NovelToon NovelToon

Pseudo Shadow

00 • Prolog

Duniaku baru saja kuhancurkan. Mentari ku baru saja kuredupkan. Kebahagiaanku baru saja ku lenyapkan.

Aku baru saja menggali penderitaan untuk diriku sendiri...

Teman masa kecilku, kekasihku, hatiku, sumber kebahagiaanku, aku telah membuatnya pergi....

Kumohon maafkan aku, aku merindukanmu. Tolong kembalilah, aku ingin memelukmu. Kumohon...

Aku, Aihara Shizune, gadis yang seharusnya banyak bersyukur karena mendapatkan seseorang yang mencintaiku, tapi aku justru membuatnya menghilang dari hadapanku bahkan aku membuatnya menghilang dari dunia ini. Banyak kesalahan yang telah kulakukan selama ini, namun hanya satu kesalahan yang begitu membuat hatiku mati, kepergiannya.

Aku memiliki kekasih yang sangat aku cintai lebih dari apapun, seseorang yang seharusnya aku menaruh kepercayaan lebih padanya. Namun aku justru menyia-nyiakan cintanya. Kecemburuanku telah menekannya, dan lisanku telah melenyapkannya. Maaf.

"Sudahlah Ara! Hentikan ini! Ini semua bukan salahmu, lihat Ibu nak! Dia pergi karena takdir. Jangan seperti ini ibu mohon." Ibu memeluk tubuhku yang kurus lantas menghapus jejak air mata yang sedari tadi membanjiri wajahku.

Selama ini aku tak pernah lagi keluar rumah atau bahkan mengunjungi tempat tempat yang dahulu menjadi tempat favoritku. Aku hanya terlalu malu untuk melangkahkan kakiku ke tempat dimana semua kenangan bersamanya berputar putar di kepalaku. Aku belum bisa sepenuhnya merelakan kepergiannya.

Satu Minggu aku habiskan waktuku untuk menangisinya, selama itu pula aku tidak lagi pergi ke sekolah. Hidupku terlalu hancur hingga tubuhku terasa begitu lemas untuk sekedar berdiri. Sebesar ini efek dari penyesalan ku.

"I-bu, Aku merindukan Roki." Aku sungguh merindukannya, sangat.

Ibu semakin mengeratkan pelukannya dan terus mengatakan bahwa aku bukanlah penyebab dia pergi, walau pada kenyataannya aku yang memintanya untuk pergi.

Hatiku berdenyut nyeri, kepalaku juga semakin terasa pusing, pandanganku semakin buram. Aku selalu merasakan ini setelah seharian menangis. Oh Tuhan kenapa rasanya sakit sekali?

Tak lama pandanganku berubah gelap dan kesadaranku pun perlahan terenggut.

****

Sudah biasa jika setelah menangis keras aku akan berakhir tak sadarkan diri. Aku kembali menemui pagi hari, rasanya tubuhku begitu lemas. Keadaanku semakin memburuk, kenapa Tuhan tidak merenggut nyawaku sekarang? Aku sudah lelah, aku begitu ingin menemuinya di syurga. Aku benar benar lelah memikul penyesalan ini.

Ceklek!

Ibu datang membawa sarapan dan segelas susu di atas nampan, wajahnya kian berubah panik sembari berjalan tergesa ke arahku. Ibu maaf sudah membuatmu susah, aku benar benar anak yang tidak berguna untukmu.

"Aihara sayang, tolong berhenti memikirkannya! Ibu mohon! Jangan menangis lagi, matamu bisa sakit."

Oh benar, aku tidak sadar air mataku telah kembali membanjiri wajahku. Aku juga tidak bisa melihat dengan jelas.

"Hentikan ini! Roki sedih melihatmu seperti ini. Ara sama sekali tidak bersalah, Ara anak baik." Wajah keriputnya juga telah di aliri air mata. Keadaan ku ini juga membuat seseorang terluka? Lalu aku harus bersikap seperti apa?

"Ibu maaf..." Ibu membangunkan tubuhku dan membantuku untuk duduk. Ia juga menyuapiku dengan telaten, aku tetap menelannya meski makanannya terasa hambar. "Maaf merepotkanmu, maaf Bu." Ucapku di sela kunyahanku.

Ibu menggeleng kan kepalanya tanda tidak setuju dengan perkataan ku, "Jangan minta maaf! Ibu tidak membutuhkan maafmu, ibu hanya ingin kau kembali bahagia."

"Tapi bagaimana caranya? Kebahagiaanku telah pergi."

Roki.. maaf.

"Ibu sudah mendaftarkanmu di sekolah baru, kau bisa mendapatkan kebahagiaan lain di sana. Tolong lupakan Roki, dengan begitu kau bisa mendapatkan cinta yang baru, kebahagiaan yang baru. Hm?"

"Sekolah baru?"

Beberapa bulan lagi aku akan lulus sekolah, bagaimana bisa aku pindah sekolah?

"Iya, ibu harap kau bisa menemukan kebahagiaan di sana."

Iya aku memang harus melakukan itu. Menjauhi segala hal yang mengingatkanku padanya, dengan begitu aku bisa dengan mudah melepaskannya kan? Aku tidak peduli orang orang memanggilku pengecut karena memang seperti inilah jalanku untuk melupakan dia. Semoga saja aku bisa benar benar bahagia.

"*Apa aku boleh menyukai pria itu?"

"Apa maksudmu?! Kau milikku, kau hanya boleh menyukaiku! Hatimu hanya milikku, kau tidak boleh membaginya dengan siapapun!"

"Iya iya! Cerewet*!!"

Aku rindu...

"Aku sudah kenyang." Padahal aku baru saja menelan lima suapan, tapi perutku sudah tidak menerima suapan lebih.

"Sedikit sekali, ini minumlah." Aku meraih segelas susu dan meminumnya, rasanya juga tetap sama, hambar. "Ara semangat! Kau bisa bahagia!" Aku tersenyum begitu melihat ibuku mengepalkan tangannya di udara sembari bersorak tegas.

"Terimakasih."

Ibu adalah satu satunya orang tua yang aku miliki. Ayahku telah lebih dulu pergi bahkan sebelum aku terlahir ke dunia. Ibu berjuang membesarkan ku seorang diri, namun dia tetap tegar walau ayah meninggalkannya seorang diri. Bukankah seharusnya aku mengambil pelajaran dari perjuangan ibu?

Tapi aku tetap tidak bisa, aku terlalu rapuh. Aku terlalu menggantungkan hidupku padanya. Itu adalah kesalahanku.

Bukan hanya satu atau dua tahun saja aku mengenal nya, sudah sejak kecil kami berteman. Dulu aku orang yang suka menyendiri karena itu aku tidak memiliki teman, hanya saja Roki datang dan mengajakku bermain. Dia adalah pria pertama yang bisa membuatku tertawa gembira. Hampir setiap hari dia selalu mengunjungi ku dan mengajakku jalan jalan ke suatu tempat yang tidak pernah aku kunjungi. Hingga suatu hari saat aku berada di kelas 10, dia mulai menyatakan perasaannya. Percayalah aku senang sekali.

"Selama ini aku selalu mencoba untuk menahan perasaan ini, namun untuk sekarang aku tidak ingin lagi menyembunyikannya. Aihara, aku mencintaimu. Aku akan membahagiakanmu hingga akhir."

Benar benar hingga akhir, janjimu benar benar kau tepati. Kau benar benar mencintaiku, membahagiakanku hingga akhir.

"Ibu sudah menyiapkan air hangat, cepat bersihkan tubuhmu. Ibu akan segera kembali."

Bahkan satu tetes lagi..., Air mataku benar benar keluar lagi. Tidak begitu deras, hanya saja terasa begitu menyakitkan.

"*Dasar brengsek! Apa kau benar benar mencintaiku?!"

"Pertanyaan macam apa itu? Kau meragukan cintaku?"

"IYA! AKU SANGAT MERAGUKAN CINTAMU ITU*!"

Seharusnya aku tidak mengatakan itu. Seharusnya aku mengontrol emosi ku dengan baik. Seharusnya aku mendengarkan penjelasannya. Seharusnya aku... Seharusnya aku mempercayainya.

"*Apa yang harus ku lakukan untuk membuktikan betapa aku mencintaimu?"

"Apa kau berani mati untukku?! Dengan begitu aku bisa mempercayaimu*!"

Aku hanya terlalu naif. Tolong jangan membenciku. Maafkan aku. Aku sangat mencintaimu. Kau tahu seberapa menyesalnya aku? Aku bahkan tidak ingin lagi menjalani hidup. Aku ingin bersamamu. Roki kumohon bawa aku bersamamu. 

Entah sudah semenyedihkan apa aku sekarang. Aku hanya terlalu kehilangan. Bisakah aku melupakanmu? Tentu tidak bisa, akan sulit rasanya. Aku sungguh tidak bisa menerima pria lain, hanya ingin dirimu.

#TBC#

01 • New Student

"Langkah pertamaku untuk memulai kembali menata hatiku."

.

"Kio?! Apa kau mendengarku? Hey! Bangun!" Seorang pria tinggi menepuk-nepuk pipi lelaki yang tengah terlelap di atas meja.

"Ah sudahlah, mungkin dia sudah mati." Tukas pria lainnya sembari merangkul temannya dan mengajaknya untuk meninggalkan kelas.

Tak lama, pria yang terlelap itu membuka kedua matanya lantas menguap, ia masih mengantuk. Pria bernama Akihiko Kahito itu membangkitkan tubuhnya dan berjalan malas keluar kelas. Ini adalah jam istirahat, biasanya ia akan ikut latihan bersama teman temannya, hanya saja untuk hari ini ia harus membolos karena tubuhnya yang terlalu lelah.

Akihiko Kahito adalah seseorang yang cukup terkenal di sekolahnya, karena sering kali ia ikut turnamen Basket dan selalu menjadi juara. Akihiko juga memiliki sebuah Band yang beranggotakan teman sekelasnya. Bukan karena itu saja, karena rupanya yang begitu tampan membuatnya semakin terkenal dikalangan wanita.

Satu demi satu anak tangga berhasil Akihiko lalui, ia berencana untuk melanjutkan tidurnya di atap sekolah, tempat yang akhir akhir ini menjadi favorit nya karena di sana terasa hening dan nyaman untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Ceklek!

Akihiko menyenderkan tubuhnya pada dinding sebelum akhirnya ia kembali menutup matanya.

"Hiks, Maaf."

Tunggu...

Matanya yang sedikit merah itu kembali terbuka sempurna, Akihiko segera mengedarkan pandangannya ke semua sisi hingga ia menemukan seorang gadis yang tengah duduk memeluk kedua kakinya sembari menyembunyikan kepalanya dibalik lipatan tangannya. Siapa gadis itu? Seingat Akihiko, tidak ada orang lain yang pernah mengunjungi tempat favoritnya ini, tapi gadis itu...

Ah sudahlah, lebih baik Akihiko mengabaikannya. Mungkin gadis itu sedang bertengkar dengan kekasihnya.

"Aku tidak sedang melarikan diri, hiks. Maaf."

Ugh, berisik sekali.

Untuk pertama kalinya Akihiko menentang rasa kantuknya. Tidak ada gunanya menutup mata jika ia tidak bisa tidur!

"Hey, ada apa denganmu?" Tanya Akihiko sedikit purau. Gadis itu mulai mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Akihiko dengan mata bengkaknya.

"O-oh?" Gadis itu segera menghapus jejak air matanya tergesa dan mencoba untuk bersikap baik baik saja. "Aku tidak apa apa."

Tidak apa apa katanya?

Akihiko memandangnya datar, gadis itu kembali menundukkan pandangannya nya. "Tidak ada yang menangis ketika mereka baik baik saja." Tidak! Akihiko tidak peduli dengan gadis itu, ia hanya merasa kesal tidurnya telah diganggu.

"Eung."

"Siapa namamu?"

Gadis itu semakin menundukkan pandangannya sembari tangannya meremat rok pendek nya.

"Namaku Aihara Shizune."

Akihiko mengangguk pelan, "Cepatlah berbaikan dengan kekasihmu agar tangisanmu tidak lagi menggangguku." Ia hendak memejamkan matanya namun sebelum itu ia melihat tatapan kosong gadis itu yang mengarah ke lantai. "hey! Jangan melamun!"

"Ini semua salahku," Ucapan nya membuat Akihiko mengernyit, "Hey! Apa kau bisa memainkan alat musik?" Wajahnya tiba tiba berseri sangat berbeda dengan wajah pertama kali Akihiko dapati.

"Hm, hampir semua alat musik aku bisa memainkannya."

"Benarkah?! Itu artinya kau bisa memainkan gitar?"

Apa apaan gadis itu? Tentu saja Akihiko bisa memainkannya! Itu mudah sekali untuknya.

"Tentu saja!"

"Begitukah? Bisakah kau mengajariku bermain gitar? Bisakah? Kumohon!"

Hanya saja Akihiko tidak Pandai mengajari orang. Dia pintar untuk dirinya sendiri, ia tidak mengerti bagaimana harus mengajari seseorang. Akihiko tidak memiliki dasar dasar tertentu.

"Aku tidak bisa."

"Hah?" Kekecewaan terlihat jelas pada raut Aihara, gadis itu kembali menundukkan pandangannya beralih menengadah memandang langit.

"*Aihara, ikutlah denganku ke studio. Aku ingin mengajarimu bermain gitar."

"Aku tidak mau! Urusi saja temanmu itu!" Aihara melangkah meninggalkan pria itu dengan degupan amarah. Meski ia sudah berjalan tergesa tetap saja pria itu bisa dengan mudah menahan sebelah tangannya.

"Sayang tolong mengertilah, ini hanya sebuah projek kelompok! Aku ingin kau berada tetap di sampingku. Kumohon, ikut denganku ya?"

"AKU TIDAK MAU*!"

Aihara semakin meremat roknya, ia begitu rindu dengannya. Kemarin, teman sekolahnya dulu mengantarkan sebuah gitar ke rumahnya. Gitar peninggalan kekasihnya. Setidaknya ia bisa mengobati rasa rindunya dengan suara dari petikan gitar yang ia hasilkan.

"Ck, sudah ku katakan jangan melamun! Huft, kau bisa meminta orang lain untuk mengajarimu."

"Eung," Aihara membangkitkan tubuhnya lantas sedikit membungkuk kepada Akihiko, "Terimakasih. Aku harus kembali ke kelas."

"Namaku Akihiko Kahito."

Aihara mengernyit sebelum tersenyum pada Akihiko yang sudah kembali memejamkan matanya, "Eung, Akihiko aku harus pergi sekarang." Setelah itu ia pergi ke kelasnya. Sedangkan Akihiko kembali melanjutkan tidurnya.

Tak apa, ia sudah biasa membolos di jam pelajaran. Tapi semua nilai ujiannya tidak pernah ada nilai merah.

****

"Matsuo, kirimkan semua yang di pelajari tadi." Ujar Akihiko sembari memasukan buku bukunya kedalam tas.

"Aku mengerti!"

"Kio, ingat akan ada turnamen Minggu depan dan besok ada ulangan harian matematika. Bulan depan juga kita akan merilis album."

Huft.

Sebagai ketua tim basket dan ketua band, Akihiko harus bisa mempersiapkan semuanya. Karena itulah ia tidak mendapatkan istirahat yang cukup, waktu malamnya adalah waktu yang ia gunakan untuk memeras otaknya. Itulah kenapa ia sering tertidur di kelas.

"Akan ku siapkan semuanya." Akihiko menanggalkan tasnya di sebelah pundaknya nya, kemudian berjalan keluar kelas bersama kedua temannya, Matsuo dan Kekai.

"Ah, Kio! Apa kau tahu ada murid baru di kelas sebelah?" Matsuo berucap.

"Aku tidak tahu." Balas Akihiko sekenanya. Ia memang tidak peduli dengan pembicaraan Matsuo, lelaki itu selalu mengatakan hal yang tidak penting.

"Katanya di sana ada murid baru, dia seorang wanita yang cantik! Kita harus menemuinya, Kio!"

"Malas."

"Dasar mata keranjang!" Kekai meneleng kasar kepala Matsuo hingga kepala Matsuo menoleh ke samping.

"D-Dia!!!" Tunjuk Matsuo ke arah wanita yang tengah berjalan menunduk ke arah mereka, Kekai dan Akihiko berhenti untuk melihat siapa yang Matsuo maksud.

Aihara, gadis itu terlonjak kaget sebelum akhirnya ia tersenyum kecil ketika melihat Akihiko di sana.

"Akihiko."

Matsuo menutup mulutnya tak percaya mendapati seorang gadis cantik yang baru sehari memasuki sekolah sudah mengenal Akihiko, "Kau mengenalnya?"

"Eung." Aihara mengangguk pelan, masih menatap Akihiko yang juga menatap datar ke arahnya.

"Ayo pergi." Perintah Akihiko tapi lengannya segera di tahan oleh Aihara.

"Tunggu! Aku sudah mencari tapi tidak ada yang bisa mengajariku, Akihiko tolong ajari aku. Kumohon."

"Ajari apa?" Kekai penasaran.

"Uh," Aihara melepaskan genggamannya di lengan Akihiko dia beralih menatap Kekai, "Aku ingin belajar bermain gitar."

"Wah tepat sekali! Kio bisa mengajarimu! Dia gitaris terhebat di sekolah ini- Awh!" Akihiko menampar mulut Matsuo yang tak berhenti berbicara.

"Diam!"

"Kau ingin belajar gitar kan? Kalo begitu ikutlah dengan kami. Kami akan pergi berlatih, Akihiko bisa mengajarimu."

Aihara tersenyum sumringah dan mengangguk setuju, sedang Akihiko melangkah pasrah meninggalkan teman temannya. Ia benar benar tidak bisa mengajari seseorang. Akihiko tidak mengerti bagaimana caranya.

"Setidaknya kau bisa dekat dengannya, setelah itu jadikan dia kekasihmu agar orang orang tidak lagi mengira kau seorang gay." Bisik Kekai tepat di telinga Akihiko.

Ck, alasan Akihiko tidak pernah ingin memiliki kekasih adalah karena wanita itu merepotkan!

"Yeah! Akhirnya grup band kita memiliki satu lagi personil cantik."

Plak!

"Diamlah Matsuo!"

"Iya iya!!"

#TBC#

02 • Look The Same

"Kalian berbeda tapi nampak sama di mataku."

.

Akihiko menghela nafas pelan, mau tidak mau ia harus mengulur waktu berlatihnya. Ia harus mengajari anak baru Itu, sangat merepotkan!

"Kau mau belajar gitar jenis apa?" Tanya Akihiko, sedang Matsuo dan Kekai sedang bersiap dengan peralatan mereka.

Aihara mengigit bibir bawahnya pelan, ia bingung karena Aihara tidak pernah tahu jenis jenis gitar. Yang ia tahu hanya suara yang di hasilkan gitar milik Roki. "Itu, Aku tidak tahu."

"Ck, Apa?! Kau bahkan- Ah oke." Akihiko meraih gitar Akustik milik Kekai, omong omong studio musik mereka berada di rumah Kekai. "Kau harus mulai dengan ini."

"Seharusnya kau belajar piano lebih dulu, aku bisa mengajarimu. Aku ini pemain piano terhebat di sini!" Ucapan Matsuo mendapat delikan tajam dari Akihiko yang seketika membuatnya bungkam.

"Jangan mengganggunya, Suo!" Bisik Kekai tajam yang di balas dengan delikan Matsuo.

Kedua pria itu akhirnya memutuskan untuk berlatih tanpa Akihiko, pria itu tengah sibuk dengan gadisnya. Grup Band mereka bernama Delight, ada empat personil di dalamnya yaitu Akihiko sebagai gitaris, Matsuo sebagai pianis, Kekai sebagai Drummer dan Hanna sebagai Vokalis. Hanna sedang sangat sibuk hari ini, dia juga seorang ketua osis, maka dari itu ia absent untuk latihan hari ini.

Jrengg~ Jrengg~

"Ambil ini," Aihara menerima gitar yang diberikan Akihiko padanya lalu menatapnya kecewa, "Tekan senar C dan A secara bersamaan, gunakan jari tengah dan jari manismu untuk menekannya." Tapi Aihara tetap diam, menatap gitar itu dengan tatapan kosong.

Suara yang di hasilkan terdengar berbeda...

"Hey!"

"Aku ingin gitar yang lain." Ucap Aihara masih dengan tatapan kosongnya, itu membuat Akihiko mendengus sebal.

"Jika begitu katakan! Kau ingin memainkan gitar jenis apa?!" Ugh, sial. Ini adalah kelemahan Akihiko dia tidak bisa menahan emosinya dengan baik.

"Aku tidak tahu!!"

Cetar!!

Aihara meremat gitarnya terlalu kuat hingga satu senarnya putus. Sadar akan itu ia semakin menundukkan pandangannya begitupun dengan Akihiko yang hanya diam dan memandangnya tajam. Kekai dan Matsuo menghentikan aktivitas mereka ketika mereka pikir Akihiko dan Aihara berada dalam kondisi buruk.

"Hei ada apa? Oh, senarnya putus?" Kekai meraih gitar di pelukan Aihara lalu memeriksa gitar itu.

"Dasar tidak tahu malu!"

"Diam Kio! Aihara kau baik baik saja? Hm? Eh me-menangis?" Aihara telah menyembunyikan kepalanya dibalik lipatan tangannya, Matsuo yang melihat itu semakin merasa geram pada Akihiko. "Dasar pria kasar!! Sudahlah Aihara, berhenti menangis. Aku akan menghajar Kio nanti, hm? Apa kau mau pulang?" Aihara menggelengkan kepalanya masih menyembunyikan wajahnya.

"Ck mau menghajarku? Kau berani padaku?" Akihiko berucap santai sembari melangkah menuju sofa di sudut ruangan bersama Kekai yang tengah mengganti senar gitarnya.

"Tentu saja aku tidak berani!"

Kekai terkekeh mendengar itu. Matsuo hanya berlagak berani di depan gadis itu saja, padahal kemampuan bela dirinya buruk sekali.

"Sudah ku katakan aku tidak bisa mengajarinya."

"Aku tahu, tapi mungkin saja dia ingin bermain dengan gitar lain. Ajari saja dia dengan gitar milikmu."

Akihiko menatap Kekai tak percaya, "Itu gitar listrik, sulit untuk diajarkan kepada pemula seperti dia!"

"Coba saja dulu."

Akihiko kembali menghela nafas berat sebelum mengalihkan pandangannya pada Aihara dan Matsuo yang sudah berdiri di depannya.

"Maaf!" Aihara membungkukkan tubuhnya 90 derajat ke pada Akihiko dan Kekai.

"Tidak apa apa." Hanya senarnya yang putus bagi Kekai tidak apa apa. Tapi berbeda dengan Akihiko, lelaki itu tetap diam memandang Aihara datar.

"Kio, dia sedang meminta maaf. Katakan sesuatu!"

Mengabaikan Matsuo, Akihiko berdiri dan meraih pergelangan tangan Aihara sebelum ia ajak untuk kembali ke tempat semula. Sepertinya Kekai benar, Akihiko harus mengajarinya dengan gitar listrik miliknya. Akihiko kembali menghadap Aihara setelah ia membawa gitar listrik miliknya di belakang Piano milik Matsuo.

Aihara hanya terdiam memandang Akihiko yang sedang mengatur posisi senarnya. Ekspresi itu benar benar mirip dengan Roki, mantan kekasihnya. Kegemaran mereka juga sama, dan sikapnya.., juga benar benar sama. Roki juga sering membentaknya ketika ia keras kepala, tapi pada akhirnya Roki akan memeluknya dan mengucap maaf.

Pelukan hangatnya, ia rindu...

*Jrengg!! Jrengg!!

"Bagaimana? Aku terlihat keren bukan*?!"

Kedua mata Aihara membola sempurna, degupan jantungnya mulai meningkat. Suara itu, gitar Akihiko baru saja menghasilkan suara yang diinginkannya.

"Oke mari kita mulai lagi."

Entah kenapa wajah Akihiko tiba tiba berubah menjadi bayangan Roki dimata Aihara, hal itu membuat tubuhnya gemetar karena degupan jantung terus berdetak cepat.

Greb!

"Tolong ajari aku hingga aku bisa melakukannya! Akihiko tolong bantu aku!"

Akihiko menatap tangan kanannya yang di genggam erat oleh gadis itu, sedang tatapannya begitu bersungguh sungguh. Semenjak di atap sekolah tadi, Akihiko merasa bahwa Aihara sedang memendam sesuatu. Terlihat dari bagaimana Akihiko beberapa kali menangkap tatapan kosong dari gadis itu.

Slash!

"Aku memang akan mengajarimu." Ucap Akihiko setelah menghempaskan genggaman Aihara.

Kekai yang melihat itu menatap takjub ke arah mereka berdua berbanding dengan Matsuo yang berdecih seraya memalingkan wajahnya.

"Sudah kukira Aihara akan menyukainya. Dengan dua petikan saja dia sudah terpesona. Ck ck, pesona Kio memang tidak bisa di ragukan."

"Cih! Berisik!"

****

Matahari sudah terbenam dan hari mulai gelap, tidak mungkin Aihara yang seorang wanita pulang seorang diri. Untuk itu dengan terpaksa Akihiko harus mengantarnya pulang. Karena Matsuo juga akan menginap di rumah Kekai, seharusnya juga Akihiko ikut menginap hanya saja kehadiran gadis itu menghalangi niatnya.

"Aku tidak punya kendaraan, mau naik bus saja?" Tanya Akihiko datar, sedari tadi Aihara terus tersenyum di sepanjang jalan. Membuatnya berpikir apakah gadis itu benar benar baik baik saja?

"Eung, aku bisa pulang sendiri."

"Bagus."

Aihara membulatkan kedua matanya ketika di dapatinya Akihiko berbalik dan kembali melangkah menuju rumah Kekai. Huft, padahal Aihara tidak terbiasa pulang malam seorang diri. Jujur saja ia juga merasa takut.

Plak!

"Awh!"

Mendengar ringisan dari arah berlawanan membuat Akihiko kembali membalikan badannya ke arah Aihara yang di depannya sudah ada seorang wanita yang menatap nyalang Aihara. Akihiko tidak mengerti kenapa kakinya bergerak sendiri berjalan tergesa ke arah Aihara dan secara refleks pula ia menepis tangan gadis itu yang hendak menampar Aihara lagi.

"Apa apaan kau?!" Akihiko menatap nyalang ke arah wanita berambut pendek itu yang juga menatapnya kesal, "Apa kau gila? Menampar orang sembarang?!"

"Heh?" Wanita itu mengangkat sudut bibirnya sebelum ia menatap remeh pada Aihara yang masih tertunduk di depannya. "Dia kekasihmu? Oh, karena ini kau membuatnya pergi? Jadi kau yang pertama memulai semua ini?! Mendapat kekasih baru dalam waktu kurang dari dua Minggu, Aihara.. APA KAU GILA?!!" Gadis itu kembali memberontak namun segera Akihiko tahan.

"Pergilah." Namun Aihara masih tetap diam dan mulai menangis di tempat nya, itu membuat Akihiko geram.

"Menyingkirlah dariku ********!"

"Karoi, Aku minta maaf. Maaf, Maafkan aku."

"Aku tidak butuh maafmu!"

"Ck, sudahlah!" Akihiko menghempaskan tubuh wanita itu hingga terjatuh mengenaskan menimpa aspal, "Maaf." Ia segera meraih lengan Aihara dan membawanya pergi menjauh dari gadis itu.

Bus yang akan menghantar Aihara pulang sudah sampai, mereka kemudian masuk ke dalamnya. Sayangnya mereka tidak bisa leluasa memilih tempat duduk, karena semua kursi sudah di duduki oleh para pekerja yang baru saja pulang. Jadi mereka mau tidak mau harus berdiri dengan sebelah tangan yang menggantung di pegangan bus.

Ini adalah ketiga kalinya Akihiko mendapati Aihara menangis. Dasar gadis cengeng!

"Kau baik baik saja?"

"Eung."

"Setidaknya katakan sesuatu jika hatimu sedang kacau, memendam masalah itu tidak baik."

"Jangan pernah memendam apapun yang membuatmu sakit hati. Aihara, Katakan sesuatu dan aku akan membantumu."

Deg!

Kenapa? Kenapa Akihiko terus saja membuatnya mengingat Roki? Aihara terus merasa sakit ketika mengingatnya.

"Hiks."

Isakan kecil berhasil lolos, Aihara menutup kedua matanya dengan sebelah tangannya. Akihiko yang berada di samping Aihara tentunya mendengar isakan itu dengan jelas. Sebelah tangan Akihiko merangkul sebelah bahu Aihara sebelum ia menghentikan bus dengan seenaknya.

"Kenapa kita berhenti di sini? Rumahku masih di depan sana."

"Orang orang melihatmu! Kau pikir apa yang akan mereka pikirkan terhadapku? Kau berdiri di sampingku!" Akihiko pergi ke minimarket yang kebetulan berada tak jauh dari posisi mereka. Ia kemudian kembali dengan dua kaleng soda dan menyodorkan satu kaleng di tangan kanannya pada Aihara yang masih setia berdiri di tempatnya.

"Terimakasih."

"Siapa gadis tadi? Kau mengenalnya?"

Aihara meremat kaleng di tangannya, "eung-"

"Dia menamparmu sembarangan! Kenapa kau tidak menghindar dan malah diam?!" Geram Akihiko menanggapi sikap Aihara yang hanya menangis dan tak melakukan apapun.

Wanita tadi adalah Karoi, saudara kembar Roki. Tentu saja Aihara tidak bisa membalas perlakuannya, Karoi marah karena dia telah kehilangan kakaknya dan Aihara adalah penyebab dari perginya Roki. Mengucap maaf pun Aihara merasa tak pantas, maaf tidak bisa mengembalikan nyawa seseorang. Dan lagi Karoi sudah salah paham, itu mungkin semakin membuatnya murka pada Aihara.

"Akihiko-"

"Orang orang terdekatku memanggilku Kio."

Aihara termenung sejenak, "A-aku termasuk orang terdekatmu?"

Oh shit! Akihiko tidak tahu harus menjawab apa. Seketika saja kalimat itu terlontar dari bibirnya. "Aku ini kan gurumu! Kau tentu harus memanggil ku dengan panggilan akrab!"

"Ah baiklah, sensei." Senyuman Aihara terbit membuat wajahnya seakan bersinar, "Rumahku berada tak jauh dari sini, aku harus pulang sekarang." Akihiko segera tersadar dari pesona Aihara, ia benar benar merutuk dalam hati.

"Aku akan mengantarmu sampai tiba di rumahmu." Akihiko hanya khawatir jika ia kembali membiarkannya pulang seorang diri, gadis itu akan kembali di sakiti seseorang. Ini murni karena rasa iba yang manusiawi yang Akihiko miliki, tidak ada maksud apapun!

"Ah iya, terimakasih."

Mereka kemudian jalan beriringan di bawah cahaya bulan. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, mungkin karena masih merasa canggung. Akihiko salah satunya, dia terus merutuki dirinya dalam hati karena bisa bisanya dia begitu mengkhawatirkan seseorang, padahal itu bukanlah dirinya. Sementara Aihara ia seakan bertemu kembali dengan Roki, Akihiko dan Roki seakan satu orang yang sama, sedikitnya itu bisa mengobati rasa rindunya pada Roki.

"Bukan hanya dengan menangis, kau juga bisa membagi bebanmu padaku." Tiba tiba saja Akihiko berucap seperti itu membuat Aihara tersenyum di balik gelapnya malam.

#TBC#

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!