NovelToon NovelToon

Anak Genius Milik CEO

Rencana Busuk Berliana

"Kak Berli, sebenarnya kita mau ke mana?" Bella bertanya kepada sang kakak.

"Sudah, kamu diam saja. Jangan banyak bertanya! Nanti, kamu pun akan tahu kita kemana," sahut Berliana sang kakak, sambil fokus mengendarai mobilnya.

Dalam hatinya Berlian bersorak gembira. Dia yakin, selangkah lagi rencananya akan berhasil membuat sang adik diusir dari rumah oleh daddynya. Sungguh miris sekali, seorang kakak yang begitu tega membuat sebuah rencana busuk untuk adiknya sendiri.

"Selamat datang kehancuran Bella!"

Mobil Berliana sudah terparkir rapih di sebuah club malam di sebuah ibu kota.

"Ayo kita turun!" ajak Berliana.

"Mengapa kita ke tempat seperti ini, Kak? Aku tak terbiasa ke tempat seperti ini. Aku pun, merasa risih berpakaian seksi seperti ini. Lebih baik, kita pulang saja Kak!" rengek Bella kepada sang kakak.

Mana mungkin Berliana membatalkan rencananya. Berliana memaksa sang adik untuk turun, dan menarik tangan sang adik secara paksa masuk ke dalam.

Keadaan di sana membuat Bella merasa tak nyaman. Suara musik DJ begitu terdengar keras, mata laki-laki di sana pun memandang ke arahnya dengan tatapan tak biasa. Di sana terlihat begitu bebas. Mereka asyik bermesraan tanpa malu.

"Ayolah Bel, nikmati saja!" titah sang kakak.

"Aku tak suka, Kak! Ayo kita pulang!" Pinta Bella.

"Kamu tunggu dulu di sini! Kakak tahu, apa yang kamu butuhkan di sini," ucap Berliana dan Bella akhirnya menganggukkan kepalanya.

Apa yang Berliana lakukan?

Berliana memesan dua gelas minuman berkadar alkohol cukup tinggi. Setelah itu, memasukkan obat perang*sang dosis tinggi, ke dalam minuman Bella.

"Kita lihat reaksi kamu Bel, setelah minum obat ini!" Berliana tersenyum puas.

Berliana menghampiri sang adik, yang terlihat gelisah.

"Minumlah dulu! Setelah ini, pasti kamu akan merasa nyaman," Berliana berkata bohong kepada sang adik.

"Tidak kak, aku tak suka minuman ini," jelas Bella.

Berbagai cara Berli lakukan untuk merayu sang adik minum, dan akhirnya rencananya berhasil. Bella sudah minum minuman itu. Ternyata, bukan hanya satu gelas saja Berliana memberikan minuman memabukkan itu. Dia terus mencekoki sang adik, membuat sang adik mabuk.

Dirasa sang adik sudah mulai mabuk, Bella meminta bantuan untuk membawa sang adik ke dalam mobil. Setelah itu, dia memesan seorang gigo*lo untuk sang adik. Kini Berliana membawa Bella ke sebuah hotel.

"Panas—"

Tubuh Bella sudah mulai terasa panas. Meskipun mabuk, dia tetap merasa tak nyaman. Tubuhnya terlihat menggeliat seperti cacing kepanasan.

"Sabar ya! Sebentar lagi, kamu akan menikmati indahnya surga dunia!"

Berliana tampak tertawa begitu puas, merasa dirinya menang. Sesampainya di hotel, Berliana memapah sang adik, yang berjalan sempoyongan. Bella terus meracau tak jelas. Hingga sampailah mereka di kamar yang sudah Berliana pesan, untuk sang adik.

"Nikmati permainan kamu malam ini, adikku tercinta!" bisik Berliana.

Dia berhasil membuat Bella sudah dalam keadaan polos. Bella sudah tak sadarkan diri. Hawa panas dalam tubuhnya semakin menjadi, dia menginginkan sesuatu yang bisa membantu menghilangkan rasa itu. Berliana meninggalkan sang adik begitu saja.

"Shit, wanita itu menjebak aku!"

Alex terlihat jalan sempoyongan. Dia merasakan hawa panas menjalar di tubuhnya. Keringat mulai bercucuran membasahi wajahnya. Dengan kesadaran yang tersisa, Alex menuju kamarnya.

Namun, ternyata dia salah. Dia justru memasuki sebuah kamar yang di sana sudah ada Bella. Alex tampak mengerutkan keningnya, saat melihat wanita cantik yang berada di ranjang.

Langkah Alex terhenti, saat mendengar suara rintihan Bella. Rasanya begitu seksi terdengar.

"Aku mohon, tolonglah aku! Panas—"

Bella terlihat begitu bergai*rah, membuat kelelakian Alex pun bangkit melihat tubuh indah Bella.

"Hai Nona, apa yang Anda lakukan? Jangan menggoda aku," ucap Alex.

Sejak tadi Alex berusaha untuk menahannya, meskipun rasanya membuatnya tersiksa. Berkali-kali Alex menelan saliva. Miliknya pun sudah menegang, membuat dia semakin tak karuan.

"Tuan, aku mohon bantulah aku! Aku sudah tak tahan lagi!" Bella terus memohon.

"Baiklah, ini permintaan kamu! Aku akan kabulkan kamu. Aku pun sejak tadi sudah tak tahan, membutuhkan pelepasan. Tapi setelah ini, jangan pernah meminta tanggung jawab dariku!" Alex menegaskan.

Wanita cantik itu hanya menganggukkan kepalanya, menatap lekat wajah laki-laki yang di hadapannya. Meskipun nantinya, mungkin dia tak akan mengingatnya.

Alex mulai melucuti Pakaian yang dia kenakan saat itu, membuat tubuhnya sudah dalam keadaan polos. Setelah itu merangkak naik ke ranjang dan mulai mengungkung Bella. Sama halnya dengan Bella, ini pun pertama kalinya Bagi Alex menghabiskan malamnya bersama seorang wanita.

Selama ini dia hanyalah sosok laki-laki yang dingin terhadap seorang wanita. Malam itu diadakan sebuah pesta, di tempat Alex melewati malam bersama Bella. Alea, wanita yang berniat ditunangkan dengan Alex telah menjebaknya.

Niat hati ingin menjebak Alex, Alex justru memilih untuk ke kamarnya, dan kini dia justru malah menghabiskan malamnya bersama Bella. Alea kehilangan Alex. Saat dia ke kamar Alex, Alea tak menemukan dia.

"Si*alan, dia berusaha kabur dariku!" Alea tampak kesal, dia terlihat mengepalkan tangannya. Rencananya untuk membuat Alex tidur dengannya, gagal.

Di tempat lain. Berliana dengan Romeo-sang gigolo tampak bingung. Kamar tempat Bella berada dikunci. Padahal, terakhir kalinya Berliana pergi. Dia tak menguncinya.

"Gimana ini? Apa kita dobrak saja?" tanya Romeo.

"Apa kau sudah gila? Ini hotel mewah, aku tak punya uang banyak untuk mengganti. Sudahlah biarkan saja, pasti di dalam Bella pun sudah dija*mah tubuhnya dengan laki-laki lain. Pasti saat ini dia sudah menjadi santapan pria gendut dan tua," ucap Berliana diiringi gelak tawa.

Pikiran dia salah. Bella justru saat ini sedang bersama seorang pria kaya raya, yang memiliki wajah yang tampan. Hanya saja, dia selalu bersikap dingin kepada wanita.

"Gimana, kalau aku menghabiskan malam ini bersama kamu? Aku sudah meminum obat kuat dosis tinggi," goda Romeo sambil memainkan alisnya.

Rugi bagi Romeo, jika dia pulang tanpa membawa uang. Terlebih, dia juga membutuhkan pelepasan. Setelah dia mendapatkan tawaran dari Berliana, dia langsung mengkonsumsi obat kuat. Agar stamina dia di ranjang, tak patut diragukan.

"Ayolah, Baby! Aku akan puaskan kamu malam ini. Membuat kamu menjerit merasa nikmat," bisik Romeo sensual mungkin.

Dengan berani, dia pun mulai menci*um tengkuk Berliana. Berliana dan Bella kakak beradik yang memiliki wajah cantik. Namun, kecantikan mereka sangatlah berbeda.

Berliana selalu cantik dengan menggunakan make-up, dan Bella sudah cantik secara alami. Selain itu, Bella memiliki tubuh tinggi ramping. Sedangkan Berliana memiliki tubuh lebih pendek dan padat berisi.

Berliana selalu bersikap iri kepada sang adik, karena dia merasa daddynya lebih menyayangi sang adik. Dia ingin kasih sayang daddynya tercurah kepadanya. Dengan seperti itu, seluruh harta kekayaannya akan menjadi miliknya.

Malam Panas

Alex terlihat begitu tak sabaran mencumbu Bella. Dia pun banyak memberikan tanda merah di leher dan juga sekujur tubuh Bella. Dia begitu tergila-gila dengan tubuh Bella. Meskipun tak sepenuhnya dalam keadaan sadar. Mungkin, tak semuanya akan dia ingat nantinya.

"Kamu begitu seksi. Jangan salahkan aku begitu menginginkannya!"

Alex mulai memberikan rang*sangan di tubuh Bella, membuat tubuhnya meremang. Dia sempat menghentikan permainannya, dan menatap wajah cantik wanita yang kini dalam kungkungannya.

"Ayolah Tuan, tunggu apalagi? Aku sudah tak tahan!" rengek Bella.

"Baiklah! Meskipun aku belum memiliki pengalaman, tapi aku yakin bisa memuaskan kamu," sahut Alex.

Bella mulai mende*sah tak kala, Alex bermain di bukit kembar miliknya, dan tangannya mulai menyusuri area sensitif miliknya. Sesekali, dia pun menye*sapnya seperti seorang bayi yang kelaparan.

Semakin lama, keduanya semakin menggila. Alex pun sudah tak sanggup menahannya lagi. Milik Bella pun sudah terasa siap.

"Apa kamu yakin, mau melakukannya denganku? Apa sebelumnya kamu sudah pernah melakukannya?"

Bukannya menjawab, Bella justru langsung menyerang bibir Alex begitu rakus. Has*ratnya sudah meninggi. Dia membutuhkan pelepasan.

Napas keduanya sudah memburu. Dinginnya ruangan, tak mampu menutupi hawa panas di tubuh mereka berdua. Bella meremas rambut Alex, tak kala Alex bermain-main di bawah sana.

"Sayang, aku sudah tak tahan lagi! Apa aku boleh memulainya?" tanya Alex dan Bella hanya menganggukkan kepalanya, dia tak mampu berkata-kata. Kepalanya terasa pusing, tak karuan.

Alex mulai melebarkan kedua pangkal paha Bella, dan mulai mengarahkan miliknya. Alex mengira, kalau Bella sudah tak virgin. Oleh karena itu, dia tak menolaknya.

"Shit! Mengapa rasanya begitu sulit?" Alex bermonolog.

Beberapa kali, Alex gagal menerobos. Sampai-sampai dia hampir putus asa. Terlebih, belum apa-apa Bella sudah menjerit.

"Apa milikku terlalu besar, sehingga sulit menerobos?" ucap Alex dengan bangganya, karena dia pikir tak akan ada wanita yang mau memberikan mahkotanya dengan pria tak dikenal. Kecuali, wanita itu memang sudah sering melakukannya.

"Arrgh, sakit!" teriak Bella, sambil mencakar punggung Alex.

Bella merasa begitu sakit, miliknya terasa ada yang robek. Sampai-sampai dia meneteskan air matanya. Darah segar mengalir dari miliknya.

"Kamu masih perawan? Mengapa tak bilang kepadaku?"

Terlihat perasaan bersalah yang di rasa Alex, karena dia tak ingin bertanggung jawab.

"Lanjutkan saja!"

Bella menarik tangan Alex, yang hendak menghentikan kegilaannya. Matanya terlihat sayu. Dia meminta Alex melanjutkan kembali. Alex yang saat itu merasakan hal yang sama, akhirnya melanjutkan kembali.

Alex memulai permainan, memompanya secara perlahan. Dia tak ingin Bella merasa kesakitan.

"Sayang, milik kamu sempit sekali! Sungguh nik*mat sekali," racau Alex.

Alex semakin mempercepatnya, karena dia sudah hampir mencapai kli*maks. Alex tersenyum tak kala merasakan, Bella mendapatkan pelepasan lebih dulu.

"Ternyata, rasanya seperti ini?" gumam Alex dalam hati.

Wajah Bella terlihat begitu menggemaskan. Kini bertukar posisi. Alex meminta Bella yang memimpin permainan. Tangan Alex tentu saja tak mau diam, asyik bermain-main bukit kembar Bella yang masih terasa kencang, padat, dan berisi.

"Faster, Sayang!" pinta Alex.

Bella semakin mempercepat. Pinggulnya meliuk begitu indah. Alex merasakan milik Bella begitu menggigit.

"Kita keluarkan bersama, Sayang!"

Hingga akhirnya keduanya mengerang bersama. Alex tak ingat menggunakan pengaman, dia pun memang tak menyiapkannya. Pengalaman pertama, merasakan indahnya bercinta. Alex menumpahkan cairan hangat di rahim Bella.

Bella terkulai lemas. Dia membaringkan tubuhnya di sebelah Alex, mencoba mengatur napasnya yang masih terengah-engah. Jantungnya pun masih berpacu cepat.

Tak lama kemudian, Bella tampak menggeliat kembali. Tentu saja, hal itu membuat Alex turn on kembali. Terlebih dia masih dalam pengaruh obat perang*sang. Hingga akhirnya mereka melakukan kembali. Melewati malam panjang hingga pukul 03.00 pagi.

Keduanya kini sudah tertidur nyenyak, sambil berpelukan. Bella begitu nyaman, tidur di dalam dekapan hangat tubuh Alex. Entah apa yang akan terjadi nantinya, disaat keduanya terbangun dalam keadaan benar-benar sadar.

Matahari sudah menunjukkan sinarnya, menerobos menembus tirai. Membuat tidur Alex terusik. Dia terbangun lebih dulu. Alangkah kagetnya dia, saat terbangun ada seorang wanita yang tidur memeluknya.

"Ya Tuhan, apa yang aku telah lakukan sama wanita itu?" Alex bermonolog. Ternyata, dia melupakannya.

Alex mencoba mengingatnya. Matanya membulat sempurna, dan dia begitu takut. Dia berniat untuk pergi meninggalkan wanita yang sudah menghabiskan malam panas dengannya.

"Aku harus segera pergi dari sini, sebelum wanita itu pergi," ucap Alex dalam hati.

Secara perlahan, Alex beranjak turun dari ranjang. Agar dia tak mengusik tidurnya Bella. Dia semakin histeris, tak kala melihat tubuh polos mereka berdua. Pandangannya kini mengarah ke bercak darah yang berada di sprei ranjang itu.

"Ternyata, dia yang masih perawan. Ya Tuhan, aku sudah merenggutnya. Tapi, tak mungkin aku bertanggung jawab. Aku tak mengenal wanita itu. Lagipula, seingat aku. Dia yang memintanya.

Alex bergegas memakai pakaiannya, dan hendak pergi meninggalkan Bella. Namun sebelumnya, dia ingin menuliskan sebuah pesan untuk Bella, dan memberikan uang untuk Bella.

"Setelah ini, kita tak akan pernah bertemu lagi. Ini hanya sebuah kesalahan, dan kamu tak bisa menuntut aku untuk bertanggung jawab. Kamu yang meminta aku untuk melakukannya, dan aku tak ingin di kemudian hari akan memiliki masalah. Maaf, aku tak memakai pengaman saat kita bercinta. Mungkin, saat ini sudah ada benihku. Tapi, aku tak ingin memiliki anak dari wanita yang tak jelas. Gugurkan anak itu, jika nantinya kamu hamil! Aku rasa uang ini cukup untuk biaya abo*rsi!"

Alex meletakkan uang sebanyak lima juta rupiah, kemudian pergi meninggalkan Bella begitu saja. Satu jam kemudian, Bella pun terbangun dari tidur nyenyaknya. Dia tampak memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit. Tubuhnya pun terasa remuk, dan merasa perih di inti miliknya.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi?"

Bella terkejut, saat membuka matanya, dan melihat tubuhnya saat itu dalam keadaan polos. Dia tampak menangis histeris, saat melihat bercak darah di sprei.

"Mengapa nasibku seperti ini? Daddy pasti akan murka padaku. Pasti semua ini, karena rencana busuk Kak Berliana. Mengapa kamu begitu tega menjebak adik kamu sendiri?" Bella berucap di iringi isak tangis. Dia tak mampu membendung perasaannya lagi. Dia menangis sesenggukan.

Kini pandangannya mengarah ke selembar surat dan juga uang di atas nakas. Bella mengambil surat itu, dia ingin tahu. Siapa pria yang melewati malam panas dengannya.

Ternyata, seorang pria breng*sek yang tak ingin bertanggung jawab. Jika dirinya nanti hamil anak pria itu.

"Siapapun kamu, aku akan membenci kamu! Kamu pikir, dengan uang segitu bisa membuat aku memaafkan kesalahan kamu! Dasar laki-laki baji*ngan!"

Bella tampak mengepalkan tangannya. Dia berjanji akan membalas semua apa yang terjadi pada dirinya. Dia tak ingin menjadi wanita yang lemah lagi. Sikap lemah lembutnya selama ini, membuat hidupnya hancur.

Hamil

"Aku harus segera pulang dari sini, sebelum daddy mencari aku," ucap Bella.

Bella langsung mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai. Dia masih saja menangis, memikirkan nasibnya setelah ini. Dia takut, kalau nantinya dia akan hamil anak dari pria itu.

"Semoga saja, CCTV hotel ini bisa membantu aku. Aku harus mencari tahu!"

Dengan menahan rasa perih di area sensitifnya. Bella berjalan keluar dari kamarnya. Dia ingin menemui bagian IT di hotel tersebut.

"Maaf Kak, kami tak bisa memberikan informasi ke sembarang orang. Kami harus menjaga privasi pengunjung hotel ini. Kecuali kakaknya menjelaskan terlebih dahulu kronologisnya," jelas bagian humas di hotel itu.

Sayang seribu sayang, Alex telah menyuruh orang kepercayaan untuk menghapus data tentang dirinya. Sehingga Bella tak dapat melihat pria yang masuk ke dalam kamarnya. Dia hanya melihat sang kakak yang membawanya ke kamar itu.

"Tega kamu Kak, berbuat jahat padaku."

Bella merasa lemas. Perasaan hatinya berkecamuk. Pikirannya saat itu benar-benar kacau. Rasa takut, menghantuinya.

Taksi yang membawanya, sudah sampai di sebuah rumah mewah milik orang tuanya. Dengan perasaan takut, Bella memasuki rumah itu.

"Dari mana saja kamu!" bentak sang daddy. Baru kali ini dia melihat Daddy Ernesto begitu marah padanya.

Tubuh Bella bergetar, dia tampak menunduk kepalanya tak berani menatap wajah sang daddy. Ernesto berjalan menghampiri Bella yang mematung.

"Apa telingamu tuli, tak bisa mendengar pertanyaan daddy? Jawab Bella, jawab!" pekik Ernesto.

"Kak Berli menjebak aku. Dengan teganya dia membuat aku mabuk, dan memasukkan obat pe—" Bella tak sanggup melanjutkan ucapannya. Dia justru menangis, kala mengingat hal itu.

Kini tatapan sang daddy, mengarah ke Berli sang kakak. Tanpa Bella ketahui, sebenarnya Berli bukan kakak kandungnya. Sebelum Ernesto menikah dengan maminya Bella. Dia sempat melakukan hubungan terlarang dengan seorang wanita, sampai menghasilkan seorang anak yaitu Berliana.

Saat itu Ernesto sudah menikah dengan maminya Bella, Selena-maminya Berli datang untuk meminta pertanggungjawaban kepada Ernesto. Tentu saja dia menolak, karena hubungan mereka hanya sekadar have fun.

Elena-maminya Bella, merasa tak tega dengan anak kecil yang tak berdosa. Hingga akhirnya, dia mau menganggap Berli seperti anaknya. Saat itu Elena sedang mengandung Bella. Saat Berli diberikan kepada Ernesto, usianya 2 tahun.

Mereka tumbuh bersama. Namun, sejak dulu. Ernesto memang sangat membedakan antara Berli dengan Bella. Sampai akhirnya Berli tahu, kalau dia terlahir karena hubungan yang salah orang tuanya. Ernesto tak pernah mencintai Selena, dia hanya memanfaatkan Selena untuk menikmati tubuhnya.

"Apa benar, yang dikatakan Bella?"

"Bella bohong, dad! Aku tak mungkin berbuat seperti itu. Dia memang sengaja, membuat daddy semakin tak menyukai aku. Sehingga, dia mengarang cerita, yang menyudutkan aku," Berli tampak membela diri. Dia juga tampak menangis, demi menambah kesuksesan aktingnya.

Bella menggelengkan kepalanya. Berli benar-benar licik. Dia selalu mencari cara, agar daddynya mengusir Bella dari rumah.

"Sudah-sudah! Kalian itu, benar-benar bikin daddy pusing saja! Sebenarnya, daddy tak pernah melarang kalian untuk menjalin hubungan dengan pria manapun. Asalkan, kalian bisa menjaga diri tak sampai hamil. Jika sampai hal itu terjadi, daddy tak akan segan-segan mengusir kalian dari rumah ini!"

"Bagus ini. Semoga saja Bella hamil, hasil kejadian semalam. Dengan seperti itu, aku akan menjadi anak daddy satu-satunya," ucap Berli licik dalam hati.

Bella memilih langsung ke kamarnya. Dia langsung meluapkan kesedihannya. Andai maminya masih ada, pasti dia ada yang membelanya.

Ernesto sangat senang bermain wanita. Sampai sang mami mengalami tekanan batin yang hebat. Hingga akhirnya meninggal, saat Bella masih duduk di bangku SMA.

"Mami, kenapa mami pergi meninggalkan aku? Andai mami masih ada, Bella tak akan seperti ini. Aku rindu mami. Bawa aku bersamamu," Bella meluapkan kesedihannya, sampai akhirnya dia ketiduran.

***

Semenjak kejadian itu, Alex merasa gelisah. Dia teringat wanita yang melewatkan malam panas dengannya. Tapi sayangnya, dia belum menemukan wanita itu.

Sudah dua bulan lebih setelah kejadian itu. Bella merasakan ada yang berbeda pada tubuhnya. Dia juga kerap merasakan mual dan sering kali sampai muntah. Tubuhnya sering kali merasa lemas.

"Sial, aku hamil! Aku kira, aku tak akan hamil anak gigolo itu. Aku harus gu*gurkan anak ini. Aku tak ingin hamil, tanpa suami. Daddy akan mengusir aku."

Berliana langsung bersiap-siap, untuk pergi. Dia langsung memasukkan alat tes kehamilan itu, ke dalam tasnya. Dia akan mendatangi praktek ilegal, untuk abor*si. Ini bukan pertama kali dia hamil. Berli pernah hamil saat dia masih duduk di bangku SMA.

"Mau ke mana kamu?" tegur Daddy Ernesto.

"A-aku, mau ke rumah teman. Iya, ke rumah teman. Temanku ulang tahun. Dad, kalau nanti terlalu malam, aku menginap ya di rumahnya?" Berliana berusaha menutupi rasa gugupnya.

"Ya sudah. Pergilah! Tapi ingat, jangan buat daddy malu!" pesan Ernesto dan Berliana mengiyakan.

Dia langsung pergi mengendarai mobilnya, meninggalkan rumah mewah ayah tirinya. Berliana tak ingin kehilangan fasilitas mewah Ernesto. Jika bukan karena Elena, Ernesto tak akan mau mengakui Berli sebagai anaknya. Apa yang dilakukan Elena dulu, justru menghancurkan putrinya.

"Seharusnya, aku waktu itu menolaknya membuang di dalam. Bodoh memang kamu ini Berli!" umpatnya pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba saja dia teringat, pada saudara tirinya yang tak lain Bella.

"Apa Bella menutupi kehamilannya? Kami melakukan di waktu yang sama. Seharusnya, Bella juga sedang hamil. Setelah urusan aku selesai, aku akan memaksa Bella mengaku. Dengan seperti itu. Daddy pasti mengusirnya." Berliana tersenyum licik.

Bella berlari ke kamar mandi, memuntahkan isi perutnya. Wajahnya sudah terlihat pucat.

"Aku ini kenapa ya? Apa karena aku tak nafsu makan dan stres ya? Lambungku jadi bermasalah," Bella bermonolog.

Sesampainya di rumah, Berliana langsung mencari keberadaan adiknya di kamar sang adik.

"Kemana dia? Mengapa Bella tak ada?"

Berliana berjalan mendekati kamar mandi yang berada di kamar Bella, dan dia mendengar Bella sedang muntah di dalam kamar mandi.

"Bella, buka pintunya! Apa yang terjadi denganmu?" Berliana berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.

Hingga akhirnya Bella membuka pintu kamar mandinya, dan kini dia berhadapan dengan sang kakak.

Berliana melihat wajah sang adik yang terlihat pucat.

"Kamu kenapa?" tanya Berliana kepada sang adik.

"Entahlah kak, akhir-akhir ini aku kerap merasa mual. Bahkan pagi ini aku sudah 3x muntah. Kepala aku juga terasa pusing, dan tubuhku lemas. Aku tak nafsu makan," ungkap Bella dengan polosnya.

Berliana tersenyum puas. Rencananya berhasil. Dalam hatinya, dia bersorak gembira.

"Jangan-jangan kamu sedang hamil?" Berliana bertanya kepada Bella.

Mata Bella membulat sempurna mendengar penuturan sang kakak. Jantungnya berdegup begitu kencang. Wajahnya bertambah pucat, dia terlihat syok.

"Hamil? Apa benar yang dikatakan Kak Berli? Ah, tidak. Tidak mungkin! Aku tak mungkin hamil." Bella berkata dalam hati.

Bukannya menjawab, Bella justru menangis histeris. Dia terlihat ketakutan, kalau hal itu sampai terjadi. Dia memikirkan bagaimana nasibnya nanti, jika memang benar dia sedang hamil anak pria misterius itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!