Baru sebulan orangtua Andini meninggal, Oma nya harus di opname di Rumah Sakit, akibat penyakit jantungnya yang kambuh, Andini sudah 2 malam menginap di Rumah Sakit, dan 2 hari izin tidak sekolah. Andini takut jika Oma nya ikut menyusul kedua orangtua nya, pasalnya keluarga yang Andini punya hanya Oma dan Om Tirinya. Setelah di bujuk, akan di antarkan ke makam orang tuanya, karena Andini sangat rindu dengan kedua orang tuanya, akhirnya Andini mau ikut pulang bersama Om Tirinya, agar besoknya mau untuk sekolah, hari itu kesempatan besar untuk membuang Andini, sebelumnya Andini sudah di beri minum yang berisi pil tidur agar aksi Om jahatnya, bisa lancar tanpa hambatan. Selama perjalanan Andini tertidur, sehingga Andini tidak tau sudah di bawa menuju luar kota.
" Agrrr, sakit Om, Om tadi bilangnya, setelah dari rumah sakit, mau nganter Andini ke makam Mama Papa, tapi kenapa nggak sampe - sampe makam, ini di mana Om? Andini takut gelap banget." ucap Andini yang baru bangun tidur dan dipaksa keluar dari dalam mobil, dengan di cak*r lengannya.
" Diam kamu, anak pemb*wa si*al," ucap Om jahat, dengan menyeret Andini keluar dari mobil
" Jangan Om, jangan keluarin Andini dari mobil Om, Andini takut," ucap Andini dengan bercucuran air mata, dan terduduk dipinggiran jalan.
Andini sudah dise*et untuk keluar dari mobil, Andini sangat ketakutan, suasana memang sangat gelap jam menujukkan pukul 23.30, Andini di buang di depan Panti Asuhan jauh dari kota dimana Andini tinggal. Setelah berhasil mengeluarkan Andini dari mobil, Om nya yang jahat, masuk ke dalam mobil dengan cepat, agar Andini tidak bisa mengejarnya.
" Om jangan tinggalin Andini sendirian Om, Om jahat," ucap Andini, tangis Andini pecah melihat mobil yang di kendarai Om nya melaju dengan kecepatan penuh, Andini mencoba untuk mengejarnya, namun tidak bisa ia lakukan ia malah terjatuh dan terluka.
Sejak saat itu Andini tinggal di panti asuhan kehidupannya jauh dari kata mewah.
11 tahun berlalu~~
Andini di pertemukan lagi dengan cinta pertamanya laki - laki bernama Andrian Wiratmaja seorang Presdir Direktur di perusahaan King Wiratmaja Company, laki - laki tampan berbadan besar tinggi, berusia 26 tahun, teman semasa SMP Andini, yang menaruh hati kepada Andini, dulu waktu SMP Andrian dan Andini memang pernah dekat, Andrian pernah memberikan gelang untuk Andini, dan pernah berjanji untuk menikahi Andini setelah meraka sama sama dewasa, namun ada kejadian yang membuat Andini dan Andrian berpisah, selama mereka berpisah Andrian selalu mencari Andini namun tidak kunjung bertemu dengan Andini, Andrian tidak bisa melupakan Andini, Andini adalah cinta pertama Andrian, padahal hal mudah bagi Andrian untuk mendapatkan wanita yang ia inginkan dengan kedudukannya sekarang, setelah mereka berpisah selama 11 tahun akhirnya mereka dapat bertemu kembali. Mereka di pertemukan lagi di panti asuahan. Saat Andrian menggantikan posisi Ibunya yang sudah meninggal menjadi donatur di panti asuhan tempat Andini tinggal.
Siang itu menjadi pertemuan antara Andini dan Andrian, padahal Andrian sudah beberapa kali berkunjung di panti asuhan, walaupun panti asuhan yang ia kunjungi jaraknya lumayan jauh dari rumahnya, namun baru kali ini, ia bertemu dengan Andini. Andrian pertama kali melihat Andini agak ragu mau menyapa, namun setelah ia melihat gelang yang dipakai Andini ia semakin yakin, jika memang itu Andini wanita yang selama ini ia cari, gelang pemberian dari nya masih di pakai Andini sampai sekarang, Andrian memberanikan diri untuk menyapa Andini.
" Andini, kamu Andini kan?" tanya Andrian saat sedang berkunjung di panti asuhan, Andrian akan memeberikan uang dan beberapa kebutuhan pokok seperti beras dan lain sebagainya untuk anak panti.
" Maaf siapa ya Mas?" tanya Andini, yang tidak mengenali Andrian, mamang penampilan Andrian sangat berbeda, Andrian dari kantor menyempatkan waktu ke panti asuhan ia masih mengenakan pakaian rapih, jas masih terpasang di badanya, Andini sampai tidak mengenali Andrian.
walaupun pakaiannya terlihat longgar dan menganakan jilbab, Andini kelihatan sangat Anggun sampai - sampai Andrian tidak bisa memalingkan pandanganya.
"Aku Andrian Wiratmaja, masa kamu lupa sama aku Andini." ucap Andrian agak sedih
" Andrian, beneran ini kamu Andrian?" tanya Andini kaget, Andini menutup mulutnya dengan kedua tanganya. Andini sangat terkejut bisa bertemu lagi dengan Andrian.
" Iya, aku Andrian, teman kamu semasa SMP, aku nggak disuruh duduk nih." ucap Andrian dengan tersenyum
" Iya, ayok duduk Andrian, kamu ngapain kesini?" tanya Andini, Andini berusaha menyembunyikan gelanya namun telat, Andrian sudah melihatnya
" Aku kan donatur di panti ini, aku sering banget kok kesini, tapi aku baru ketemu dan liat kamu hari ini, ngomong - ngomong gelang pemberian dari aku, masih kamu pakai ya." ucap Andrian dengan melihat gelang yang melingkar di tangan Andini dan tersenyum
" Iya Andrian, memang masih aku pakai." ucap Andini gugup dan malu, Andini juga sanagt senang bisa bertemu lagi dengan Andrian.
" Nggak usah di sembunyiin Andini, aku seneng banget kamu masih nyimpen gelang pemberian ku." ucap Andrian dengan tersenyum, Andrian sangat bahagia bisa kembali bertemu dengan Andini.
" Kamu mau minum apa?" tanya Andini
" Nggak usah Ndin, aku ketemu kamu aja udah seneng banget, Andini, kamu masih inget kan, janji aku dulu ke kamu, kalau kita udah sama - sama dewasa aku bakalan nikahin kamu, aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi Andini, aku bakalan mewujudkan janji aku ke kamu dulu." ucap Andrian
" Iya Andrian, tapi." ucap Andini terpenggal
" Tapi kenapa? Kamu belum menikah kan?" tanya Andrian, kalau hanya pacaran Andrian bisa saja melakukan segala cara agar mendapatkan Andini
Andini menggelengan kepalanya
" Terus?" tanya Andrian dengan mengerutkan dahinya
" Kita nggak sejajar Andrian, aku takut orangtua kamu nggak merestui kita." ucap Andini
" Tenang aja Andini, itu bisa diatasi, Mamaku udah meninggal 7 tahun lalu, aku nggak mau kehilangan kamu lagi, aku nggak bisa hidup tanpa kamu Andini, mau ya menikah sama aku." ucap Andrian.
" Beri aku waktu ya Andrian, aku bukan nggak mau, tapi tolong hargai keputusan ku," ucap Andini
" Iya Andini, aku akan beri kamu waktu, dan aku akan memperjuangkan cinta kita, aku minta mulai dari sekarang kamu panggil aku Mas ya, kayaknya lebih enak di denger, lagian juga lebih tua aku kan dari kamu," ujar Andrian dengan tersenyum, sebenarnya lebih seneng lagi kalau Andini memanggil Andrian sayang, tapi Andrian mau menghormati Andini yang sekarang berhijrah, itu juga tujuannya Andrian ingin langsung menikahi Andini, bukan sekedar pacaran, karena Andrian tau, Andini pasti akan menolaknya, jika Andini hanya di ajak pacaran.
Sejak saat itu Andrian, semakin sering mengunjungi panti asuhan untuk bertemu dengan pujaan hatinya.
Walaupun Pak Wiratmaja Papa dari Andrian menentang keras hubungn mereka berdua, sampai Andrian berani kabur dari rumah, Andrian bertekat tetep akan menikahi Andini, walaupun tanpa restu dari Pak Wiratmaja.
Selang 7 bulan, mereka melaksanakan akad nikah di masjid dekat panti asuhan tanpa restu dari Pak Wiratmaja.
Dan di hadiri beberapa anak panti, ibu panti asuhan, penghulu, tidak ada yang mengetahui Andini dan Andrian menikah, kecuali orang panti, sahabat Andrian yang bernama Natan juga tidak ia beri tahu.
Acara yang sangat sakral yang sudah Andini dan Andrian tunggu selama ini tiba juga, Andrian mengucap ijab kabul.
"Saya trima nikah dan kawin nya Andini Mahalina Aditama binti (Alm Aditama Perkasa) dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat di bayar tunai." Andrian mengucap ijab kabul dengan suara lantang.
" Bagaimnaa para saksi." tanya Penghulu.
Sah..
Sah..
Andrian dan Andini sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Setelah Andini dan Andrian menikah mereka sepakat, Andini ikut bersama Andrian, dan pergi dari panti asuhan, Ibu panti sangat sedih namun juga bahagia, sedihnya Andini akan meninggalkan panti asuhan, bahagianya melihat Andini menemukan belahan jiwanya.
Andini dan Andrian memutuskan untuk mengontrak di dekat perusahaan tempat Andrian bekerja, karena Andrian sudah diterima di perusahaan yang bergerak di bidang komunikasi. Andrian menerima pekerjaan itu, karena Andrian sangatlah susah untuk mencari pekerjaan lain, semua pekerjaan kantoran sudah di blok oleh Pak Wiratmaja, tujuannya agar Andrian hidup susah, dan bisa kembali lagi mandatangi Pak Wiratmaja, tapi usaha Pak Wiratmaja sia - sia. Andrian dan Andini hidup bahagia sampai Andini hamil.
Andini sudah pindah di kontrakan barunya, 2 bulan berlalu.
Di pagi hari jam menujukkan pukul 05.00 Andini sudah bangun dan ingin mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat subuh.
Saat hendak akan masuk ke kamar mandi.
Hoek.
Hoek.
Andini merasa mual dan muntah disertai kepalanya terasa pusing.
Andrian yang juga sudah bangun menunggu istrinya di kamar, Andini hanya pamit untuk berwudhu namun, sudah 30 menit, Andini tak kunjung kembali ke kamar mereka, Andrian memutuskan untuk, mencari istrinya di kamar mandi.
" Sayang, kamu dimana?" tanya Andrian
Namun tak mendapat jawaban dari Andini.
Hoek..
Hoek..
Andrian malah mendengar istrinya muntah - muntah di kamar mandi, Andrian langsung menghampiri istrinya.
" Sayang kamu kenapa?" tanya Andrian dengan memegang tengkuh leher Andini
" Nggak tau Mas, tiba - tiba mual banget." ucap Andini
" Kamu sakit ya, badan kamu sampai dingin begini, nanti kita kedokter aja ya, pas banget aku libur kok sayang." ucap Andrian
Andini tidak menjawab, Andrian segera menggendong istrinya dan membawanya ke kamar lalu menyelimuti istrinya, sebelumnya Andrian sudah membalurkan kayu putih di badan istrinya dan memberikan minum hangat.
" Kamu istirahat dulu aja ya sayang, aku mau sholat dulu." ucap Andrian, Andrian pergi meninggalkan istrinya dan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat.
Setelah selesai sholat, Andrian menghampiri istrinya diranjang.
Andini terlihat sanget lemas, Andrian memutuskan untuk kedapur membuat makanan untuk sang istri.
" Sayang bentar ya aku mau kedapur dulu," ucap Andrian dengan mencium Andini. Perlakuan Andrian membuat hati Andini luluh
Andrian memasak sop dan membuat teh untuk Andini, setelah selesai Andrian kembali lagi ke kamarnya dengan membawa sop dan teh, semenjak menikah dengan Andini Andrian jadi bisa sangat mandiri bisa masak dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
" Sayang, makan dulu ya, biar nggak lemes lagi, muka kamu pucet banget sayang." ucap Andrian dengan mendekati sang istri.
Andini hanya mengguk kan kepalanya, Andirian duduk di tepian ranjang dengan membawa sop.
"Mas kamu masak apa sih bau banget, aku mual mas, mau muntah rasanya nyium bau itu Mas." ucap Andini yang tidak biasanya protes masakan suaminya.
" Sayang, ini masakan kesukaan kamu sayur sop." ucap Andrian.
" Mas tolong jauhkan dari aku." ujar Andini sambil merasa mual dan ingin muntah.
" Jangan - jangan kamu hamil lagi sayang." ucap Andrian.
" Nggak tau Mas, aku udah telat 7 hari sih Mas, tapi kan kadang haid ku juga nggak teratur." ujar Andini
" Coba tespek sayang, aku keluar ke apotik sebentar ya, buat beli tespek." ucap Andrian.
" Iya Mas." ucap Andini
Andrian keluar dari kontrakkan nya dan menuju ke apotik, jam menujukkan pukul 07.00 belum ada apotik yang buka, Andrian melajukan motornya berkeliling untuk mencari apotik, akhirnya ada apotik yang sudah buka, Andrian segera menghentikan motornya di depan apotik dan masuk untuk membeli tespek, setelah ia selesai membeli tespek, Andrian memutuskan untuk langsung pulang kerumah, Andrian memang tidak pernah malu untuk membeli keperluan istrinya, karena Andrian mengagap kebutuhan istrinya adalah tanggung jawabnya.
Sampailah Andrian di kontrakannya ia langsung masuk kedalam rumah dan memberikan tespek ke Andini.
" Sayang ini tespeknya," ucap Andrian, Andrian tidak mendaptkan istrinya di kamar
Andrian langsung mencari Andini di kamar mandi.
" Sayang kamu muntah lagi ya?" tanya Andrian yang menghampiri Andini.
" Iya Mas, mual banget Mas, ucap Andini, mana Mas tespeknya?" tanya Andini.
" Ini sayang, " ucap Andrian sambil memberikan tespek ke Andini.
Andini masuk ke kamar mandi dan melakukan tes kehamilan, Andini menunggu selama dua menit setelah melakukan tespek.
Andini takut untuk melihat garis yang ada pada tespek. Matanya terpejam dan perlahan membuka, dan saat matanya membuka Andini melihat hasil tespek ada garis dua berwarna merah.
" Aku hamil, masyaAllah, sehat sehat diperut Bunda ya sayang." ucap Andini lirih dengan mengelus perutnya yang masih datar. Andini meneteskan air mata dan menutup mulutnya dengan satu tanganya, ia tidak menyangka akan secepet ini di berikan momongan.
Andini sangat bahagia, Andrian yang menunggu di luar kamar mandi penasaran Andini tidak keluar juga dari kamar mandi sudah ada 10 menit, Andrian menggedor kamar mandi.
Bruk..
" Sayang kok lama banget kamu nggak papa kan?" tanya Andrian panik, takut istrinya malah pingsan dikamar mandi.
" Iya Mas, aku nggak papa Mas, ini mau keluar Mas," ucap Andini dengan menangis bahagia.
Andini keluar dari kamar mandi dengan membawa, hasil tespek.
" Kamu kenapa sayang kok nangis?" tanya Andrian
Andini menyerahkan hasil tespek, Andrian melihat ada garis dua, Andrian tidak tau postip hamil itu garis nya satu atau dua.
" Maksudnya ini apa sayang?" tanya Andrian sambil mengerutkan keningnya dan masih penasaran dengan hasilnya dia bener - benar tidak bisa membedakan hasil positip hamil itu garis satu atau dua.
" Aku hamil Mas." ucap Andini dengan masih meneteskan air matanya.
" Yang bener sayang? Alhamdullilah, terimaksih ya Allah," ucap Andrian dengan bersujud syukur dan memeluk istrinya.
" Aku bahagia benget Mas, meskipun sangat cepat." ucap Andini
" Aku juga sayang, bahagia banget, hidupku akan lebih sempurna sayang, nanti kita kedokter ya sayang, kita USG." ajak Andrian.
" Iya Mas." ucap Andini.
" Jadi kamu maunya makan apa sayang, nanti aku cari keluar, atau aku buatkan kalau aku bisa." tawar Andrian
" Pingin makan bakso Mas," ucap Andini
" Yaudah kalau bakso aku harus beli sayang, aku nggak bisa bikinya, bentar ya sayang aku keluar dulu nyari bakso." ujar Andrian.
Setelah Andrian mendapatkan bakso yang di minta Andini, Andini memakanya dengan lahap.
Jam menujukkan pukul 10.00 Andini dan Andrian memutuskan untuk ke dokter kandungan. Dengan mengendarai motor Andini dan Andrian menuju ke klinik dokter kandungan.
Sampailah mereka di klinik doker kandungan terdekat, mereka berdua langsung menuju ke pendaftaran untuk mendaftar. Beruntung masih sepi belum terlalu ramai, Andini mendapatkan antrian nomer 04 dan sekarang yang masih dipriksa nomer antrian 02.
Andini dan Andrian menunggu dipanggil diruang tunggu. Selang 15 menit nama Andini dipanggil.
"Ny Andini." panggil bidan jaga
Mendengar namanya di panggil Andini segera beranjak dari duduk nya dan menghampiri bidan jaga.
" Iya Sus saya." ucap Andini, dengan menghampiri bidan jaga. Sebelum masuk keruangan Andini di tensi terlebih dahulu.
" Ibu saya tensi dulu ya." ucap Bidan jaga
" Iya Sus." ucap Andini dengan mengulurkan tangnya.
" Tensinya bagus ya Bu, 110/70 mmHg artinya normal ya Bu, setelah ini silakan masuk keruang pemeriksaan Bu." ucap Bidan jaga
" Iya Sus, makasih ya Sus." ucap Andini
Setelah selesai di tensi, Andini masuk keruang pemeriksaan dan Andrian mengekor dari belakang.
" Assalamulikum, permisi dokter." ucap Andini
" Wa'alaikumsalam, silakan duduk Bu." ucap Dokter Naila.
" Iya dokter." ucap Andini yang duduk berhadapan dengan dokter Naila. Dan Andrian duduk di samping Andini.
" Ibu ada keluhan?"tanya dokter Naila.
" Tadi pagi saya mual dan muntah dok, terus saya tespek, positif hamil dok." ucap Andini
" Haid terakhir masih ingat Bu?" tanya dokter
" Tanggal 2 apa tanggal 5 ya, lupa dok, haid saya kadang tidak teratur dok." ucap Andini
" Baik lah Ibu, saya akan melakun pemeriksaan USG ya Bu, Ibu silakan berbaring di ranjang pasien." Perintah dokter Naila.
" Iya dok," ucap Andini, mengikuti perintah dokter Naila, Andini berbaring di ranjang pasien dibantu dengan bidan yang berjaga.
" Maaf Ibu naikan sedikit bajunya ya Bu." ucap Bidan jaga
" Iya Sus." ucap Andini mengikuti perintah Bidan yang berjaga.
Setelah perutnya sudah terbuka sedikit bidan jaga memberikan gel diperut Andini, agak terasa dingin.
Dokter jaga mulai melakukan pemeriksaan dengan meletakkan alat di perut Andini yang sudah di beri gel, dan memaju mundurkan alatnya.
" Ibu coba liat di layar monitor ada dua titik, artinya calon bayi Ibu dan Bapak ada dua," ucap dokter Naila
" Maksud dokter kembar dok?" tanya Andrian yang syok campur bahagia
Andini juga syok, Andini tidak mengelurkan satu kata pun, Andini menutup mulutnya dengan kedua tanganya.
" Iya Pak, benar sekali, ini detak jantung nya juga sudah bisa di dengarkan juga Bu Pak, suaranya dug dug normal ya Bu Pak, sesuai dengan usia kehamilnya sudah 7 minggu." ucap Dokter Naila
"Alhamdulilah," Andini meneteskan air matanya lagi, ia sangat bahagia.
Dokter sudah selesai melakukan pemeriksaan, Andini dan Andrian duduk di depan dokter.
" Bu Andini tadi kan keluhanya mual dan muntah, ini saya resepkan obat untuk mengurangi mual dan muntahnya ya Bu, dan ada vitamin juga yang harus ibu minum, 1x1 ya Bu, Ibu kan hamil anak kembar, Ibu harus lebih ekstra hati - hati ya Bu, mengingat kehamilan kembar lebih beresiko." ucap dokter Naila.
" Iya dok, Makasih banyak ya dok, kami permisi ya dokter, Assalamualaikum." ucap Andini
" Iya Bu, Wa' alaikum salam." jawab dokter Naila.
Andini dan Andrian keluar dari ruang dokter dan menebus obat yang sudah di resepkan oleh dokter.
Setelah itu mereka pulang.
Sejak Andini positif hamil Andrian lebih posesif, Andini tidak di perbolehkan untuk melakukan hal yang berat, kadang untuk mencuci saja, kalau Andrian saat pulang kerja tidak lelah, lebih baik Andrian yang mencuci baju mereka, kecuali saat terdesak.
~~
Tiba di saat Andini dikontrakan sendiri, Andini di datangi oleh orang suruhan Pak Wiratmaja dan diacam untuk berpisah dengan Andrian.
Andrian sudah pulang kerja, setelah sholat dan makan Andrian baru merebahkan badanya di ranjang, Andini baru berani bilang dengan suaminya.
" Mas tadi ada orang suruhan Papa kamu dia ngancam buat, misahin kita, untung tadi pas ada Dita main ke kontrakan, jadi orangnya pergi karena tadi Dita teriak teriak jadi Mas Damar dan Pak Surya kesini, aku takut Mas." ucap Andini
" Tapi kamu nggak di apa - apain kan sayang?" tanya Andrian
" Nggak kok Mas, tapi aku trauma banget Mas, udah berapa kali aja, Papa kamu nyuruh orang buat misahin kita," ucap Andini dengan meneteskan air mata.
" Yaudah besok kita pindah kontrakan ya sayang, kita cari kontrakan baru lagi, kita cari yang agak jauh dari kantorku, biar Papa nggak bisa nemuin kita lagi." ujar Andrian menenangkan Andini.
Sejak saat itu Andini tidak diperbolehkan menerima tamu sembarangan oleh Andrian. Pak Wiratmaja memang sudah sering kali mengancam agar Andrian kembali kepadanya, namun ancamanya selalu gagal, sampai pernah hampir menculik Andini, tapi usaha nya selalu gagal untuk memisahkan mereka, Andrian dan Andini sudah tiga kali pindah kontrakkan, gara - gara di usik oleh Pak Wiratmaja dan yang ketiga ini, Andini dipertemukan dengan Bunga sahabatnya semasa di panti asuhan.
Hari sudah semakin petang, jam menunjukkan pukul 17.45 hujan turun semakin deras, bersama suara petir yang terdengar menggelegar di penjuru kota, suasana sangat sepi hanya rintik hujan yang terdengar, di tambah rasa dingin yang menyelimuti, akibat hujan yang turun dari siang hingga petang tak kunjung reda. Andini yang sedang mengandung anak pertamanya yang sudah menginjak usia kehamilan 9 bulan ditambah menurut hasil USG, dokter mengatakan Andini hamil anak kembar, tetapi tidak mengurungkan niatnya untuk berbakti kepada suaminya, dengan penuh semangat masih bisa menyiapan makanan untuk suaminya yang sedang bekerja, memang Andini seorang wanita yang mandiri pekerja keras, gesit, berhati lembut dan patuh terhadap suami.
"Udah jam segini Mas Andrian kok belum pulang ya? biasanya kalau mau lembur Mas Andrian pasti ngabarin dulu." gumam Andini sambil melirik jam dinding yang ada di dapur, waktu menujukkan pukul 18.15 Andini segera memindahkan makanan dari dapur ke meja makan.
Setelah selesai memindahkan makanan ke meja makan, Andini bergegas untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat magrib. Setelah selesai sholat magrib Andini menunggu suaminya di ruang tamu. Andini terlihat begitu sangat gelisah, tidak biasanya Andrian pulang telat, kecuali jika lembur di kantor, pasti juga menghubungi Andini dulu kalau mau lembur.
Suara motor berhanti didepan kontrakan Andini, tak lama ada seseorang yang datang mengetuk pintu kontrakkan Andini.
Tok...
Tok...
"Assalamualikum." ucap Andrian mengucapkan salam
"Walaikumsalam." Andini menjawab salam
Andini sangat antusias ingin segera membukakan pintu. Andini bergegas dan berajak dari tempat duduknya, walaupun agak kesusahan akibat perutnya yang sudah membesar. Andini sangat hafal suara motor milik suaminya.
" Pasti Mas Andrian ini." gumam Andini
Andini berjalan mendekati pintu, sebelum membukakan pintu Andini selalu memastikan siapa tamu yang datang kerumahnya, untuk memastikan bahwa memang benar jika yang pulang adalah suaminya. Andini melihat dari jendela terlebih dahulu, takut orang lain yang bertamu. Andini sangat menjaga kehormatannya dan kehormatan suaminya, jika suaminya tidak dirumah Andini tidak akan membiarkan tamu laki- laki masuk kedalam kerumahnya tanpa seizin suaminya. Setelah dilihat dari jendela ternyata memang suaminya yang datang. Andini segera membukakan pintu.
Ceklek.
"Mas Andrian, masuk Mas." ajak Andini sambil bersalaman dan mencium telapak tangan suaminya yang terasa dingin.
" Sayang maaf ya aku telat pulang, aku nggak sempet ngabarin kamu dulu, tadi di jalan rame banget sayang, aku mau ngabarin juga nggak bisa hujannya deres banget." penjelasan dari Andrian. Andrian sambil melepas jas hujan yang tadi ia pakai, baju kerja Andrian yang juga terlihat sedikit basah, akibat mantol yang ia kenakan tidak menutup tubuh Andrian dengan sempurna.
" Iya Mas nggak papa, yaudah Mas Andrian mandi dulu ya, udah aku siapin air hangat sama bajunya di dalam kamar ya Mas, nanti kalau udah selesai mandi, Mas Andrian sholat magrib dulu, terus Mas Andirian makan ya, udah aku siapain makanan kesukaan Mas Andrian. Aku tunggu di meja makan ya Mas." ucap Andini dengan suara lembut bak ibu peri, istri idaman para lelaki, cantik penurut, nggak neko - neko dan berhati lembut
" Iya sayang, aku mandi dulu ya," ucap Andrian meninggalkan Andini dan menuju ke kamar mandi.
Andrian mandi dengan cepat cuman butuh waktu 7 menit, memang Andrian sengaja untuk mandi cepat, Andrian tidak ingin istrinya menunggu nya terlalu lama dimeja makan. Setelah Andrian selesai mandi dan mengenakan baju yang sudah di siapkan oleh sang istri, Andrian menunaikan ibadah sholat magrib, setalah selesai sholat. Andrian menghampiri istrinya di meja makan. Andrian duduk dimeja makan, dan Andini sudah menyiapkan piring beserta nasi untuk Andrian.
"Gimana Mas kerja nya hari ini, Mas Andrian mau makan pakek lauk apa?" tanya Andini, Andini memasak capcay ayam goreng tempe goreng dan sambel trasi kesukaan Andrian.
"Alhamdullilah lancar sayang, capcay sama tempe goreng aja sayang tambah sambel trasinya, gimana kabarnya jagoan kita hari ini sayang?" tanya Andrian sangat antusias, sambil minum air hangat yang sudah disediakan Andini.
Andini mengambilkan lauk yang di minta Andrian, pernikahan mereka sudah menginjak usia sepuluh bulan, setelah menikah 1 bulan dengan Andrian, Andini langsung hamil dan selama mereka menikah belum penah ada pertengkaran yang ada hanya kebahagiaan.
" Alhamdullilah Mas, si kembar sangat aktif. Mas maaf ya gara- gara Mas Andrian milih aku, Mas Andrian meninggalkan semuanya dan memulai semua dari nol." ucap Andini dengan raut wajah sedih melihat suaminya pulang kerja kehujanan, walaupun memakai mantol, tapi wajahnya tadi tidak bisa berbohong kalau sangat kedinginan dan semua fasilitas yang biasanya Andrian gunakan dicabut oleh Papanya akibat Andrian lebih memilih menikahi Andini.
"Alhamdullilah iya sayang, besok kita USG ya, aku baru aja dapet bonus sayang dari bos ku, aku nggak sabar mau liat anak kembar kita sayang, sayang dengerin aku ya, aku memilih kamu karena kamu segalanya bagiku kamu prioritas utama, soal harta bisa di cari, aku sekarang bekerja keras untuk masa depan keluarga kita nantinya, kamu nggak usah merasa bersalah seperti ini lagi, janji ya sayang jangan pernah di bahas lagi masalah ini, semua ini kan memang pilihan aku sayang, biarkan aku yang harus menanggungnya." papar Andrian, sambil makan masakan istrinya yang sangat lezat.
" Iya Mas, aku juga pingin USG Mas, rasanya perut ini udah semakin penuh Mas, iya Mas aku bakal menemani Mas Andrian terus sampai Mas Andrian bisa sukses, makasih ya Mas udah jadiin Andini prioritas Mas Andrian, tapi aku takut Mas, kalau suatu saat Mas Andrian tiba - tiba harus pergi." ucap Andini
"Sayang, aku janji aku nggak akan pernah ninggalin kamu dan anak - anak kita." ucap Andrian menenangkan.
Mereka berdua sudah selesai makan, Andini langsung membereskan piring yang kotor dan mencuci piring diwastafel, " Mas Andrian istirahat aja, pasti Mas Andrian lelah kan, aku cuci piring dulu ya Mas, jangan lupa sholat isyak dulu ya Mas." ujar Andini meningatkan
" Iya sayang, aku bantuin cuci piringnya ya sayang." ucap Andrian
" Nggak usah Mas biar aku saja, Mas Andrian sholat isyak dulu aja, terus langsung ke kamar, nanti aku nyusul ya Mas, habis nyuci piring aku mau beresin baju si kembar dulu ya Mas, mau aku siapain biar kalau sewaktu - waktu aku mau melahirkan tinggal di bawa aja, kata dokter Naila terakhir kita USG kan 3 minggu yang lalu, pas usia kehamilanku masih 34 minggu, hari ini tepat usia kehamilanku 37 minggu yang artinya hari ini masuk di usia kehamilan 9 bulan Mas, dan dokter Naila bilang perhitungan dokter 1 minggu lagi, kalau mau dilahirkan sudah cukup usianya untuk bayi kembar, besok kita USG buat liat posisinya ya Mas, untuk menentukan aku bisa lahir nomal atau nggak, aku pinginya sih lahir normal Mas, semoga bisa ya Mas, aku udah nggak sabar Mas, pingin cepet ketemu sama anak kembar kita." ujar Andini yang tampak bersemangat.
" Iya sayang, tapi apapun nanti hasil USGnya sayang, mau lahir normal apa secar, kita harus ikuti apa kata dokter, untuk kebaikan kamu dan anak kita sayang, aku juga nggak sabar pingin ketemu dan gendong anak kembar kita sayang, makin lengkap rasanya kebahagiaanku sayang, yaudah aku ke kamar dulu ya sayang, aku tunggu di kamar." ucap Andrian.
Sambil berdiri mendekati istrinya dan mencium pipi istrinya, lalu meninggalkan meja makan dan menuju ke kamar.
Sementara Andini yang tengah hamil tua ditambah hamil anak kembar, sebenarnya sangat kerepotan untuk hal cuci piring saja sudah menguras tenaga Andini, kringat Andini bercucuran, tapi tidak mengurangi semangat Andini untuk tetap melayani suaminya dengan sepenuh hati. Andini memang istri yang sangat berbakti kepada suaminya, tidak pernah mengeluh, apa lagi membangkang ucapan suaminya, hal ini yang membuat Andrian jatuh hati dan lebih memilih Andini untuk ia nikahi.
Jam menunjukkan pukul 20.15 Andini sudah selesai merapihkan baju si kembar dan memasukkannya di dalam tas, jika sewaktu - waktu ingin melahirkan tinggal di bawa, Andini langsung masuk ke kamar nya, Andrian sudah menunggu di ranjang sedari tadi," sayang kok belum tidur." tanya Andini
" Belum lah sayang, kan aku nungguin kamu sayang, maaf ya sayang, aku nggak bisa bantuin kamu, sebenarnya aku nggak tega liat kamu udah hamil besar begini masih saja melakukan pekerjaan yang berat, tapi aku juga sangat lelah sayang, tadi aja aku ada masalah sama teman sekantorku, untungnya bos belain aku." ucap Andrian mengeluh
" Nggak papa Mas, aku yang justru menghawatirkan kamu Mas, Sabar ya Mas, sini aku pijitin pasti Mas Andrian lelah sekali kan." ujar Andini menawarkan diri.
" Nggak usah sayang, sayang hari ini Mas gajian, ini uang 7 juta buat nambahin kebutuhan kita," ujar Andrian dengan memberikan uang kepada Andini, kinerja Andrian di diperusahaan yang sekarang ini ia berkerja memang sangat bagus, bulan depan Andrian di tawari naik jabatan oleh bos nya.
" Alhamdullilah iya Mas, Makasih ya Mas, semoga berkah. Insyallah aku akan menggunakan uang yang Mas kasih denga sebaik - baiknya, dan bakal aku tabung untuk keperluan si kebar kalau ada kebutuhan mendesak." ujar Andini
"ya sayangku, yuk kita tidur sayang, udah malam." ajak Andrian
Andini yang sudah diposisi disamping Andirian menuruti perkataan Andrian untuk tidur.
" Iya Mas," ucap Andini
Selang 15 menit hp Andrian berbunyi ada panggilan masuk dari nomer tidak dikenal.
" Siapa sih malam - malam nelpon, ganggu aja," ucap Andrian kesal.
" Sudah Mas jangan marah - marah siapa tau penting, coba di angkat dulu, " ucap Andini dengan mengambilkan benda pipih ya ada dinakas dekat Andini tidur, lalu memberikannya ke Andrian.
" Mas ini hp nya." Ucap Andini
" Iya sayang." ujar Andrian, makasih ya
Andrian melihat nomer tak dikenal dan segera mengangkat telpon.
"Hallo ini siapa?" tanya Andrian di telpon
" Hallo Mas, saya asisten Pak Wiratmaja saat ini Pak Wiratmaja sedang membutuhkan Mas Andrian. Pak Wiratmaja jatuh dan jantungnya kumat, ini permintaan terakhir Pak Wiratmaja Mas, beliau tidak mau di bawa ke Rumh Sakit Mas, beliau minta Mas untuk datang kerumah." ucap Seseorang
Telpon tiba tiba mati dan tidak terhubung .......
Hallo...
Hallo...
"Sial!..
Papa ini apa - apa - an sih!" ucap Andrian kesal
" Kenapa sayang, siapa yang menelpon?" tanya Andini dengan nada lembut.
"Ada orang suruhannya Papa sayang, barusan bilang katanya Papa jatungnya kumat, ah tapi pasti cuman akal - akalan Papa aja, biar aku pulang kerumah." ucap Andrian meremehkan
" Sayang, kok kamu punya pikiran kayak gitu, coba kalau memang benar gimana, udah Mas lebih baik Mas Andrian temui saja Papa Mas Andrian, Mas nggak mau kan menyesal, aku nih Mas yang udah nggak punya orang tua aja kadang masih berharap bisa bertemu dengan mereka. Mas Andrian pasti ngerti kan sama ucapan aku barusan." ujar Andini
" Iya sih sayang, ada benernya juga, yaudah kamu ikut ya sayang, aku nggak mungkin ninggalin kamu malam - malam sendirian sayang, mana kamu masih hamil besar begini, tapi gimana ya sayang aku cuman bawa motor." ucap Andrian kebingungan
"Mas aku tunggu di rumah aja, aku nggak masalah Mas, dirumah sendiri, lagian kan tetangga kontrakan kita juga ada, nanti kalau aku kenapa - napa, aku pasti langsung nelpon kamu Mas, ada Bunga juga yang siap sedia aku repotin kok Mas." ucap Andini meyakinkan
Andini bangun dari ranjang dan menyiapakan baju untuk suaminya," Mas pakai ini ya, biar kamu nggak terlalu kedinginan, walapun hujan udah reda tapi, udara diluar pasti dingin." ucap Andini dengan tersenyum
" Iya sayang, nanti aku kabarin kalau udah sampe rumah Papa, aku pasti secepatnya kembali sayang, hati - hati dirumah ya sayang, i love you, Assalamulikum." ucap Andrian mencium kening Andini dan mencium perut Andin, lalu memakai baju dan jaket yang sudah disedia kan oleh Andini, Andrian dengan sangat berat hati meninggalkan Andini yang sedang hamil tua.
" Iya sayang, love you to, hati - hati ya Mas, Wa'alaikumsalam Mas." ucap Andini sambil mencium telapak tangan suaminya dan menghantarkan suaminya kedepan pintu kontrakan.
Andrian menghidupkan motor dan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang dan pergi meninggalkan Andini menuju rumah Papa nya.
Andini menutup pintu dan masuk kembali kekamar nya, dan memutuskan untuk segera tidur, teringat pesan dokter Naila, ibu hamil tidak baik tidur larut malam, untuk pertama kali nya setelah menikah Andini ditinggal sendiri malam - malam oleh Andrian, tak ada firasat apapun, yang dirasakan oleh Andini sebelumnya. Malam itu menjadi malam perpisahan Andini dan Andrian dan tak tahu kapan mereka akan bertemu kembali.
Sampailah Andrian di rumah nya yang megah dan mewah, Andrian akan menjadi pewaris tunggal kekayaan King Wiratmaja Company Grup, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan terbesar di negaranya, orang terkaya di kota itu. Kekayaannya tidak akan habis tujuh turunan, Papa Andrian ingin Anaknya menikah dengan orang yang setara denganya, bukan dengan Andini yang menurut Pak Wiratmaja Andini hanyalah seorang gadis yang miskin dan tak jelas asal usul nya dari mana, sehingga Pak Wiratmaja tidak akan pernah merelakan dan mengagap anak semata wayangnya telah menikah dengan Andini sekali pun. Pak Wiratmaja tetap tidak akan pernah merestui pernikahan mereka berdua.
Pak Wiratmaja tidak kehilangan akal untuk memisahakan Andrian dan Andini, dengan berbagai cara sudah ia tempuh, tapi kali ini ia yakin misi nya akan berhasil.
Andrian berjalan menuju pintu utama, setalah sampai Andrian menekan bel
Ting, tung...
Ting,tung...
Dengan terburu - buru Bik Iyem berlari dari dapur menuju keruang tamu. Bik Iyem segera membuka kan pintu," Tuan Andrian, masuk Tuan, Tuan Wiratmaja sudah menunggu Tuan Andirian." ucap Bik Iyem
" Dimana Papa Bik?" tanya Andrian
" Dikamar Tuan." ucap Bik Iyem
Andrian melangkah kan kaki nya, untuk menemui Papa nya, Pak Wiratmaja di kamarnya, Andrian sudah menduga ini hanya akal - akalan Papa nya saja agar ia bisa kembali kerumahnya.
Sampailah Andrian di depan pintu kamar Papa nya, pintu tidak dikunci Andrian langsung masuk, dan betapa terkejutnya, sesuai dugaan Andrian Pak Wiratmaja sedang berdiri di depan jendela kamarnya yang sangat luas.
" Maksud Papa apa? Ngarang cerita kayak gini?" tanya Andrian dengan kesal, dan mengepalkan kedua tanganya.
Pak Wiratmaja menoleh dan membalikkan badannya mendengar Andrian berbicara pada nya, Pak Wiratmaja sangat senang akhirnya setelah 10 bulan, Andrian kembali lagi kerumah nya.
" Andrian, cuman dengan cara ini, kamu mau kembali lagi kerumah ini, Papa kasih kesempatan lagi buat kamu, Papa akan jadikan kamu Presidir Direktur lagi di perusahaan kita King Wiratmaja Company Grup, Papa sudah tua Andrian, siapa yang akan menjadi penerus perusahaan kalau bukan kamu, tapi Papa punya syarat khusus, kamu harus meninggalkan Andini." ucap Pak Wiratmaja memohon dan mendekati Andrian.
" Nggak Pa, Andrian nggak akan mau meninggalkan Andini, sampai kapan pun hal itu tidak akan terjadi, Andrian sangat mencintai Andini Pa, dan sebentar lagi Papa akan menjadi Kakek, Andini sedang hamil anak Andrian Pa, coba kalau Mama masih ada, Mama pasti mengerti perasaan Andrian, Papa ini terlalu egois." ucap Andrian dengan tegas.
" Cukup Andrian!, Papa tidak akan pernah menganggap bahwa kalian sudah menikah, anak yang di kandung Andini itu bukan cucu Papa, mengerti kamu Andrian!. Sampai kapan pun Papa tidak akan pernah merestui pernikahan kalian. Andini itu gadis miskin, tidak berpendidikan yang tidak jelas asal usulnya dari mana, tinggalnya saja di pant* asu*an. Sejarah keluarga kita tidak ada yang yang menikah dengan orang miskin. Andrian kamu lupa ya, kamu sudah mengecewakan Papa dengan membatalkan perjodohan kamu dengan Alisa. Andrian nggak usah bawa - bawa Mama kamu, Mama kamu sudah tenang disana, dan Papa yakin Mama kamu juga pasti akan mendukung keputusan Papa." ucap Pak Wiratmaja dengan angkuhnya.
Mama Andrian sudah lama meninggal sejak Adrian awal masuk kuliah, dan Pak Wiratmaja enggan mencari pengganti, karena Pak Wiratmaja sangat mencintai mendiang istrinya. Pak Wiratmaja sebenarnya sangat kesepian, dengan bergelimang harta tidak menjamin ia hidup bahagia, apa lagi di usianya yang sudah semakin tua, dan hanya memiliki anak 1 hanya Andrian anak satu - satunya Pak Wiratmaja
" Tapi Pa, Andrian sudah lama mengenal Andini, orangtuanya meninggal karena kecelakaan pesawat, makanya Andini tinggal di panti Asuhan Pa, dan asal Papa tau, Andini itu seorang Disainer dia berpendidikan Pa, Andini rela risgn dari pekerjaanya demi bisa menikah dengan Andrian, dan jadi istri yang baik buat Andrian.
" Tetap saja, Andini itu miskin dan nggak jelas asal usulnya dari mana Andrian, dengerin kata Papa, kamu harus menceraikan Andini, dan tinggalkan Andini." ucap Pak Wiratmaja
" Terserah Papa mau bicara apa, sampai kapanpun Andrian tidak akan meninggalkan Andini apa lagi menceraikan Andini Pa. " ucap Andrian
Sambil meninggalkan Pak Wiratmaja dan tidak memperdulikan ucapan nya, yang hanya di fikiranya sekarang adalah Andini istrinya. Andrian takut Pak Wiratmaja melakukan hal buruk lagi, untuk mencelakakan Andini seperti yang sudah - sudah.
kalau saja Andrian tidak ingat Pak Wiratmaja adalah Papanya, Andrian sudah menghabisi Pak Wiratmaja, karena sudah menghina istrinya yang sangat ia cintai.
" Papa belum selesai bicara Andrian, mau kemana kamu? dasar anak kurang ajar!" ucap Pak Wiratmaja dengan raut muka kesal, dan memegang dadanya yang sangat sakit, akibat amarahnya memuncak, tapi ia masih bisa mengontrolnya, beruntung penyakit jantungnya tidak kambuh.
Andrian Pergi meninggalkan rumahnya dan berencana akan pulang kekontrakkan dan hidup bahagai bersama Andini. Namun Pak Wiratmaja sudah merencanakan sesuatu, Pak Wiratmaja menyuruh orang suruhannya untuk mencelakakan Andrian, tapi jangan sampai parah, sungguh tega sekali cara yang dilakukan Pak Wiratmaja.
Andrian keluar dari rumahnya dan mengendarai motor dengan kecepatan penuh dengan emosi yang memuncak. Andrian masih ingat perkataan Papanya tentang Andini, seorang yang ia cintai di hina habis - habisan oleh Papa kandungnya sediri, terlebih anak yang di kandung Andini juga tidak di anggap. Andrian sebenarnya sangat sedih, sampai tak terbendung lagi air matanya jatuh tak tertahan.
Tangisnya pecah Andrian berniat kerumah Papanya agar bisa mendapatkan restu dari sang Papa, tapi kedatanganya di rumah Papanya hanya sia- sia.
Andrian yang tidak fokus menyetir, tiba - tiba di kejutkan dengan datangnya mobil yang mendadak seketika Andrian membating stir dan tabrakan tak ter elak kan.
Brakkk......
Andrian jatuh dan berlumuran darah, banyak orang sekitar yang menolongnya, termasuk orang suruhan Papa nya, Andrian segera di larikan di Rumah Sakit terdekat, Rumah Sakit dekat Kontrakkannya, karena kejadian Andrian kecelakaan sebenernya tak jauh dari Rumahnya, Rumah Sakit Harapan Prima
Semetara Pak Wiratmaja yang sudah merencanakan hal untuk mecelakakan Andrian demi bisa memisahkan Andrian dan Andini, segera datang ke Rumah Sakit, sunggu orang tua yang sangat egois.
Sampailah Andrian di Rumah Sakit dengan tak sadarkan diri dan penuh luka dimana - mana yang paling parah di kepala, Andrian langsung dapat menanganan awal pasien emergensy dengan kecelakkan lalu lintas.
Setelah melihat anaknya yang terluka sangat parah, Pak Wiratmaja menelpon sesorang suruhanya, dan memecatnya.
" Dasar Bod*h, kerja tidak becus." ujar Pak Wiratmaja dengan sangat kesal, tidak sesuai dengan yang ia inginkan, anaknya malah jadi terluka sangat parah.
Pak Wiratmaja mondar mandir di dalam IGD, sangat panik, memikirkan keselamatan Andrian dan hal terburuk yang akan menimpa Andrian.
" Keluarga bapak Andrian." ucap seorang perawat jaga mencari kelurga Andrian
Pak Wiratmaja langsung menghampiri perawat dan dokter jaga yang berada di stasioner IGD, dokter jaga menjelaskan ada tindakan segera yang harus dilakukan, Andrian mengalami pendarahan di otaknya.
" Maaf Pak, apa benar Bapak keluarga pasien atas nama Andrian." ujar dokter Jaga IGD
" Iya dok, saya Ayah kandung dari Andrian Wiratmaja." ucap Pak Wiratmaja dengan suara yang gemetar
" Pak anak bapak sudah kami beri penanganan setelah di lakukan CT Scan ternyata ada pendarahan di otaknya, dan harus di lakukan tidakan operasi karaniotomi untuk menyelamatkan Anak Bapak, tindakan ini harus segera dilakukan, ini ada surat persetujuan tindakan operasi untuk anak bapak, operasi ini akan dilakukan oleh dokter bedah syaraf dan operasinya akan dilakukan sekarang juga, mengingat kondisi pasien yang tidak stabil dan kehilangan banyak darah, jika bapak setuju, silakan bapak tanda tangan di bawah ini." ujar dokter jaga, sambil menyerahkan surat persetujuan operasi kepada Pak Wiratmaja.
Bagai tersambar petir mendengar penjelasan dokter, Pak Wiratmaja sampai berkaca - kaca.
" Baik dok, lakukan apa saja, asal anak saya selamat, berapa pun biaya nya akan saya bayar." ujar Pak Wiratmaja dengan langsung menadatangi surat persetujuan tindakan oprasi.
" Baik Pak, akan kami usahakan semaksimal mungkin, Bapak bantu berdoa ya Pak, semoga operasi nya berjalan dengan lancar, oh iya Pa, yang akan anak bapak jalani adalah operasi besar, dan pasien Andrian mengeluarkan banyak darah, untuk itu, Bapak harus mencari kekurangan darah, Bapak harus mencari 3 kantong darah yang sesuai dengan golongan darah anak bapak, dari Rumah Sakit baru ada 2 kantong darah pak, mengingat golongan darah AB sangatlah susah di cari, kalau sudah ada pendonor, bapak silakan ke ruang laboratorium, setelah di ruang laboratorium nanti, bapak akan di berikan arahan ke PMI." ucap dokter jaga dan menyerakan amplop yang berisi surat permintaan pengambilan darah yang harus di serahkan ke petugas PMI.
"Baik dok, saya akan segera carikan darah untuk anak saya." ucap Pak Wiratmaja dengan menerima amplop yang berisi surat untuk mengambil darah.
" Baik pak, pasien atas nama Adrian akan segera kami bawa ke ruang oprasi pak." ujar dokter jaga
" Iya dok, apa boleh saya, melihat anak saya dulu dok, sebelum anak saya di bawa keruangan oprasi?" tanya Pak Wiratmaja.
" Boleh Pak, silakan bapak menemani anak bapak dulu, saya tinggal ya pa." ucap dokter jaga dengan meninggalkan Pak Wiratmaja
Pak Wiratmaja menyuruh anak buahnya untuk mencarikan 3 kantong darah dengan golongan darah AB, setelah selesai Pak Wiratmaja menghampiri putranya Andrian, yang terbujur tidak sadarkan diri dengan banyak luka di kepala, muka dan banyak alat terpasang di badanya. Tak terasa air mata Pak Wiratmaja membasahi pipi nya.
" Maaf kan Papa Andrian, Papa sebenarnya tidak ingin kamu sampai seperti ini, Papa akan berusaha menyelamatkan kamu Andrian," ujar Pak Wiratmaja dengan memegang tangan Andrian dan air matanya terus mengalir.
Pak Wiratmaja tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika Andrian sampai meninggal, ia langsung mengingat pesan mendiang istrinya, untuk selalu menjaga anak semata wayangnya jangan sampai ada orang yang menyakiti apa lagi sampai melukai Andrian, namun Pak Wiratmaja malah sudah terang - terangan melukai anaknya sendiri, mengingat hal itu Pak Wiratmaja menangis sejadi - jadinya di depan Andrian, dan merasa sangat bersalah, tapi tetep pada pendiriannya ingin memisahakan Andrian dan Andini.
"Maaf Pak, pasien atas nama Andrian akan segera di bawa ke ruang oprasi." ujar perawat jaga di ruang IGD
"Iya Suster" ucap Pak Wiratmaja yang terlihat sangat sedih
Andrian di pindahkan ke ruang operasi untuk segera mendapatkan penanganan dengan cepat, Pak Wiratmaja mengekor dari belakang, perawat yang membawa Andrian dengan brankar menuju ke ruang operasi.
Waktu menunjukkan pukul 23.15 Andini terbangun dari tidurnya, dan melihat layar di hpnya tidak ada pesan masuk dan telpon dari Andrian, Andini sangat gelisah, sebab sebelum ia akan berangkat, Andrian berkata jika sudah di rumah orangtuanya, Andrian akan menghubungi Andini.
" Mas Andrian kemana sih, " ucap Andini mencoba menghubungi Andrian, namun nomer nya tidak aktif Andini yang sangat khawatir dengan keadaan suaminya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!