NovelToon NovelToon

Istri Manja Dan Mempesona Kesayangan Tuan Oscar

Bab 1. Awalan

PRAAAANG!

PYAAR!

Zoey meringkuk merasakan nyeri di tubuhnya. Darah segar mengalir dari keningnya dan pandangannya mulai mengabur.

"Zoey! Zoey. Kamu ini benar-benar gadis bodoh. Selama ini kamu hanya dibodohi oleh Kyle. Dia tidak sungguh-sungguh mencintaimu. Dia hanya ingin memanfaatkanmu saja. Selama ini Kyle menjalin hubungan denganku di belakangmu. Kamu benar-benar wanita tolol.

Oh y, satu hal lagi. Oscar adalah pewaris yang disembunyikan oleh keluarganya. Dia adalah seorang keturunan bangsawan sekaligus seorang triliuner dan kamu dengan sangat bodohnya menolak dia dan berkata kasar padanya. Kamu telah menginjak injak harga dirinya. Sudah sepantasnya dia membuatmu menderita dan membantu kami menyingkirkanmu," ujar Selena sambil menyeringai.

"Pada akhirnya kau hanyalah seorang pecundang dan akulah pemenangnya," lanjut Selena dengan tatapan penuh pelec*han.

Zoey menatap lamat-lamat ke arah Selena. Wajahnya berlumuran darah dan matanya mulai mengabur. Sungguh hal yang paling dia sesali seumur hidupnya adalah mempercayai Selena dari awal hingga sekarang. Zoey berharap waktu dapat diputar kembali. Zoey bersumpah tidak akan pernah menolak lamaran Oscar hingga membuat dirinya menderita selama 2 tahun terakhir.

"Oh, satu lagi. Asal kamu tahu, kamu itu bukanlah anak dari ayah dan ibu. Kamu hanya anak pungut. Dan saat ini keluarga kandungmu sedang mencari keberadaanmu. Kamu tahu kan keluarga Amstrong? Yah, mereka adalah keluarga kandungmu, tapi sayangnya kamu tidak lagi berkesempatan untuk melihat mereka. Karena kamu akan mati di tanganku. Dan aku yang akan menggantikan posisimu sebagai anak mereka yang hilang," ucap Selena penuh percaya diri.

JLEB!

Selena menghujam dada Zoey. Zoey menyemburkan seteguk darah. Air mata mengalir dari sudut matanya. Hatinya sakit dan hancur. Tak lama kemudian nafas Zoey mulai tersendat-sendat, dia mati dalam penyesalan.

***

"Zoey, bangun! ayah dan ibu memintamu turun!" teriak Selena.

Zoey terbangun dari tidurnya sembari meremas jantungnya. Apa ini? Apakah dia kembali hidup?Atau tadi itu adalah mimpi? Tapi jika itu mimpi kenapa rasanya sangat nyata. Bahkan rasa sakit akibat tikaman Selena masih terasa sampai sekarang. Keringat membasahi seluruh tubuh dan wajah Zoey.

Zoey menatap di sekeliling, ini adalah kamarnya, tapi yang tadi itu benar-benar seperti kenyataan. Kenyataan yang begitu pahit yang harus dia telan mentah-mentah.

Zoey bangun dengan napas yang masih terengah-engah. Jika benar dia mengulang hidupnya. Maka dia sangat bersyukur. Dia akan merubah semuanya. Dia akan membalik puncak rantai kehidupannya mulai saat ini. Dia akan mengambil kembali kejayaan yang seharusnya menjadi miliknya.

Zoey membuka pintu, setelah merapikan penampilannya, dia melihat Selena memakai gaun yang sangat dia kenali. Ada raut keterkejutan sesaat di wajah Zoey. Namun, tak lama dia langsung merubah ekspresinya seperti biasa. Entah mengapa dia jadi teringat dengan semua yang terjadi dalam kehidupannya yang lalu. Zoey semakin yakin jika dia telah mengalami perjalanan waktu ke masa lalu. Kepala Zoey tiba-tiba terasa berat.

"Segera turun. Ayah dan ibu menunggumu. Kamu ini benar-benar kucing pemalas," ujar Selena sambil menoyor kening Zoey. Biasanya Zoey akan tertawa lebar jika Selena melakukan hal itu dulu, tapi sekarang, Zoey merasa masam di hatinya. Zoey tidak mau terlalu lama berdiri di depan Selena.

Tanpa mengatakan apa-apa Zoey pergi meninggalkan Selena yang keheranan. Namun, Selena sama sekali tidak curiga. Dia hanya berpikir, mungkin Zoey masih kelelahan karena semalaman dia begadang.

Zoey turun dan melihat wajah kedua orangtuanya yang terlihat serius. Jika mengingat kejadian di masa yang lalu, Ini adalah waktu dimana orangtuanya akan memintanya bertemu Oscar untuk membicarakan perjodohan dengan pria itu. Mulai dari sini Zoey akan merubah nasibnya. Ya, dia bersumpah!

"Zoey, duduklah!" wanita paruh baya yang merupakan ibu Zoey menarik lengan Zoey dengan sedikit kasar hingga Zoey hampir terjerembab. Namun, wajahnya menunjukkan semangat lain. Wanita itu adalah Emily, ibu Selena.

"Ada apa?" tanya Zoey, dengan raut wajah datar. Dia tidak bersikap hangat seperti sebelumnya. Namun, sayangnya kedua orangtua itu tidak memperhatikan perubahan Zoey.

"Zoey ada yang perlu ayah dan ibu katakan padamu," ucap Marquez, ayah Selena. Pria paruh baya itu juga bicara dengan nada lembut. Zoey berdecih dalam hati melihat sandiwara Marquez.

"Apa itu?" tanya Zoey. Gadis itu menyandarkan tubuhnya di sofa, dia menatap mata ayah angkatnya tanpa ragu. Pembawaan Zoey terlihat sangat tenang dan tenang.

"Kakekmu pernah memiliki hutang budi pada temannya. Dia menjanjikan akan menikahkan cucunya dengan cucu dari temannya itu," kata Emily.

"Lalu apa hubungannya denganku?" tanya Zoey, datar. Marquez mengernyit heran dengan tingkah putrinya. Dia baru menyadari jika Zoey sejak tadi memandangi mereka dengan tatapan tajam.

Tidak biasanya Zoey bersikap seperti ini. Selama ini Zoey selalu bersikap patuh dan tidak pernah berani menatap mata mereka langsung.

"Kami sudah memutuskan untuk menikahkan kamu dengan cucu teman kakekmu itu." Kali ini Marquez yang berbicara.

Zoey menatap kedua orangtuanya dengan tatapan mencibir. Namun, dalam hatinya, Zoey sangat bersyukur, dia tidak melewatkan peristiwa penting ini. Mulai sekarang dia tidak akan mudah ditindas lagi.

"Kalian tahu aku sudah memiliki pacar. Aku dan Kyle sudah merencanakan akan menikah tahun depan. Kenapa bukan Selena saja? Dia tidak memiliki pacar." Zoey mulai menunjukkan akting penolakan di awal. Agar sedikit meyakinkan. Setelah ini dia harus memutuskan hubungan dengan keluarga Bakker.

"Masa depan Selena masih panjang," ujar Emily sambil mendengus keberatan.

"Lalu, kalian pikir aku tidak memiliki masa depan, begitu?" tanya Zoey, tersenyum getir.

Zoey menatap kedua orangtuanya dengan raut kecewa, tapi meski begitu, di dalam hatinya sejak bersorak senang. Dia belum melewatkan momen pertemuannya dengan Oscar. Jadi walaupun Zoey tahu akan seperti ini akhirnya, tapi dia harap dia bisa merubah segalanya.

"Keputusan kami sudah bulat, Zoey. Nanti sore akan ada orang yang menjemputmu. Kamu harus berdandan yang cantik."

Zoey terkekeh dengan mata yang memerah. Pada akhirnya memang harus seperti ini. "Huh, selalu saja begini. Kalian benar-benar terlalu pilih kasih. Baik! Aku akan menerima perjodohan ini, tapi ada satu syarat."

"Syarat apa? Kau tidak bisa seenaknya mengajukan syarat, karena ini sudah merupakan janji kakekmu pada temannya," kata Marquez, marah.

"Terserah ayah saja. Jika syarat ini tidak kalian penuhi, maka jangan harap aku akan menikahi pria itu. Lebih baik kalian memukuliku sampai mati dari pada aku bertaruh hidup dengan pria yang sama sekali tidak aku kenal."

Marquez dan Emily saling melempar tatapan memberi isyarat satu sama lain. Zoey diam, meski dia tahu kedua orangtuanya sedang mengatur siasat, tapi mulai sekarang, dia bukanlah Zoey yang dulu. Baginya Zoey yang dulu telah mati.

"Baiklah, katakan apa syaratmu?" tanya Marquez tidak sabar.

"Syaratku sangat gampang," ujar Zoey dengan senyum misteriusnya.

"Katakan!"

"Aku ingin setelah aku menerima perjodohan ini, kita tidak memiliki ikatan apapun lagi. Anggap saja aku sudah menebus 20 tahun kerja keras kalian membesarkanku."

Alis Marquez berkerut, mendengar permintaan Zoey. Akan tetapi karena dia dan Emily sudah menerima uang dari pihak Oscar, maka dia hanya bisa menyetujui permintaan Zoey begitu saja.

Marquez berpikir, karena ayahnya adalah orang miskin, pasti temannya juga sama miskinnya. Mereka bahkan hanya memberikan uang sebesar 1000 dollar sebagai uang mahar. Jadi jika Zoey memutuskan hubungan dengan mereka. Mungkin itu yang terbaik. Dia tidak mau nantinya Zoey dan suaminya akan merepotkan keluarga mereka.

Permintaan perjodohan ini datang secara tiba-tiba. Bahkan Marquez tidak diberikan waktu untuk berpikir. Saat itu Marquez langsung kepikiran Zoey. Ya, Zoey yang lebih pantas menikah dengan pria sembarangan itu.

Sore harinya, Zoey turun menyeret koper kecil miliknya. Dia memegangi selembar kertas yang berisi perjanjian dengan orangtua angkatnya. Gadis itu duduk di depan keduanya tanpa ekspresi.

"Zoey, kenapa harus ada perjanjian seperti ini. Bagaimana jika suamimu tidak memperlakukan dirimu dengan baik? Kemana kamu akan pulang?" tanya Selena memasang wajah sok peduli dan hal itu sukses membuat Zoey merasa muak. Namun, dia tiba-tiba memasang ekspresi tak berdaya.

"Selena, aku hanya tidak mau menyeret kalian semua dalam masalahku nanti. Jika suatu saat aku dan pria ini bermasalah. Maka keluarga Bakker tidak akan ada sangkut pautya lagi denganku. Mengertilah. Aku melakukan semua ini demi kalian juga," ujar Zoey sembari menghela napas.

Tin! Tin!

Suara klakson mobil membuat Zoey langsung meletakkan kertas perjanjian di atas meja.

"Cepat tanda tangani surat ini. Mungkin mereka sudah tidak sabar untuk melihatku. Semoga saja tidak ada masalah," ujar Zoey terus bersandiwara.

Marquez langsung membubuhkan tanda tangannya tanpa ragu. Menurutnya ini adalah hal yang paling tepat. Ini saatnya mereka membuang Zoey. Cepat atau lambat Selena akan menikahi Kyle Owen dan mereka akan menjadi kaya.

Selena dan Ibunya juga membubuhkan tanda tangan mereka. Selena masih memasang wajah penuh perhatian pada Zoey. Zoey tersenyum getir.

"Terima kasih. Mulai sekarang kita adalah orang asing. Aku akan pergi. Jaga kesehatan kalian."

Zoey memeluk Selena dan Emily dengan wajah sendu. Dia lalu menarik kopernya dan tak menoleh ke belakang sama sekali. Langkahnya begitu mantap meninggalkan kediaman keluarga Bakker.

...----------------...

Zoey Baker

Oscar Reid De Gaulle

Bab 2. Oscar Reid De Gaulle

"Selamat siang, Nona. Apakah anda nona Zoey Bakker?" Seorang pria paruh baya menyapa Zoey dengan ramah. Zoey tersenyum sopan ke arah pria tersebut.

Zoey memandang mobil Sedan di belakang supir yang menjemputnya dan memunculkan senyum kecil di bibir merah chery-nya. Oscar benar-benar totalitas. Andai saja dia tidak mengalami semua hal aneh di masa lalu, mana mungkin dia tidak tahu trik yang sedang dimainkan calon suaminya itu.

"Ya, Pak. Apakah anda orang yang ditugaskan untuk menjemput saya?" suara Zoey begitu lembut dan ramah. Supir itu tersenyum melihat gadis calon istri tuan mudanya.

"Anda benar, Nona. Perkenalkan nama saya Rownie, saya yang akan mengantar anda bertemu dengan tuan Armand dan tuan Oscar."

"Baiklah, terima kasih sebelumnya paman Rownie dan maaf merepotkanmu."

"Sudah tugas saya, Nona."

Pak Rownie membukakan pintu untuk Zoey. Setelah memastikan Zoey masuk. Pria paruh baya itu segera duduk di kursi kemudi.

Paman Rownie sedikit mengernyit keheranan, karena tidak ada satu pun anggota keluarga nona muda ini yang keluar melepas kepergiannya. Yang paman Rownie tidak ketahui, Selena dan kedua orangtuanya mengintip di balik jendela.

Mereka tertawa melihat mobil jemputan Zoey. Dasar Zoey bodoh. Baru dijodohkan dengan suami miskin saja, dia begitu sombong dan meminta putus hubungan keluarganya. Lihat saja nanti. Mereka tidak akan membiarkan gadis itu kembali lagi.

Paman Rownie segera menjalankan mobilnya meninggalkan kediaman keluarga Bakker. Zoey memandangi rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya. Dia tidak menyangka jika selama ini dia bukan bagian dari Bakker. Pantas saja sejak kepergian nenek dan kakeknya, perlakuan mereka selalu membeda-bedakan antara dirinya dan Selena.

"Paman Rownie, boleh saya bertanya?" Zoey akhirnya buka suara setelah cukup lama terdiam.

"Silahkan, Nona. Saya akan menjawabnya jika memang saya tahu."

"Bagaimana sosok tuan Armand dan tuan Oscar ini? Aku belum pernah bertemu dengan mereka. Aku khawatir akan menyinggung salah satunya."

"Keduanya adalah sosok pria yang sederhana. Nona tenang saja, tuan Armand sangat ramah, tapi tuan Oscar sedikit pendiam," ujar pak Rownie, raut wajahnya tampak bangga saat menyebutkan perihal kedua majikannya. Zoey mengangguk. Dia mengingat ingat lagi, bagaimana di masa lalu saat dia bertemu dengan tuan Armand dan Oscar, dia bertingkah memalukan. Datang dengan make up tebal dan bertingkah konyol menolak perjodohan hingga membuat Oscar marah.

Namun, sekarang Zoey akan berusaha merubah semuanya. berbekal ingatan masa lalunya, dia bertekad akan merubah nasib hidupnya, maka kini saatnya dia membuat Oscar menjadi miliknya. Setidaknya dengan memiliki beberapa ingatan penting, dia tidak ingin mati dengan sia-sia seperti kehidupannya yang lalu.

Zoey memasuki sebuah Restoran dengan langkah tegap dan anggun. Tidak ada riasan tebal lagi di wajahnya, karena Zoey ingin tampil apa adanya demi memikat Oscar. Hari ini dia tampil sederhana dengan kecantikan yang tidak diragukan lagi.

Seorang pramusaji membimbing Zoey memasuki sebuah ruangan yang telah dipesan oleh tuan Armand. Zoey sempat menghentikan langkahnya sesaat dan mengambil napas dalam.

Tenang Zoey. Kamu pasti bisa melewati semuanya. Temukan kebahagiaanmu yang pernah diambil paksa oleh mereka.

Zoey memasang senyum manisnya sebelum melangkah masuk. Saat dia memasuki ruangan, pandangan Zoey langsung tertuju pada sosok pria yang sangat dia kenali di masa lalunya. Tatapan pria itu seolah ingin mencabik-cabik Zoey saat itu juga.

Oscar Reid De Gaulle, pria berusia 27 tahun. Dia pria yang sangat tampan dan dingin serta bermulut tajam dan berhati iblis. Dia adalah sumber petaka di dalam kehidupan masa lalu. Dan kali ini Zoey ingin mencoba peruntungan dengan menjerat calon suaminya ini.

"Halo tuan Armand, tuan Oscar. Perkenalkan namaku, Zoey. Zoey Bakker. Aku cucu kedua kakek Steven," kata Zoey, fasih. Dia masih merasakan tatapan tajam Oscar kepadanya, tapi dia pura-pura tidak memperhatikannya dan terus memasang senyum palsu.

"Duduklah, Zoey," ujar Tuan Armand. Zoey mengangguk dan duduk di depan kedua pria beda generasi itu.

Zoey duduk dengan canggung, di bawah tatapan dua orang di depannya itu. Bahkan untuk mengangkat wajahnya, Zoey tidak berani, tapi apakah benar demikian? Jawaban adalah tidak. Dia hanya ingin meninggalkan kesan lugu dan polos di depan mereka.

"Zoey, kami di sini. Apakah kamu takut dengan kami?" tanya Tuan Armand. Pria baya itu tersenyum melihat Zoey yang tampak takut dan malu.

Zoey perlahan mengangkat pandangannya. Dia tersenyum. "Maaf, Tu_tuan Armand. A_ku ...."

"Panggil aku kakek Armand. Aku seumuran dengan Steven," ujar pria tua itu. Zoey menganggukkan kepalanya.

"Baik, Ka_kakek."

"Zoey, ini cucuku Oscar. Dia adalah pria pekerja keras. Sangking kerasnya bekerja, dia sampai tidak kepikiran untuk menikah. Aku khawatir tua sendirian, sedangkan teman-temanku yang lainnya bahkan sudah memiliki cucu buyut. Bagaimana penilaianmu terhadapnya?" tanya kakek Armand.

Zoey langsung melirik Oscar malu-malu. "Kakek, aku tidak tahu bagaimana menilai orang, terlebih kami baru saja bertemu. Akan tetapi jika kamu bertanya bagaimana kesan pertamaku pada cucumu. Dia terlihat .... " Zoey menjeda ucapannya dan menatap Oscar dengan sedikit keberanian. Oscar mengangkat sebelah alisnya, penasaran. Bagaimana wanita ini akan memberi kesan padanya.

"Tuan Oscar tampak luar biasa," ujar Zoey lalu menunduk malu, telinganya bahkan memerah begitu pula dengan pipinya, dalam hatinya Zoey memuji aktingnya sendiri.

Tuan Armand tertawa mendengar ucapan Zoey dan sikap malu-malunya. Dia puas dengan cucu Steven ini. Dia pikir gadis ini sangat cocok dengan cucunya yang berharga. Oscar yang melihat telinga Zoey memerah setelah memujinya, tanpa sadar dia menyunggingkan seulas senyum tipis.

"Kalian akan punya waktu untuk pendekatan dan mengenal satu sama lain, tapi ada hal yang lain yang ingin aku katakan padamu, Zoey."

"Silahkan, Kek. Aku akan mendengarmu."

"Apakah kamu keberatan jika kalian harus menikah besok pagi?"

Zoey pura-pura terkejut. Matanya bergetar, dia melirik Oscar yang tampak santai. "Ka_kakek apa ini tidak terlalu cepat?"

"Zoey, aku harus segera pergi untuk berdagang. Usaha keluarga kami adalah berjualan. Aku akan merasa tenang jika meninggalkan kalian dengan status suami istri."

"Tapi, kakek. Kamu bahkan tidak menanyakan pendapat tuan Oscar."

"Dia sudah setuju sejak awal."

"Jika Tuan Oscar tidak keberatan, aku juga tidak, tapi keluargaku mungkin tidak bisa datang."

"Itu bukan hal yang penting, selagi kamu setuju."

Sejak tadi Oscar tidak bicara. Sebenarnya Zoey cukup kesal, tapi berhubung kakek Armand sangat baik, dia jadi tidak terlalu peduli pada pria kutub itu.

Mereka makan bersama sebelum akhirnya kakek Armand dan Oscar membawanya pergi dari restoran. Mobil yang dikendarai oleh Oscar terbilang mobil murah, tapi Zoey tidak protes. Dia justru tampak menikmati suasana jalanan yang mereka lewati.

Mereka berhenti di rumah yang sangat sederhana. Ini adalah rumah pertama kakek Armand.

"Masuklah," kata Kakek Armand mempersilahkan Zoey masuk. Dia berjalan di belakang Oscar. Namun, karena terus menunduk dia tidak menyadari jika Oscar menghentikan langkahnya alhasil kepalanya menyundul punggung Oscar.

Zoey mendesis sembari memegangi kepala. Kakek Armand tertawa melihat kelakuan Zoey, lelaki tua itu sangat terhibur melihat calon cucu menantunya.

Oscar membalikkan tubuhnya, wajahnya terlihat suram, hingga membuat Zoey tanpa sadar mundur karena takut.

"Oscar! Oscar, kamu kembali."

Seorang perempuan tiba-tiba berlari hendak memeluk Oscar, karena Zoey tahu siapa perempuan itu, Dia tiba-tiba berdiri di depan Oscar dan menghadang pelukannya.

"Iyuh, menyingkirlah! Dasar perempuan gatal. Aku ingin memeluk Oscar, bukan kamu."

"Tidak boleh, dia adalah calon suamiku. Kamu tidak bisa memeluknya sembarangan," kata Zoey yang masih berdiri tegak di depan Oscar. Sekali lagu dia dibuat kagum dengan cara kerja otaknya yang begitu luar biasa.

Oscar tersenyum karena reaksi spontan Zoey. Entah mengapa dia merasa terhibur dan tidak marah pada sikap Zoey. Dia justru menyukainya.

...----------------...

Bab 3. Menaklukkan Gunung Es

Zoey duduk di sebelah Oscar atas perintah kakek Armand. Sedangkan gadis yang tadi hampir memeluk Oscar, duduk berhadapan dengan kakek Armand.

"Kakek, sebenarnya siapa wanita ini?" tanya gadis itu dengan nada manja. Zoey memutar bola matanya malas. Gadis sebesar ini bertingkah manja? Benar-benar menjijikkan.

"Mulai sekarang kamu harus menghargainya. Namanya Zoey, dia ini calon istri Oscar," jawab kakek Armand santai. Gadis itu sontak melebarkan mata.

"TIDAK BOLEH! Aku tidak mau menghargainya. Oscar itu milikku kakek." Pekik gadis itu tiba-tiba.

"Nessy, kamu berani meninggikan suaramu?" kakek Armand memberi tatapan tajam pada Nessy.

Kakek Armand sebenarnya sangat tidak terlalu suka dengan Nessy. Sepanjang waktu gadis ini selalu menempel di dekat Oscar. Dan kebetulan dia teringat akan janjinya dengan Steven soal perjodohan. Dia pikir tidak ada salahnya menjodohkan Oscar dengan cucu Steven, dari pada Oscar menikah dengan Nessy.

Nessy adalah anak tiri keponakan Armand. Akan tetapi, menurut Armand sikapnya terlalu kekanak-kanakan tidak cocok dengan Oscar cucunya. Terlebih Nessy sepertinya hanya dijadikan alat oleh keponakannya untuk merebut harta keluarganya.

"Ma_maaf, Kakek."

Mata Nessy sudah berkaca-kaca. Dia tidak menyangka kakek Armand akan membentaknya di depan Oscar dan Zoey. Bahkan sekilas dia bisa melihat wajah Zoey yang penuh dengan ejekan.

Nessy berdiri dan menatap Zoey dengan penuh aura permusuhan. Namun, Zoey tidak peduli sama sekali. Di ingatannya di masa lalu, Nessy ini adalah wanita yang selalu menempeli Oscar. Jadi karena sekarang dia telah terlahir kembali, maka akan dia pastikan Nessy tidak akan bisa mendekati Oscar.

Setelah Nessy pergi, kakek Armand berbicara, "Maaf atas kelakuan Nessy yang kekanak-kanakan, Zoey. Dia terlalu dimanja oleh keponakanku."

Zoey menggeleng dan menatap kakek Armand dengan tatapan lembut. "Tidak apa-apa, Kakek. Aku masih bisa mengatasi gadis itu."

"Baiklah, sebaiknya kamu istirahat dulu. Besok pagi kalian bergegas ke kantor Urusan sipil."

Zoey mengangguk. Atas perintah kakek Armand, Oscar diminta untuk mengantar Zoey ke kamar. Setibanya di kamar yang telah di sediakan untuk Zoey. Oscar tiba-tiba menutup pintu dan menguncinya.

"Sekarang kita hanya berdua. Katakan apa tujuanmu menerima perjodohan ini."

Zoey menoleh dan tersenyum. "Jadi tuan Oscar sudah penasaran denganku?" Zoey berjalan dengan gaya centilnya menuju Oscar. Oscar memandangi wajah cantik Zoey tanpa berkedip. Dia menunggu apa yang akan gadis ini lakukan padanya.

Zoey mengikis jarak setipis mungkin dengan Oscar, tidak ada raut malu-malu seperti yang tadi dia tampilkan di depan kakek Armand. Hal ini tentu semakin menarik perhatian Oscar.

Zoey meletakkan tangannya di dada Oscar. "Menurutmu apa tujuanku?" ujar Zoey sangat lirih. Manik mata berwarna coklat terang miliknya menatap Oscar dengan tatapan menggoda.

"Aku tidak suka menebak," jawab Oscar memalingkan wajahnya. Zoey menghirup wangi aroma cemara dari tubuh Oscar, matanya tak pernah lepas sedetik pun dari pergerakan pria itu, Zoey menyeringai melihat telinga Oscar yang memanas.

"Aku tidak memiliki tujuan apapun, tapi ingin lepas dari keluarga Bakker yang toxic itu. Setidaknya dengan menikah denganmu, kakek Armand akan melindungiku, karena aku cucu dari sahabatnya. Sesimpel itu. Lagi pula, kamu tidak memiliki kualifikasi apapun untuk menjadi bahan pertimbanganku," ujar Zoey sembari mengusap dagu Oscar yang ditumbuhi jambang.

Tangan Oscar langsung terkepal, mendengar ucapan Zoey. Tidak memiliki kualifikasi apapun? Bagaimana bisa? di kota tempat tinggalnya, dia merupakan pengusaha yang sangat disegani. Banyak wanita yang ingin sekedar menjadi penghangat ranjangnya, tapi apa yang gadis ini katakan? Tidak memiliki kualifikasi?

Oscar terkekeh mendengar ucapan Zoey yang terlalu berterus terang. Jantung Zoey tiba-tiba bergetar mendengar suara tawa Oscar.

Ya Tuhan, nikmat mana yang ku dustakan? Calon suamiku ini adalah produk super premium buatanmu, tapi maafkan aku, aku harus mengatakan dia tidak memiliki kualifikasi.

Zoey perlahan mundur. Namun, belum sempat kakinya menginjak lantai, Oscar sudah melingkarkan tangannya di pinggang ramping Zoey.

Oscar mencubit dagu Zoey. Kedua netra mereka bertaut. Zoey gundah, sedangkan Oscar tersenyum samar. Dia akhirnya menemukan mainannya. Zoey merasakan hembusan napas Oscar semakin memburu. Entah apa yang Zoey pikirkan, dia mendadak memejamkan matanya.

Sedetik, dua detik, tiga detik ... Zoey tidak merasakan apa-apa. Dia membuka matanya dan melihat Oscar tersenyum remeh padanya.

BLUSH!

Wajah Zoey detik itu juga berubah warna. OSCAR SI*ALAN! Pekik Zoey dalam hati.

"Menanti ciuman dari pria yang tidak memiliki kualifikasi, hmm?" tanya Oscar sarkas, lagi-lagi dia mencubit dagu Zoey dan bicara dengan nada mengejek. Zoey menepis tangan Oscar dan menatap pria itu dengan aura permusuhan.

Oscar seketika melepaskan tangannya yang membelit pinggang Zoey. Hasilnya, Zoey langsung terhempas jatuh ke lantai dengan bunyi yang cukup renyah.

"Aawhh." Zoey mendesis memegangi bokongnya yang terasa sakit. Mata Zoey sekejap langsung memerah. Meski dia pernah merasakan sakit yang lebih dari ini, tapi kali ini dia tidak tahan.

Oscar mula mula diam menatap Zoey dengan kedua tangan terselip di kedua saku celana. Dia sama sekali tidak peduli dengan Zoey. Namun, lama kelamaan dia keheranan melihat gadis itu hanya diam sambil menutupi wajahnya.

"Hei, Zoey. Zoey apa kamu menangis?" Oscar cukup terkejut saat gadis itu mengangkat wajahnya yang sudah memerah dan penuh dengan air mata. Ah, gadis ini benar-benar. Di satu sisi dia terlihat galak, tapi menggemaskan. Di sisi lain dia juga terkadang terlihat polos dan rapuh.

"Hiks ... Hiks, ini sakit sekali." Zoey berbicara dengan napas putus-putus. Oscar menjadi tak tega dan langsung mengangkat Zoey secara horizontal.

Oscar meletakkan Zoey di atas sofa. Dia pun mengambil tempat duduk di sebelahnya. Oscar sejak tadi memandangi Zoey yang terus mengusap air matanya yang terus mengalir seolah enggan surut. Pria itu menghela napas panjang.

"Berhentilah menangis."

"A_ku ju_ga ingin menghentikannya, tapi aku tidak bisa. Ini sakit sekali."

Zoey semakin terisak saat menjelaskannya. Oscar memijat pelipisnya. Dia tidak tahu harus bagaimana menghentikan tangisan seorang wanita.

"Aku harus apa agar kamu berhenti menangis?"

"Peluk aku. Dulu setiap aku menangis kakekku selalu memelukku," ujar Zoey dengan mata dan hidung yang sangat merah.

Oscar mengepalkan tangannya, tapi melihat penampilan Zoey yang menyedihkan, dia akhirnya menarik Zoey ke dalam pelukannya. Oscar memeluk Zoey cukup erat. Di balik punggung Oscar, Zoey tersenyum tipis.

Kena kau! batin Zoey tertawa senang.

Zoey membalas pelukan Oscar dengan erat. Jika dikehidupan yang lalu, dia hanya akan menjadi samsak tinju Oscar, kini dia akan membuat Oscar bertekuk lutut padanya. Dia tidak dendam pada pria ini, karena dulu dia memang terlalu meremehkan Oscar, jadi wajar jika dia marah. Akan tetapi, karena dia memiliki bekal ingatan masa lalu, jadi Zoey merasa percaya diri bisa menaklukan gunung es ini dengan pesonanya.

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!