Bagaimana jadinya jika kau dipaksa untuk menikahi wanita yang sama sekali tidak kau sukai bahkan wanita yang sudah kau benci sejak awal sebelum dijodohkan?
Mau tidak mau ataupun siap tidak siap besok adalah hari yang tak bisa dihindari atas tekanan yang penuh paksaan itu Leon Schafer terpaksa melangsungkan pernikahan dengan gadis yang ia benci, Elvira Ruby Jane.
Jika dilihat dari namanya gadis itu terkesan sangat indah dan menawan namun aslinya wanita itu bermuka dua memiliki sifat buruk dan menjijikan yang disembunyikannya selama ini.
Leon mengetahui semua itu karena mereka pernah berada di bangku sekolah yang sama dan lebih lagi kekasih hati Leon, Isabella adalah korban dari keburukan Elvira.
Namun balik lagi orang tuanya sangat tak terhentikan dan keputusan orang tuanya juga tak terbantahkan.
"Kenapa kau masih bersantai seperti ini Leon? Besok adalah hari pernikahanmu" ucap wanita paruh baya yang tiba-tiba menyelonong masuk ke dalam kantornya.
"Ma.." sapa Leon menatap lirih ibunya itu.
Lamia Schafer, sang ibu hanya menghela nafasnya kasar saat melihat tatapan putranya itu. Sebagai seorang ibu ia tentu tidak menutup mata dan telinga dengan fakta bahwa putranya itu sangat menentang pernikahan ini dan ia juga tau jika putranya sudah memiliki kekasih hati sejak mereka masih berada di bangku sekolah.
Hubungan Leon dan Isabell sudah sangat lama bahkan Lamia juga mengenal Isabell dan bukan sekali dua putranya itu bercerita tentang kekasihnya bahkan terakhir kali Leon mengatakan ingin segera melamar kekasihnya Isabell.
Namun Lamia, sang ibu pun tidak bisa berbuat banyak karena semua ini sudah direncanakan dan diputuskan sepihak oleh suaminya, ayah Leon, Thomas Schafer.
"Ayo pulang bareng mama, kau harus istirahat sayang. Besok akan menjadi hari yang panjang dan akan sangat melelahkan" ucap Lamia pada putranya itu.
Leon menghela nafasnya kasar dan mengacak rambutnya frustasi, Lamia yang melihat itu hanya bisa menghela nafas saja karena tak banyak hal yang bisa ia lakukan bahkan mau protes pun tak akan mengubah keputusan suaminya.
"Mama pulanglah, aku akan menyusul sebentar lagi setelah menyelesaikan ini" ucap Leon mencoba untuk tenang.
Sebenarnya tidak ada yang harus diselesaikannya, itu hanya alasan karena ia butuh waktu sendiri karena jika kembali ke rumah maka ia akan mendengar ucapan yang sama dari ayahnya yang selalu menekankan pernikahan ini.
"Ayolah Leon, mama sudah jauh-jauh datang kemari untuk menjemputmu. Apa kau tega membiarkan mama pulang sendirian?" ucap Lamia.
"Lagipula supir mama sudah pulang karena mama pikir kau akan pulang bersama mama, apa kau ingin mama pulang menggunakan taksi?" ucap Lamia lagi.
Sebenarnya Lamia datang menjemput Leon atas perintah suaminya karena suaminya itu takut jika putra mereka melarikan diri karena besok adalah hari pernikahannya.
"Baiklah"
Pada akhirnya Leon pulang ke rumah bersama ibunya, tidak ada percakapan selama perjalanan karena Leon sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Bersiaplah Leon! Besok adalah hari pernikahanmu, kau jangan pernah berpikir untuk mengacaukannya!"
"Aku sudah membesarkan mu dari kecil dan ini saatnya kau membalas budi pada orang tuamu" ucap Thomas dengan dingin pada putranya yang baru saja tiba di rumah itu.
Kesal? Marah? Tentu saja bahkan ia tidak diberi kesempatan untuk berpikir apalagi untuk menolak perjodohan ini, semua berjalan sesuai rencana ayahnya.
"Apa kau dengar yang kukatakan?!" ucap Thomas lagi.
Leon hanya diam menatap ayahnya dengan memendam amarah karena ia bukan anak durhaka yang melampiaskan amarah pada kedua orangtuanya itu.
"Jangan pernah berpikir untuk mengacaukannya! Kau mengerti?!" hardik Thomas.
"Terserah kalian saja, lakukan apapun yang kalian mau pada hidupku. Balas budi atau apapun itu, terserah kalian saja!" ucap Leon beranjak pergi dari sana.
"Hey! Mau kemana kau?! Jangan berpikir untuk kabur, Leon!" ucap Thomas sedikit berteriak.
"Sudah sayang, biarkan dia sendiri, Leon tidak akan kabur" ucap Lamia mencoba untuk menenangkan suaminya yang terpancing emosi itu.
"Suruh anakmu itu kembali!" ucap Thomas.
"Biarkan saja, dia pasti pulang" ucap Lamia
"Dan kau.. kata-katamu sangat keterlaluan, seharusnya kau tidak mengatakan hal seperti itu. Dia putra kita kenapa dia harus membalas budi pada kita? Bukankah selama ini sudah cukup, dia selalu menuruti perkataanmu" ucap Lamia lagi, ia tak terima dengan apa yang dikatakan Thomas pada putra satu-satunya itu.
"Tentu saja dia perlu balas budi pada kita karena kita orangtuanya, dia harus menjadi anak yang berbakti" ucap Thomas tak merasa ada yang salah dengan ucapannya.
"Kalau begitu aku bukan anak yang berbakti karena aku tidak pernah membalas budi kedua orang tuaku" ucap Lamia.
"Berhenti membelanya! Kau selalu memanjakannya seperti itu" ucap Thomas tak ingin berdebat dengan istrinya itu.
"Karena kau terlalu egois! Bukankah sudah pernah kukatakan biarkan putra kita memilih bagaimana hidupnya jangan ikut campur tapi kau selalu menentukan bagaimana hidupnya" ucap Lamia
"Apa kau ingin putramu merasakan apa yang kau rasakan? Apa karena itu kau juga menjodohkannya, kau menyesal dijodohkan denganku? Apa kau membenciku?" ucap Lamia hampir meneteskan air matanya.
"Perhatikan ucapanmu! Berhenti melantur, jangan dikait-kaitan seperti itu!" ucap Thomas berdiri meninggalkan istrinya di ruang keluarga seorang diri.
Disisi lain Leon kini berada di sebuah club yang dimiliki sahabatnya Victor, Victor adalah sahabat Leon sejak mereka di bangku sekolah.
Leon, Victor, Elvira dan Isabella berada di sekolah yang sama, jadi sedikit banyaknya Victor mengetahui bagaimana dan apa yang membuat Leon sangat membenci Elvira.
"Berhenti memberinya minuman!" ucap Victor pada anak buahnya dan duduk di kursi sebelah Leon.
"Apa yang kau lakukan disini? Besok adalah hari pentingmu tapi kau malah asik minum-minum disini" ucap Victor merampas gelas dari genggaman Leon.
"Apa kau juga berada di pihak ayahku?" ucap Leon geram.
"Come on! Kau bahkan tidak bisa menolak permintaan mereka lalu kenapa kau seperti ini? Tidak akan ada yang berubah dengan kau mabuk-mabukan seperti ini" ucap Victor.
"Kenapa harus wanita itu?! Kenapa menyiksaku seperti ini, aku sangat membencinya. Dia wanita yang sangat menjijikan" ucap Leon dan Victor hanya menghela nafasnya kasar.
"Kau tidak boleh terlalu membencinya seperti itu bahkan kita tidak tau kebenarannya karena selama ini kau hanya mendengarnya bukan?" ucap Victor.
"Maksudmu Isabell berbohong padaku? Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu, apa kau tidak lihat bagaimana sakitnya Isabell yang menangis setiap kali bercerita tentang wanita hina itu?!" ucap Leon semakin geram.
"Bukan begitu maksudku tapi kau tidak pernah melihatnya secara langsung" ucap Victor lagi.
"Kau sama saja! Apa kau juga dihasut oleh wanita itu seperti ayahku?" ucap Leon geram bangkit dari sana meninggalkan Victor dan club itu.
Sepeninggalan Leon, Victor menghela nafasnya kasar "Bukan aku yang dihasut tapi kaulah yang sudah terhasut oleh omongan kekasihmu itu"
Dengan pikiran yang berantakan dan suasana hati yang tak karuan Leon mengendarai mobilnya menuju apartemennya dan sebelum itu ia juga sudah mengabari ibunya jika ia tak kembali ke rumah orangtuanya dan kembali ke apartemennya.
Bukan karena apa-apa, ia hanya merasa harus mengatakannya selain tak ingin membuat ibunya khawatir Leon juga tak ingin ayahnya itu melakukan sesuatu yang berlebihan.
Hal yang sangat dihindari Leon beberapa hari ini adalah bermain ponsel terlebih saat harus membuka pesan karena ada banyak pesan dan panggilan yang sengaja ia abaikan, yang tak lain tak bukan adalah pesan dari kekasih hatinya Isabella.
[My Love] - Kenapa mengabaikan panggilan dan pesanku? Apa kau sudah mengatakan pada orangtuamu kalau kau menolak perjodohan itu?
[My Love] - Apa kau tetap akan menikahi wanita licik itu? Jika itu tidak bisa ditolak maka aku tidak bisa berbuat banyak tapi aku tidak mungkin membiarkanmu menikahi wanita itu begitu saja.
[My Love] - Dia wanita yang licik dan kejam, aku tidak ingin kau juga merasakan apa yang kurasakan selama ini.
[My Love] - Kenapa kau tidak membalas pesanku? Aku merindukanmu T_T
Leon melakukan ini bukan karena ia tak peduli tapi karena ia tak tega jika harus mengatakan pada kekasihnya itu jika ia tidak bisa menolak pernikahan ini.
Daripada orang lain Leon yang paling mengetahui bahwa ini sebuah pengkhianatan bagi Isabella tetapi itulah tujuannya, lebih baik seperti ini dan ia harap Isabella akan membencinya karena telah dikhianati.
Baru saja turun dari mobilnya ia mendengar seseorang memanggil namanya, suara yang asing untuknya terlebih itu wanita yang sudah pasti bukan ibunya apalagi Isabella.
"L-leon..." sapa wanita itu lagi dan Leon pun memalingkan tubuhnya untuk melihat siapa wanita yang memanggil namanya itu.
Sebuah kejutan. Seseorang yang tak pernah ia harapkan kini ada dihadapannya dengan tidak tau malunya berdiri didepannya bahkan memanggil namanya tanpa perasaan bersalah sedikit pun.
Elvira Ruby Jane wanita yang sangat ia benci yang menghancurkan hidupnya dan mengacaukan hubungannya dengan Isabella. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu secara langsung setelah mendapat kabar jika mereka akan dijodohkan dan seingatnya terakhir kali mereka bertemu saat masih di sekolah karena tidak ada alasan untuk mereka bertemu lagi.
Tidak banyak yang berubah dari wanita itu rambut panjang blondenya, baju kemeja dan celana jeans serta kacamata yang menjadi ciri khasnya.
Elvira terlihat persis seperti saat masih bersekolah dan dengan penampilan lugu itulah ia menipu semua orang.
"H-hai Leon.. apa kau masih mengingatku?" ucap Elvira kembali menyapa karena Leon hanya diam menatapnya.
Leon melihat Elvira dengan tatapan jijik dan kacamata itu sangat mengganggunya, wanita kejam sepertinya sangat tidak pantas berpenampilan lugu seperti itu.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Leon to the point dan mengabaikan pertanyaan Elvira.
Ini sedikit mengganggu karena wanita itu dengan penampilan lugunya merasa canggung dan ragu saat ingin berbicara.
"Katakan! Ada perlu apa kau kesini?!" ucap Leon lagi sedikit kesal melihat Elvira yang bertele-tele.
"A-aku sudah dengar beritanya.. B-besok adalah hari p-pernikahan k-kau dan a-aku" ucap Elvira terbata-bata.
"Dengar beritanya? Ucapan konyol apa itu? Tentu saja kau tau itu karena kaulah orang yang merencanakan semua ini!" ucap Leon geram.
Ucapan Leon membuat Elvira kaget karena itu tidak benar dan ia juga baru mendengar berita ini dua hari yang lalu dan baru hari inilah ia bisa menemui Leon.
"T-tidak.. itu tidak benar, s-sungguh aku b-baru dengar berita ini" ucap Elvira kelabakan untuk menjelaskan situasinya.
"Ck! Berhenti bersikap lugu di hadapanku. Aku tidak seperti orang tuaku dan kau tidak akan bisa menipuku!" ucap Leon, semua kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak ada yang terdengar baik.
"I-itu tidak benar, a-aku juga sudah mencoba mengatakan pada ayahku j-jika kau sudah memiliki kekasih t-tapi ayahku tidak mendengarkan aku"
"K-karena ayahku dan ayahmu sudah menyepakati s-semua ini dan keputusan mereka sudah bulat untuk menjodohkan kita" ucap Elvira sedikit terbata saat mencoba untuk menjelaskan situasinya.
"Tutup mulutmu! Jangan mengatakan apapun lagi, kau membuatku tambah jijik denganmu" ucap Leon tak memperdulikan bagaimana perasaan Elvira.
"Sungguh, aku benar-benar sudah mencoba untuk menghentikan ayahku dan ayahmu tapi tidak satupun dari mereka yang mendengarkan aku" ucap Elvira lagi.
"Kau pikir aku akan percaya dengan omong kosongmu itu?" ucap Leon menatap remeh Elvira.
"Sudahlah.. berhenti bersikap sok suci, sok baik di depanku, kau benar-benar membuatku jijik!" ucap Leon lagi.
"Bagaimana caraku menjelaskannya agar kau mempercayaiku?" ucap Elvira lirih.
Jujur saja ia senang saat mendengar jika ia akan dijodohkan dengan Leon Schafer karena Leon adalah pria yang ia sukai sejak lama. Namun meskipun begitu ia tidak bisa menutup mata dan telinga dengan fakta bahwa Leon sudah memiliki kekasih hati.
"Kau ingin aku percaya pada ucapanmu itu?" tanya Leon menyeringai dan Elvira dengan polosnya menganggukkan kepala.
"Tadi kau mengatakan jika kau sudah mencoba untuk menghentikan ayahku dan ayahmu bukan?" ucap Leon diangguki oleh Elvira.
"Kalau begitu buktikan kesungguhan ucapan itu. Jika kau berkata benar maka besok jangan datang ke acara itu" ucap Leon menyeringai.
Elvira kaget mendengar ucapan Leon, ia tak percaya jika Leon memintanya untuk kabur dihari pernikahan mereka. Ia sangat sedih saat tau jika Leon sebegitu tidak suka dengannya dan sangat membenci pernikahan ini.
"A-apa yang baru saja kau katakan, Leon?" tanya Elvira kaget.
"Buktikan saja ucapanmu itu! Aku akan mempercayaimu jika kau melakukannya" ucap Leon penuh kemenangan.
Leon sengaja mengatakan hal itu karena ia tau jika Elvira pasti tidak setuju dengan ucapannya itu karena dialah orang yang membuat orang tua mereka merencanakan pernikahan ini.
Elvira sudah menyukainya sejak mereka masih dibangku sekolah dan hal itulah yang membuat Elvira sangat membenci Isabella dan tak tanggung-tanggung bahkan menyakiti Isabella setelah mengetahui jika Isabella resmi menjadi kekasihnya.
"A-aku tidak bisa melakukannya" ucap Elvira dengan mata berkaca-kaca.
Wanita itu sangat lucu dan hampir membuatnya tertawa dengan sandiwara menjijikan itu, ia sudah menduga jika Elvira akan mengatakan itu.
"Kau tidak bisa melakukannya bukan? Jika begitu maka tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, pergilah!" ucap Leon secara langsung mengusir Elvira.
Sebelum Elvira beranjak dari sana Leon lebih dahulu pergi meninggalkan Elvira dan langkahnya terhenti saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Elvira.
"Kenapa kau sangat membenciku? Apa segitu buruknya jika menikah denganku?" ucap Elvira dengan suara sendunya.
Leon hampir tertawa mendengar ucapan wanita itu.
"Oh come on! Sebelum kau bertanya ada baiknya untuk berkaca terlebih dahulu" ucap Leon remeh.
Tak ingin lebih lama lagi berbincang dengan Elvira, Leon pun beranjak dari sana menuju apartemennya meninggalkan Elvira seorang diri disana yang kini sudah meneteskan air matanya.
Dulu sewaktu Elvira masih kecil ibunya sering kali menceritakan kisah bahagia Cinderella bertemu pangeran, si pujaan hatinya.
Hampir setiap malam sebelum tidur ibunya selalu menceritakan kisah Cinderella atas permintaan Elvira karena Elvira menyukai cerita tersebut.
Hingga suatu ketika ibunya mengatakan sesuatu yang membuat Elvira ingin memiliki kisah bahagia seperti Cinderella dan bertemu pangerannya.
"Ibu.. Apa ibu juga punya pangeran?" tanya Elvira kecil pada ibunya itu dan ibunya hanya tersenyum hangat menatap putri kecilnya itu.
"Tentu sayang, ayah adalah pangeran ibu" ucap ibunya itu.
"Kalau ayah pangeran berarti ibu Cinderella" ucap Elvira kecil tertawa.
"Ya itu benar sayang.. Grandma juga Cinderella dan pangerannya adalah kakek" ucap ibunya lagi.
Entah kenapa itu membuat Elvira tertarik, ia menatap ibunya dengan mara berbinar-binar dan penuh harap.
"Um.. Apa Elvira juga punya pangeran?" tanya Elvira kecil lagi.
"Ya nanti kalau sudah besar kamu pasti akan bertemu pangeran" ucap ibunya.
"Apa sekarang Elvira tidak punya?" tanyanya memasang wajah cemberut.
"Sekarang Elvira kan punya ayah" ucap ibunya mencoba untuk mengembalikan senyuman manis putri kecilnya itu.
"Tapi ayah kan pangerannya ibu" ucap Elvira masih cemberut.
"Ayah juga pangeran buat Elvira, nanti kalau Elvira sudah besar pasti Elvira akan bertemu pangeran Elvira yang sesungguhnya seperti ibu yang bertemu ayah saat kami sudah besar" jelas ibunya.
"Apa ibu bahagia seperti Cinderella?" tanya Elvira lagi, kini moodnya sudah kembali.
"Tentu.. ibu sangat-sangat bahagia apalagi setelah ibu dan ayah punya Elvira" ucap ibunya lagi.
Elvira selalu mendambakan hidup bahagia seperti Cinderella dan bertemu pangeran suatu saat nanti. Hingga akhirnya ia bertemu dengan pria yang membuatnya berdebar hanya dengan melihat pria itu, yang tak lain adalah Leon Schafer.
Di pertemuan pertama itu Elvira jatuh hati pada Leon dan mengatakan jika Leon lah yang akan menjadi pangerannya, ia sudah menetapkan hatinya pada Leon sejak itu.
Semuanya berjalan dengan lancar, rasa sukanya terhadap Leon makin hari semakin membesar bahkan hanya dengan bertatapan saja membuatnya berdebar.
Selama itu Elvira menyukai Leon dalam diam karena ia tidak memiliki keberanian untuk mengatakan perasaannya namun semua itu berubah dan Leon mulai mengenalnya bahkan membencinya.
Leon membulinya dan secara terang-terangan mengatakan jika ia membencinya, itu sangat menyakitkan mengetahui jika orang yang dicintai malah membencimu.
Bahkan sampai sekarang ia tidak tahu kenapa Leon bisa segitu benci kepadanya padahal selama ini ia tidak merasa pernah berbuat salah sampai menyakiti hati Leon.
Sakit? Tentu saja itu menyakitkan, pria yang kau idam-idamkan menjadi pangeranmu malah membencimu. Namun meskipun dibenci tak membuat rasa suka Elvira pada Leon berkurang sedikit pun.
Ada banyak hal menyakitkan yang ia rasakan jadi apa yang terjadi pada dirinya dan Leon bukanlah masalah besar, ia bahkan mengetahui berita yang lebih menyakitkan daripada itu yang ternyata dia bukanlah anak kandung orang tuanya.
Elvira di adopsi saat berusia tiga tahun banyak hal yang terjadi padanya sehingga ia tidak mengingat hal seperti itu dan ia juga tidak menyangka jika ia bukanlah anak kandung orang tuanya.
"Bagaimana perasaanmu sayang? Everything good, right?" tanya sang ayah yang kini berada di ruang hias putrinya.
"Ayah.. apa benar ini pilihan yang terbaik?" tanya Elvira menatap lirih kearah ayahnya itu.
"Tentu sayang, percayalah.. Tuan Thomas dan istrinya yang akan menjaminnya dan yang ayah tau putra mereka Leon bukanlah pria yang tak bertanggung jawab, jadi kau tenang saja oke?" ucap ayahnya itu.
"Apa kau keberatan nak? Bukankah kau menyukai putra tuan Thomas?" tanya ayahnya lagi dan Elvira menganggukkan kepalanya malu.
"Semua akan baik-baik saja, percayalah" ucap ayahnya.
Elvira hanya bisa tersenyum menatap ayahnya itu fakta bahwa Leon sudah memiliki kekasih dan membencinya tak bisa diabaikan tapi hal yang membuatnya berharap adalah kedua orang tua Leon adalah orang yang memilihnya sebagai calon pengantin Leon.
Elvira merasa sangat senang dan takut secara bersamaan karena ia tau pasti Leon tidak menyukainya tapi dengan penuh harap ia berdoa agar kedepannya setelah mereka menjalin kehidupan bersama pandangan Leon terhadapnya akan berubah dan perlahan mulai membuka hati untuknya.
Bukannya pasrah menerima pernikahan ini begitu saja setelah mengetahui apa yang kedepannya akan ia hadapi namun ia sudah berusaha untuk menolak tapi itu semua sia-sia karena omongannya sama sekali tak didengar oleh ayahnya dan lagipula semua ini terencana seperti mereka tak peduli dengan keputusannya dan ia yakin itu jugalah yang terjadi pada Leon yang memintanya untuk kabur dihari pernikahan mereka ini.
“Wow apa ini? Kau terlihat sangat cantik, kau tau gaun itu terlihat seperti dibuat khusus untukmu” ucap seorang wanita menerobos masuk dengan gembiranya, itu adalah Heize sahabat dekat Elvira sejak kuliah.
“Hey Zee! Aku senang sekali kau bisa datang” ucap Elvira penuh kegembiraan dan haru melihat kehadiran sahabatnya itu.
“Apa-apaan itu, kau berbicara seakan aku tidak bisa datang ke hari penting untukmu. Apapun tentangmu tentu saja aku datang” ucap Heize
“Lagipula aku tidak mungkin melewatkan pemandangan indah ini, kau cantik sekali. Kau akan membuat mempelai priamu pangling” ucap Heize lagi mendapat senyuman hangat dari ayah Elvira.
“Kalian lanjutlah! Zee temani Elvira ya, om mau ke bawah dulu melihat para tamu” ucap ayahnya pamit membiarkan putrinya bersama Heize.
“Oke om, tenang saja. El aman bersamaku” ucap Zee penuh percaya diri.
“Katakan apa yang pria gila itu katakan padamu?” tanya Heize tak lama setelah ayah Elvira keluar dari sana.
“Who?” tanya Elvira bingung dengan arah pembicaraan sahabatnya itu.
“Pria gila yang akan menjadi suamimu itu, katakana padaku apa yang dia bicarakan? Apa dia menyakitimu?” ucap Heize tak hentinya mencecar sahabatnya itu dengan banyak pertanyaan.
“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti” ucap Elvira
“El jangan berpikir untuk menyembunyikannya dariku, aku tau kau pergi menemuinya tadi malam. Jadi katakana padaku apa yang pria itu katakan padamu” ucap Heize cukup membuat Elvira kaget dan bingung bagaimana sahabatnya itu bisa tau jika ia datang menemui Leon tadi malam.
“Kau membuatku takut” ucap Elvira mencoba untuk bercanda namun tidak untuk Heize yang kini berada di mode seriusnya.
“Katakan!” ucap Heize lagi, Elvira menghela nafasnya kasar tak ada yang bisa ia lakukan menyembunyikan kebenarannya pun tak akan membuat sahabatnya itu percaya padanya.
“Aku menemuinya untuk membahas pernikahan ini dan ya cuma membahas itu” ucap Elvira masih ragu.
“El jangan menyembunyikan apapun dariku! Jika hanya itu kenapa kau sampai menangis?” tanya Heize kembali membuat Elvira kaget, seperti cenayang saja.
“Apa yang kau bicarakan? Kenapa juga aku harus menangis?” tanya Elvira mencoba tenang tak terbawa suasana.
“El.. aku melihatnya meskipun aku tak mendengar apa yang kalian bicarakan tapi aku mendengarnya, aku ada di salah satu mobil diparkiran itu” ucap Heize lagi, sekarang takada alasan untuk Elvira mengelak lagi.
“Dia menyalahkanku atas perjodohan ini dan dia juga mengatakan padaku untuk kabur hari ini” ucap Elvira tersenyum.
“Jangan tersenyum! Itu bukan hal yang baik, bagaimana mungkin kau bisa mengatakan hal itu dengan santai” ucap Heize terbawa emosi.
“Zee” sapa Elvira lirih
“Are you okay?” tanya Heize khawatir pada sahabatnya itu.
“Jujur, aku tidak baik-baik saja tapi aku tak apa” ucap Elvira tersenyum dan Heize hanya bisa menatap sedih sahabatnya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!