NovelToon NovelToon

Alexa Vs Keenandra

pertemuan

ALEXA SARAH merupakan gadis cantik berdarah campuran Indonesia dan Perancis. Ayahnya berasal dari Perancis, sementara ibunya merupakan wanita asli Indonesia. Wajah cantiknya semakin menawan dengan adanya lesung pipi yang membuatnya terlihat ceria. Saat ini, Alexa baru saja diterima di salah satu universitas ternama di Jakarta untuk melanjutkan studinya di jurusan ilmu komunikasi.

Sebagai mahasiswi baru, Alexa sangat bersemangat mengikuti kegiatan perkuliahan dan beradaptasi dengan lingkungan kampusnya. Gadis berkulit putih bersih ini memiliki rambut panjang berwarna coklat keemasan yang seringkali membuatnya menjadi pusat perhatian di kalangan mahasiswa lain. Alexa juga dikenal sebagai pribadi yang ramah dan mudah bergaul, membuatnya cepat diterima di lingkungan kampus.

Kendati berdarah campuran, Alexa sangat mencintai budaya Indonesia. Ia sering kali terlihat mengenakan batik saat menghadiri acara-acara formal di kampus. Bahasa Indonesia yang fasih membuat Alexa lebih mudah berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya, meski tentu saja ia juga lancar berbicara dalam bahasa Perancis.

Di tengah kesibukan sebagai mahasiswi, Alexa tak lupa untuk menjaga hubungan baik dengan keluarganya. Ia kerap menghubungi ibu dan ayahnya yang tinggal jauh di Perancis, berbicara tentang kegiatan sehari-hari dan perkembangan studinya. Alexa sangat menghargai dukungan dan semangat yang diberikan oleh kedua orangtuanya.

Alexa pun memiliki cita-cita untuk menjadi seorang jurnalis yang handal. Ia ingin menggabungkan latar belakang budayanya yang beragam dengan pengetahuan yang didapat di jurusan ilmu komunikasi untuk memberikan kontribusi pada dunia jurnalistik. Dengan semangat dan tekad yang kuat, Alexa siap menghadapi tantangan yang ada demi mewujudkan impiannya.

KEENANDRA PASHA, atau yang akrab disapa Ken, adalah mahasiswa berusia 22 tahun yang baru saja pindah dari Amerika ke Jakarta. Ia merupakan anak dari seorang diplomat yang baru saja dipindahkan tugas ke Indonesia. Ken merupakan mahasiswa semester 4 jurusan teknik di salah satu universitas ternama di Jakarta.

Sebagai sosok perfeksionis, Keenan sangat disiplin dan terorganisir dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ia selalu mengatur jadwalnya dengan baik dan menyelesaikan tugas-tugasnya tepat waktu. Selain itu, Ken juga memiliki etos kerja yang tinggi, sehingga ia sering kali menjadi panutan bagi teman-temannya di kampus.

Namun, di balik sifat perfeksionisnya, Ken juga dikenal sebagai sosok yang dingin dan tertutup. Ia jarang sekali terlibat dalam percakapan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan atau tugas akademiknya. Sikapnya yang dingin ini membuat banyak orang yang baru mengenalnya merasa takut dan ragu untuk mendekatinya.

Di kampus, Ken lebih sering menghabiskan waktunya di perpustakaan atau ruang lab. Ia jarang terlibat dalam kegiatan sosial, seperti organisasi kemahasiswaan atau kegiatan ekstrakurikuler. Bahkan ketika teman-teman sekelasnya mengajaknya untuk bergabung dalam grup belajar, Ken lebih memilih untuk belajar sendiri.

Suatu hari, ketika Ken sedang asyik menyelesaikan tugas di perpustakaan, ia dihampiri oleh seorang gadis yang merupakan anggota dari salah satu organisasi kemahasiswaan. Gadis tersebut tersenyum ramah padanya dan berkata, "Hai, Ken! Aku Rani, dari organisasi kemahasiswaan. Kami sedang mencari anggota baru, apa kamu tertarik untuk bergabung?"

Ken menatap gadis tersebut dengan pandangan datar, sebelum menjawab dengan suara yang dingin, "Tidak, terima kasih. Aku lebih suka fokus pada studiku." Jawab Ken singkat dan cuek. 

Rani tampak kecewa, namun ia masih berusaha untuk tersenyum. "Baiklah, kalau kamu berubah pikiran, kami selalu terbuka untuk menerima anggota baru. Semoga kita bisa menjadi teman, ya?"

Ken hanya mengangguk pelan, lalu kembali fokus pada tugasnya. Bagi Ken, menjaga jarak dengan orang lain adalah cara terbaik untuk menjaga konsentrasinya dan meraih kesuksesan yang ia inginkan. Namun, di balik sikap dinginnya itu, mungkin saja ada luka atau rasa takut yang belum terungkap. Hanya waktu yang akan menjawab apakah ken akan tetap menjadi sosok yang dingin dan tertutup, atau mampu membuka hatinya untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang lain.

Pagi itu terasa begitu sepi, Alexa sudah bersiap-siap meninggalkan rumah menuju kampusnya. Hari ini, dia harus buru-buru karena ada kelas pagi yang sangat penting. Begitu sampai di persimpangan jalan, tiba-tiba dari arah belakang, sebuah motor sport menabrak bagian belakang mobilnya dengan keras.

Alexa segera menghentikan mobilnya, merasa jantung berdebar kencang. Ia segera keluar dari mobil dan melihat kerusakan yang terjadi pada mobilnya. Dalam keadaan marah, ia menemui pengemudi motor yang baru saja menabraknya.

"Kamu ini nggak lihat apa sih?!" teriak Alexa dengan emosi yang memuncak. Wajahnya memerah dan kedua tangannya bergetar kesal. Pengemudi motor itu tampak terkejut dan langsung mencoba untuk menjelaskan.

"Maaf, Aku nggak sengaja, rem motorku mendadak blong," ujar pengemudi motor tersebut merasa bersalah. 

Alexa semakin marah mendengar alasan yang diberikan. "Jangan bilang-bilang soal rem blong! Kamu harus lebih hati-hati kalau berkendara! Lihat nih, gimana nanti kalau mobilku rusak parah gara-gara kamu?!" bentaknya sambil menunjuk-nunjuk ke bagian belakang mobilnya yang penyok.

Pengemudi motor itu terlihat menunduk, mencoba meredakan amarah Alexa. "Aku minta maaf, Aku akan bertanggung jawab atas kerusakan mobilnya," ujarnya dengan suara serak.

Namun, amarah Alexa tak kunjung reda. Ia terus melontarkan kata-kata kasar dan mengejek pengemudi motor tersebut. Wajah sang pengemudi ikutan gemas, namun ia tetap berusaha untuk tetap tenang dan menanggung semua cacian yang dilontarkan Alexa.

Alexa, dengan langkah tergesa-gesa, membuka pintu mobilnya dan segera menyampaikan perasaannya kepada sang pengemudi yang baru saja menabrak mobilnya, "Urusan kita belum selesai!" ujarnya dengan nada tegas dan penuh emosi.

Ia tak ingin membuang waktu lebih lama lagi, karena ia tahu ia sudah terlambat untuk kuliah pagi ini. Alexa buru-buru kembali masuk ke dalam mobilnya, menutup pintu dengan keras, dan menghidupkan mesinnya. Emosi yang memuncak membuatnya menggenggam setir dengan erat.

Sepanjang perjalanan menuju kampus, Alexa terus saja mengumpat dalam hati. Hatinya merasa tidak adil, karena sang pengemudi yang menabrak mobilnya seakan tidak peduli sama sekali. Ia mengusap keningnya yang berkeringat, mencoba untuk menenangkan diri agar bisa fokus mengemudi.

"Dasar laki-laki tidak bertangung jawab, memang bisa apa-apa diselesaikan dengan maaf! " Umpat Alexa sambil mengemudikan mobilnya.

Sesampainya di kampus, Alexa langsung melompat keluar dari mobil dan berlari menuju gedung kuliah. Meski perasaan marah masih menyelimuti hatinya, ia berusaha untuk tidak memikirkan kejadian tersebut dan fokus pada kuliah yang akan ia hadapi. Namun, di balik itu semua, pesan terakhir yang ia sampaikan kepada sang pengemudi terus terngiang di benaknya, menegaskan bahwa urusan mereka memang belum selesai.

Jam istirahat, Alexa pun melipir ke kantin bersama Safa sahabat nya, namun di tengah jalan ia seprti melihat motor sport yang tadi pagi menabraknya.

"kenapa Al? " Tanya Safa mengikuti arah pandang Alexa.

bertemu lagi

Alexa menatap tajam motor sport berwarna hitam di depannya, dengan detail ia mengamati setiap lekukan bodinya, desain grafis, dan plat nomor kendaraan tersebut. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Alexa yakin bahwa motor ini adalah motor yang menabrak mobilnya tadi pagi. "Kamu tau siapa pemiliknya, Al?" tanya Safa penasaran pada Alexa.

"Gak tau sih, tapi tadi pagi motor ini yang sudah menabrak mobil aku sampai lecet!" geram Alexa, wajahnya memerah karena merasa belum sempat memberikan pelajaran pada laki-laki yang menaiki motor itu tadi pagi. Ia masih terbayang bagaimana laki-laki tersebut melaju kencang dan menghilang begitu saja setelah menabrak mobilnya.

"Tenang aja, Al. Kita pasti bisa cari tahu siapa pemiliknya. Apalagi motor ini ada di sini, di tempat parkir kampus. Berarti dia pasti ada di dalam gedung ini," ujar Safa mencoba memberi semangat pada Alexa.

Alexa menghela napas panjang, merasa sedikit lega karena merasa tidak sendirian dalam mencari keadilan. Ia berharap bisa menemui pemilik motor itu dan menuntut pertanggungjawaban atas tindakannya yang tidak bertanggung jawab. Keduanya, Alexa dan Safa, berjalan masuk ke gedung kampus sambil merancang strategi untuk mencari tahu identitas pemilik motor sport itu.

"Kita bakalan stalking tuh motor sampai ketemu pemiliknya" Ucap Safa ikutan gemas.

Alexa dan Safa sedang asyik memantau motor sport yang terparkir di dekat lapangan basket. Mereka terpesona dengan bentuk dan desain motor tersebut. Tiba-tiba, seorang pemuda tampan yang dikenal sebagai Romi mendekati mereka dengan senyum lebar di wajahnya.

"Hai gadis, sedang apa kalian mengintai motor ini, mau maling ya?" tuduh Romi dengan nada bercanda.

Alexa dan Safa terkejut dan langsung menjawab, "Ngawur kamu, eh Romi, kamu tau gak siapa pemilik motor ini?" tanya Alexa penasaran.

Romi mengangguk dan menjawab dengan percaya diri, "Tau! Punya anak baru, pindahan dari Amerika." jawab Romi yakin.

Alexa dan Safa terperangah mendengar jawaban Romi. Mereka tidak menyangka bahwa pemilik motor sport tersebut adalah murid pindahan dari Amerika. Keduanya penasaran untuk mengetahui lebih lanjut tentang pemilik motor tersebut.

Romi melihat rasa penasaran di wajah Alexa dan Safa, lalu mengungkapkan lebih banyak informasi tentang pemilik motor. "Dia baru datang sekitar seminggu yang lalu dan langsung jadi pusat perhatian di sekolah. Namanya Keenan, cowok ganteng dan pintar. Tapi, katanya dia agak sombong dan susah untuk didekati."

"Oh ya.. coba besok kita berangkat lebih pagi.. " ucap Safa penasaran.

***

Keesokan harinya, Safa dan Alexa susah datang lebih pagi untuk mencintai sesosok orang yang membuat mereka penasaran.

Beberapa saat kemudian mereka melihat sosok Ken yang tengah memarkirkan motornya. Motor sport berwarna hitam itu terlihat begitu elegan, membuat mereka penasaran dengan siapa pemiliknya.

Tak lama, Ken keluar dari balik helm yang menutupi wajahnya. Rambut hitam lembutnya berantakan seakan baru saja disisir angin, matanya yang tajam membuat Alexa dan Safa semakin terpesona. Mereka saling berpandangan, merasa penasaran semakin menjadi-jadi.

"Kita harus mengenal lebih dekat dengan Ken," ujar Alexa kepada Safa yang mengangguk setuju. Mereka pun berencana untuk menemui Ken saat jam istirahat nanti.

Saat jam istirahat tiba, Alexa dan Safa menghampiri Ken yang sedang duduk sendirian di kantin sekolah. "Hai, Ken," sapa Safa dengan nada ramah. Namun, Ken hanya menoleh sejenak dan kembali menundukkan kepalanya, sibuk dengan ponselnya.

Mereka mencoba mengajak Ken berbicara, namun Ken hanya memberikan jawaban singkat dan tidak menunjukkan minat untuk berbicara lebih jauh. Tak ayal, hal itu membuat Alexa dan Safa merasa tidak nyaman.

"Sombong!" ucap Alexa dan Safa berbarengan, merasa kesal dengan sikap Ken yang dingin.

Ketika mereka hendak pergi, Romi - teman sekelas Ken - mendekati mereka. "Bukan sombong sih, tapi lebih ke datar-datar aja responnya," jawab Romi sambil tersenyum. "Mungkin dia memang begitu, atau ada hal lain yang sedang mengganggu pikirannya."

Alexa dan Safa hanya menghela napas panjang, mencoba untuk memahami sifat Ken yang baru mereka kenal. Meski demikian, rasa penasaran mereka masih belum hilang, dan mungkin suatu hari nanti mereka akan berhasil mendekati Ken dan mengenalnya lebih dekat lagi.

Alexa merasa semakin penasaran dan tidak tahan ingin segera menagih janji dari laki-laki yang dulu pernah menjanjikannya tanggung jawabnya.

Dengan langkah mantap, ia kembali mendekati Ken yang tampak asyik dengan ponselnya.

"Hei, aku ingin menagih janji kamu untuk bertanggung jawab atas perbuatanmu," ucap Alexa dengan nada tegas dan wajah yang terlihat kesal.

Sejenak, Alexa melihat ekspresi Ken yang tampak tidak terganggu. Ia hanya melirik sebentar pada Alexa, lalu kembali fokus memainkan ponselnya. Alexa merasa marah dan kecewa dengan sikap Ken yang seolah-olah tidak peduli dan menyepelekan perasaannya.

"Bukankah kamu dulu pernah berjanji padaku, ? Apakah kamu sudah melupakan ucapanmu?" ucap Alexa, yang semakin menemukan keberanian untuk menghadapi Ken. Kini, ia bertekad untuk mencari kebenaran dan keadilan atas apa yang pernah dijanjikan padanya. Meskipun hatinya berdebar, Alexa tahu bahwa ia harus melangkah maju dan menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan.

"Janji apa? Oh, kamu pasti gadis yang tadi siang di jalan itu, ya? Mobil kamu rusak parah ya? Mana, biar aku lihat!" sahut Keen dengan nada menjengkelkan yang langsung membuat Alexa merasa geram. 

"Astaga, kenapa cowok ini bisa sombong banget sih?!" umpat Alexa dalam hati, kekesalan dan rasa benci semakin menjadi-jadi kepada cowok tersebut. Namun, diam-diam ia mulai merasa penasaran mengapa sikap cowok itu seolah tak peduli sama sekali dengan orang lain dan membuat keputusasaan terasa di hatinya. 

"Apakah dia selalu seperti ini atau mungkin ada sesuatu yang sedang mengganggu pikirannya?" gumam Alexa, berusaha mencari alasan di balik kelakuan Keen yang arogan itu.

Dengan langkah pasti, Ken dan Alexa berjalan menuju area parkir mobil. Wajah Ken tampak datar tanpa ekspresi, namun dalam hatinya ia merasa penasaran sejauh mana kerusakan yang terjadi pada mobilnya. Begitu tiba di area parkiran, Ken bertanya kepada Alexa, "Mana mobilmu?"

Alexa pun menunjuk ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Itu di sana!" jawabnya sambil menunjuk dengan jarinya.

Mereka pun mendekati mobil Alexa yang ternyata cukup rusak di bagian depannya. Ken mengamati kerusakan dengan seksama, meraba dan menilai seberapa parah kerusakan yang terjadi. Wajahnya masih datar, namun matanya terlihat fokus dalam memeriksa setiap detail.

Sementara itu, Alexa merasa cemas dan gelisah, menunggu penilaian dari Ken mengenai kerusakan mobilnya. Ia menatap Ken dengan pandangan yang sedikit berharap dan khawatir.

Setelah beberapa menit, Ken akhirnya menghela napas dan menoleh ke arah Alexa. "Sepertinya kerusakan cukup parah," ujarnya dengan nada serius. "Kita perlu segera menggantikan beberapa bagian yang rusak agar mobilmu kembali normal."

Alexa mengangguk, merasa lega bahwa setidaknya Ken bersedia membantunya untuk memperbaiki mobilnya. "Terima kasih," ucapnya dengan tulus, bersyukur ternyata Ken bisa diandalkan di saat-saat seperti ini.

Cowok nyebelin

Ken memeriksa mobil Alexa masih dengan wajah datarnya membuat Alexa semakin kesal saja.

"Gimana sih, aku yang dirugikan dia yang jutek! " Sungut Alexa dalam hati melirik Ken kesal.

Alexa berdiri tegak dengan tangan terkepal dan wajah yang merah padam. Rasa kesalnya terpancar jelas dari ekspresi wajahnya saat melihat Keenan, cowok kaku yang baru saja menabraknya.

Alih-alih minta maaf, Keenan malah berdiri dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Alexa menggeram dalam hati, membayangkan betapa menyebalkannya cowok di depannya itu.

Namun, Keenan seolah-olah bisa merasakan isi hati Alexa, lalu menegurnya dengan nada datar.

"Tidak usah mengumpatku, kau pasti akan jatuh cinta padaku suatu saat nanti," ucapnya tanpa ekspresi.

Mendengar kata-kata itu, amarah Alexa meledak. "Dasar gila!" umpatnya keras-keras sambil mengepalkan tangan lebih erat. Rasa kesal yang semakin memuncak membuat pandangan Alexa terasa berkunang-kunang.

Keenan hanya tersenyum sinis melihat reaksi Alexa, seolah menikmati kekesalan gadis itu. Alexa merasa jengkel melihat senyuman itu, seakan Keenan sedang mengolok-olok perasaannya. "Kau tidak akan pernah bisa membuatku jatuh cinta padamu!" teriak Alexa lalu berlalu meninggalkan Keenan yang masih tersenyum dengan tatapan mengejek.

Alexa merasa hatinya bergolak, kesal dan bingung dengan perasaannya sendiri. Bagaimana mungkin cowok menyebalkan seperti Keenan bisa membuatnya merasa terganggu sekaligus penasaran? Di dalam hatinya, Alexa berjanji untuk tidak pernah jatuh cinta pada Keenan, cowok kaku yang kini menjadi sumber kekesalannya.

Alexa berjalan gontai menuju kantin kampus, perasaan campur aduk menghantui pikirannya. Ia membutuhkan waktu untuk menenangkan diri sejenak sementara Ken, mahasiswa jurusan teknik yang ia temui tadi, berjanji akan membenarkan mobilnya yang rusak. Dalam kantin yang penuh sesak, Alexa mencoba duduk di sudut untuk menghindari perhatian. Ia menghela napas panjang, memikirkan kecelakaan yang baru saja terjadi.

Tak lama, tiba-tiba ponselnya bergetar, ada pesan dari Ken yang mengabarkan bahwa mobilnya sudah diperbaiki dan bisa digunakan kembali. Ken juga menambahkan bahwa ia akan membantu memperbaiki lecet pada mobilnya di bengkel lain waktu.

Alexa merasa lega, namun rasa malu masih membayangi hatinya. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menenangkan diri. 'Setidaknya mobilku sudah diperbaiki,' pikirnya. Lalu, ia merasa ada sesuatu di tangan kanannya.

Ternyata, Ken meninggalkan sebuah note kecil yang ia tempelkan di ponsel Alexa saat ia tidak menyadari. Isi note itu mengatakan bahwa ia tidak perlu khawatir tentang mobilnya dan mereka bisa pergi ke bengkel bersama nanti.

Alexa tersenyum tipis, merasa bersyukur bahwa ada orang baik seperti Ken yang bersedia membantunya di saat kesusahan. Hatinya sedikit terangkat, dan perlahan-lahan ia mulai merasa lebih tenang. Alexa menyimpan note tersebut di dalam dompetnya sebagai pengingat untuk mengucapkan terima kasih kepada Ken.

Alexa menatap sekeliling, mencari keberadaan Ken di kampus. Namun, sepertinya pria itu telah meninggalkan kampus lebih awal, terbukti dengan motor yang sudah tidak ada di parkiran setelah memperbaiki mobil Alexa.

Alexa merasa kecewa, namun dia tak bisa berlama-lama di situ. Ia memutuskan untuk segera melajukan mobilnya menuju rumah. Begitu sampai di rumah, Alexa dikejutkan oleh kehadiran Wisnu yang sedang duduk santai di teras.

Wisnu adalah sahabat baiknya sejak SMP, dan selalu ada untuk Alexa dalam suka dan duka. Dalam hati, Alexa merasa lega melihat wajah teman lamanya itu. "Wisnu, kamu sudah di sini?" tanya Alexa, mencoba menyembunyikan rasa kesalnya pada Ken.

Wisnu mengangguk sambil tersenyum, "Ya, aku kebetulan ada urusan di sekitar sini, jadi mampir dulu. Lagi, aku sedang kangen dan ingin menghibur kamu."

Alexa terkejut mendengar penjelasan Wisnu, dia bertanya-tanya bagaimana temannya itu bisa mengetahui kekecewaannya. Namun, ia tak ingin mempertanyakan lebih jauh. Yang jelas, Alexa merasa bersyukur memiliki sahabat sepert Wisnu yang selalu mengerti perasaannya.

Mereka berdua lantas bercerita tentang kisah-kisah masa lalu mereka, berbagi tawa dan kenangan. Walaupun hati Alexa masih terasa sedikit kecewa karena Ken, namun kehadiran Wisnu berhasil membuatnya merasa lebih baik. Terkadang, sahabat memang lebih mengerti kita daripada orang lain, dan itulah yang dirasakan Alexa pada saat itu.

Alexa dan Wisnu adalah pasangan muda yang penuh semangat dan optimis. Mereka telah menjalin hubungan pertemanan sejak masih duduk di bangku SMP. Keduanya memiliki cita-cita yang tinggi, namun takdir memisahkan mereka saat mereka harus melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

Alexa diterima di Universitas ternama di Jakarta, sementara Wisnu harus pindah ke Bandung mengikuti orang tuanya yang mendapat tugas baru di kota kembang tersebut.

Meskipun terpisah oleh jarak, namun persahabatan mereka tetap kuat dan tak tergoyahkan. Wisnu, pemuda yang bertanggung jawab dan setia, selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Alexa saat ia kebetulan ke Jakarta.

Alexa sendiri, wanita yang ceria dan penyabar, selalu menunggu dengan sabar kedatangan Wisnu dan berusaha menjaga komunikasi agar hubungan mereka tetap harmonis.

Suatu hari, Wisnu mendapat kesempatan untuk kembali ke Jakarta dalam rangka mengikuti suatu seminar. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk menemui Alexa. "Hei, Lex! Aku baru saja selesai seminar, mau ketemu sebentar?" tanya Wisnu melalui telepon.

Alexa yang sedang duduk di kantin kampus langsung terkejut dan gembira mendengar suara Wisnu. "Serius, Wis? Kamu di Jakarta? Tentu saja aku mau ketemu! Aku tunggu di kantin kampus ya," jawab Alexa dengan antusias.

Tak lama kemudian, Wisnu tiba di kantin kampus tempat Alexa menunggunya. Senyum merekah di wajah keduanya saat mereka bertatap muka. Mereka bercerita tentang kegiatan masing-masing di kota tempat mereka kuliah, berbagi pengalaman, dan saling mendukung satu sama lain.

Kendati terpisah jarak, namun hubungan Alexa dan Wisnu semakin kuat dan erat. Mereka sadar bahwa pertemanan sejati tidak terbatas oleh jarak, melainkan kepercayaan, kesetiaan, dan komitmen yang tinggi. Dan, mereka berjanji untuk terus bersama, meraih mimpi, dan menghadapi tantangan yang datang, bersama-sama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!