NovelToon NovelToon

Jerat Cinta Sang Teknisi

Bab 1#PERNIKAHAN RAHASIA JABAR

#Operator Baru

Sekuel dari Novel Dijebak Nikah Paksa

NB; Bagi pembaca yang penasaran kisah Jabar sebelumnya, bisa langsung cus ke karya saya yang pertama "Dijebak Nikah Paksa". Nggak pun gak apa-apa sih.

  "Brugggghhhh ...."

  Tubuh ramping gadis itu terjerembab jatuh saat dia akan masuk pintu WC di sebuah pabrik elektronik kawasan Bodetabek. Dia meringis saat tangannya beradu langsung dengan tangan seseorang yang berpakaian Teknisi.

  "Hati-hati dong, Neng," tegur lelaki di hadapan gadis itu yang bertabrakan dengannya barusan, sembari mengulurkan tangan menawarkan bantuan.

  Gadis itu tidak menolak, dia bangkit dengan bantuan tangan pria tampan berkulit bersih di hadapannya. Ketika tubuhnya sudah berdiri sempurna, kedua pasang mata itu saling bertemu satu sama lain, pandangan saling mengunci. Tiba-tiba sebuah rasa muncul, menyelinap dalam dada masing-masing.

 "Gila, cakep banget," puji lelaki berbaju Teknisi, penuh kagum.

 "Ya ampun ganteng banget," kagumnya tersipu malu dengan memalingkan muka sepersekian detik.

  "Maaf, Bang, saya tadi tidak melihat ada Abang," ujarnya meminta maaf dengan malu-malu.

 "Tidak apa-apa Neng, masuklah mungpung WCnya kosong. Kamu mau buang hajat bukan?" Lelaki tampan itu berbasa-basi seperti sengaja ingin menahan gadis macankasen alias manis cantik kagak ngebosenin di hadapannya.

  "Iya, terimakasih Bang," ujar gadis itu seraya beranjak.

  "Awas, jangan salah masuk WC pria, ya, Neng!" peringat lelaki berbaju Teknisi Senior itu sembari melirik lama, menatap tubuh gadis yang baru dijumpainya itu sampai tubuhnya menghilang di balik pintu WC.

  "Benar-benar macankasen. Lalu dia ini siapa, perasaan baru lihat? Jangan-jangan Operator baru?" duganya seraya menerbitkan senyum di bibirnya.

 "Bar, ngapain lu di mari? Tuh mesin bunyi, kasihan si Ira mondar-mandir depan belakang," tegur seorang lelaki sebaya lelaki yang dipanggil Bar barusan.

  "Eh elu Di, Gua habis buang hajat, gua udah bilang sama Ira mau ke WC. Masa iya gua kagak bilang," dumel Jabar dengan wajah kesal merasa fantasinya tentang gadis yang baru masuk WC buyar, gara-gara teguran Hardi.

  "Ya sudah sana buruan, kasian Ira keder," peringat Hardi lagi merasa gedek.

  "Ah kampret lu, Di. Elu bantu kek Ira. Bukan ganggu gua yang baru saja ketemu bidadari," dumel Jabar pelan. Hardi menatap Jabar, heran. Untung saja Hardi tidak mendengar.

  Gadis itu menyudahi buang hajatnya di WC pabrik yang baru saja dia datangi. Lega rasanya setelah beberapa jam menahan buang air kecil di ruang meeting tadi. Sebagai calon Operator baru di perusahaan elektronik ini, gadis ber name tag Clara itu, diwajibkan menerima arahan dulu dari para seniornya yaitu Kak Vita, dia adalah Leader yang akan membawahi departemen SMT di perusahaan ini.

  Clara buru-buru keluar dan berjalan dengan cepat menuju ruang meeting kembali, menemui teman-teman seangkatannya dan Leader. Langkah Clara tidak luput dari tatapan Jabar yang kebetulan melihat gadis yang tadi tabrakan dengannya di depan WC. Karena untuk ke ruangan meeting, Clara harus melewati departemen SMT di mana Jabar berjibaku dengan pekerjaannya.

  "Wihhh, itu dia bidadari lewat, kira-kira dia departemen mana, ya? Tapi kenapa dia tidak berseragam?" herannya masih berputar-putar memikirkan gadis bernama Clara tadi.

  "Kampret, deh. Harusnya gua tadi tanya nama dia. Main ngobrol saja tanpa nanyain nama. Dasar kampret-kampret," dumelnya merutuki diri sendiri penuh sesal.

  "Bang Jabar, ngapain bengong? Jangan-jangan lihatin cewek tadi, ya? Gebet saja, deh, Bang. Kali saja dia masih gadis," kejut Ira mengagetkan Jabar yang memang sedang bengong.

  "Ihhhh, kamu ini Ra. Ngagetin Abang saja," kesalnya sembari menuju meja kerjanya lalu duduk melihat kertas report.

  "Habisnya, Abang bengong sambil lihat cewek tadi. Kalau naksir, ngomong dong, kejar dia. Siapa tahu jodoh. Hi hi," goda Ira diakhiri tawa. Jabar tidak menyahut lagi, dia kini mengisi laporan di kertas itu.

**

  Gadis bernama Clara itu masuk kembali ke dalam ruangan meeting. Seorang perempuan berusia sekitar 30 tahun, yang merupakan Leader di departemen SMT shift B, dan yang lainnya yang merupakan calon Operator, melempar tatap ke arah Clara.

  "Maaf Kak," ujar Clara meminta maaf, karena merasa ditunggu oleh yang lain.

  "Ok, duduklah. Sebentar lagi kita akan menuju mesin masing-masing, yang akan kalian tempati. Jadi mulai sekarang persiapkan diri kalian. Kalian akan bekerjasama dengan Operator lama maupun Teknisi di mesin masing-masing. Satu mesin ada dua Teknisi, kalian bekerja samalah secara solid dengan mereka. Jika kalian tidak paham akan mesin berikut trouble nya, maka kalian bisa bertanya pada Operator lama atau Teknisinya. Sampai di sini kalian paham?" jelas Kak Vita tegas.

  Semua calon Operator mengangguk, mereka paham atas penjelasan calon Leadernya.

  "Jangan lupa name tag kalian harus tetap berada di leher dan tidak boleh terbalik, sebab kalian mulai hari ini ada dalam masa training selama tiga bulan. Jadi, saya harap kalian tetap disiplin dan mematuhi peraturan perusahaan ini, terutama depertemen di mana kalian bernaung," peringat Kak Vita tidak bosan-bosan.

  "Siap Kak," kompak mereka menunjukan kesiapan. Akhirnya Kak Vita menyudahi meeting bersama calon Operatornya. Mereka digiring keluar menuju ruangan yang akan mereka tempati.

  Kak Vita diikuti calon Operator mesin di belakangnya, menuruni tangga, sebab departemen SMT berada di ruangan paling bawah pabrik ini.

  Hawa panas mulai terasa, ditimbulkan dari mesin-mesin yang kini suaranya mulai terdengar meraung sana sini. Mesin-mesin itu berjejer dari utara ke selatan, dan memanjang. Bunyi alarm bersahutan, menandakan mesin-mesin itu sedang beroperasi secara normal.

  Para calon Operator yang mengikuti Kak Vita, mendadak jantungnya berdebar ketika mendengar bunyi mesin bersahutan. Mereka merasa takut sebelum berperang.

  "Semoga aku bisa menjalankan pekerjaan baruku ini." Clara berdoa di dalam hati dengan perasaan was-was, yang lainpun sama. Mukanya berubah tegang.

**

  Sementara di mesin SMT line 10, Jabar dan Ira sebagai Operator, kini berjibaku dengan change model. Ira sibuk mengecek part ke dalam feeder. Sementara Jabar, sebagai Teknisi sibuk membuat program untuk model baru dibantu salah satu Teknisi mesin lain. Mereka bekerja sama dalam memprogram model baru dengan sangat hati-hati.

  Kak Vita dan beberapa calon Operator baru, mulai memasuki departemen SMT. Mesin-mesin SMT itu memang sudah kekurangan orang sejak Dara dan Nela juga yang lainnya memutuskan mengundurkan diri karena menikah. Kini mesin-mesin itu butuh partner baru, untuk menduduki posisi Operator mesin.

  "Jabar, aku meminta waktu sebentar," tegur Kak Vita pada Jabar yang sedang di depan komputer. Jabar menoleh dan terkejut, sebab melihat Kak Vita membawa rombongan di belakangnya.

  "Kenapa Vit?" heran Jabar mengerutkan kening, dengan mata yang awas.

  "Akan ada yang masuk calon Operator ke mesin 10 ini membersamai Ira. Aku mohon kerjasamanya, kamu atau Ira mohon bantu jika dia kurang paham dalam menjalankan mesin SMT ini. Kalian paham?" ucap Kak Vita kepada Jabar dan Ira.

  "Ok, siap," seru Jabar dan Ira kompak.

  "Clara, kamu masuk mesin ini. Saya harap kamu bisa diajak kerjasama oleh mereka. Silahkan maju dan berbaurlah dengan penghuni lama mesin ini," perintah Kak Vita menunjuk Clara.

  Clara keluar dari barisan dan menampakkan diri di depan Jabar dan Ira serta Hardi yang kebetulan membantu change model di mesin 10.

  "Gadis itu!" kejut Jabar dengan muka yang senang. Sementara Clara pun tidak kalah terkejut, mana kala dia kini harus bertemu kembali dengan seseorang yang tadi bertabrakan dengannya di depan WC.

  "Oh ternyata pria tadi itu seorang Teknisi di mesin 10," kejutnya dengan hati yang entah kenapa girang.

Bab 2#PERNIKAHAN RAHASIA JABAR#Ternyata Satu Mesin

  "Silahkan Clara kamu masuk mesin 10, Carmen kamu mesin sembilan, dan kamu Coni mesin delapan," instruksi Kak Vita sambil menunjuk mesin masing-masing yang kini mereka tempati.

   Ira dan Jabar menyambut kehadiran Clara dengan senyuman sebagai aksi sambutan pertama mereka.

   "Ok, kalian yang masih baru mohon bimbingannya sama Operator lama, dan yang lama harus bisa bekerjasama dengan baik dengan yang baru. Jika yang baru belum paham akan kerja mesin, maka kalian jangan segan memberitahu dan jangan pelit ilmu, sebab semua itu demi kelangsungan mesin kalian sendiri supaya menghasilkan produk yang baik," ujar Kak Vita panjang lebar memberi arahan pada Operator baru maupun yang lama.

   Ira dan yang lainnya mengangguk tanda setuju diberi arahan seperti itu oleh Kak Vita. Setelah itu Kak Vita segera beranjak dari ruangan SMT dan kembali ke ruangannya.

   "Ayo Cla, kemarilah. Kenalkan dulu namaku Ira dan ini Teknisi kita yang khusus di mesin 10. Teknisi kita sebetulnya ada dua, nanti yang bagian malam ada juga namanya Bang Hakiki. Kalau yang pergi tadi, itu namanya Bang Hardi, dia Teknisi mesin sembilan, yang sengaja bantuin Bang Jabar tukar model," terang Ira baik hati.

  Clara sekilas menatap ke arah Jabar, Clara berdesir sebab Teknisi yang sudah berumur 32 tahun itu melihat juga ke arahnya sehingga mereka sempat bersitatap, meskipun Clara langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Padahal tadi di depan pintu WC mereka sempat bertabrakan, tapi saat dipertemukan kembali di mesin yang sama, baik Jabar maupun Clara sama-sama gugup.

  "Rupanya kita satu mesin, dan nama Abang ini Jabar, tapi bukan Bang Jabar Banten, he," guyonnya dalam hati merasa lucu dengan nama Jabar, mengingatkan Clara pada sebuah bank di Jawa Barat.

   Wajah Teknisi bernama Jabar yang menurutnya tampan itu, seketika terbayang. "Meskipun sudah berumur, tapi tampan banget," pujinya dalam hati.

   "Cla, tugas kamu dimulai dari sini, ayo ikut aku," ajak Ira menuju buntut mesin, mengejutkan Clara yang tengah melamun. Ira menamainya ekor mesin atau buntut mesin, yaitu tempat berakhirnya produk PCB yang sudah diproses bonding atau solder serta pemasangan part komponen. Tugas Clara mengecek barang yang keluar dengan menggunakan template, dan kaca pembesar, yang fungsinya untuk mengecek komponen dari yang terbesar sampai terkecil.

   Clara manggut-manggut paham, meskipun ini pengalaman pertamanya kerja di pabrik elektronik, akan tetapi Clara paham apa yang harus dia kerjakan.

   "Ok, kamu mulai ngecek jika barang itu sudah keluar dari mesin oven. Hati-hati ngeceknya, jangan sampai PCB nya jatuh, jika ada komponen yang missing, kamu kasih tanda saja sama stiker reject. Jangan lupa pakai sarung tangan, karena PCB yang baru keluar oven, panas," peringat Ira baik hati.

   "Ok, terimakasih Kak Ira," ucap Clara sembari tersenyum dan kini dia mulai menempati mejanya.

   Tiba-tiba mesin berbunyi, dengan sigap Clara menghampiri Ira dan mengamati apa yang dilakukan Ira. Di sana Clara mengamati sambil bertanya ini itu. Beruntungnya Ira sangat baik dan mau berbagi ilmu dengan sabar.

   Tiba jam istirahat, terpaksa Ira istirahat duluan dan menitipkan mesin pada Jabar, kebetulan Jabar ambil jam istirahat di jam kedua setelah Ira.

   "Bang, aku istirahat duluan, ya. Titip mesin dulu. Tolong dibimbing juga Clara, dia belum paham banget," pesan Ira mewanti-wanti. Jabar mengangguk setuju disertai acungan jempol.

   "Cla, aku istirahat dulu, ya. Kalau PCB di belakang masih sedikit, kamu langsung ke depan saja, tanyakan sama Teknisi kita apa yang perlu kamu perbuat. Aku pergi dulu, ya." Ira berpamitan untuk pergi ke kantin atau ke warung di depan pabrik. Clara mengangguk.

   Sesaat setelah Ira pergi, tiba-tiba mesin berbunyi, terpaksa Clara harus meninggalkan dulu mejanya dan berlari ke arah depan mesin. Kebetulan di sana sudah ada Jabar yang sudah siap menangani mesin.

   "Dek, ini soldernya habis. Untuk sementara kamu perhatikan abang memasang solder di stensil (papan cetak) ini," tegur Jabar tiba-tiba, menunjukkan tangannya ke papan cetak PCB. Clara dengan seksama melihat cara menyiapkan dan mengaduk solder sampai dipasang di atas stensil Pelajaran pertama dari Jabar sudah Clara dapatkan secara sukarela.

   "Terimakasih Bang," ucap Clara senang.

   "Tolong kamu bersihkan lagi sendok bekas ngambil soldernya sama kain perca campur thiner, jangan lupa kamu harus pakai sarung tangan, sebab air thiner agak keras kena kulit," peringatnya perhatian.

   "Baik Bang terimakasih."

   "Kamu umur berapa, De?" tanya Jabar tiba-tiba berlanjut, membuat jantung Clara mendadak berdetak kencang.

   "Cla baru 19, Bang," jawab Clara menyebut dirinya dengan nama sendiri. Jabar jadi ingat Dara yang selalu menyebut dirinya dengan namanya langsung. Jabar tersenyum, Clara benar-benar mengingatkan dirinya pada Dara perempuan yang dulu dia cintai tapi tidak bisa dia miliki.

   "Kamu sudah punya pacar belum, Cla?" tanya Jabar berani. Masih baru kenal tapi sudah berani menanyakan pacar. Clara menggeleng malu.

   "Serius? Mau tidak abang jadikan pacar?" Pertanyaan Jabar sontak membuat Clara benar-benar malu.

   "Bukan pacar, tapi bini, mau tidak?" Jabar makin menjadi. Clara semakin dibuat tengsin, mukanya memerah. Melihat Clara malu, Jabar jadi merasa tidak enak.

   "Sudah, jangan dianggap serius, abang cuma bercanda," ucap Jabar menyesal. Tidak diduga sebenarnya hati Clara ada perasaan sedih saat Jabar bilang hanya bercanda, entah kenapa sejak melihat pertama kali laki-laki dewasa itu di depan pintu WC, desiran rasa tiba-tiba saja muncul dalam dadanya

   "Ahhhh." Tiba-tiba Clara memekik saat dia mau keluar dari meja Operator tapi kakinya nyangkut ke kaki Jabar.

   "Kenapa? Kamu tidak hati-hati sih, tuh lihat muka kamu kena solder. Cepat bersihkan sama kain basah," usul Jabar sangat perhatian, lalu mengambilkan kain perca bersih dibasahi air mineral miliknya. Tangan Jabar kini sedang menari-nari di atas permukaan wajah Clara yang mulus dan licin.

   "Ya ampun, wajah perawan selicin ini, selicin stensil kalau sudah dibersihkan dari solder paste," pujinya dalam hati. Sedekat ini dengan seorang gadis perawan membuat hati Jabar berbunga-bunga dan jatuh cinta kembali di pandangan pertama, setelah menduda beberapa tahun.

  "Tet ... tet ... tet ...." Tiba-tiba bunyi alarm mesin berbunyi dan merah menyala. Jabar dan Clara sontak terkejut, lalu segera keluar dari meja. Suara mesin membuat Jabar terlihat kecewa, padahal dia sedang menikmati wajah perawan yang masih mulus tanpa merkuri dan hidrokinon kadar tinggi.

   "Coba kamu lihat apa yang terjadi, sepertinya komponen habis." Jabar memberitahu. Clara segera menuju komputer dan membaca apa yang menjadi problem. Walaupun menggunakan bahasa Inggris, tapi Clara lumayan paham dengan bahasa Inggris.

 "Ini komponennya habis, Bang," lapor Clara kepada Jabar.

  "Buka kaca pelindung mesinnya, lalu kamu ambil feeder yang komponennya habis sesuai kode di feeding list," titah Jabar seraya memberikan feeding list. Clara mengikuti arahan Jabar, sampai dia bisa memasang kembali komponen ke dalam feeder. Mesin beroperasi kembali setelah feeder diisi komponen yang benar dan sesuai feeding list.

  Gerak-gerik Clara tidak luput dari tatapan kagum Jabar. Sepertinya Jabar menyukai gadis yang satu ini.

Bab 3 Hujan Yang Lebat

Satu Minggu Kemudian

   "Cla, hari ini kamu lembur sampai jam 7 malam di bagian repair. Hasil solder PCB model DCX di bagian IC nya ada yang kering, kamu repair kaki IC nya dengan solder. Kemudian ada komponen jumper AI yang lepas, kamu tinggal pasang saja sesuai lokasi. Lihat sample dan gunakan template saat mengecek," perintah Kak Vita pada Clara yang terlihat masih ragu sebab dia sama sekali belum pengalaman di bagian komponen AI atau me-repair.

   "Jangan takut, nanti di sana kamu nge-repair bersama dengan Mbak Citra. Kamu bisa ikuti Mbak Citra, lama-lama kamu juga pasti bisa, kok." Kak Vita mencoba meyakinkan Clara yang terlihat ragu karena sama merasa tidak memiliki pengalaman di departemen AI.

   Clara yang sudah bersiap untuk pulang, terpaksa mengurungkan niatnya, sebab Kak Vita keburu datang dan memberitahu bahwa dia harus lembur.

  "Siap, Kak," ujarnya terdengar masih ragu.

   "Semangat Cla, kamu nanti di ruang repair pasti dikasih tahu sama Mbak Citra mana yang harus di-repair dan bagaimana caranya," hibur Ira yang sore ini pulang duluan karena tidak disuruh lembur.

   "Ok Kak Ira, terima kasih semangatnya." Clara segera membereskan barang-barang miliknya, kemudian kakinya melangkah menuju ruang repair. Di sana dia bertemu Citra, seorang Repairer yang sudah senior. Dia terlihat baik dan menyambut Clara dengan senang hati. Tentu saja, sebab Citra yang selalu sendiri di ruang repair, kini ada yang menemani.

  "Wah, kebetulan deh. Ada teman, nih," seru Citra senang seraya mempersilakan tempat duduk untuk Clara di sampingnya.

  Kepergian Clara ke ruang repair, tidak luput dari pengawasan Jabar. Jabar tersenyum penuh makna.

  "Si Cantik itu disuruh lembur, pulangnya bisa samaan dong," kata Jabar dalam hati, begitu girang. Cowok kepala tiga yang terlihat masih umur 25 tahun itu, mengembangkan senyum sampai tubuh Clara menghilang di balik tembok ruang repair.

  "Clara, kamu Checker baru mesin 10, ya?" tanya Citra mengawali obrolan mereka sebagai kata sambutan awal.

  "Iya, Mbak." Clara hanya mampu menjawab pendek saja, sebab dia merasa belum kenal dekat dengan Citra.

  "Kenalkan saya Citra, panggil saja Citra," ujarnya memperkenalkan diri sambil menyalami Clara. Clara langsung menerima uluran tangan Citra. Benar kata Kak Vita, Citra baik banget, dia sangat ramah dan menyambut orang baru dengan baik.

  "Saya Clara, panggil saja Cla. Kalau saya belum paham betul cara me-repair, mohon dikasih tahu, ya, Mbak," pinta Clara berharap. Citra mengangguk dengan senyum di wajahnya.

  "Kamu bisa mengamati saya dulu, setelah itu kamu bisa langsung praktek," ujarnya mulai memberi arahan. Clara dengan senang hati dan semangat memperhatikan kinerja Citra yang gesit dan terlihat gampang.

  "Kamu nanti akan bisa seperti saya, awal-awal susah, tapi lama-kelamaan gampang," ujarnya tidak henti memotivasi. Clara tersenyum gembira mendapat arahan Citra.

  "Iya, Mbak."

  Dan hari itu merupakan hari pertama bagi Clara di ruangan repair, belajar me-repair komponen sampai bisa me-repair sendiri.

  "Wah, kamu cerdas. Kamu sudah bisa me-repair walau hanya beberapa kali melihat saya," puji Citra senang. Dengan demikian, pekerjaan dia akan sedikit mudah dan cepat selesai, hingga PCB reject di belakangnya sisa satu Magazine.

  "Lihat, Cla. Magazinenya hanya tinggal satu lagi. Pekerjaan kita akan segera selesai, dan besok tidak akan ada PCB reject yan on hold," sorak Citra benar-benar bahagia. Karena merasa punya partner baru yang cerdas di bagian repair.

  "Ini semua berkat Mbak Citra yang dengan sabar membimbing Cla," ujar Cla.

  "Ok, Cla. Gas, supaya besok pekerjaan saya sedikit. Kalau banyak, otomatis kamu harus ke sini lagi," ujarnya sembari tersenyum. Cla semakin semangat, terlebih memiliki partner kerja yang baik.

  Citra dan Clara akhirnya bisa menyelesaikan PCB reject sebelum jam tujuh malam.

  "Selesai deh. Ok, kita beres-beres Cla." Clara mengikuti Citra membereskan barang miliknya ke dalam tas.

  "Keluarnya nanti barengan saja sama yang lain. Sini, duduk dulu." Citra mencegah Clara yang sudah berdiri. Dan Clara pun kembali duduk.

  "Rumah kamu di mana dan asli mana, Cla?" lanjut Citra.

  "Cla numpang di rumah tante, di daerah Jati Asih, Bekasi," sahut Cla.

  "Ya ampun, jauh banget Cla. Mana kamu pulangnya malam. Lalu kamu kerja ke sini diantar atau pakai motor sendiri?" tanya Citra terbelalak.

  "Cla naik angkot."

  "Angkot ke sana memang masih banyak, sih. Tapi, biasanya penumpangnya sedikit dan saya khawatir. Kalau malam begini, lebih baik kamu naik metro mini saja, penumpangnya banyak. Tapi, ya harus hati-hati, sebab di dalam metromini banyak copet," peringat Citra membuat Clara sedikit takut.

  "Wahhh, seperti itu, ya, Mbak?"

  "Besok-besok kamu ngontrak rumah saja. Itu di belakang pabrik ini banyak rumah yang disewakan walau hanya kamar per kamar. Tapi masih lebih baik daripada kamu tinggal ke Jati Asih. Kalau saya belum menikah, pasti saya tumpangin kamu tinggal hari ini di rumah kontrakan saya," tutur Citra merasa iba.

  "Tidak apa-apa, Mbak. Saya nanti naik angkot saja. Mudah-mudahan tidak ada rintangan," harapnya walau hati was-was.

  "Ya sudah, ayo kita keluar. Ini sudah jam tujuh," ajak Citra menuju keluar ruangan. Sebelum keluar pabrik, Clara dan Citra menggesek dulu punch card atau kartu pekerja.

  Langit begitu mendung, para karyawan tetap maupun yang masih training berhamburan menuju parkiran motor. Begitupun Citra, dia berlari menuju seseorang yang diduga suaminya.

  "Cla, saya duluan. Suami saya sudah menjemput. Cepetan, hujan keburu turun," peringat Citra sembari melihat langit yang bergemuruh.

  "Iya Mbak, hati-hati, teriak Clara, bersamaan dengan itu tiba-tiba hujan turun sangat lebat, sehingga Clara urung melangkahkan kakinya keluar dari gerbang pabrik.

  "Dek, tunggunya di dalam, hujan sangat lebat, nanti kamu kedinginan." Seorang Sekuriti berusia sekitar 40 tahun mengingatkan Clara untuk berteduh di dalam pabrik saja. Namun, Clara lebih baik memilih di emperan pabrik sembari menunggu hujan reda. Nasib baik dia tidak sendiri, ada yang lainnya yang berteduh di sana.

  Satu per satu, para karyawan yang berteduh mulai surut, tinggal Clara dan seorang pekerja senior bagian molding. Clara masih lega sebab masih ada teman yang menunggu. Namun tidak berapa lama, jemputan perempuan itu datang saat sebuah mobil Rusa berhenti tepat di depan gerbang pabrik.

  "Mari, Dik, saya duluan, ya. Jemputannya sudah datang," pamitnya seraya tersenyum pada Clara tanpa bermaksud mengajak. Clara manggut dengan hati yang begitu sedih. Kini dia sendiri.

  Melihat orang lain sudah pulang dengan jemputannya masing-masing, ada rasa iri dan sakit di dalam hati Clara.

  Ya Allah, hujannya lebat. Alamat lama banget nih, keluhnya dalam hati dengan perasaan yang sedih. Mengingat orang lain sudah dijemput oleh orang-orang terdekatnya. Sedangkan dirinya, boro-boro ada yang mau jemput. Yang ada keluarga dari tantenya itu malah senang jika Clara tidak pulang.

  Wajar saja, sebab Clara hanya numpang di saudara sepupu almarhum ayahnya, yaitu Tante Riana. Clara baru sebulan tinggal di rumah Tante Riana. Namun perangai buruk sudah mulai diperlihatkan tante Riana, sejak dua minggu Clara tinggal di sana.

  "Cla, kamu masih di sini?" tegur seseorang yang baru dua minggu terakhir ini suaranya selalu mengisi ruang hatinya. Siapakah dia?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!