NovelToon NovelToon

Terjerat Tuan Muda

mula terjadinya....

Malam semakin larut, dan pesta yang tengah di hadiri oleh seorang asistan pribadi wanita bernama Rysta Maura Lian berusian 33 tahun masih nampak terus berlangsung.

Lian....

apakah itu hanya sebuah nama belakang ?! Atau sebuah marga ?!

Ia tak tahu...

Yang ia tahu...dirinya hanyalah anak yatim piatu yang beruntung karena bertemu dengan seorang wanita kaya raya yang bersedia membiayai hidup dan pendidikannya.

Pesta dan berkumpul dengan banyak orang sebenarnya bukanlah gayanya...

Tapi, Ia terpaksa harus tetap hadir dan datang kepesta ini bersama rekan kerjanya Alena Yasmina Wild, seorang gadis blasteran indo Belanda berambut pirang dan berusia 22 tahun yang ia temukan dengan sahabatnya Izhayana Nameera Shafeea saat mereka masih berada di Rusia.

Pesta ini terpaksa ia hadiri karena ia harus mewakili sang majikan yang tak dapat hadir karena ia yang merasa sedang tak sehat.

Mata Rysta menatap dengan jengah, seorang pria berwajah bule yang nampak tengah asyik menenggak minumannya bersama sahabat sahabatnya di sana.

Satu hal yang sering di lihat Rysta setiap kali pria itu berkumpul bersama sahabat sahabatnya itu.

Bukan hal yang aneh memang bagi sebagian orang tentang gaya hidup yang dekat dengan minum minuman beralkohol dan kemudian berakhir dengan one night stand di suatu kamar.

Entah kamar hotel, apartemen atau bahkan kamar mereka sendiri.

Satu sisi buruk pria itu yang jarang di ketahui banyak orang, bahkan mungkin juga keluarganya.

Pria itu adalah cucu angkat sang nyonya besar pemilik sekaligus pucuk pimpinan tertingi Group Tang.

Nyonya besar Tang.

Saudara sepupu satu buyut dengan sang pewaris Utama Group Tang, karena pria bule itu yang sebenarnya hanyalah seorang cucu dari ipar sang nyonya besar Group Tang.

Pria itu adalah seorang dokter spesialis syaraf sekaligus kepala rumah sakit besar milik group Tang.

Edward Collin Tang.

Jam sudah menunjukkan angka sebelas lebih, Rysta dan Alena bersiap untuk pulang ketika seseorang memanggilnya.

" nona Rysta..." panggil seseorang itu,

Tentu seseorang itu kenal siapa Rysta dan apa hubungan wanita yang selalu terlihat dingin itu dengan Edward.

Sang dokter spesialis syaraf sekaligus cucu angkat sang pemilik Group Tang.

Sebuah perusahaan besar yang lini usahanya telah mencengkeram kuat hampir di berbagai aspek kehidupan.

Siapa yang tak mengenali sosok wanita yang selalu berada di sekitaran wanita tua dengan raut wajah yang begitu mondominasi.

Selama mereka berada di pusaran bisnis, maka dapat di pastikan...mereka akan mengenal sosok Rysta Maura Lian.

Asistan pribadi nyonya besar Tang.

Rysta memicingkan matanya.

" tuan muda mabuk berat, sepertinya dia akan sulit untuk pulang sendiri " kata orang itu

 " apa dia datang sendiri...?! Em...maksudku tak membawa supir ?! " tanya Rysta lagi seolah paham dengan kebingungan pria itu akan pertanyaanya.

" tidak nona..." jawab orang itu sembari menggeleng, pria yang mungkin adalah salah satu pelayan atau karyawan EO penyelenggara acara ini.

" kalau begitu biarkan sahabat sahabatnya yang membawanya pulang.

Arah dan tujuan kami berlawanan..."

" maaf nona...tapi, mereka semua dalam keadaan yang sama...tak berdaya "

Rysta memejamkan matanya sejenak.

" pulanglah lebih dulu Alena...aku akan segera menyusul setelah membawa tuan muda Ed pulang ke apartemennya " kata Rysta kepada Alena.

" anda yakin nona....em maksudku...badan tuan muda dua kali lipat lebih besar dari tubuh anda " Alena mengingatkan.

" tenang saja, dia akan membantuku...." jawab Rysta sembari menatap orang yang memberinya informasi tentang keadaan Edward.

" baiklah kalau begitu..aku pergi dulu " pamit Alena.

" Alena....!! " panggil Rysta lagi kepada Alena.

" ya...." jawab Alena sembari menoleh ke arah Rysta lagi.

" tadi tuan Jacob menghubungiku katanya kau tak bisa di hubungi...ada apa, kau menjalin hubungan dengannya ?! " tanya Rysta ketika ia teringat akan seseorang yang menghubunginya dan menanyakan sosok sahabatnya itu.

" tidak...tapi aku memang sengaja mematikan hand phoneku " jawab Alena seadanya.

Alena memang sengaja mematikan hand phonenya ketika memasuki area pesta ini tadi.

Selain itu...ia juga merasa enggan dengan Jacob Wicaksono yang merupakan sahabat dari suami Shafeea yang ia anggap sebagai salah satu orang paling berjasa dalam hidupnya.

Diam diam ia merasa risih dengan sikap Jacob yang seolah mengakuisisi dirinya.

Rysta mengangguk angguk sembari mengerucutkan bibirnya.

" baiklah...hati hati, jangan ngebut walau jalanan pasti sudah sepi " pesan terakhir Rysta untuk Alena dan di angguki oleh gadis itu.

Kemudian keduanya pun melangkah kearah tujuan masing masing.

Lagi lagi Rysta menatap jengah kepada sesosok tubuh yang sedang tertelungkup di atas meja.

" cih...kau seharusnya lebih memilih dalam berteman tuan muda, lihatlah....di saat seperti ini mereka justru meninggalkanmu begitu saja " rutuk Rysta dalam hati.

Kemudian ia dan seseorang pria tadi berusaha membawa tubuh Edward menuju mobil pria itu.

Edward masih bisa berjalan meski sempoyongan.

Berhasil, mereka berhasil mendudukkan Edward di kursi penumpang meski dengan usaha keras.

Rysta kemudian masuk ke dalam mobil setelah memberi tips kepada pria yang telah membantunya itu.

Rysta mengendarai mobil Edward membelah jalanan yang telah terlihat lengang dan sepi menuju apartemen pria itu.

Sampai....

Rysta langsung membawa mobil Edward masuk menuju basement. Kemudia ia memanggil security untuk membantunya mengeluarkan Edward dari dalam mobil.

Namun sang security hanya menolongnya sampai di lift saja dan seterusnya ia terpaksa berjuang sendirian membawa Edward menuju unit apartemen pria itu.

Butuh waktu sedikit lama hingga Rysta bisa membawa Edward masuk kedalam apartemennya.

Setelah drama panjang yang tentunya sangat menguras tenaga seorang Rysta Maura Lian di lift tadi, kini keduanya telah berada di depan pintu unit apartemen Edward.

Satu keberuntungan untuk Rysta sekali lagi, pria itu menggunakan sidik jarinya sebagi kunci masuk apartemennya, hingga Rysta tak perlu repot repot mencari cara untuk dapat membuka pintu apartemen itu.

Rysta menidurkan pria jangkung berwajah bule itu di atas sofa.

ia menarik nafas panjang.

Matanya sedikit memicing ketika melihat posisi pria itu di atas sofa.

Kakinya yang panjang menjuntai, terjulur jatuh kebawah.

Sedang kepalanya..

Ah kepala pria itu pun hampir menyentuh lantai.

Sofa memang tak cocok untuk tubuh pria itu berbaring.

Sekali lagi Rysta menarik nafas panjang.

Sebenarnya ia sudah sangat lelah.

Tenaganya sudah terkuras habis untuk membawa pria itu masuk ke dalam apartemennya.

Besok...dia masih harus mendampingi sang nyonya besar meeting dengan kliennya.

Ya..meski pucuk pimpinan tertingi Group Tang telah berpindah tangan kepada sang pewaris, yakni

Axel William Edgar Tang,

namun itu tak serta merta membuat nyonya Tang pensiun begitu saja dari segala kepentingan Group Tang.

Nyatanya...wanita tua berusia 78 tahun yang masih nampak energik itu masih mempunyai jadwal jadwal penting bertemu klien.

Rysta yang masih berdiri di tempatnya nampak tak tega melihat posisi tidur Edward....

akhirnya, Rysta kembali menarik tubuh Edward dengan susah payah dan membawanya ke kamarnya.

Rysta hendak berlalu meninggalkan tubuh Edward yang sudah terbaring di atas kasur,

Ketika tiba tiba sebuah tangan menarik tangannya dengan kuat hingga membuat ia jatuh terjerembab di atas tubuh Edward dengan posisi tengkurap.

Mata Rysta membelalak sempurna ketika ia melihat sang pemilik tubuh juga terbuka matanya dan kini tengah menatapnya.

Namun,

tatapan mata itu terasa aneh di mata Rysta hingga bisa membuat wanita berusia 33 tahun itu bergidik ngeri.

Dengan gerakan cepat Rysta berusaha menarik tubuhnya dari atas Edward,

Tapi ternyata gerakan Rysta kalah cepat dengan Edward.

Pria berwajah bule dengan badan tegap dan kekar itu telah lebih dulu memegang tengkuknya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya melingkar sempurna pada pinggang ramping Rysta.

Rysta terbelalak ketika beberapa detik kemudia, pria itu telah melabuhkan ciumannya di bibirnya.

Wanita itu sontak menolak, ia berusaha mendorong dada Edward dengan kuat, namun...ia gagal.

Tubuh Edward tak bergeming sama sekali, pria itu semakin kuat mencium bibirnya.

" aww..." rintih Rysta ketika Edward menggigit kecil bibirnya, tanpa sadar ia membuka sedikit bibirnya yang tadi terkatup dengan kuat.

Dan setelahnya,

Edward merangsek masuk bibir Rysta,

Pria itu benar benar mendominasi bibir wanita yang kini dalam posisi menindihnya itu.

Rysta dan Edward masih belum akur ya gaess....

Mohon dukungannya ya gaes, kakak kakak readers....Rysta dan Edward dalam proses Revisi🙏🏻🙏🏻

mahkota yang terenggut

Rysta masih dalam posisi di atas tubuh Edward.

Ia sangat kesulitan untuk bangkit dari tubuh kekar dan berotot pria itu karena lengan kokoh pria itu yang melingkar sempurna pada pinggang rampingnya.

" empt....!! " Rysta terus berontak,

Namun..semakin ia memberontak Edward semakin dalam mencium bibirnya.

Pria itu seolah semakin mendominasi bibirnya.

Rysta hampir kehilangan nafasnya ketika Edward tak kunjung melepaskan ciumannya.

Dan akhirnya, pria itu melepaskan ciumannya dari bibir Rysta.

baru saja Rysta bernafas lega, tiba tiba pria itu telah membalik posisi mereka berdua.

Dan gantian kini...posisi Rystalah yang berada di bawah.

Kini, Edward telah menjelajah liar leher jenjangnya.

Meninggalkan banyak kissmark disana yang berwarna merah hingga keunguan.

Edward menjepit kedua pahanya hingga wanita itu benar benar tak bisa berkutik.

Rysta semakin tak bisa berbuat apa apa ketika kedua tangannya di tarik keatas oleh Edward dan di pegang dengan kuat oleh pria itu.

Edward menarik dengan kasar pakaian yang di kenakan oleh Rysta, mungkin pakaian itu tak akan bisa di gunakan oleh wanita itu.

" tuan muda....kumohon hentikan, sadarlah...." panggil Rysta mencoba menarik kembali kesadaran pria yang tengah mengungkungnya itu.

Tapi Edward seperti sudah tuli.

Ia tak menggubris sedikitpun dan apapun yang di katakan oleh wanita di bawah kungkungannya itu.

Ia sibuk mencari kesenangan dan kenikmatan di antara bukit kembar Rysta yang menjulang besar seolah menantangnya.

Deru nafas Edward semakin terdengar jelas ketika pria itu telah melahap habis gundukan itu bergantian.

Sungguh posisi yang memalukan bagi seorang Rysta Maura Lian.

Sesekali wanita itu memejamkan matanya untuk sekedar menenangkan jiwanya yang mulai terasa kacau dan tak terarah.

" tuan muda ...kumohon jangan lakukan itu " pekik Rysta ketika pria itu merenggut kain terakhir yang menutupi tubuh bawahnya yang paling sensitif.

Sejenak Edward terdiam, matanya menatap ke sana dan semakin membuat Rysta tak punya muka rasanya.

Bagaimana tidak, pria itu dengan tak tahu malunya menatap intens sesuatu miliknya yang tersembunyi di bawah sana.

Ingin rasanya Rysta menghilang saja dari dunia ini.

Ini benar benar memalukan.

Ya Tuhan ....apalagi ini....

Pekik Rysta ketika ia merasakan pria itu berada di bawah sana.

Rasa malunya belum hilang, tapi pria itu telah berbuat semakin liar kepadanya di bawah sana.

Rysta tak menyia nyiakan kesempatan, ia menendang Edward dengan sekuat tenaga hingga pria itu terjengkang kebelakang dengan keras hingga ia mengaduh.

kemudian dengan cepat ia bangkit dan melompat dari tempat tidur.

Wanita itu meraih selimut untuk menutupi tubuhnya kemudian ia berniat berlari kearah pintu.

ketika Rysta hampir menyentuh daun pintu, terdengar suara tepukan dan

Klik....

Suara pintu terkunci.

Rysta menoleh kebelakang.

Edward tengah berdiri dengan sempoyongan.

Pria itu nampak menggigit bibir bawahnya sendiri.

Masih dengan langkah sempoyongan, pria itu mendekat kepada Rysta.

Jemarinya dengan lincah membuka satu persatu kancing kemejanya.

Rysta menggeleng dan bergidik ngeri.

Apalagi ketika Edward melepas dengan sempurna kemeja yang ia pakai.

Pemandangan yang mampu menggetarkan jiwa setiap wanita yang melihatnya terpahat di sana.

Perut sixpack sang tuan muda akan bisa membuat siapapun wanita bertekuk lutut di hadapannya.

Apakah Rysta juga demikian.....??!

Jawabnya..tentu tidak,

Wanita itu semakin di buat bergidik ngeri.

Apalagi ketika Edward pun mulai melepaskan celana yang ia pakai dan hanya meninggalkan boxer yang menutupi miliknya.

Celana boxer yang mampu memperlihatkan betapa tegang sesuatu yang tengah berusaha di tutupi itu.

" tuan muda ku mohon, biarkan aku pergi...ini salah. Kau akan menyesali ini... " kata Rysta tak patah arang untuk membuat kesadaran Edward kembali.

Tapi sia sia, pria itu semakin merangsek maju hingga membuat Rysta berlari menghindar.

Namun naas....ketika ia berlari, justru selimut yang ia kenakan untuk menutupi tubunya justru terlepas dari tubuhnya karena Edward yang menariknya.

" a...." Tanpa sadar Rysta berteriak histeris.

Ia mulai panik.

Segera ia menutupi tubuh polosnya dengan kedua tangannya.

Kemudian ia berjongkok ketika ia menyadari Edward tengah menatapnya tak berkedip.

Edward melangkah ke arah Rysta, dan berhasil meraih tubuh wanita itu ketika Rysta berniat lari ke arah kamar mandi.

Rysta tak henti hentinya merutuki kebodohannya, seharusnya sudah dari tadi ia lari menyelamatkan diri masuk ke kamar mandi.

Tapi sayang....

kepanikan nampaknya telah mampu menutupi akal sehatnya.

Edward telah kembali menindihnya, Rysta tak habis pikir

Pria itu mabuk, tapi kenapa tenaganya begitu kuat.

Hingga ia yang dalam keadaan normal saja seolah tak mampu melawannya.

Edward semakin brutal menguasai tubuh Rysta yang kini benar benar telah polos di hadapannya.

Ia meninggalkan begitu banyak bekas bekas kepemilikan pada tubuh wanita itu.

Rysta hanya mampu memejamkan mata ketika Edward benar benar merealisasikan niatnya membuat tubuh wanita itu menjadi polos.

Mata Edward sedikit terbelalak ketika ia merasa kesulitan membuat miliknya bersarang pada milik Rysta.

Sejenak pria itu menghentikan gerakannya dan menggigit bibirnya sendiri.

Ia sedikit ingin mentralisir rasa yang kini berkecamuk dalam dadanya.

Rasa nikmat tak terbantahkan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya meski ini bukan yang pertama untuknya.

Tapi rasa ini...rasa sesak dan begitu sulit untuk di tembus baru sekali ini ia rasakan.

Matanya menatap lekat lakat wajah di bawah kungkungannya yang kini nampak memejamkan matanya menahan sakit.

Wajah itu tak asing baginya...

tapi....

Ah entahlah, ia ingin segera menggapai sesuatu.

Edward tak ingin berhenti di tengah jalan. Sudah Kepalang tanggung.

Ia akan pusing sendiri nanti jika ia tak segera menuntaskannya sekarang.

Pria itu menundukkan wajahnya dan mencium bibir ranum di hadapannya sebelum akhirnya ia melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda.

Menghujam semakin dalam miliknya sembari mengulum bibir wanita yang nampak tak berdaya di bawahnya itu.

Rysta menghembuskan nafasnya dengan kasar, dan matanya masih terpejam ketika ia sadar....sesuatu miliknya yang berharga telah hilang karena terenggut paksa oleh pria yang kini tengah mengungkungnya itu.

Edward seoalah tak ingin berhenti, tak cukup sekali dua kali pria itu mencoba meraih kenikmatan dari tubuh wanita dalam kungkungannya itu.

Hingga jam dinding menunjuk angka tiga dini hari, pria itu terlihat roboh terkulai di sisi tubuh polos Rysta.

Tangannya masih melingkar posesif pada pinggang ramping Rysta.

Wajahnya tersembunyi dalam ceruk leher wanita itu.

Rysta menarik sesuatu yang entah apa yang bisa ia gunakan untuk menutupi tubuh polosnya.

Sprei...

Ya...Rysta menarik seprai yang sudah tak berbentuk karena perbuatan Edward pada tubuhnya.

Tak ada air mata,

Tak ada tangis penyesalan

Meski ini yang pertama untuknya .....

kerasnya perjalanan hidup yang pernah ia jalani dulu seolah jauh lebih menyakitkan dari ini.

mahkotanya terenggut, sama sekali memang tak pernah terbayangkan sedikitpun di benak wanita itu.

Jangankan kehilangan mahkota yang itu artinya karena perbuatan laki laki.

Berhubungan dengan laki laki saja ia enggan. Apalagi terikat dalam sebuah hubungan dengan laki laki.

Hal itu sama sekali tak pernah terlintas di benaknya.

Ia sudah memutuskan untuk hidup sendiri hingga akhir hayatnya.

Rysta menatap langit langit kamar itu. Lengan kokoh Edward masih tetap melingkar di pinggang rampingnya.

Perlahan ia menghal nafas.

Jujur....

Ia sedikit bingung saat ini.

Apa yang harus ia lakukan kini .....

baik baik saja

Jam di dinding kamar Edward menunjuk angka empat, yang artinya ini sudah pukul empat pagi.

Tak terasa satu jam telah beralu sejak Edward menyelesaikan ritualnya pada tubuhnya.

Tanpa ia sadari pun satu jam juga telah di lalui dirinya dengan melamun.

Sejenak Rysta menoleh kepada Edward yang nampak masih tertidur dengan lelap dengan posisi yang begitu dekat dan intim dengannya.

Tubuh polos pria itu menempel sempurna pada tubuhnya, hingga paha kanannya masih bisa merasakan sesuatu yang hangat dan sedikit tegang di sana.

Deru nafas Edward terdengar teratur.

Namun, pria itu masih saja melingkarkan lengannya di atas perut rata Rysta.

Dan wajah pria itu...

Edward masih menjatuhkan wajahnya di ceruk leher Rysta.

Perlahan Rysta mengangkat lengan kokoh Edward dari atas perutnya.

Kemudian ia sedikit bergeser dengan pelan menghindar dari pria itu.

Beberapa detik kemudian, Rysta berhasil bangkit dari pembaringan.

Ia menyeret tubuhnya yang terasa sakit dan porak poranda.

Bagaimana dengan bagin intinya....?! Jangan tanyakan lagi,

Ini adalah yang pertama baginya, sedangkan pria itu memperlakukannya dengan begitu kasar.

Rysta semakin meringis menahan sakit di hampir seluruh tubuhnya.

Tulang tulangnya seakan terlepas dari persendiannya.

Rysta sejenak memejamkan mata ketika merasakan rasa perih di daerah intinya.

Sakit dan perihnya bukan main.

Edward benar benar menggempurnya habis habisan tadi malam.

Dengan langkah terseok seok, Rysta menghampiri pakaiannya yang teronggok di lantai begitu saja.

Wanita itu menghela nafas ketika ia melihat, pakaiannya sudah bisa di pastikan tak akan bisa di pakai lagi.

Kemudian matanya menatap ke arah kemeja Edward yang juga teronggok tak jauh dari pakaiannya.

Segera ia meraih kemeja dan segera memakainya.

Tak ingin berlama lama lagi, ia kembali menghampiri Edward dan menepukkan kedua telapak tangan pria itu.

Klik....

kunci otomatis kamar itu terbuka.

Tapi Edward tetap tak bangun dari tidurnya.

Pria itu hanya sedikit melenguh ketika kedua tangannya terasa bergerak.

Rysta segera berlalu meninggalkan Edward dan kamarnya itu.

Setengah mati Rysta menahan sakit di area sensitifnya ketika melangkah.

Berkali kali ia mendesis menahan sakit.

Tangannya menyentuh dinding ketika tubuhnya sedikit oleng.

" shit..." umpatnya pelan karena ia yang seolah tak mampu menahan bobot tubuhnya.

Rysta berhasil keluar dari apartemen.

Pintu apartemen itu tak menutup sempurna ketika ia masuk bersama Edward tadi, sehingga ia tak membutuhkan sidik jari Edward untuk membukanya.

Dengan menumpang Taksi yang kebetulan ia temukan ketika ia keluar dari loby Apartemen, Rysta menuju apartemennya sendiri yang ia tinggali bersama Alena.

Cklek.....

Pintu apartemen Rysta terbuka.

Alena yang tengah menunggu kedatangan wanita itu sontak menoleh.

Namun sejurus kemudian, mata gadis berambut pirang itu memicing.

" nona...apa yang terjadi, kau baik baik saja...?? " tanyanya khawatir.

Rysta datang dengan penampilan yang sangat kacau, sebuah kemeja dengan panjang sebatas selutut menutupi tubuh langsingnya.

Rambut yang acak acakkan.

Beruntung saat ini mereka tengah tinggal di sebuah negara yang tak begitu menjunjung tinggi norma norma kesopanan.

Sehingga penampilan Rysta yang seperti ini di anggap sudah biasa bagi mereka.

Tunggu....

Kemeja itu sama seperti kemeja yang di pakai Edward di pesta tadi bukan.

Pikir Alena.

" nona Rysta...kau baik baik saja ?! " Alena bangkit dari duduknya kemudian melangkah mendekat kepada Rysta.

" ya..aku baik baik saja, jangan khawatirkan aku..." jawab Rysta pelan sembari melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Alena mengikuti kepergian wanita itu dengan tatapan matanya.

" apa yang sudah terjadi....nona Rysta ...." Alena tak melanjutkan katanya karena kata katanya yang sudah terpotong oleh Rysta.

" jangan berpikir apapun Alena, istirahatlah ...besok kita masih ada jadwal penting " suara Rysta terdengar dari arah tangga.

" ya nona...." jawab Alena.

" tapi...apa anda yakin baik baik saja ?! " tanya gadis itu, mengulang pertanyaannya tadi.

Rysta terdengar menghela nafas.

" tentu saja Alena...kenapa aku tidak harus baik baik saja " jawab Rysta.

" sudahlah...tidurlah sekarang " lanjut Rysta lagi, dan kali ini ia pun melanjutkan langkahnya.

sesampainya di dalam kamarnya, Rysta berdiri di teras balkon kamarnya.

Ia bersandar pada tiang balkon.

kedua tangannya tertumpuk di depan dada.

Tatapan matanya menatap lurus ke depan.

Hembusan angin di pagi hari menerpa wajahnya, mengibarkan helai demi helai rambutnya.

Berrr......

Mulai terasa dingin.

Rysta mengusap kedua lengannya dengan kedua telapak tangannya.

Tapi...sapaan angin pada tubuhnya hingga menimbulkan rasa dingin itu tak membuatnya ingin segera meninggalkan balkon itu.

Tetap di posisi yang sama, wanita dewasa yang terlihat semakin cantik dan matang itu masih menatap gemerlapnya lampu lampu kota yang masih menyala benderang di kejauhan sana.

Ingatannya melayang kepada kejadian bertahun tahun lalu, tepatnya ketika usianya masih 14 tahun.

Sakit yang luar biasa pada perutnya, semakin hari semakin membuat perutnya membuncit.

Ibu kepala panti yang selalu membawanya ke rumah sakit.

Dan saat itu, setelah wanita baya itu menelphon seseorang. Ia segera membawa dirinya ke sebuah rumah sakit besar.

Yang ia tahu sekarang adalah rumah sakit Tang Healthy Hospythal.

Rumah sakit terbesar yang di lengkapi dengan peralatan medis bertekhnologi internasional.

sesampainya di sana, Rysta yang hanya di dampingi oleh ibu panti segera menjalani serangkaian pemeriksaan.

Keesokan harinya, ia segera menjalani tindakan.

Operasi...adalah jalan satu satunya untuk mengobati penyakitnya.

Kanker saluran rahim.

Satu tuba valupi miliknya harus di angkat. Dan ibu kepala panti yang merupakan walinya yang mengambil keputusan itu.

Keputusan itu terpaksa di ambil sang ibu panti yang bernama Iriana demi keberlangsungan hidup Rysta.

Namun paskah operasi, justru di ketahui.

Satu tuba valupi yang tersisa juga bermasalah...

Diameter tuba valupi itu sangat kecil.

Dan itu artinya, sangat sulit bahkan kemungkinan Rysta bisa memeliki keturunan hanya 0, persekian persen saja.

Mustahil.....

Mungkin itulah sebenarnya kata yang cocok untuk menggambarkan sebuah harapan akan kehamilan Rysta nantinya.

Hanya saja dokter menyampaikannya dengan susunan bahasa yang apik sehingga tak menyinggung perasaan yang bersangkutan.

" sabarlah sayang, ingat..kita tak sendiri di dunia ini. Jika seorang anak tak bisa menemani hidupmu suatu hari nanti di dunia ini, yakinlah....Tuhan pasti akan mengirimimu teman dalam bentuk yang lain " ucap bu Iriana waktu itu dan Rysta hanya mengangguk.

 " maafkan ibu karena telah mengambil keputusan ini,

Tapi sungguh..bagi ibu, hidupmu jauh lebih berharga dari pada seorang keturuananmu nanti...

Seorang anak tidak akan menjadi sebuah jaminan seorang laki laki akan

setia kepada seorang wanita.

Bahkan banyak di luaran sana seorang wanita yang bisa memberi keturunan bahkan di duakan hingga di tinggalkan oleh suaminya.

begitupun juga sebaliknya.

Jadi....kamu jangan berkecil hati.

Maju dan teruslah melangkah. Songsong masa depanmu dengan dua tangan terbukan.

Ibu sudah menemukan seseorang yang akan mampu membantumu meraih masa depanmu yang lebih baik " lanjut bu Iriana kepada Rysta lagi.

Rysta menolah menatap wanita baya yang kini duduk di sisinya itu.

" apa maksud ibu... ?! " tanya Rysta

" selepas SMA nanti dia akan membawamu pergi dari sini.

Dia yang telah membiayai semua biaya operasi mu di sini " kata bu Iriana lagi

Rysta mengerutkan keningnya.

" tapi bu...itu artinya...aku...." Rysta terbata begitu ia mengerti arti dari kata kata wanita itu.

" tak apa...pergilah, raih cita citamu...ubah hidupmu, kau berhak mendapatkannya "

Kata kata terakhir wanita itu terngiang jelas di telinga wanita yang nampak masih betah berada di balkon kamarnya dengan hembusan angin dingin yang menerpa tubuhnya.

Tubuh yang masih berbalut kemeja yang panjangnya hanya sebatas lututnya itu.

Rysta kembali terdengar menghela nafas.

" tak ada yang akan berubah. Semua akan tetap seperti semula.

Tak ada apa apa....

Tak pernah terjadi apa apa....aku akan tetap baik baik saja "

Kata Rysta kepada dirinya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!