NovelToon NovelToon

Dewa Abadi Vs Dewa Perusak

Benua Kun, Gunung Suci.

Bab 01. Benua Kun, Gunung Suci.

Di puncak Gunung Suci.

Sebuah labu kuning besar tiba-tiba muncul di puncak Gunung Suci. Labu itu bergetar dan mengeluarkan suara dentuman keras dari dalamnya. Kejadian itu berlangsung beberapa hari ini sehingga menjadi perhatian Kuil Mahaguru Agung yang ada didekatnya.

Walaupun rasa penasaran teramat besar, tidak ada satupun orang yang berani menginjak kaki ke Gunung Suci, sebab semua orang tahu jika labu kuning itu milik guru kejam, namanya Guru Tong.

Bahkan tiga Mahaguru Agung penguasa Benua Kun, hanya bisa melihat dari kejauhan. Mereka saling berkomentar, apa yang sedang dikerjakan oleh Guru Tong? Siapa orang yang bernasib sial sehingga Guru Tong sampai mengeluarkan labu sihirnya?

Guru Tong terkenal sadis dalam mendidik murid, dia tidak segan-segan untuk menghukum siapapun anggota kuil yang tidak bisa mengikuti pengarahannya.

Karena itu, tidak ada satupun murid mampu bertahan saat dilatih oleh Guru Tong, Paling lama lima hari bertahan, dan hari berikutnya melarikan diri, dan murid-murid kuil lebih memilih guru lain yang lebih normal dalam pengajarannya.

Setelah Guru Surgawi almarhum jutaan tahun lalu, Guru Tong sebagai murid terakhir menghabiskan waktu untuk menjaga makam gurunya. Selama itu, dia berharap ada seseorang yang berani datang ke Gunung Suci, dan mau menjadi pewaris ilmu ciptaan Guru Surgawi serta miliknya sendiri.

Untuk mewarisi ilmu itu, dibutuhkan murid yang tahan mental, fisik yang kuat, cerdas dan bukan hanya sekedar pintar, bakatnya harus di atas rata-rata para jenius di Benua Kun. Prasyarat itu sangat berat, dan tidak ada satupun orang yang mampu memenuhi syarat-syarat itu.

Dan, hari yang ditunggu-tunggu, diharapkan oleh Guru Tong akhirnya datang; sosok pemuda tampan yang tidak lain adalah Dewa Abadi secara tidak sengaja memasuki wilayah terlarang karena berteleportasi secara acak.

Dan, Guru Tong langsung menyerang Dewa Abadi dengan tujuan menguji ketahanan fisik dan kemampuannya.

Apa yang dialami oleh Dewa Abadi, juga dialami oleh orang lain yang secara tidak sengaja memasuki wilayah Gunung Suci. Telapak tangan energi menekan tubuh Dewa Abadi hingga tak berkutik, dan membuatnya pingsan.

Dhummm...

Labu kuning berdentum keras. Suara dentuman itu dihitung oleh beberapa orang di Kuil Mahaguru Agung. Total selama lima hari ini, sudah lebih tiga ratus kali suara dentuman keras dari dalam labu itu, dan suaranya menganggu kenyamanan istirahat.

Di dalam labu kuning, kedua tangan dan kaki Dewa Abadi diikat dengan rantai energi oleh Guru Tong. Guru Tong tidur miring menghadap ke arahnya, lalu jarinya seperti menyentil udara. Dari gerakan jarinya itu, kepalan tangan energi muncul, melesat dan menghantam tubuh bagian depan Dewa Abadi.

Boom...

"Arghhh...!!"

Kepalan tangan energi menghantam dada bidang Dewa Abadi sehingga membuatnya tidak henti-hentinya berteriak kesakitan. Setelah itu, kedua mata Dewa Abadi menatap tajam Guru Tong, tatapan penuh kebencian. Dari sudut bibirnya mengeluarkan darah segar, bagian depan tubuh penuh dengan lebam dan jejak kepalan tangan.

"Jadilah muridku," kata-kata Guru Tong yang selalu sama semenjak Dewa Abadi diikat dengan rantai energi.

"Tua botak, sampai kapanpun, aku tidak akan menjadi muridmu!?" Jawab Dewa Abadi dengan nada membentak.

Kata-kata itulah yang membuat Guru Tong menghajar Dewa Abadi, apalagi keinginannya selalu ditolak. Guru Tong kembali membuat gerakan menyentil di udara, dan muncul kepalan tangan energinya, bahkan dia tidak membuka matanya saat melakukannya.

Swosh... Boom...

Kembali suara Ledakan energi ketika perut Dewa Abadi terhantam oleh serangan dari Guru Tong. Namun kali ini, Dewa Abadi tidak berteriak kesakitan. Keanehan ini membuat Guru Tong ingin tahu dengan membuka satu, mata kirinya Guru.

Dia melihat tubuh Dewa Abadi mengeluarkan cahaya keemasan dan sebuah lingkaran pelangi besar berputar-putar dibelakangnya. Dewa Abadi menundukkan wajah, tubuhnya seperti orang yang tidak lagi memiliki tenaga, lemas. Tetapi, justru Guru Tong tersenyum lebar dan buru-buru duduk bersila.

"Tubuh Surgawi!!" Seruan Guru Tong yang sangat gembira menemukan seseorang seperti Dewa Abadi.

Menurut pengetahuan Guru Tong yang diperoleh dari Guru Surgawi, Tubuh Surgawi adalah nama lain dari Kekuatan Jiwa. Tubuh bawaan itu sangatlah langka, bahkan tidak ada di Alam Anak. Guru Surgawi adalah pembimbing terbaik bagi Guru Tong.

Guru Surgawi mengetahui tentang Tubuh Bawaan langka ini saat berkunjung ke Planet Tiga Alam, ciri-cirinya sama seperti yang dimiliki oleh Dewa Abadi; dari tubuhnya itu mengeluarkan cahaya keemasan, dan lingkaran energi berwarna pelangi dibelakangnya. Waktu berkunjung, Tiga Alam dalam kekacauan karena muncul Omniverse, mahkluk raksasa bermata satu.

Sebelum almarhum, Guru Surgawi berpesan kepada muridnya si Guru Tong untuk mencari sosok yang memiliki Tubuh Surgawi. Dengan Tubuh Surgawi, semua ilmu yang diciptakan oleh Guru Surgawi bisa dimaksimalkan kehebatannya.

Dan, Guru Tong melihat dua kali Tubuh Bawaan Dewa Abadi saat mengeluarkan cahaya keemasan, semakin membuatnya yakin untuk menjadikannya sebagai murid pertama. Jika Dewa Abadi mau menjadi muridnya, maka tugas dari gurunya terselesaikan.

Walaupun Dewa Abadi terlihat seperti orang yang tidak bertenaga, Guru Tong mengujinya: merentangkan telapak tangan kanannya ke depan, lalu menghentakkan ke depan, dan muncul telapak tangan energi yang melesat ke arah Dewa Abadi.

Merasakan bahaya, Dewa Abadi langsung mendongak, melihat Guru Tong yang kembali menyerangnya. Dari keningnya mengeluarkan cahaya yang menyerap serangan itu.

Buzhh...

Melihat serangannya dihisap oleh Law Stone, Guru Tong semakin bersemangat ia berujar penuh semangat, "itu baru tiga persen kekuatanku. Cobalah untuk menyerap sepuluh persen kekuatanku!"

Guru Tong ingin tahu seberapa besar kemampuan Dewa Abadi ketika kekuatannya sedikit ditingkatkan. Serangan-serangan sebelumnya hanyalah sebesar satu persen, dan telapak tangan energi yang baru dikeluarkan itu hanya sebesar tiga persen. Dia kembali menghentakkan telapak tangan ke depan dengan lembut, lalu muncul telapak tangan energinya.

Swosh...

Labu kuning bergerak hebat ketika kekuatan sepuluh persen dari Guru Tong keluar, melesat ke arah Dewa Abadi. Merasakan dan melihat energi besar itu, Dewa Abadi jelas pikirannya menjadi gusar, tetapi pikirannya berusaha untuk tetap tenang.

Namun, semakin serangan mengerikan itu mendekat, membuat tubuhnya Dewa Abadi seperti digiling halus oleh mesin; dari pori-pori kulit tubuhnya mengeluarkan darah segar, dan seluruh tubuhnya bergetar hebat, Kekuatan Jiwa Semesta yang bercahaya keemasan seketika lenyap karena kalah kuat dari serangan Guru Tong.

"Berhenti...!!" Teriakkan Dewa Abadi karena tekanan kuat dari serangan itu tidak mampu diserapnya apalagi ditahan dengan fisiknya

Bhuzh...

Seketika telapak tangan energi itu menguap atas kehendak Guru Tong. Kedua matanya berbinar-binar karena yakin bahwa bocah nakal ini akhirnya menyerah dan mau menjadi muridnya.

"Jadilah muridku dan aku jamin kekuatanmu dengan segera melejit dengan cepat!" Guru Tong sekali lagi mengucapkan kata yang sama, dia tidak akan menyerah untuk mendapatkan murid dengan Tubuh Bawaan super langka ini.

Dewa Abadi terengah-engah merasakan kekuatan dari Guru Tong. Dengan mata sayu, ia menatap pria tua gundul itu yang sedang tersenyum kepadanya, memperlihatkan gigi-gigi yang telah menguning.

"Aku sudah memiliki guru yang kuanggap sebagai ayah kandung sendiri. Semenjak itu, aku sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak menerima guru lain!" Ungkap Dewa Abadi.

Karena alasan itu, dia tidak mau menerima Guru Li Ning dan Guru Tong menggantikan posisi Tian Long gurunya. Baginya, satu guru sudah lebih dari cukup bersemayam di dalam hatinya dan akan selalu dikenang seumur hidupnya. Guru-gurunya di Akademi Merpati Putih kelas dua hanyalah sebagai guru akademisi, tidak lebih dari itu.

Guru Tong terharu mendengar perkataannya, lalu dia berdiri dan berjalan mendekati Dewa Abadi sambil berkata, "memiliki lebih dari empat guru atau lebih, itu sangat bermanfaat bagimu. Dengan memiliki banyak guru, kamu akan memperoleh banyak pengetahuan dan juga pengalaman mereka. Anak nakal, aku kagum dengan sikapmu ini!"

Dewa Abadi tidak sedikitpun tersanjung dengan pujiannya, dia melihat Guru Tong meletakkan telapak tangan kanan di pundak kirinya. Seketika, ia merasakan energi penyembuhan memasuki tubuhnya. Tidak butuh waktu lama, rasa sakit dan luka lebam dengan cepat menghilang dari tubuhnya.

"Apakah kamu mau menjadi muridku?" Tanya Guru Tong sekali lagi, lalu mengembangkan senyuman hangat.

Ingin rasanya Dewa Abadi memukuli wajah Guru Tong yang tersenyum kepadanya, sebab senyumannya itu seperti mengejeknya; senang dengan kondisinya yang tersiksa.

"Banyak orang yang berbakat dari saya, kenapa Anda memilih saya?" Tanya Dewa Abadi yang ingin tahu alasan Guru Tong, kata-katanya kali ini lebih sopan karena sudah memulihkan kondisinya.

Luka dalam akibat serangan dari Guru Li Ning sebelumnya masih dirasakan oleh Dewa Abadi, dan diperparah oleh serangan dari Guru Tong. Tetapi, semua rasa sakit itu disembuhkan oleh Guru Tong.

Di dalam pikiran Dewa Abadi, di Alam Anak tepatnya di Benua Kun, banyak pemuda-pemudi yang jauh lebih kuat darinya, contohnya seperti Bing Cailing, kedua murid Guru Li Ning, Moon Qiang dan Shan Jing. Aneh baginya, jika orang sekuat Guru Tong mengangkatnya menjadi murid.

Kedua tangan Guru Tong diletakkan di belakang punggungnya sendiri, lalu berjalan mengelilingi Dewa Abadi; memperhatikan seluruh tubuh Dewa Abadi yang hampir telanjang bulat, hanya kejantanannya yang masih tertutup oleh kain.

"Memangnya ada orang lain yang mampu menahan seranganku seperti kau?" Tanya balik Guru Tong.

Dewa Abadi tersenyum tipis karena ditanya balik. Jika kedua tangan dan kakinya tidak dirantai, serta Guru Tong itu orang lemah, sudah pasti akan memukuli pria tua gundul ini dengan brutal sebagai ungkapan kekesalannya. Dia melihat Guru Tong berhenti di depannya lagi.

"Mana saya tahu! Begini saja, jika Anda berharap saya menjadi murid... ada beberapa keinginan saya yang harus Anda kabulkan. Apakah Anda bisa mengabulkannya?"

Dewa Abadi tidak mau terus-menerus mendengar ocehan Guru Tong, dan keinginan ini sudah dipikirkannya sebelum menyerang.

"Selama keinginanmu itu tidak berada di luar batas kemampuanku, katakan saja dan akan aku renungan terlebih dahulu!"

Walaupun menginginkan Dewa Abadi sebagai muridnya, Guru Tong bukan orang bodoh yang dengan mudah mengabulkannya, dia ingin tahu apa saja permintaannya itu.

"Pertama, saya ingin berpartisipasi dalam kompetisi Tombak Jiwa Berlian Petir...,"

Sangat Kuat.

Bab 02. Sangat Kuat.

Dewa Abadi mengutarakan semua keinginannya. Karena sudah berjanji kepada Bei Han, Mao Yu Jie dan Madam Hua Xinxin, jelas dia harus mengikuti kompetisi. Dan, Guru Tong dengan mudah menyanggupinya.

Tetapi, sebelum hari itu tiba, Guru Tong harus melatih Dewa Abadi terlebih dahulu agar mampu bersaing dengan peserta lain. Dia tidak ingin murid pertamanya ini terbunuh saat mengikuti kompetisi.

Kedua, Dewa Abadi minta agar perintah dari tiga Mahaguru Agung yang mencari istri-istrinya dihentikan alias dicabut, dan jangan pernah memburu mereka. Guru Tong dengan mudah menyanggupinya lagi, walaupun tidak kenal siapa istri muridnya ini.

Ketiga, Dewa Abadi tidak ingin privasinya diganggu. Guru Tong tertawa bahagia karena semua permintaan itu sangat sepele, dia pun lagi-lagi menyanggupinya.

Setelah Dewa Abadi mengutarakan keinginannya, Guru Tong melambaikan tangan kanan, dan seketika rantai energi yang mengikat Dewa Abadi menghilang. Dewa Abadi langsung membaringkan tubuh ke tanah karena kelelahan disiksa selama berhari-hari.

Dewa Abadi melihat ke atas; melihat awan putih. Di dalam labu kuning, seperti dunia lain, tetapi sempit; hanya seluas pulau. Dia masih bisa melihat dinding labu kuning yang terlihat sangat keras. Di atas, dia melihat lubang kecil berbentuk lingkaran, dan itu adalah pintu keluar dari labu kuning.

"Istirahatlah hari ini di sini. Di dalam labu ini, waktu di luar sangat lambat, sehari di luar sama saja dengan tujuh di dalam," kata Guru Tong.

Mendengar itu, muncul di pikiran Dewa Abadi yang menginginkan labu kuning, sebab dia membutuhkan tempat seperti Dunia Jiwa miliknya yang tidak bisa diakses untuk sementara waktu.

"Guru, masih ada satu lagi permintaan saya!" Cegah Dewa Abadi sebelum Guru Tong keluar dari dalam labu kuning.

Dipanggil "guru" untuk pertama kali, jelas membuat Guru Tong kegirangan, namun dia berusaha untuk tetap tenang dan melihat Dewa Abadi berdiri. Dengan nada serius dia bertanya, "permintaan seperti apa?"

Dia melihat Dewa Abadi yang tersenyum, seketika perasaan buruk muncul dipikirannya.

"Sebagai hadiah pengangkatan murid baru, apakah Guru tidak memberikan sesuatu kepada saya? Jujur saja, saya ingin memiliki labu kuning ini!" Jawab Tian Jun, lalu menaikturunkan kedua alisnya.

"Jangan minta labu ini, mintalah yang lain!" Penolakan Guru Tong dengan tegas.

Seketika wajah Dewa Abadi berubah muram karena permintaannya kali ini tidak dikabulkan. Namun, karena keinginannya kuat, dia tidak menyerah dan kembali berkata dengan nada yang tidak sopan, "jika labu ini lebih berharga dariku, lebih baik kau mencari murid lain yang siap untuk disiksa!"

Guru Tong menghela napas berat karena muridnya ini sulit untuk diatur dan semaunya sendiri. Dia pun memberikan alasan penolakannya, "bukannya Guru tidak mau memberikan labu ini, tetapi ini demi kebaikanmu sendiri. Jika kamu ke mana-mana membawa labu ini, sama saja mendatangkan keserakahan orang lain!"

Mengetahui alasannya, Dewa Abadi dengan semangat berkata penuh keyakinan, "Guru, tenang saja, saya pasti bisa mempertahankan labu ini agar tidak jatuh ke tangan pihak lain!"

Kegigihan muridnya ini untuk memiliki labu kuning membuat Guru Tong geleng-geleng kepala, lalu sejenak berpikir. Dewa Abadi menunggu dengan penuh harapan.

"Baiklah, baiklah, Guru berikan Labu Sihir ini... Dengan syarat, kamu sanggup menerima seribu pukulanku terlebih dahulu. Itu harga untuk memiliki labu ini, dan juga untuk menguji seberapa besar kemampuanmu untuk mempertahankannya!"

Seketika senyuman bahagia sirna dari bibir Dewa Abadi karena tidak sanggup menerima pukulan berenergi dari Guru Tong. Serangan sesaat lalu sudah membuktikan kekuatan pria tua ini. Tetapi, demi memiliki Labu Sihir sebagai tempat berkultivasi tertutup, dia tidak ada pilihan lain.

"Satu persen saja!" Dewa Abadi bernegosiasi agar gurunya tidak mengeluarkan energi lebih dari apa yang bisa ditahannya.

"Enak saja! Lima persen jika kamu mau!" Penolakan Guru Tong, lalu dia mengembangkan senyuman kemenangan.

"Setuju!" Dewa Abadi langsung menerimanya.

Sontak senyuman penuh kemenangan menghilang dari bibir Guru Tong. Di dalam hati, dia menyesal karena terlanjur berbicara. Demi gengsi dan harga diri sebagai seorang guru yang ditakuti oleh banyak orang, dia melambaikan tangan kirinya seperti sedang mengusir lalat di depannya.

Boom...

Ledakan energi ketika Dewa Abadi terkena lambaian tangan Guru Tong yang mengeluarkan energi spiritual, dia terpental ke belakang hingga membentur dinding Labu Sihir. Pukulan mendadak itu jelas tidak diantisipasi. Dia memuntahkan darah segar, dengan tubuh gemetaran berusaha untuk berdiri.

"Sialan tua botak ini?!" umpatan Dewa Abadi di dalam hatinya karena serangan mendadak, lalu meludahkan darah segar ke samping.

"Dua...!" Guru Tong berhitung, kemudian kembali melambaikan tangan kirinya, tidak memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menyiapkan diri.

Sekelebat sinar keluar dari kedua mata Dewa Abadi ketika melihat Guru Tong menyerangnya lagi. Kemudian, Dewa Abadi menggunakan Teknik Bayangan Merpati Putih. Muncul sepuluh wujudnya untuk mengelabuhi serangan; sepuluh bayangannya menyebar.

Boom...

Serangan telapak tangan energi mengenai salah satu tubuh bayangan. Guru Tong tersenyum tipis karena muridnya ini ingin bermain-main dengan cara ini. Dia merentangkan kedua tangannya ke arah tubuh bayangan muridnya, lalu menghentakkan ke depan berulang kali mengikuti arah larinya tubuh bayangan.

Bermunculan telapak tangan energi yang melesat ke arah sembilan bayangan Dewa Abadi. Bayangan itu melesat seperti petir mengelilingi luasnya labu kuning. Akan tetapi, secepat apapun bayangan menghindar, serangan itu tetap mengenainya.

Tubuh bayangan itu seketika lenyap tertelan telapak tangan energi. Dan yang mengejutkan Dewa Abadi, telapak tangan energi itu seperti mengetahui persembunyiannya di dalam tanah. Telapak tangan energi itu mengepung dan menghujaninya.

Boom boom boom boom...

Dewa Abadi yang bersembunyi dihujani oleh telapak tangan energi, dan hanya bisa menerimanya. Dia tidak bisa mengeluarkan kemampuan dari Batu Keabadian karena diblokir oleh energi milik Guru Tong. Alhasil, ia merasakan seluruh tubuhnya seperti dihantam oleh benda besar dan keras.

Dewa Abadi terlentang di tanah menghadap ke langit. Seluruh tubuhnya kembali mengeluarkan darah dari pori-pori kulit, tubuhnya juga gemetaran karena serangan lima persen.

Tempat Dewa Abadi terbaring membentuk sebuah cekungan besar. Dia melihat Guru Tong berdiri di bibir kawah sedang menatapnya. Dewa Abadi ingin berdiri, tetapi tubuh mengkhianatinya; saat digerakkan semakin membuatnya gemetar dan kesakitan.

Guru Tong merentangkan telapak tangan ke arahnya berniat untuk kembali melepaskan serangan.

"The Great Creator!!" Gumam Dewa Abadi yang tidak mungkin melawan kekuatan yang jauh di atasnya.

Dia tidak tahu berada di level berapa guru sadisnya ini. Tetapi yang pasti, gurunya ini jauh lebih kuat dari Tian Long gurunya dan semua orang yang pernah dilawannya.

"Aku menyerah!!" Dewa Abadi buru-buru berbicara sebelum Guru Tong menyerangnya.

Guru Tong tersenyum lebar penuh kemenangan karena membuat muridnya ini mengaku kalah. Lalu dia melemparkan sesuatu. Karena tangan Dewa Abadi tidak bisa digerakkan, kitab itu jatuh di sampingnya.

"Itu adalah Kitab Peningkat Kekuatan. Pelajari hingga mengerti, dan berlatihlah. Jika kamu tidak mengerti, nanti tanyakan kepadaku. Setelah 14 hari berlalu, Guru akan kembali dan mengujimu," kata Guru Tong.

Tidak memberikan kesempatan Dewa Abadi untuk bertanya, Guru Tong berubah menjadi sinar yang melesat ke arah langit; keluar dari Labu Sihir melalui lubang kecil di atas.

Empat belas hari baru bertemu, membuat Dewa Abadi menghela napas panjang karena bosan di tempat ini saat sendirian. Total, dia sudah berada di dalam labu lebih dari tiga bulan. Selama itu dia mengalami penyiksaan.

Guru Tong sengaja tidak menyembuhkan luka-luka Dewa Abadi agar tidak berusaha untuk keluar dari Labu Sihir. Dengan kondisinya yang terluka, berharap waktu dimanfaatkan untuk mempelajari Kitab Peningkat Kekuatan yang diciptakan oleh Guru Surgawi.

Dewa Abadi menghela nafas berat sambil melihat kepergian pria tua itu. Dia segera mengeluarkan kemampuan Batu Keabadian yang bisa dipergunakan kembali setelah kepergian Guru Tong. Seluruh luka-lukanya perlahan mulai pulih.

"Kitab Peningkat Kekuatan? Jika buruk, buat apa dipelajari!" Gumam Dewa Abadi yang meremehkan ciptaan Guru Surgawi karena belum mengetahui isinya.

Dia meremehkan karena sudah memiliki banyak teknik beladiri dan kultivasi. Baginya, tidak perlu lagi mempelajari kitab baru jika isinya buruk dan tidak ada manfaatnya.

*****

Tingkatan kekuatan di Alam Anak setelah tingkat True Omega dan ciri-cirinya.

Sebelum mencapai tingkat Super Omega, seorang praktisi beladiri harus melewati Gerbang Tanpa Batas yang disebut dengan Half Super Omega yang terbagi menjadi 9 level. Half Super Omega ditandai dengan bola energi warna putih.

Tingkatan berikutnya terbagi 12 tahapan, setiap tahapan memiliki warna bola energi yang berbeda, dari yang terendah hingga tertinggi, sebagai berikut;

Super Omega, bola energi warna kuning.

Hyper Omega, bola energi warna oranye.

Epsilon, bola energi warna merah muda.

Divine Realm (Alam Ilahi), bola energi warna abu-abu.

Realm Of Majesty (Ranah Yang Mulia), bola energi warna hijau.

Realm Of True Immortal (Ranah Abadi Sejati), bola energi warna biru.

Holy Light Realm (Alam Cahaya Suci), bola energi warna ungu.

The Realm Of Eternal Darkness (Alam Kegelapan Abadi), bola energi warna coklat tua/gelap.

Ruler Of The Universe (Penguasa Alam Semesta), bola energi warna merah tua.

Ruler Of Multiverse (Penguasa Multiverse), bola energi warna emas.

Creator Of The Universe (Pencipta Alam Semesta), bola energi warna hitam.

The Great Creator (Sang Pencipta Agung, bola energi warna pelangi.

Di tingkat Creator Of The Universe, seorang kultivator tingkat tinggi sebenarnya mampu menciptakan alamnya sendiri. Namun, kebanyakan tidak menciptakan alamnya sendiri karena berbagai macam kendala, umumnya takut diinvasi oleh kultivator kuat.

Biasanya mereka akan mengeruk keuntungan dari alam pihak lain tanpa mau ambil resiko; mendiami alam lain tanpa harus susah payah mengeluarkan keringat. Karena tidak mau ambil resiko, menyebabkan kultivator tersebut sulit untuk naik ke tingkat berikutnya. Dan selain itu, untuk naik ke tingkat berikutnya, sumber daya alam yang dibutuhkan sangatlah besar; satu energi galaksi belum tentu bisa meningkatkan kekuatan satu level.

Book Of Strength Enhancers.

Bab 03. Book Of Strength Enhancers.

Tidak ingin menerima siksaan dari Guru Tong, Dewa Abadi terpaksa mempelajari kitab pemberian guru barunya itu. Awalnya, dia tidak begitu tertarik dengan isinya, namun setelah mengetahui kelebihan mempelajari kitab ini, dia langsung bersemangat.

Kitab itu sendiri sudah sering dipelajari oleh murid-murid kuil sebelumnya. Tetapi, karena syarat untuk mengolah fisik diluar batas kemampuan, maka tidak ada satupun orang yang mau mempelajarinya.

Intinya, mempelajari Kitab Peningkat Kekuatan ini, seseorang harus sering menerima serangan lawan secara langsung. Serangan-serangan lawan akan meningkatkan kekuatan secara bertahap.

Tetapi, saat menerima serangan sudah pasti akan terluka parah, dan juga bisa mengakibatkan kematian. Hal inilah yang membuat murid-murid sebelumnya melarikan diri karena tidak ingin berlatih.

Berbeda dengan Dewa Abadi yang justru sangat membutuhkan kitab ini. Rasa sakit bahkan kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakutinya.

Dewa Abadi duduk bersila dan menjernihkan pikiran. Setelah siap, dia mengikuti gerakan tangan mengikuti instruksi Kitab Peningkat Kekuatan. Kedua tangannya saling bertemu di depan perutnya (dantian), kemudian dia mengeluarkan Kekuatan Jiwa Semesta gelang pertama.

Ketika Kekuatan Jiwa aktif, Kitab Peningkat Kekuatan mengeluarkan cahaya keemasan yang melesat masuk ke dalam dantiannya. Dewa Abadi merasakan nyeri pada perutnya, namun rasa itu tidak membuatnya mengurungkan niat karena tahu ini adalah proses pergantian teknik beladiri pasif.

Seandainya dia tidak memiliki Kekuatan Jiwa tingkat Semesta, sudah pasti akan merasakan sakit di sekujur tubuhnya, seperti yang dialami oleh murid-murid sebelumnya. Energi dari Kitab Peningkat Kekuatan merubah struktur tubuh si pengolah; memperkuat tulang, kulit, dan memperluas dantian agar mampu menampung energi serangan lawan.

Syarat-syarat itu sebelumnya sudah dimiliki oleh Dewa Abadi, jauh sebelum tinggal di Benua Kun. Oleh karena itu, dia hanya merasakan nyeri saja, tidak lebih...

Guru Tong tersenyum lebar saat mengintip melalui pintu masuk ke Labu Sihir. Dia melihat tubuh Dewa Abadi mengeluarkan cahaya keemasan yang selaras dengan Kitab Peningkat Kekuatan ciptaan Guru Surgawi.

"Akhirnya tugasku akan segera berakhir!"

Guru Tong seperti terbebas dari tekanan berat yang selama ini membebaninya. Dewa Abadi baginya seperti penolong.

Dia terus memperhatikan muridnya itu yang mulai bertranformasi. Ketika pengetahuan Kitab Peningkat Kekuatan sepenuhnya telah dicerna, Guru Tong menutup lubang Labu Sihir dengan energi spiritualnya.

Guru Tong menghilang dari puncak Gunung Suci, dia akan memenuhi permintaan Dewa Abadi dengan berbicara kepada tiga Mahaguru Agung agar menghentikan pencarian para bidadari.

Kebetulan, tiga Mahaguru Agung sedang berkumpul di satu ruangan. Kemunculan Guru Tong tidak mengejutkan mereka. Mereka mengucapkan salam dan diikuti oleh seluruh anggota kuil.

"Hentikan pencarian bidadari, apapun alasannya!" Perintah Guru Tong kepada ketiga Mahaguru Agung.

Sontak perintahnya mengejutkan semua orang, terutama ketiga Mahaguru Agung itu. Mahaguru Agung Pertama segera berdiri dan mendekati Guru Tong.

"Kakak tertua, tetapi mereka sangat penting dalam ritual yang akan datang, dan mereka adalah wanita-wanita pilihan para dewa!" Penjelasan Mahaguru Agung Pertama.

"Sudahlah, aku tahu apa yang kalian lakukan...! Jangan lagi mencari para bidadari, ini perintahku!"

Guru Tong tahu apa arti ritual itu, yaitu ritual yang sengaja dibuat oleh ketiga Mahaguru Agung untuk memuaskan nafsu duniawi. Selama ini, dia tidak pernah ikut campur, dan tidak melarang apapun yang dilakukan oleh ketiga juniornya ini.

"Sesuai perintah Kakak tertua!"

Mahaguru Agung hanya bisa mematuhi perintah Guru Tong, sebab mereka adalah juniornya. Guru Tong adalah murid terakhir Guru Surgawi, statusnya jelas lebih tinggi dari Mahaguru Agung.

"Mataku tidak buta dan telingaku tidak tuli! Kuil Mahaguru telah jauh melenceng dari pengajaran yang seharusnya...!"

Setelah memberikan teguran kepada semua orang, Guru Tong menghilang dari hadapan semua anggota kuil. Ketiga Mahaguru Agung menundukkan wajahnya karena malu, sebab segala perbuatan nista yang terselebung selama ini diketahui oleh Guru Tong.

Mahaguru Agung Ketiga melambaikan tangan kirinya agar semua orang keluar dari aula pertemuan. Di saat semua orang tidak ada, dia berbicara kepada kedua sahabatnya, "jika orang itu masih ada, kita tidak bisa leluasa melakukan apapun!"

"Apa rencanamu?" Tanya Mahaguru Agung Pertama.

"Kakak tertua turun gunung pasti karena permintaan seseorang... Aku menduga orang yang dikurung di dalam Labu Sihir adalah orang yang memintanya! Kita tahu selama ini dia mencari pewaris ajaran Guru Surgawi. Jika orang itu adalah benar-benar pewarisnya, waktunya tidak akan lama lagi... Kita tunggu dia pergi untuk selamanya!"

Perkataan Mahaguru Agung Ketiga terkesan ambigu. Namun, kedua sahabatnya tersenyum menandakan bahwa tahu apa yang dimaksudkannya.

"Jika apa yang kau katakan itu benar... Aku sudah lama mengincar Labu Sihirnya, dan kita tidak perlu menghentikan pencarian para bidadari. Kita bisa memerintahkan para budak untuk mencari mereka secara diam-diam!"

Mahaguru Agung Kedua mengungkapkan keinginannya yang terpendam kepada sahabatnya. Mereka bertiga tertawa karena sebentar lagi Guru Tong meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Dengan kepergian Guru Tong, maka mereka secara mutlak menjadi penguasa tertinggi di Alam Anak.

"Aku akan perintahkan orang untuk mengawasi Gunung Suci! Jika muridnya itu meninggalkan Gunung Suci, kita bunuh dia agak tidak mengikuti jejak kakak tertua!" Rencana Mahaguru Kedua yang tidak ingin Dewa Abadi menjadi biang masalah setelah kepergian Guru Tong.

"Kau benar, aku setuju! Untuk sementara waktu, kita hentikan pencarian bidadari. Setelah dia tidak ada, baru kita lanjutkan kembali. Ini untuk mengantisipasi jika dia perginya lebih lama dari perkiraan kita!" Dukungan Mahaguru Agung Pertama.

"Kita tahu apa yang harus dilakukan. Kita berpisah dan akan bertemu lagi setelah orang tua itu pergi!" Pamit Mahaguru Agung Ketiga.

Dia berubah menjadi sinar dan keluar dari aula pertemuan, lalu diikuti oleh Mahaguru Agung Kedua. Tersisa Mahaguru Agung Pertama yang tidak meninggalkan aula, dia duduk di kursi kebesarannya.

"Berbagi masalah itu melegakan, tetapi berbagi kesenangan itu tidak menyenangkan!" Gumam Mahaguru Agung Pertama yang ditujukan kepada kedua sahabatnya.

Sifat serakahnya muncul di saat sendiri. Sudah sejak lama dia ingin menyingkirkan kedua sahabatnya itu, namun terkendala kekuatan dan juga dukungan. Melawan dua orang seorang diri, dia jelas tidak mungkin mengalahkan mereka. Tetapi jika satu lawan satu, dia yakin bisa mengalahkannya.

Satu-satunya cara menyingkirkan kedua sahabatnya itu di saat terpisah seperti ini. Tetapi, Mahaguru Agung Pertama harus melihat situasinya saat menyingkirkan mereka secara bergantian dan tidak membuat keributan.

Permasalahan terbesarnya nanti, di saat bentrok yang akan terjadi, kekuatan mereka akan mudah diketahui oleh banyak orang, bahkan dirasakan hampir seluruh kehidupan di Alam Anak. Jika dia membunuh salah satu sahabatnya dan diketahui oleh orang lain, maka sama saja menghancurkan reputasinya.

Mahaguru Agung Pertama tersenyum penuh kemenangan karena menemukan cara, dia berubah menjadi sinar dan meninggalkan aula pertemuan...

Guru Tong menemui ketua kuil beladiri yang bernama Guru Guan, dia memerintahkannya untuk mengumpulkan anggota kuil dari kekuatan tingkat Divine Realm hingga Ruler Of Multiverse.

Guru Guan sedikit keheranan karena baru pertama kali ini Guru Tong memberikan perintah, dia berspekulasi bahwa tujuannya ini terkait dengan kompetisi Tombak Jiwa Berlian Petir.

"Berapa orang yang Anda butuhkan?" Tanya Guru Guan dengan antusias.

"Dua puluh orang saja, tetapi yang terbaik!" Jawab Guru Tong.

"Untuk kapan?" Tanya Guru Guan sekali lagi.

"Besok siang, berkumpul di puncak Gunung Suci. Baiklah, besok aku tunggu di puncak!" Jawab Guru Tong, lalu menghilang dari hadapan Guru Guan.

Seketika kedua mata Guru Guan berbinar-binar karena diizinkan memasuki wilayah Gunung Suci. Langsung muncul banyak rencana untuk memanen tanaman spiritual langka saat memasuki wilayah terlarang itu. Dia segera menemui orang-orang yang sudah dipilih dalam pikirannya, sesuai perintah Guru Tong.

Guru Tong muncul di puncak Gunung Suci dalam posisi duduk bersila di samping Labu Sihirnya. Walaupun tidak melihat ke dalam labunya, dia tersenyum karena tahu apa yang dikerjakan oleh muridnya ini; di mana Dewa Abadi kesal karena tidak bisa keluar dari dalam labu, dan tidak ada yang dikerjakan.

Dewa Abadi ingin mempraktekkan Kitab Peningkat Kekuatan. Jika benar kitab ini mampu memberikan kekuatan dengan menerima serangan, maka dia akan terus menggunakannya. Tetapi, jika terkurung di dalam Labu Sihir seperti saat ini, bagaimana bisa dia mengetahuinya?

"Guru botak, keluarkan aku dari sini!?" Teriakkan Dewa Abadi sambil melihat ke atas; melihat pintu keluar dari Labu Sihir.

Mendengar suara teriakan muridnya, Guru Tong tidak tersinggung, justru tertawa...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!