NovelToon NovelToon

Papa, Mama Jadi Hantu 2

Episode 1

Kehidupan yang ku alami semenjak kecelakaan itu sungguh berat. Aku mesti sendirian menghadapi hidup. Hingga harta kekayaanku habis. Semua kulakukan untuk penyembuhan, pengobatan, dan lain sebagainya demi keseharian ku yang sudah enggan di lakukan. Bahkan orang mengira kalau aku kena depresi. Sehingga tak bahagia. Dan yang kulakukan hanya merenung.

Tersisa hanya bagian tengah pekarangan yang dulunya sangat luas. Kini tinggal tengah saja yang paling bernilai 38 juta saja. Harta segitu sebentar paling juga habis. Semuanya ludes. Baik tanah di luar kota yang setidaknya ada di satu lokasi. Dengan dua rumah di perumahan, semua menjadi tinggal kenangan. Gegara peristiwa itu. Peristiwa yang bagiku sangat berat. Tapi bagaimana lagi.

Semua mesti ku tanggung sendiri. Supaya masih bias bertahan. Sampai suatu ketika bakalan kembali ke alam lain. Dimana aku di ciptakan. Tentu saja mesti banyak proses yang di alami. Dan apa gunanya kalau terus begini. Yang kesemuanya hanya menambah banyak kekurangan. Dimana tak bias aku putar secara cepat. Sehingga demikianlah apa yang kini kejadian. Tak bias aku ulang lagi. Tak bias di kembalikan.

Yang masih teringat hanya istri dan anakku. Entah dia bahagia atau tidak. Atau malah memikirkan ku di sini. Yang kenyataannya anakku masih di sini. Dalam pikiranku. Yang masih bersedia memberi makan padaku. Entah bagaimana dia mengadakannya. Atau mencuri, atau cukup main sulap seperti kucing lar negeri itu yang Cuma merogoh kantong. Yang jelas aku merasakannya. Sehingga untuk itu aku tak kekurangan. Tapi kalau ingin mencari nuansa lain, tentu bakalan aku temukan di luar.

Dimana pada sebuah lokasi per-jual belian makanan rakyat, disitu aku bias memperolehnya. Yang tentu saja mesti pakai uang beneran. Bukan pemberian anakku yang kadang Nampak, kadang hilang. Itu yang jadi permasalahannya. Makanya segalanya menjadi demikian rumit. Hingga membuat segalanya ludes. Sedikit demi sedikit, uang tabungan mesti habis. Kalaupun hutan, para tetangga tak bias memberinya. Ada yang alas an mesti mencari tanda tangan istri, tentu saja kesulitan dengan tak adanya di samping. Yang kalau tanda tangan tak Nampak. Dan memegang pulpen juga kebingungan.

Makanya hutang tak cair. Atau saat mengambil di lain tempat, akan kesulitan, meskipun tanda tangan siapa sudah ada. Tapi baru cair setahun berikutnya. Dimana hutang pada lain tempat sudah menumpuk. Makanya saat cair, langsung habis guna menutup hutang yang sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit itu. Juga secara online yang tanda tangannya maya itu, lumayan cepat prosesnya. Tapi lama kelamaan juga habis. Mana bunganya saja yang tinggal di bayar. Dan sudah di telepon berkali-kali untuk melunasi sebelum Sembilan hari itu. Makanya semakin rumit kehidupan ini. Mu hutang juga di mana lagi.

Akhirnya terjual lah satu-satunya harta kekayaan kami yang banyak itu. Baik tanah di luar kota dnegan pemandangan alami yang mirip-mirip dengan kejadian dulu dimana kami hilang, dimana nuansa pedesaan sangat kerasa sekali, dengan aliran sungai yang keruh oleh hanyutan lumpur dan bukan karena kotoran manusia, jadi kalau di pakai buat basuh kaki dan basuh muka masih nyaman.

Juga tanah di perumahan yang sudah di beli untuk masa depan anakku besok, kalau ada, makanya dibelikan rumah dengan cicilan yang murah saja dalam jangka waktu beberapa tahun. Tapi bias terlunasi sembari menutup kekurangan yang ada, sebelum bencana itu. Dan kini bencana dating lagi. Habis semuanya.

Episode 2

Anakku yang memberi makan. Entah dia mencari dari mana. Tapi selalu dapat.

“Sudahlah pa, jangan dipikirkan.“

“Iya.“

“Aku nanti akan membawakan makanan untuk papa.“

Aku Pun hanya diam. Aku sih makan saja. Entah makanan apa itu. Hantu kan biasanya membawa makanan yang tak beres. Kadang mie ayang ternyata cacing. Atau sate yang enak, ternyata bekas tusuk sundel bolong. Semua dilakukan hanya supaya kenyang saja.

Daripada tak terisi apapun yang tentunya akan semakin kelaparan juga akan membuat tak nyaman di pikiran, sehingga akan semakin dalam depresinya, atau berpikir yang lebih jauh serta tidak lagi konsen dengan lingkungan yang semakin lama semakin kacau saja. Serta membuat pandangan menjadi berlainan. Semisal memandang pandangan di depan yang Nampak asri, malahan Nampak sebagai sesuatu yang bukan hal indah. Atau melihat sebatang pohon, jadi nampak seperti wanita bahenol. Juga melihat becak yang Nampak begitu kuat dalam menarik penumpang seberapapun, nyatanya kala di naikin, malahan nangkring di pepohonan. Akibat kala menanjak tidak bisa menggenjot barang sedikitpun. Jadi roda belakang memutar sedemikian kuat, tapi tak bergerak, lalu mundur secara perlahan, sampai akhirnya terpelanting dan menjadi demikian.

Ini terjadi akibat begitu minimnya daya pikir, serta membuat pandangan seakan kabur saja. Menjadikan apa yang ada jadi sesuatu yang lain, yang sangat mengerikan. Bayangkan jika tusuk konde dianggap sate, maka rasanya akan sedikit keras, seperti sate daging kambing yang belum di bakar, tapi langsung masuk ke kulkas, demikian rasanya.

Pada waktu berikutnya, juga sudah terdapat makanan pagi. Tersedia, walau sudah dingin. Maklum aku juga agak kesiangan kala bangun.

Maklum apa-apa sekarang tidak. Yang ada hanya bangun, mandi, lalu masuk kamar lagi. Tapi yang jelas menghadapi hari-hari terasa demikian saja. Bukan sesuatu yang membuat pusing. Atau membuat apa yang ada di pikir untuk masa depan. Bukan. Seakan sudah taka da masa depan. Apa yang ku punyai habis semua.

Tapi memang tak selayaknya segala di hadapi dengan penuh beban. Memberat. Dan semakin berat. Mesti di lalui dengan berbagai kegiatan, sehingga semua akan bisa menjadi hal yang semakin lama semakin membaik. Sehingga mampu melupakan berbagai tragedi yang sudah terlanjur menggurat dalam pemikiran.

Dan bila sudah mampu melupakan, dengan guratan membekas itu hilang, baru membikin lagi, supaya guratan tetap ada sehingga mesti bisa berpikir sedikit ngedrop. Itulah fenomena hidup. Dimana tak selamanya stabil, dan selalu mendapat apa yang diinginkan, tapi mesti ada saja suatu hal yang menghalangi. Baik itu sengaja, maupun tak di sengaja, sehingga menjadi penyebab segalanya berubah. Baik fisik maupun psikis. Tapi bila sanggup menahan beban memberat itu, maka akan berlangsung biasa saja.

Dan ternyata kebanyakan orang mampu menanggung hal terlampau berat tersebut. Sementara yang tak bisa menanggungnya, seperti aku ini, maka bakalan menjadi sebuah hal yang mengerikan, yang menjadi teramat berat, serta semakin berat saja, dan mampu membawa perubahan yang lumayan besar serta sedikit berbeda dari banyak hal yang sudah basa di jalani. Sebab sesuatu yang sebelumnya terasa sudah nyaman, akan tetapi langsung berubah di derajat sebaliknya, maka bagaimana orang tidak akan terpikirkan.

Tentunya bisa demikian, yang merubah tetapi berubah. Yang jadi down, terus terpikirkan. Sehingga untuk Kembali bangkit akan terasa berat, dan semakin berat saja, sampai tak sanggup lagi menahan dan akhirnya pergi semuanya.

Episode 3

Depan rumahku, Si Josephine. Selalu ingin membuat supaya aku menjual tanah tersebut yang sekitar 38 juta itu. Supaya bisa menghubungkan bagian depan dan belakang yang sudah di beli ayahnya. Jadi kalau memang kedapatan, maka satu pekarangan yang luas bakalan mereka kuasai, serta di buat sesuai dengan keinginannya, menggantikan segala sesuatu yang dahulu aku punyai. Tapi bagaimana lagi, bagian depan yang lumayan berharga aku jual dulu, supaya ada hasil yang bisa untuk mengganti dana penyembuhan yang lumayan menguras. Tapi nyatanya masih kurang. Makanya aku menjual bagian belakang. Walau mereka meminta yang Tengah, tapi karena masih ada rumah yang bisa ditinggali, membuat itu yang dipertahankan. Tapi akhirnya mereka mau. Membeli tanah bagian belakang hingga batas. Supaya kemudian akan membeli yang tersisa setelah segalanya terjepit. Bahkan berharap bisa lebih murah dari yang di tawarkan. Sebagai bagian dari rasa butuh yang aku rasa.

Tentu saja aku tak mau. Mau tinggal di mana aku nanti, kalau semuanya ludes.

“Kan bisa di kolong jembatan,” ujarnya memberi saran.

Aku hanya bilang, bukannya tak mau, tapi malu jika ada orang mau mandi, nanti tidak jadi melihat aku yang lagi tidur nyenyak.

Orang tinggal sedikit lagi di tahan-tahan. Malahan dia bicara demikian. Siapa yang tak tergiur untuk uang yang sekarang bagiku sangat banyak itu. Tapi demikian, untuk mendapatkannya lagi tentu tak bisa semudah membalik telapak tangan, atau telapak kaki, yang semua serba mudah, akan tetapi sulit di lakukan kalau terpaksa demikian, Dimana segalanya mesti di pikirkan panjang-panjang. Jadi tak seperti yang sudah kejadian. Dimana segala tanah yang aku kumpulkan sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu mesti habis melayang serta uang yang di dapat juga ikut pergi, tanpa bisa Kembali lagi.

Walau memang ini suatu kebutuhan, demi Kesehatan serta berbagai untuk bisa bertahan hidup diantara yang lain yang tak bisa bertahan. Tapi kalau bisa di pikir lebih anjang lagi, tanpa main lepas begitu saja, mungkin segalanya bakalan masih bisa menjadi kepemilikan diri sendiri serta tidak lepas, dan akan masih sanggup bertahan hingga kini, untuk berikutnya bisa menjadi usaha yang bermanfaat dan masih bisa mengumpulkannya Kembali, di luar segala keinginan yang dahulu sempat terpikirkan, walau akhirnya kandas tanpa bisa di kendalikan.

Makanya dia sering ke rumah. Dengan alasan karena tetanggaan jadi bisa seenaknya main selonong daam rumah tersebut. Memang tak seberapa sih. Apalagi banyak bagian yang telah rusak dan sedikit kumuh. Oleh kotor yang di lakukan serangga serta Binatang khusus yang gemar sekali bersarang di pojok-pojok ruangan. Itu semua karena aku tak sempat melakukan pembersihan total. Akibat terlalu larut dengan pemikiran yang semakin hari semakin kacau. Jadi bagaimana lagi. Kalau hal ini memang sesuatu yang rumit serta tak mudah untuk di buang begitu saja.

Inginnya sih kita bahagia dan sejahtera. Tanpa perlu memikirkan banyak hal. Dimana segala sesuatu tentu ada saatnya untuk dilupakan. Yang buruk di buang dan menerima hal hal baik. Tapi sebaliknya, ada saatnya juga kehilangan suatu hal baik dalam Nurani, dan bakalan menerima segala pengajaran buruk yang terjadi di sekeliling tanpa bisa melakukan perombakan total. Di situlah kita merasa kalau Tengah menghadapi cobaan. Satu hal yang sebenarnya di ciptakan sendiri serta tak bisa menolak satu ajaran dari luar yang lebih ak bermakna.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!