori ingatannya. Aku akan membahagiakannya, jadi aku harap Anda mengerti dan memahami keputusanku!" Lio berkata tegas pada dokter tersebut.

"Iya!" Hanya itu saja yang mampu diucapkan dokter tersebut.

Lio beranjak dari ruangan dokter tersebut, kemudian menuju ruangan istrinya dengan langkah gontai.

"Tuan, aku ingin pulang. Aku tidak boleh berlama-lama berada di sini," ucap Lara ketika Lio memasuki ruang rawatnya.

"Kau belum sembuh." Lio menjawab dengan nada pelan, membujuk Lara agar tetap mau berada di rumah sakit setelah kondisinya membaik.

"Tapi, bagaimana dengan pekerjaanku?" Lara benar-benar tidak mengingat dengan statusnya saat ini yang sudah menjadi Nyonya Muda Eugino.

"Lara, please. Jangan memikirkan apa pun, kecuali kesehatanmu!" Lio berkata dengan nada tinggi, tanpa sadar dia sudah membuat Lara ketakutan padanya.

"Maaf." Lara menundukkan pandangan, dan meremas kedua tangannya di atas pangkuan secara bergantian. Seharusnya dia tidak kekeuh minta pulang, sadar kalau pria itu sangat arogant dan sangat menakutkan untuknya.

"Seharusnya aku yang minta maaf. Tidak seharusnya aku membentakmu." Lio kali ini melembutkan nada bicaranya yang membuat Lara seketika itu sangat terkejut.

Bagaimana tidak terkejut jika selama ini Lio sangat irit bicara, jangankan minta maaf, tersenyum saja jarang dan mungkin hampir tidak pernah.

"Katakan apa maumu agar kau betah berada di sini?" tanya Lio menatap istrinya dengan lembut.

Dan tatapan lembut itu terasa asing bagi Lara. Lara jadi canggung sendiri dan segera mengalihkan pandangan karena Lio tidak kunjung berhenti menatapnya.

"Aku ingin laptopku."

"Laptop? Untuk apa?"

"Aku suka menulis Jurnal." Lara menjawab tanpa memandang Lio. Kedua manik indahnya menatap ke segala arah, asalkan tidak menatap wajah tampan Lio yang sangat tampan dan memikat, dia takut jatuh cinta pada teman masa kecilnya sekaligus majikannya itu.

Bab 3

Lio memerintahkan seorang pelayan untuk mengantarkan laptop dan kebutuhan istrinya yang lain. Lara bahagia sekali ketika laptop kesayangannya sudah berada di pelukan. Dia seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.

Senyuman tulus dan ceria yang terukir dari bibir manis istrinya itu seolah menjadi cambukan keras yang mengenai hati Lio.

Bagaimana tidak? Jika selama ini dia telah merenggut kebahagiaan dan kebebasan istrinya. Membawa istrinya itu ke dalam jurang penderitaan selama 6 bulan ini. Sungguh! Lio sangat menyesal karena sudah menyakiti Lara selama ini.

Jari-Jari tangan Lara bergerak lincah menekan-nekan keyboard laptop. Suara dari ketukan antara jari dan keyboard seolah menjadi melodi yang memecah kesunyian di dalam ruang rawat yang didominasi dengan warna putih.

Lio menghela nafas panjang karena hampir 1 jam lebih Lara asyik dengan dunianya sendiri, dan tidak mempedulikan keberadaannya.  Hal tersebut membuat Lio semakin penasaran yang dituliskan Lara di laptop tersebut.

Lara duduk bersandar di tempat tidur yang sudah diatur ketinggiannya, sambil memangku laptop. Sesekali mendesis sakit karena merasakan nyeri di area perut.

"Kenapa perutku masih sakit? Kalau datang hanya datang bulan tidak sesakit ini." Lara bergumam sendiri sembari memegang perutnya. Dan suara gumamannya itu terdengar sampai di telinga Lio yang sedang duduk di sofa di ruangan tersebut.

"Lara, kau harus banyak istirahat, agar kondisimu cepat pulih." Lio beranjak lalu mengambil alih laptop tersebut dan meletakkan di nakas.

"Tapi, Tuan, aku belum selesai." Lara menatap laptopnya dengan pandangan tidak rela.

"Sttt! Sudah siang, kau harus tidur siang dan istirahat. Seperti yang aku jelaskan kemarin kalau kau habis jatuh dari tangga, mengakibatkan area perut dan kepalamu cidera parah." Lio menarik selimut menutupi tubuh istrinya sampai sebatas dada, lalu mengatur tinggi rendah tempat tidur istrinya seperti semula.

Lara menatap heran dan bingung pada Lio yang tiba-tiba menjadi baik padanya. Padahal sebelumnya, pria tampan itu sangat galak dan arogan kepada siapa pun.

"Kenapa malah diam dan menatapku? Pejamkan mata dan tidur!!" Lio memberikan perintah dengan tegas dan sikapnya yang tegas sangat ditakuti Lara.

Lara ketakutan ketika melihat aura kelam dan menakutkan yang keluar dari sekitar tubuh Lio. Demi kebaikan dan kenyamanannya sendiri, dia segera memejamkan mata.

15 menit kemudian. Lara sudah nyenyak. Lio menggoyangkan salah satu telapak tangannya di depan wajah istrinya. Tidak ada reaksi apa pun, ini bertanda kalau Lara sudah sangat lelap. Kemudian dia  mengambil laptop milik istrinya dan membawaya ke sofa.

Lio memangku laptop tersebut, kedua matanya fokus pada layar laptop, dan jari tangannya bergerak di permukaan Touchpad, menggeser kursor dan mengarahkannya pada file yang diberikan judulThe Jurnal--Perfect Honeymoon.

Sebenarnya banyak file Jurnal di sana, namun hanya satu Jurnal ini yang membuat Lio sangat penasaran dengan isinya. Di klik Jurnal yang berjudul Perfect Honeymoon tersebut, dan tidak berselang lama muncullah sederet kalimat yang membuat Lio terkejut bukan kepalang.

Aku Lara White, usiaku 30 tahun.

Hari ini adalah hari bersejarah bagiku. Kedatanganku dari New York ke London mengikuti keluarga besar Eugino untuk menghadiri pernikahan putra sulung mereka yang bernama Achelio Eugino.

Putra sulung keluarga Eugino adalah teman masa kecilku, kami tumbuh dan besar bersama. Dan diam-diam aku menyukainya, atau mungkin mencintainya, tapi aku tahu batasan dan tahu diri kalau aku hanyalah anak seorang pelayan. Aku lebih memilih untuk memendam perasaan ini sendiri. 

Aku pernah berharap mempunyai ibu peri yang dapat merubah layaknya Cinderella. Tapi, hal itu tidak akan pernah terjadi, mengingat semua itu hanyalah dongeng belaka. 

Tapi, siapa sangka dan siapa mengira kalau harapanku selama ini terkabul. 

Lio menjeda sejenak untuk membaca isi Jurnal tersebut. Dia menghela nafas panjang, seraya mengusap wajahnya kasar. Ya, dia mengingat jelas semua ini. Yang dimaksud harapan selama ini terkabul adalah, Lara berhasil menjadi seorang cinderella yang berhasil menikah dengan pengerannya.

Kemudian Lio kembali melanjutkan membaca Jurnal tersebut.

ALUR MUNDUR DI MULAI!

6 bulan yang lalu.

"Aku mohon padamu!! Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini!" pinta pengantin wanita kepada Lara yang dia tarik ke sebuah kamar hotel.

"Nona Sierra, bukankah Anda dan Tuan Lio sudah berpacaran cukup lama? Tapi kenapa sekarang Anda..." ucapan Lara terjeda ketika Sierra melepaskan cincin pertunangannya, lalu menyematkannya ke jari manis Lara dengan paksa.

Lara berusaha melepaskan cincin berlian itu, akan tetapi Sierra melarangnya.

"Cincinnya sangat pas dari jari manismu, tinggi, dan postur badan kita sama, bahkan kulit kita sama, jadi aku mohon gantikan aku sebagai pengantin wanita!" mohon Sierra seraya melepaskan gaun pengantinnya dengan cepat.

"Maaf, Nona, aku tidak bisa!" Lara mundur, dan ingin keluar dari kamar hotel itu, tapi langkahnya terhenti saat mendengar ancaman Sierra.

"Aku akan bunuh diri jika kau tidak mengikuti perintahku!!!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!