Brag!!!
Sebuah dentuman hebat terdengar tepat dilampu merah, sebuah mobil berwana putih yang dikendarai seorang gadis menyeruduk sebuah mobil sprot bugatti dari depan. Gadis yang menabrak langsung turun dari mobilnya begitupun dengan pemilik mobil yang baru saja ia tabrak.
Seseorang itu langsung menampakkan wajah terkejut. Ia tidak tahu jika mobil yang baru saja ia tabrak adalah milik salah satu artis terkenal di kota ini, bahkan beberapa hari publik dibuat terkejut ketika mengetahui fakta bahwa Zico adalah putra tuan Darren Luxier salah satu pengusaha yang memiliki kekuasaan yang kuat. Gadis itu segera menunduk dan membungkuk padanya.
“Mohon maaf tuan muda Zico, saya benar-benar tidak sengaja, saya akan bertanggung jawab, mobil ini akan saya perbaiki.” Ucapnya sambil melirik bagian belakan mobil Zico yang penyok.
Si pemilik mobil yang awalnya ingin marah tiba-tiba hatinya melunak saat mengetahui ternyata yang menyeruduk mobilnya hanyalah Seorang gadis kecil. Terlebih saat melihat kening gadis itu sedikit terluka dan berdarah. Dia perlahan melangkah lalu berdiri didepan gadis itu.
“Apa itu penting? Seharusnya kau lebih menghawatirkan dirimu sendiri nona.”
Gadis itu menatap penuh tanya.
“Keningmu berdarah, apa kau baik-baik saja?”
“Tidak apa tuan muda…” Ucapnya sambil memegang keningnya yang sedikit perih. Gadis itu bahkan tidak sadar jika keningnya terluka. “Sekali lagi saya minta maaf.” Ucapnya sopan. Tabrakan pagi ini membuat kemacetan panjang dan kehebohan luar biasa. Mungkin karena dia adalah Zico Sebastian membuat seluruh pengguna jalan berhenti demi mengambil gambar pria itu.
“Bagaimana kalau kita obati dulu lukamu?” Zico membawa gadis itu menuju rumah sakit yang kebetulan hanya beberapa meter dari tempat mereka kecelakan. Dia menghubungi seseorang untuk memberesakan masalah ini.
Setelah dari klinik mereka berdua duduk disebuah kedai kopi, Zico membelikannya minuman, karena gadis kecil itu masih terlihat sangat pucat dan shock.
“Terima kasih tuan muda Zico… Terima kasih atas semuanya. Saya janji akan mengganti semuanya.” Katanya pelan.
Zico memperhatikan gadis kecil didepannya. Dari awal bertemu dia seperti mengetahui dirinya bahkan memanggilnya tuan muda. Jika itu adalah salah satu fansnya tidak mungkin memanggilnya dengan kata tuan muda secara terus menerus. Zico menyilangkan kakinya dengan anggun. Dia masih memperhatikan gadis kecil yang tengah meminum ice kopi miliknya. Jika diperhatikan dia bukan gadis kecil biasa, terlihat dari mobil yang dikendarainya. penampilannya terlihat sederhana , namun semua yang melekat dibadannya adalah keluaran brand terkenal. Bahkan jam yang melingkar di pergelangannya itu hanya ada beberapa saja dinegara ini
Zico masih berusaha mengingat semua anak gadis kolega ayahnya yang pernah ia temui namun, wajah cantik gadis itu sangat asing. Siapa dia?
“Apa kau mengenalku?” Zico bertanya. Awalnya dia berfikir bahwa gadis itu adalah salah satu seleb gram atau sosialita yang menjadi penggemarnya. Namun jika dipikir lagi, dia bukan seperti seorang penggemar yang bertemu dengan idolanya.
Gadis kecil itu mengangguk pelan
“Siapa namamu?” Zico terus bertanya pada gadis kecil yang sejak tadi hanya menunduk
“Sofia.” Ucapnya pelan
“Hanya Sofia?”
“Sofia Anaya”
Untuk sesaat Zico terdiam sampai pada akhirnya tersenyum kecil. Perasaan baru beberapa jam yang lalu dia membanting vas bunga hanya karena ayahnya menyebut seorang gadis bernama Sofia sekarang malah ditabrak langsung oleh orang pemilik nama tersebut.
“Apa kau sengaja tidak menyebut nama orang tuamu agar aku tidak menuntutnya?”
Sofia yang sejak tadi menunduk akhirnya mengadah. Sorot mata berwarna emerland itu seolah berhasil menghipnotis Zico.
“Tidak tuan Muda…”
“Lalu siapa nama ayah mu?”
“Arez Ganendra.”
“Arez Ganendra.” Ucapnya sangat pelan.
Mendengar nama itu, Zico sedikit terkejut.
“Tuan Muda, sekali lagi saya meminta maaf, saya akan mengganti perbaikannya, atau jika tuan mau saya akan memberikan anda sebuah mobil yang baru. Tapi mohon jangan meminta menghubungi ayah saya.
“Kau terlihat seperti seorang bocah kecil, apa kau masih duduk dibangku sekolah?” Tanya Zico setelah meneguk secangkir kopi miliknya.
“Tidak tuan, saat ini saya sudah kuliah. Ini tahun pertama saya.”
“Kau masih kuliah dan berniat mengganti mobilku? Bahkan hanya untuk memperbaikanya jika anak seusiamu mungkin agak sedikit berat. Apa kau tau berapa harga mobilku?”
Sofia mengangkat wajahnya melirik Zico. Ia mikirkan harga mobil dan uang tabungan miliknya. Mobil yang baru ia tabrak adalah mobil sport yang lumayan menguras isi tabungannya. Bukan hanya itu, Jika Sofia menarik sebagian dari tabungan miliknya, Arez-ayahnya akan tahu masalah ini. Itu akan jauh lebih buruk dari kehilangan tabungan. Terlebih jika Sofia langsung menyetujuinya bukankah itu terlihat seperti kesombongan.
Gadis itu sedikit berfikir hingga terlintas sebuah nama yang sangat cocok untuk membantunya. Meski memiliki keberhasilan 2% . “Saya mungkin tidak mampu menggantinya tapi om saya pasti mampu membelinya.” Dia menyodorokan omnya, masa bodoh pria itu akan memarahinya setidaknya untuk hari ini dia bisa selamat.
“Om?” Tanya Zico penasaran. Jika tebakannya tidak salah dia akan bertemu dengan pria itu. “Kalau begitu panggil dia kemari!”
Sofia mengangkat wajahnya menatap Zico lebih kaget dari sebelumnya. Dia tidak pernah menyangka tuan muda ini akan meminta untuk memanggil omnya. Hubungan mereka tidak baik, tidak mungkin dia akan datang. Apa sebaiknya menyerahkan masalah ini pada papa? Pikir gadia itu namun cepat-cepat ia menepisnya. ‘Tidak, pemikiran macam apa itu?’
“Mohon maaf tuan, bukannya saya menolak tapi om saya pria yang sibuk. Dia pasti sedang berada di salah satu negara di belahan dunia ini.” Sofia berbohong, bahkan dia tidak tahu dimana omnya saat ini berada. Detik selanjutnya Sofia mengeluarkan sebuah kartu. “Ini kartu nama saya dan ini kartu debet. Anda boleh mengambilnya sebagai jaminan sampai masalah mobil anda selesai.”
“Simpan saja, aku tidak butuh itu. Aku hanya ingin pria yang kau sebut om itu kesini!”
Sofia menatap Zico frustasi. Menghubungi omnya? Itu akan menjadi sesuatu hal yang akan sangat mustahil. Tapi, tuan muda itu sangat keras kepala untuk diajak negosiasi. Lagian untuk apa Sofia membawa-bawa pria menyebalkan itu? Detik selanjutnya gadis itu mengambil HP miliknya dari dalam tas, menghbungi omnya. Dia tidak memeliki ekspektasi lebih, omnya tidak mungkin mengangkat panggilan ini akan tetapi…
“Halo.”
“Ahk… Dia mengangkatnya.” Teriak gadis itu terkejut menatap Zico.
“Dia mengangkatnya.” Gumam Sofia. “Halo om…”
“Sudah ku katakan, Aku bukan om mu! Ada apa?.” Suara itu terdengar pelan namun penuh penekanan. Dengan berbisik Sofia menceritakan secara singkat apa yang baru saja dia alami namun belum sempat menyelesaikan ceritanya panggilan itu terputus.
“Jadi apa dia akan datang..”
“Entah…” Jawab gadis itu sedikit frustasi. “Apa tidak sebaiknya kita selesaikan saja masalah ini?” Kata gadis itu hampir menangis. “Ambil saja uang itu tuan, aku akan melunasi sisanya besok pagi.” Jatuh sudah air mata gadis itu, membuat Zico merasa bersalah.
“Nona jangan menangis, orang sedang melihat kita.”
Sofia menyeka air matanya. “Anda tidak usah khawatir, saya gadis jujur dan bertanggung jawab. Masalah mobil anda saya akan benar-benar bertanggung jawab.”
“Iya, aku percaya. Bisakah kita tidak usah membahas masalah mobil?”
Sofia terdiam menatap Zico. “Gadis pintar.” Pria itu kembali memperbaiki posisi duduknya. “Melihat reaksimu pertama kali melihatku, tentu kau bukan penggemarku. Apa kau mengenalku dari sisi lain?”
“Saya salah satu penggemar anda tuan, saya juga sering melihat drama anda di tv.” Jawab gadis itu. Zico hanya mengangguk seolah percaya, sebenarnya selama ini pria itu hanya bermain film itupun tidak disiarkan di TV nasional.
“Jadi, drama ku yang mana sudah kau nonton?”
“Apa?”
“Bukannya kau bilang sering melihat drama ku, tentu kau ingat salah satu judulnya kan?”
“…” Sofia terdiam
“Apa drama yang kau maksud ‘Tukang bubur naik pesawat?’”
“He? Apa itu drama?”
Zico terlihat menahan senyumannya melihat wajah kebingungan Sofia.
Sepuluh menit kemudian. Erlan paman dari gadis itu datang dengan wajah cemas. Dia akan mencincang keponakannya karena berani menyetir sendiri dan berakhir menabrak mobil seseorang.
Sofia langsung berdiri saat melihat omnya berjalan dari pintu masuk. Dia sangat terkejut bahkan hampir menjatuhkan ponsel dalam genggamannya. Dia melambaikan tangan. Erlan segera menghempirinya dengan perasaan sangat cemas
“Kau gadis nakal…” Erlan berdiri dihadapan keponakannya dengan wajah panik. “Beraninya bawa mobil sendiri, aku sudah mengatakan kau bisa melakukan apa saja tapi jangan melukai dirimu.”
“Au…”Sofia menyentuh tangan omnya agar segera berhenti mengomelinya seperti anak kecil. “Om Erlan, aku terluka tapi kau malah mengomel.” Sofia memprotes sedih.
“Kepalamu?” Erlan melihat perban di kening gadis itu.
“Aku tidak apa-apa, sudah diobati.” Bisik gadis itu pelan.
“Jadi, mana orang yang mobilnya kau tabrak?”
Sofia menunjuk seseorang yang tengh duduk dirpannya dengan anggukan kecil. Erlan segera menoleh mengikuti petunjuk Sofia dan dia lumayan terkejud saat mengetahui siapa pria itu adalah Zico Luxier.
“Apa dia orangnya?”
“Apa dia orangnya?”
Sofia mengangguk pelan masih menggenggam jari kelingking Erlan. Hal itu tidak berubah sama sekali sejak mereka bertemu
“Om…”
“Aku bukan om mu. Urus sendiri masalah yang kau buat.” Seperti biasa pria bujang itu masih bersikap arogan dingin padanya.
“Om… sekali ini saja, tolong selamat kan aku.” Bisik gadis itu. “Tau kan kalau papa tau, aku akan kembali jadi princes rapunzel. Aku tidak mau”
“Ganti saja mobilnya, papa mu bukan orang miskin jadi, tidak akan kekurangan uang jika hanya mengganti satu mobil.”
Tak!!!
Gadis itu bahkan sampai memukul pundak Erlan. “Itu sama saja dengan bunuh diri, aku tidak mungkin menjual om kalau memiliki sedikit keberanian menggunakan kekayaan papa.”
“Kalau begitu pakai uang tabunganmu, aku yakin itu akan cukup.”
“Om, kau benar-benar pria menyebalkan tapi sialnya kau satu-satunya yang bisa menolongnku. Apa kau ingin membuat keponakanmu jatuh miskin? Uangmu sangat banyak, kenapa tega menyuruhku memakai tabungan yang tidak seberapa itu?
Erlan dibuat kehabisan kata-kata. Ditambah wajah imut menyedihkan itu membuat pria itu tidak bisa berbuat apa-apa.
“Setelah ini aku janji akan memasakkan mu setiap hari, membuatkan mu kopi, menyetrika bajumu… semuanya ku lakukan.” Sofia merengek. “Sekali ini aja aku mohon bantu aku om! Aku akan jadi gadis yang penurut. Hemm!”
Zico dibuat tersenyum dengan tingkah Sofia, yang tadinya dia sangat sopan saat berbicara dengannya tapi begitu berbeda saat bertemu dengan Erlan, gadis kecil itu menjadi manja dan banyak bicara.
Erlan kemudian melangkah untuk duduk disebarang Zico. Sofia memperhatikan mereka berdua, sorot mata keduanya begitu menakutkan seperti seorang musuh yang tak sengaja saling berpapasan.
“Keluar! Tunggu aku dimobil.” Titah Erlan yang diangguki Sofia dan sedikit membungkuk pada Zico.
“Sekali lagi saya mohon maaf.” Dia segera keluar, setidaknya satu masalah bisa terselesaikan
***
“Kau bisa menulis berapapun nominal yang kau mau.” Ucap Erlan.
Zico tersenyum kecil. “Apa aku begitu miskin hingga aku membutuhkan uangmu hanya untuk membeli sebuah mobil?”
“Kalau menolaknya itu artinya kau sudah tidak memiliki urusan mu dengan gadis kecil itu.” Kata Erlan bersiap untuk berdiri namun kata-kata Zico membutnya kembali duduk.
“Apa kau masih marah tentang kejadian itu?” Pria itu mengangkat pandangannya menatap Erlan. “Mungkin terlalu lambat untuk mengatakannya, tapi aku benar-benar minta maaf atas kesalapahaman diantara kita tempo hari.”
Erlan menghelai napasnya panjang. “Untuk apa membahas maslah bertahun-tahun. Lagi pula aku disini bukan untuk mendengar permintaan maaf mu.” Ucapnya arogan.
“Siapa gadis kecil tadi yang membuatmu patuh? Aku dengar dia memanggilmu om.”
Langkah Erlan terhenti saat hendak melangkah pergi, menoleh pada Zico yang masih duduk dengan santainya.
“Jangan mengganggunya!”
“Aku menyukainya.”
Erlan tertawa kecil. “Kau menyukai gadis yang baru kau temui beberapa menit yang lalu, lucu.”
“Apa kau tidak pernah dengar istilah cinta pada pandangan pertama? Aku rasa, aku merasakannya saat ini.”
“Kau pikir aku membiarkannya.” Ucap Erlan sinis
“Kenapa?”
“Tidak ada alasan.”
“Apa karena kau juga menyukainya?.”
Erlan mengadah sedikit frustasi. “Tutup mulutmu atau aku akan menghajarmu.”
Zico kemudian berdiri dihadapan Erlan. “Meski kau mengancamku seperti itu aku kan tetap mengejarnya.” Ucap Zico lebih dulu keluar dari kafe itu.
......................
Separuh perjalanan, dan mereka masih terbungkus dalam diam. Suara khas Bruno Mars terdengar pelan dari tape mobil pria itu. Tapi, hanya sebatas itu, tidak ada yang memulai pembicaraan sampai pada akhirnya helaaan nafas Erlan terdengar.
“Apa kau mengenal pria tadi?” Tanya Erlan, matanya masih fokus pada jalan didepannya.
Sofia menoleh menatap omnya yang bahkan masih tampan dengan rambut yang sudah acak-acakan. Semalaman Erlan tidak pulang kerumah karena sang ayah sedang berada diluar negri.
“Aku hanya mengetahui namanya, ini pertama kalinya kita bertemu secara langsung.”
“Itu artinya kau mengenalnya.”
“Siapa yang tidak mengenal Zico om? Wajahnya terus tampil di TV, sosial media, bennernya terpampang sepanjang jalan. Apa itu belum cukup untuk mengenal seorang Zico?” Jelas Sofia sedikit heran melihat reaksi omnya yang sedikit berlebihan. “Hemmm… Apa kalian saling mengenal? Tadi aku lihat kalian berbicara sangat serius.” Lanjut Sofia sedikit penasaran.
“Tidak.” Erlan kemudian menoleh melihat kening gadis itu, lalu membelokkan mobilnya menuju rumah sakit sehingga Sofia menyadari jika jalan yang mereka ambil bukan menuju kekediam Ganendra.
“Om, ngapain ke rumah sakit?”
“Menurutmu?”
“Aaaa… serius aku tidak apa-apa. Tadi Zico…”
Erlan menoleh, mendekati Sofia lalu membuka sabuk pengaman yang gadis itu pakai. “Aku belum memastikan apa kepalamu baik-baik saja..”
“Tapi om…”
“Turun! Atau aku akan menggendongmu.” Ucapnya penuh penekanan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!