"Apa!?" teriak Armon tidak percaya. Lelaki itu memandang seorang pemuda yang saat ini duduk di depannya.
Pemuda yang dengan lantang melamar putrinya, Chila Casandra Brisek.
"Saya ulangi lagi karena ayah mertua sepertinya tidak mempercayai kesungguhan saya." Pemuda itu ingin mengulangi kesungguhannya yang membuat Armon kaget setengah mati.
"Saya Gema Axelle Bamantara ingin melamar putri Anda dan menjadikannya belahan jiwa untuk selamanya," ucap pemuda yang bernama Gema itu.
Armon langsung memijit pelipisnya karena merasa pusing.
"Aku dan orang tuamu memang saling mengenal, hubungan kami juga terjalin baik selama ini jadi jangan rusak hubungan kami dengan tingkah konyolmu ini," balas Armon yang tidak ingin menanggapi Gema lebih jauh.
"Oh jadi ayah mertua ingin saya melamar Chila dengan kedua orang tua saya, baiklah kalau begitu," Gema yang sudah dibutakan oleh cinta tidak mengenal lagi apa itu logika.
Pemuda itu berdiri kemudian berpamitan pada Armon.
"Saya akan kembali bersama orang tua saya, ayah mertua. Tunggulah!" Gema membungkukkan badan sebagai tanda hormat.
Gema pergi dari kediaman keluarga Brisek untuk segera menemui kedua orang tuanya.
Selepas kepergian Gema, Armon langsung memanggil putrinya.
"Chila...." panggil Armon.
Sebenarnya sedari tadi Chila mengintip dari lantai atas, apa yang dilakukan oleh Gema.
Chila bergegas menemui sang ayah, gadis itu juga tidak percaya kalau Gema akan bersikap gila seperti itu.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa putra dari keluarga Bamantara tiba-tiba melamarmu?" tanya Armon pada putrinya.
Sebelum bercerita, Chila menghembuskan nafasnya kasar sambil mengingat kejadian tadi siang.
"Jadi begini..."
Chila dan Gema memang seumuran, mereka saling mengenal sejak kecil karena pertemuan mereka yang tidak sengaja di sebuah pesta.
Keduanya jarang bertemu karena memang sekolah mereka yang berbeda.
Ya, mereka berdua masih pelajar yang duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah. Tahun terakhir mereka menjadi pelajar sebelum mereka jadi mahasiswa di universitas.
Tadi siang Chila baru putus dari pacarnya karena sang pacar ketahuan berselingkuh.
"Semua bukti sudah jelas jadi jangan hubungi aku lagi!" teriak Chila sambil melemparkan banyak kertas berisi semua bukti perselingkuhan sang pacar.
"Tunggu dulu, Chila!" Tony masih tidak mau putus dengan gadis itu. "Aku bisa jelaskan!"
Tony berusaha mencekal tangan Chila supaya tidak pergi.
Namun, Chila tidak mau mendengarkan apapun lagi dari Tony. Sebenarnya dia menerima Tony menjadi pacar karena sudah lelah mendapat pernyataan cinta dari para pemuda di sekolahnya.
Chila mempunyai paras yang cantik dan menjadi primadona sekolah, tak khayal banyak yang suka pada gadis itu. Apalagi status Chila yang jomblo membuat banyak pemuda mengejarnya.
Karena risih waktu itu Chila menerima pernyataan cinta Tony supaya tidak ada yang mengejarnya lagi ketika dia sudah punya pacar.
Jadi, saat Tony berselingkuh Chila sangat bersyukur.
"Aku melakukan itu supaya mendapat perhatian darimu!" ungkap Tony.
"Selama kita berpacaran, kita tidak pernah kencan, kau juga jarang membalas pesanku. Aku selalu memberi perhatian pada pacarku tapi tidak pernah mendapat balasan yang setara," lanjutnya.
Memang ini salahnya Chila karena menerima Tony secara terpaksa sampai pemuda itu berselingkuh untuk menarik perhatiannya.
"Maafkan aku ya, mungkin kita memang tidak cocok!" Chila tidak mau lagi memanfaatkan Tony.
"Tunggu Chila!" Tony terus memohon pada gadis itu.
Pada saat itu, Gema dan teman-temannya tengah nongkrong di sebuah kafe yang sama dengan Chila sekarang.
Sedari tadi Gema memperhatikan Chila karena merasa kenal dengan gadis itu.
"Siapa ya?" Gema terus mengingat-ingat wajah Chila.
"Ah, bukankah itu putri dokter Armon?"
Gema mengingat Chila karena mereka kadang bertemu di acara pesta kedua orang tua mereka. Ayah Chila yang seorang dokter dan ibu Gema yang berprofesi sama membuat mereka menghadiri acara yang sama.
"Sepertinya gadis itu butuh bantuan!" Gema ingin menolong Chila bak pahlawan kesiangan.
Pemuda itu mendekat ke meja Chila dan langsung merangkul gadis itu.
"Sayang, apa urusanmu dengan buaya satu ini sudah selesai?" tanya Gema.
Sontak tindakan Gema itu membuat Chila terkaget.
"Gema? Kenapa tiba-tiba ada di sini?" batin Chila kebingungan. "Dan apa yang dia lakukan?"
"Chila...." Tony memanggil gadis itu. "Siapa dia?"
"Aku kekasih Chila yang baru, perkenalkan namaku Gema Axelle Bamantara!" jawab Gema percaya diri.
"Jadi, kau berselingkuh dariku?" Tony merasa tidak terima.
Chila menepuk jidatnya karena merasa Gema membuat situasi jadi semakin rumit tapi sepertinya ini cara ampuh supaya Tony illfeel padanya.
"Iya, Gema adalah kekasihku! Ayo sayang, kita pergi dari sini!" Chila berdiri dan menggandeng tangan Gema.
"Hei Chila, aku bahkan tidak pernah kau panggil dengan sebutan sayang!" Tony benar-benar merasa Chila mempermainkan dirinya.
"Itu karena kau kurang tampan!" Gema mengguyar rambutnya penuh percaya diri lagi. "Chila suka laki-laki tampan dan romantis sepertiku!"
Kalau dibiarkan Gema akan semakin membuat suasana tidak kondusif jadi Chila mempercepat langkahnya untuk membawa Gema pergi dari kafe itu.
"Tunggu Chila! Motorku masih di parkiran kafe dan aku belum pamit pada teman-temanku!" Gema ingin menghentikan Chila.
Tapi Chila tetap membawanya ke tempat sepi untuk bicara berdua.
"Kenapa kau muncul dan mengarang cerita seperti itu?" protes Chila seraya melepas genggaman tangannya.
"Aku berusaha menolongmu lagipula kau juga mengikuti drama ceritanya," balas Gema tanpa rasa bersalah.
Chila mendengus kasar, apa yang dikatakan Gema memang benar.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih," ucap Chila kemudian.
Gadis itu ingin segera pergi tapi Gema menahannya.
"Aku ingin imbalan, jangan langsung pergi!" pinta Gema.
"Seharusnya kau membantu dengan tulus, apa imbalannya?" tanggap Chila.
"Cium aku di depan teman-temanku!" Gema mengutarakan permintaannya.
"Dasar laki-laki gila, aku tidak mau!" tolak Chila dengan tegas.
"Hanya pura-pura saja, kau bisa menutupinya dengan tanganmu," Gema memaksa.
Tanpa menunggu persetujuan, Gema menarik tangan Chila untuk kembali ke kafe.
Di sana teman-teman Gema menunggu pemuda itu karena sudah lama tidak kembali.
"Maaf kawan, aku ada urusan dengan kekasihku!" seru Gema saat kembali.
Chila mengerutkan keningnya, dia tidak percaya kalau pemuda itu akan melanjutkan drama.
Lebih baik Chila menurut saja supaya mereka impas.
"Hah? Pacar!?"
"Hahaha!"
"Bukankah kau tidak berani mendekati wanita selama ini!"
"Gema, hanya kau yang jomblo diantara semua anggota!"
Gema jadi bahan olok-olokan di sana dan mendengar semua itu, Chila tidak suka.
Gadis itu menarik seragam Gema supaya pemuda yang tubuhnya tinggi itu sedikit membungkuk jadi Chila bisa menjangkaunya.
"Aku memang pacarnya Gema!" Chila mengecup pipi Gema begitu saja.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantung Gema langsung berdebar kencang bagai genderang yang mau perang.
"Tanggal 1 April pukul 11.11 aku sepertinya telah jatuh cinta!"
"Aku akan menikahi Chila sekarang juga!"
Armon hanya diam saja mendengarkan putrinya bercerita.
"Aku tidak menyangka si gila itu kemari dan langsung melamarku? Bukankah Gema tidak waras?" lanjut Chila dengan kekesalannya.
"Daddy kira kalian memang menjalin hubungan selama ini, syukurlah kalau begitu," balas Armon.
"Kami kan beda sekolah dan jarang bertemu, nomor ponselnya saja tidak punya. Bagaimana bisa berhubungan?" Chila akan memperjelas semuanya.
"Kalau Gema kemari lagi lebih baik langsung diusir!"
Armon berusaha bersikap tenang, dia tidak akan memperpanjang masalah ini lagi.
"Kembalilah ke kamarmu dan istirahat dengan nyaman," ucap Armon kemudian.
Mereka pikir kalau hari yang tidak terduga seperti ini akan berlalu begitu saja ternyata keesokan harinya Gema benar-benar datang bersama kedua orang tuanya.
Bertepatan dengan weekend jadi di kediaman keluarga Brisek, semua anggota keluarga tengah menikmati weekend dengan tenang.
"Apa yang Gema lakukan?" Chila melihat kedatangan keluarga Bamantara dan langsung merinding. Dia harus mengintip lagi.
Kali ini yang menghadapi keluarga itu adalah kedua orang tuanya.
"Kakak..." panggil Sean yang mencari Chila sedari tadi. "Ada Gempi di rumah kita!"
Chila memberi kode untuk diam pada adik laki-lakinya itu.
"Jangan temui Gempi hari ini," bisik Chila.
"Kenapa?" Sean merasa bingung.
"Pokoknya di sini saja bersama kakak," balas Chila.
Gempi adalah adik perempuan Gema yang seumuran dengan Sean. Dan mereka bersekolah di sekolah yang sama, wajar jika Sean ingin menyapa temannya.
Namun, Sean akan menuruti kakaknya untuk mengintip saja.
"Di mana Sean?" tanya Dara basa-basi pada Roro.
Kedua perempuan itu jadi dekat karena anak mereka bersekolah di sekolah yang sama.
Dara ibu kandung Gempi dan Roro ibu kandung Sean, mereka tidak menyangka akan bertemu di situasi yang canggung ini.
"Sean sedang bermain, Gempi bisa menyusul," balas Roro. Sebaiknya memang menjauhkan anak-anak karena suasana sedang tidak kondusif.
Armon dan Galang saling memandang tanpa berkata-kata sedari tadi. Entah apa yang ada di pikiran mereka.
"Ya lebih baik memang begitu," Dara segera meminta anak perempuannya untuk mencari Sean.
Sekarang tertinggal para orang tua dan Gema yang senyum-senyum sendiri di sana.
"Jadi..." Gema ingin memulai pembicaraan.
"Diamlah, anak muda!" Galang langsung menyela putranya karena tidak mau mendengarkan perkataan dari mulut Gema yang sedang tidak waras.
"Sebelum kalian mengatakan apapun dengan segala hormat, saya menolak lamaran dari keluarga Bamantara. Putri saya masih sekolah jadi biar Chila fokus pada pendidikannya dahulu," ucap Armon dengan tegas.
Sebelum Galang dan Gema mengutarakan niat mereka, mereka sudah ditolak duluan. Sungguh reputasi buruk bagi keluarga Bamantara.
"Kita sebelumnya saling mengenal dengan baik tuan Armondite Brisek, jangan sampai karena masalah ini kita akan saling bermusuhan," ucap Galang.
"Maka dari itu saya tidak mau memperpanjang masalah ini tapi putra Anda yang memulainya bahkan membawa anggota keluarganya," balas Armon.
"Saya akui anak saya memang kadang suka gila tapi kalau dia sudah bilang suka artinya Gema memang tulus dan bersungguh-sungguh. Awalnya aku tentu saja terkejut tapi Anda pasti pernah mendengar rumor tentang keluarga kami, bukan?" Galang tidak mau mengalah begitu saja.
Tentu saja Armon pernah mendengar tentang reputasi keluarga Bamantara, keluarga itu dikenal mempunyai kutukan yang di luar logika.
Keturunan laki-lakinya adalah spesialis menghamili perempuan di luar nikah.
Dan bisa-bisanya Galang bangga dengan semua itu.
"Saya bisa saja mengurung Gema atau memindahkannya ke luar negeri tapi anak itu pasti akan semakin menggila, saya tidak bisa menjamin keselamatan putri Anda," tambah Galang.
Chila yang mendengar percakapan para orang tua semakin merinding.
"Bagaimana ini? Aku harus melakukan sesuatu!" batin Chila gelisah.
Akhirnya gadis itu memutuskan untuk ikut bergabung ke ruang tamu.
"Chila...." panggil Gema ketika melihat gadis itu datang. "Aku merindukanmu! Aku sampai tidak cuci muka dari kemarin supaya bekas bibirmu tidak hilang dari pipiku!"
"Ku bilang diam!" Galang langsung meremas paha Gema supaya putranya sadar.
"Ish..." Chila memandang aneh ke arah Gema.
"Kenapa kemari? Daddy akan mengurus semuanya," ucap Armon yang meminta putrinya untuk kembali ke kamar.
"Tidak Daddy, pasti Gema tidak akan berhenti sampai di sini!" balas Chila.
"Jadi, kau menerima lamaran keluarga Bamantara?" tanya Armon memastikan.
"Demi kebaikan bersama, lebih baik aku dan Gema memang menikah," jawab Chila tidak terduga.
Gema sampai menutup mulut dengan kedua tangannya karena tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Istriku..." Gema memanggil Chila tanpa sungkan.
"Bisakah kita bicara berdua?" Chila sepertinya harus bicara pada pemuda yang tidak tahu malu itu.
Chila membawa Gema ke taman lalu menginjak kakinya dengan keras.
"Kau benar-benar gila, ya!" kesal Chila.
Gema bergeming dan tidak merasa kesakitan. "Aku sudah menyerahkan diriku padamu jadi kau bisa melakukan apapun yang kau mau!"
"Menyerahkan diri bagaimana?" Chila masih tak habis pikir. "Kenapa kau lakukan ini padaku?"
Chila tak kuasa menahan air matanya. "Tolong berhenti bersikap gila, kalau kau hanya ingin bermain-main carilah gadis lain!"
"Bermain-main? Aku bukan laki-laki seperti itu!" Gema merasa tidak terima.
"Baiklah, kau pasti bingung. Aku akan menjelaskannya," lanjut Gema.
Karena merasa Gema mulai waras, Chila mau untuk mendengarkan penjelasan pemuda itu.
Mereka berdua akhirnya duduk di bangku taman.
"Sial! Bahkan jantungku sekarang berdebar dengan kencang," ucap Gema seraya memegangi dadanya. "Apa kau perlu bukti, istriku? Peganglah dadaku!"
"Tidak mau! Cepat bicara saja!" tolak Chila dengan tegas.
Gema mengatur nafasnya. "Aku ikut perkumpulan motor dan semua anggotanya sudah mempunyai kekasih, mereka sering mengolokku bahkan berusaha menjodohkanku tapi aku tidak mau!"
"Bukan karena aku minder atau merasa kurang tampan tapi aku sudah berjanji untuk tidak berhubungan dengan wanita mana pun!"
"Pasti ada alasannya, bukan?" tanggap Chila.
"Karena aku tidak mau menambah reputasi buruk keluargaku, keluarga Bamantara dikenal sebagai spesialis menghamili perempuan sebelum menikah jadi sebagai keturunan laki-laki aku merasa terbebani. Jika aku jatuh cinta pasti aku akan kehilangan kendali seperti sekarang ini jadi lebih baik aku menikahimu saja," jelas Gema.
"Tunggu dulu! Sejak kapan kau suka padaku?" tanya Chila lebih jelas.
"Saat kau mencium pipiku, aku langsung merasakan perasaan aneh, aku pikir aku sudah jatuh cinta padamu!" ungkap Gema.
Chila menepuk jidatnya sendiri karena merasa semua tidak masuk akal. "Kau sendiri yang menyuruhku, 'kan?"
"Aku hanya memintamu mencium pura-pura supaya teman-temanku berhenti mengolokku tapi kau melakukannya sungguhan," balas Gema.
"Kau harus bertanggung jawab, istriku. Atau kau mau aku menghamilimu?"
Gema akan menuntut dengan pemaksaan yang nyata dan buktinya Chila jadi takut karena kutukan keluarga Bamantara itu.
Gema dan Chila kembali menemui para orang tua yang sedari tadi menunggu mereka.
"Akhirnya kalian kembali, kau tidak terperdaya dengan pesona keluarga Bamantara, bukan?" bisik Armon yang merasa cemas. Dia berbisik pada putrinya yang duduk di sampingnya saat ini.
"Daddy..." Chila memandang Armon di sana. "Aku menerima lamaran Gema!"
"Apa? Kau tidak sedang bercanda, bukan?" Armon tidak bisa menyerahkan putrinya begitu saja. "Pikirkanlah lagi Chila! Pernikahan itu tidak semudah yang dibayangkan!"
"Tenang saja, ayah mertua. Aku akan berusaha membuat Chila bahagia atas pernikahan ini!" Gema menyela.
"Jadi, sudah diputuskan bahwa Gema dan Chila akan menikah. Karena mereka masih sekolah, kita bisa mengadakan pernikahan secara kekeluargaan saja, ketika mereka lulus nanti baru kita adakan resepsi besar-besaran," ucap Galang.
Armon mengepalkan kedua tangannya, dia tidak bisa menerima.
Tiba-tiba Roro mengelus tangan suaminya itu.
"Sayang, jika anak kita ingin menikah, kita tidak boleh melarangnya," bujuk Roro.
"Benar sekali, saya juga tidak mau anak kita menikah di usia sekolah tapi ini semua demi kebaikan mereka sendiri. Saya pernah mengalami sendiri bagaimana rasanya terbuai oleh pesona papa Gema jadi..." Dara jadi malu mengatakannya.
Galang berdehem karena mengingat masa lalu, dia tidak mau Gema berbuat hal yang sama dengan dirinya.
Hari itu diputuskan bahwa lamaran Gema akhirnya diterima.
"Istriku, aku pulang dulu!" pamit Gema pada Chila seraya mengeluarkan ponselnya. "Berapa nomor ponselmu?"
"Bahkan kita tidak pernah bertukar kabar, ini sungguh tidak masuk akal," ucap Chila.
Namun, gadis itu tetap memberikan nomor ponselnya.
Memang benar inilah daya pikat dari pesona keluarga Bamantara. Chila harus berhati-hati.
"Ingat rahasia kita, ini hanya pernikahan kontrak. Aku setuju karena itu," Chila mencoba mengingatkan kembali perjanjiannya dengan Gema di taman tadi.
"Baiklah," jawab Gema singkat.
Gema terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan Chila daripada menerima penolakan gadis itu. Selama masa kontrak nanti pasti Gema akan membuat Chila membalas cintanya.
*
*
"Chila..."
Suara itu terdengar ketika Chila masuk ke dalam kelasnya.
Kyla segera mendatangi sahabatnya itu untuk bertanya kebenaran tentang putusnya Chila dengan Tony.
"Apa itu benar?" tanya Kyla tidak sabar.
"Iya benar, kami baru putus kemarin," jawab Chila.
"Kau tega sekali tidak memberitahuku," protes Kyla yang justru mendengar gosip itu dari orang lain.
"Maafkan aku, kemarin begitu melelahkan sekali, aku sampai kehabisan tenaga," balas Chila. Biasanya dia memang tidak pernah menyembunyikan apapun dari Kyla.
Tapi, untuk urusan Gema lebih baik tidak ada yang tahu kecuali keluarga Bamantara dan Brisek.
"Tony sampai tidak masuk sekolah hari ini, dia pasti sangat terluka," ucap Kyla memberi informasi.
"Lama-lama dia pasti akan terbiasa," sahut Chila. Dia tidak bisa berkomentar lagi karena rasanya campur aduk.
"Ada kabar baru lagi, katanya hari ini ada murid baru di kelas kita," tambah Kyla.
"Murid baru di tahun terakhir begini?" tanggap Chila.
Dan ketika bel berbunyi sang murid baru yang dimaksud masuk ke dalam kelas dengan wali kelas.
Chila memicingkan matanya karena sangat mengenal murid baru itu.
"Perkenalkan murid baru di kelas kita, namanya Gema Axelle Bamantara!" Wali kelas memperkenalkan pemuda itu dan disambut tepuk tangan oleh seisi kelas.
Wah, ternyata murid baru berasal dari keluarga Bamantara!
Terdengar bisik-bisik yang membuat Chila sangat risih.
"Gema, kau boleh duduk di bangku belakang!"
Wali kelas mempersilahkan Gema untuk duduk dan sialnya tempat duduk yang kosong berada di belakang bangku Chila.
"Asyik, setiap hari aku akan melihat punggung istriku," batin Gema kesenangan.
Setelah pulang dari kediaman keluarga Brisek waktu itu, Gema langsung meminta Galang untuk memasukkannya ke sekolah yang sama dengan Chila.
Walaupun harus adu otot dengan Galang terlebih dahulu, pada akhirnya sang papa menuruti permintaannya.
Karena Gema sekarang duduk di belakangnya, Chila jadi tidak leluasa bergerak. Rasanya jadi tidak nyaman.
Apalagi sedari tadi Gema berusaha membuatnya menoleh ke belakang dengan sengaja menyentuh punggungnya.
"Aku kira sekolah adalah tempat paling aman untuk terhindar dari anak gila tapi ternyata aku salah," gerutu Chila sebal.
Gadis itu benar-benar tidak menoleh ke belakang sama sekali sampai bel istirahat berbunyi.
Sebelum Gema mengganggunya lebih jauh, Chila buru-buru berdiri dan mengajak Kyla keluar kelas.
"Ayo cepat!" Chila menarik tangan Kyla tidak sabar.
"Eh tunggu dulu!" Kyla merasa belum siap.
Kedua gadis itu pergi meninggalkan kelas dan Gema masih duduk di tempat duduknya.
"Aku akan membiarkanmu kali ini, istriku," batin Gema. Masih banyak waktu untuk mengganggu Chila.
Di sekolah barunya tidak ada hal menarik kecuali Chila jadi Gema tidak berniat untuk melakukan apapun.
Namun, banyak anak-anak yang menghampirinya bahkan dari kelas lain.
"Kau benar-benar Gema dari keluarga Bamantara?"
"Kenapa pindah ke sekolah kami?"
"Bukankah sekolah lamamu lebih terkenal dari sekolah ini?"
Gema dicecar oleh pertanyaan-pertanyaan yang malas dijawab olehnya.
"Maaf ya, aku lagi menghemat kata yang keluar dari mulutku hari ini," balas Gema seraya menutup wajahnya menggunakan buku. Dia menaikkan kedua kakinya di meja lalu duduk menyender pada bangku.
Sementara Chila sendiri membawa Kyla ke atap sekolah. Di sana adalah tempat paling aman.
"Kenapa kita ke sini? Ayo ke kantin saja!" ajak Kyla yang ingin membeli makanan.
Chila menggelengkan kepalanya. "Ada sesuatu yang penting, bisakah kita bertukar tempat duduk?"
"Hah? Apa tidak salah?" Kyla jadi bersemangat karena akan duduk di depan Gema.
"Aku dari dulu ingin duduk di bangkumu," ucap Chila memberi alasan.
"Baiklah kalau kau memaksa," Kyla langsung setuju.
Dan ketika mereka kembali ke kelas, Chila bertukar tempat duduk dengan temannya itu.
Gema sudah terbangun dan tersenyum karena merasa bangku di depannya sudah diduduki.
"Aku harus melihat punggung bidadari," batin Gema segera memperbaiki posisi duduknya.
Ada hal yang membuat pemuda itu bingung saat melihat punggung orang yang di depannya.
"Punggung siapa ini?" Gema segera mencari punggung Chila yang ternyata ada di seberang.
"Hallo?"
Kyla menoleh ke belakang untuk menyapa Gema dan membuat pemuda itu kaget.
"Kenapa terkejut begitu? Oh iya, mulai sekarang aku akan duduk di sini," ucap Kyla.
Gema hanya diam saja tidak mau menjawab.
"Wah, kau memang dingin seperti rumor yang beredar, ya," tambah Kyla.
"Tidak tuh, aku takut kau jatuh cinta padaku. Sudah ada orang yang aku sukai sekarang," ungkap Gema.
Sayup-sayup Chila mendengar perkataan Gema, jangan sampai pemuda itu membocorkan gadis yang dia sukai.
Chila pun menoleh ke arah Gema seraya memicingkan mata sebagai tanda peringatan.
Bukannya merasa terancam, jantung Gema justru berdebar semakin kencang.
"Astaga, apa begini rasanya jatuh cinta? Kenapa Chila jadi bernuansa pink?" Gema merasa Chila memancarkan aura berwarna pink.
"Aku harus memikirkan masa depan selanjutnya, aku tidak boleh bersantai. Setidaknya harus punya rumah sendiri dan punya dua anak rasanya cukup," lanjut Gema dengan khayalannya.
_
Author : Yaelah, belum nikah udah mikir anak lu, Gem!
Gema : Cepat nikahin kami, Thor!
Author : Wani piro?😎
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!