...•Kediaman Utama Keluarga Alfonso•...
Senyuman terukir di wajah tampan kepala keluarga Alfonso. Pria tampan berusia lebih dari setengah abad itu tampak sangat bahagia karena setelah sekian lama membujuk sang anak dengan berbagai cara, akhirnya pria berusia lebih dari tiga puluh tahun itu setuju untuk menikah dengan calon pilihannya.
Apa lagi yang lebih membahagiakan daripada ini?
GLEN VICTOR ALFONSO AKHIRNYA SETUJU UNTUK MENIKAH SETELAH SEKIAN LAMA MENYENDIRI!!
Sudah terhitung lima tahun lebih Al, kepala keluarga Alfonso membujuk putra sulungnya untuk segera menikah namun Glen selalu menolak dengan alasan bahwa ia masih ingin menikmati kesendiriannya dan belum berencana untuk menikah apalagi membangun komitmen dengan orang asing.
Al tidak habis pikir, Glen tidak mau menikah tapi malah mengangkat seorang anak yang usianya hanya terpaut 12 tahun darinya.
"Baiklah, sudah di putuskan bahwa pernikahan kalian akan diselenggarakan satu bulan lagi di hotel Atmaja," putus Al.
Glen tak merespon apapun, pria itu nampak tenang dalam duduknya seolah tak terganggu dengan lirikan perempuan cantik dihadapannya.
Perempuan yang sebentar lagi mungkin akan menyandang nama keluarganya itu terlihat melirik malu-malu kearahnya, bahkan sekilas Glen bisa melihat pipinya yang memerah.
Namun sekali lagi, Glen memilih acuh. Antensinya justru terarah pada gadis cantik yang duduk tepat di sebelahnya.
Glen tau, gadis itu pasti sedang menahan diri untuk tidak meledak disana dan mempermalukan dirinya sendiri serta keluarga Alfonso.
Kayla Amellyn Victoria Alfonso, gadis cantik yang akrab di sapa Key itu segera menoleh saat menyadari bahwa Glen tengah menatap dirinya.
Alih-alih memberikan tatapan tajam seperti biasanya, gadis cantik berusia 20 tahun itu justru tersenyum manis ke arah Glen, membuat sang empu mengerutkan keningnya bingung.
...•••...
Setelah urusan di kediaman utama selesai, Glen dan Key langsung berpamitan pulang kepada Al selaku pemilik rumah.
"Kenapa tidak menginap saja? Toh besok hari Minggu kan?"
Key menggeleng lalu menggenggam tangan kakeknya, yeah setidaknya untuk sekarang pria itu masih sah berstatus kakeknya dimata hukum, tidak tau bagaimana nanti.
"Key ada pemotretan besok, dan Daddy sudah janji mau nemenin Key, maaf ya kakek. Lain kali kami akan menginap, janji," ujarnya diakhiri dengan senyuman lebar yang sudah pasti dapat membuat kakeknya luluh seketika.
Pria paruh baya itu menghela nafas pelan, akhirnya mengangguk dan mengusap kepala cucunya itu. "Hati-hati dijalan."
Key mengangguk dengan cepat lalu memeluk pria itu sebagai tanda perpisahan.
Sampai jumpa lagi ayah mertua, ucap Key dalam hati.
"Kami pulang dulu, ayah jaga diri baik-baik. Telpon Glen kalau ayah butuh sesuatu." Glen mendekat setelah pelukan kakek dan cucu itu terlepas.
Al tersenyum ke arah Glen. "Ayah tidak membutuhkan apapun lagi, karena kamu telah memenuhi semua keinginan ayah dengan menerima perjodohan ini."
Glen balas tersenyum tipis, lalu memeluk tubuh sang ayah sebelum pergi.
Maaf ya ayah mertuaku tersayang, pernikahan ini tidak akan pernah terjadi. Tapi ayah tenang saja, Glen-mu yang tampan ini akan tetap menikah, tapi denganku tentu saja.
Key terkekeh pelan setelahnya.
...***...
Sedari tadi Key tak ada henti-hentinya tersenyum menatap ke luar jendela yang mempertontonkan ramainya ibu kota padahal hari sudah semakin larut.
"Jangan aneh-aneh."
Suara berat yang terdengar dari samping membuat ia menoleh secara otomatis. "Maksud Daddy?"
Pria tampan yang Key panggil Daddy itu menghela nafas, pas sekali mereka terpaksa berhenti karena lampu merah.
Glen menoleh, menatap si cantik dalam-dalam. "Bukan setahun dua tahun kita tinggal bersama, Daddy tahu betul bagaimana karaktermu. Daddy tau apa yang sedang kamu pikirkan, Daddy tau apa yang mungkin akan kamu lakukan."
"Berhenti bersikap kekanakan. Kamu harus ingat, aku ini ayahmu, aku yang membesarkan dirimu," sambungnya lagi setelah menjeda beberapa menit.
Bukannya marah atau apa, Key malah tersenyum senang menanggapi ucapan Glen. "Daddy memang paling mengenal aku, i love you dad," ujarnya disertai kedipan genit.
"Key," peringat Glen.
"Daddy tenang saja, aku tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh kok." Key menepuk pipi Glen pelan.
Oh, Glen tentu saja tidak percaya.
Hidup bersama selama dua belas tahun membuat Glen paham betul bagaimana sifat dan karakter anak angkatnya itu.
Key tidak akan pernah berhenti sebelum tujuannya tercapai, apalagi kalau tujuannya itu Glen. Key bisa melakukan apapun, apapun tanpa terkecuali bahkan jika nyawanya yang menjadi taruhan.
Sifat Key yang seperti inilah yang membuat Glen takut dan memutuskan untuk menerima pernikahannya. Ia tak mau jika Key semakin terobsesi padanya hingga berbuat nekat.
...***...
...•Kamar Kayla•...
BUGH,,,BUGH,,,BUGH,,,
"AKH! PRIA TUA SI-ALAN! BERANI-BERANINYA DIA MENIKAHKAN DADDY TAMPANKU DENGAN TANTE-TANTE GIRANG!!"
Key semakin bru-tal memukuli boneka beruang super besar yang ada di kamarnya guna melampiaskan kekesalan yang sejak tadi ia tahan.
Tak tanggung-tanggung, Key bahkan sampai melempar boneka itu ke dinding lalu kembali memukulinya, tak peduli jika boneka hadiah kelulusan dari mertu_kakeknya itu akan rusak. Yang Key tau, ia hanya ingin memukuli boneka itu hingga kekesalan dalam dirinya menghilang.
Nafas gadis cantik itu terengah-engah, tangan juga bahunya pun terasa pegal hingga akhirnya ia memutuskan untuk berbaring di atas boneka yang sempat ia jadikan samsak tinju.
Key mengambil handphonenya yang ada didalam tas mahal yang tergelatak tak berdaya di lantai.
Gadis cantik itu mencari nomor seseorang dan langsung melakukan sambungan telpon dengan sahabat dekatnya.
Tak butuh waktu lama hingga panggilan itu diangkat dan Key dapat mendengar suara parau sahabatnya yang mungkin saja baru bangun tidur.
"Halo."
"Buruan kesini, bawain barang yang lo tawarin ke gue kemarin!"
"H_hah? Sekarang banget nih?"
Key mendengus kesal, demi apapun ia sedang tidak mood untuk berdebat sekarang. "Lo bawa sekarang atau gue gak jadi beli?" ancamnya.
"Yaudah kalau gak jadi, kebetulan gue bisa jual ke kating mumpung orangnya udah nanyain dari kemarin."
"VANESSA ZOE AMELIA, LO KESINI SEKARANG ATAU GUE KIRIM PEMBUNUH BAYARAN KESANA?!"
"Iya-iya anying, sabar. Gue otw nih, tunggu bentar yak."
"Ngebut," perintah Key.
"Weh, Lo mau gue mati atau gimana? Enak aja ngebut-ngebut."
Key menarik nafasnya dalam-dalam, berusaha sabar menghadapi temannya yang satu ini.
Sebenarnya sih satu-satunya, soalnya Key emang gak punya temen lain selain Vanessa :)
"Sekali lagi lo bikin gue kesel, gue gak akan bayarin uang apartemen lo lagi!"
"Iya-iya, gue ngebut. Gue bakal sampai sepuluh menit lagi, jangan lupa bayar uang apartemen gue bulan ini yak, babay, love you, mcuah."
Key mendengus pelan, jijiq dengan kata-kata terakhir Vanessa.
...•Bersambung•...
Suka gak sama cerita kayak gini?
Jangan diliatin terus! Yang ini punya Key!
Yang ini punya Daddy Glen, boleh aja dilirik, tapi ati-ati pawangnya galak.
...•Kamar Glen•...
Cklek,,,
Glen memasuki kamar mewah bernuansa gelap itu dengan langkah gontai, tak lupa mengunci pintu kamarnya sebelum ia benar-benar masuk kedalam.
Bruk,,,
Tubuh kekar itu ambruk di atas sofa empuk yang terletak di pojok kamar.
Glen melepas kasar dasi yang terasa seperti mencekik lehernya, melepas dua kancing teratas kemeja yang ia kenakan, sedangkan jas kerjanya sudah tergeletak tak berdaya di atas lantai sejak bermenit-menit yang lalu.
Pria tampan itu meraih remot AC lalu menurunkan suhu ruangan agar terasa lebih dingin.
"Hah,,," Ia menyugar rambutnya ke belakang, memijit pelipisnya yang terasa sedikit pusing karena memikirkan Key.
Jika ditanya apakah Glen benar-benar menginginkan pernikahan ini, maka jawabannya adalah tidak. Ia sama sekali tak menginginkan pernikahan ini, sama sekali tidak.
Bahkan Glen awalnya berniat untuk tidak menikah sampai kapanpun, karena menurutnya pernikahan itu merepotkan.
Melihat bagaimana rumah tangga orang tuanya yang hancur membuat Glen benar-benar kehilangan minatnya untuk menikah dan membangun sebuah komitmen yang disebut rumah tangga dengan orang asing.
Karena hal itu juga, Glen memutuskan untuk mengadopsi Key walaupun saat itu Glen sendiri masihlah sangat muda.
Glen pikir dengan ia mengangkat anak maka sang ayah akan membiarkannya dan tidak memaksanya untuk menerima perjodohan. Namun ternyata ia salah besar.
Anak yang ia angkat justru menjadi Boomerang yang membuat ia terpaksa menerima perjodohan dari ayahnya.
"Mungkin air dingin bisa membuatku lebih baik," monolognya.
Glen segera beranjak dari duduknya, pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan pikirannya yang sama-sama berantakan.
...***...
Key menatap datar sosok gadis berambut pirang yang baru saja menerobos masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu.
Sang empu yang ditatap seperti itu hanya bisa menunjukkan senyuman lebarnya dengan nafas yang terengah-engah karena baru saja berlari dengan jarak yang cukup jauh dari pintu utama hingga ke kamar Key.
"Nih, barang yang lo minta," ujarnya meletakkan sebuah Tote bag kertas di atas kasur Key.
Gadis cantik berdarah Australia itu menyambar sebuah minuman kaleng yang sudah terbuka di atas nakas samping tempat tidur, meminumnya dengan rakus tanpa memperdulikan si pemilik minuman.
Key tak memperdulikan Vanessa, ia lebih memilih untuk melihat barang yang Vanessa bawakan untuknya.
"Uangnya nanti gue kirim sekalian uang sewa apartemen lo," ucap Key setelah memeriksa pesanannya.
Gadis cantik itu pergi menuju lemari pendingin untuk mengambil minuman baru karena minumannya telah dihabiskan oleh Vanessa.
"Aaaa,,,lo emang yang terbaik Key!"
Vanessa hendak memeluk sahabatnya namun Key segera menghindar hingga membuat Vanessa meringis sakit karena wajahnya menabrak lemari pendingin.
Sia-lan, seharusnya Vanessa tidak menutup matanya supaya ia tau kalau Key menghindar.
"Aduh, Key lo kok ngehindar sih?!" kesal Vanessa.
Key abai, gadis itu mengambil totebag pemberian Vanessa. Key menatap sahabat dekatnya itu selama beberapa detik.
"Kalau mau nginep, nginep aja, gue gak tidur dikamar malam ini," ucapnya lalu beranjak pergi dari sana.
Vanessa yang paham dengan maksud sahabatnya itu pun hanya mengangkat bahu acuh, lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuk Key dan memejamkan matanya dengan tenang.
Yeah, rezeki gak boleh di tolak kan?
Kapan lagi coba Vanessa bisa leluasa tidur di kamar Key dan menghabiskan camilan gadis itu tanpa mendapatkan tatapan tajam dari sang empu pemilik kamar.
...***...
...•Kamar Glen•...
Rasanya menyegarkan sekali, tubuh dan pikiran Glen terasa lebih segar setelah menghabiskan waktu tiga puluh menit dikamar mandi untuk mandi air dingin.
Pria tampan berusia lebih dari tiga puluh tahun itu keluar dari kamar mandi dengan menggunakan jubah mandi berwarna navy, bagian atas sengaja ia renggangkan sehingga dada bidang serta perut sixpacknya terlihat jelas.
Salah satu tangan Glen bergerak mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil.
Setelah mandi malam, biasanya Glen akan berdiam diri di balkon kamar sebentar, entah untuk mengerjakan tugas, merokok, minum atau hanya diam memandangi langit malam yang suram.
Langkah Glen membawa tubuh kekarnya menuju balkon yang entah kenapa pintunya sudah terbuka, padahal seingatnya, ia tidak membuka pintu itu sejak sampai dirumah.
Namun beberapa detik kemudian, kebingungan Glen langsung terjawab saat mendapati keberadaan gadis cantik kesayangannya yang duduk di sofa balkon ditemani beberapa botol minuman keras.
Gadis itu tersenyum manis pada Glen. "Daddy mau minum?" tawarnya menyodorkan gelas berisi cairan berwarna kuning keorenan.
Helaan nafas keluar dari celah bibir yang lebih tua. "Apalagi yang kamu rencanakan sekarang?" tanya Glen, memijit keningnya yang lagi-lagi dibuat pusing oleh Key.
"Gak ada, Key cuma mau rayain pernikahan Daddy yang satu bulan lagi akan terlaksana. Waktu kita tidak banyak, sebentar lagi Daddy akan memiliki istri dan posisi Key di hati Daddy pasti akan tergeser. Key cuma ingin menghabiskan satu bulan ini bersama daddy sebelum semuanya berubah."
Lagi-lagi Glen dibuat menghela nafas, Key memang pintar membuatnya luluh. Lihat saja wajah sedih dan bibir yang cemberut itu, bagaimana bisa Glen menolaknya?
Pada akhirnya Glen memilih untuk menyerah, mendudukkan dirinya disamping Key yang membuat gadis itu tersenyum gembira.
"Daddy mau ice batu juga?" tawarnya.
Yang lebih tua menggeleng dan langsung mengambil minuman yang sudah Key siapkan. "Daddy lebih suka meminum langsung tanpa campuran apapun, kamu tau itu."
"Ya, Daddy memang sangat terhadap alkohol, aku jadi iri." Key menatap gelasnya, mengguncang sedikit isinya agar beer dan lelehan ice batu didalamnya larut.
"Walaupun usiamu sudah legal, kamu tidak boleh minum terlalu banyak. Maksimal dua gelas," peringat Glen.
Key mendengus kesal. "Iya iya, Key tau kok. Daddy tenang aja, Key gak akan minum lebih dari dua gelas."
Kalau gak lupa hehehe.
Glen menggelengkan kepalanya pelan, ia kembali meneguk minumannya hingga habis.
Key yang peka segera menuangkan minuman lagi ke gelas Glen yang telah kosong, dan Glen kembali meminumnya tanpa rasa curiga atau semacamnya.
"Rambut Daddy basah, mau Key keringin gak?"
Anggukan yang Glen berikan membuat Key bersorak gembira dalam hatinya. Segera ia raih handuk kecil di bahu Glen, lalu berdiri kedua kedua lutut agar posisinya lebih tinggi dari sang ayah angkat.
Usapan lembut pada kepalanya membuat kepala Glen otomatis menoleh dan sungguh, ia sangat menyesal karena kini paha mulus Key terpampang nyata didepan matanya.
Oh sh-it, gadis itu mengenakan atasan lengan panjang, Glen pikir Key juga mengenakan celana panjang, ia tak melihatnya karena tertutupi oleh meja.
Glen menelan ludahnya susah payah, pemandangan didepan matanya ini sungguh mendebarkan, apalagi piama berbahan satin itu mencetak jelas bentuk tubuh Key.
"Ada apa Dad? Kenapa Daddy berkeringat? Cuaca malam ini sangat dingin loh," bisik Key tepat ditelinga Glen.
Pria tampan itu memejamkan matanya, merasakan dinginnya telapak tangan Key yang mengusap peluh di dahinya yang entah kenapa tiba-tiba memanas.
Ah, bukan hanya dahinya, tapi seluruh tubuh Glen terasa panas. Apakah ini efek alkohol?
Tidak mungkin, bahkan jika Glen menghabiskan sepuluh botol seorang diri pun ia tak akan sampai seperti ini, pasti ada sesuatu yang ditambahkan dalam minumannya.
Seringaian kecil terbit di bibir penuh Key. Sudah bisa dipastikan, rencananya sukses besar malam ini.
Bruk,,,
"Aghh,,," Glen menggeram pelan saat Key tiba-tiba mendudukkan dirinya di pangkuan Glen.
"Maaf Daddy, bisakah Daddy menundukkan kepala Daddy? Key kesusahan jika mengeringkan rambut Daddy dalam posisi seperti tadi."
Oh s-hit!
...•Bersambung•...
Besok Up Malam yak.
BTW, kenalin mbak Vanessa si duta barang haram.
Jangan percaya sama mukanya. Keliatannya aja kayak orang bener, aslinya mah lebih sesat daripada Key.
"Maaf Daddy, bisakah Daddy menundukkan kepala Daddy? Key kesusahan jika mengeringkan rambut Daddy dalam posisi seperti tadi."
Srett,,,
Tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang empu, Key pun berinisiatif menarik tengkuk Glen supaya laki-laki itu menundukkan kepalanya.
Key menggeser maju posisi duduknya hingga kini tubuhnya dan Glen benar-benar menempel walaupun masih terhalang kain piama Key.
Erangan pelan dari Glen mampu Key dengar dengan sangat jelas walaupun pria itu sudah berusaha untuk mengecilkan suaranya sekecil-kecilnya.
Kedua tangan lentik Key menyentuh bahu Glen, ia menaikkan sedikit tubuhnya dari pangkuan Glen.
Jari jemari lentik itu mulai bergerak mengusap rambut basah Glen dengan handuk kecil.
Sang empu pemilik rambut memejamkan matanya, menahan gejolak aneh dalam dirinya supaya tetap tenang.
Namun dasarnya Key memang ingin menggodanya, gadis cantik mendudukkan tubuhnya dengan kasar dipangkuan Glen, tepat menduduki benda pusaka kebanggaan sang ayah angkat.
"Akhh,,," Lagi-lagi Glen menggeram, namun kali ini suaranya terdengar lebih nyaring.
"Ma_maaf Daddy, Key tidak sengaja. Lutut Key tiba-tiba saja lemas lalu tak sengaja terjatuh.
Kedua tangan kekar Glen meremat pinggang Key saat yang lebih muda bergerak-gerak gelisah diatas pangkuannya, menggesek sesuatu dibawah sana hingga terbangun.
"Kamu memang sengaja menggoda Daddy ya?" bisiknya di telinga Key.
"Apa yang Daddy katakan? Menggoda apanya? Key tidak seperti itu," jawab Key berpura-pura polos.
"Key," bisik Glen dengan suara beratnya.
Salah satu sudut bibir Key terangkat, membentuk sebuah seringaian tipis yang tak dapat Glen lihat.
Key mengalungkan kedua tangannya di leher Glen, menatap mata tajam sang ayah angkat tanpa rasa takut sedikitpun.
"Jika Daddy tidak tahan, maka jangan di tahan. Key siap kok kalau Daddy mau Key malam ini," bisik Key di telinga Glen.
Gadis nakal itu meniup, menjilat daun telinga Glen yang lagi-lagi membuat Glen mengerang buas.
"Jangan menyesali keputusanmu, sayang," bisik Glen balik.
"Tidak akan."
Chup,,,
Masa bodohlah, Glen sudah kepalang naf-su. Toh Key sendiri juga telah menyetujuinya kan?
Key memiringkan kepalanya, membalas ciuman Glen yang begitu menuntut. Lidah pria itu mengobrak abrik isi mulut Key, membuat yang lebih muda kualahan.
"Umhh,,,Daddy,,," des-ahnya disela-sela ciuman.
Glen melepas ciuman mereka, mata elangnya menatap dalam-dalam sosok Key yang terlihat begitu se-ksi dengan rambut berantakan, bibir bengkak dan nafas yang terengah-engah.
Chup,,,
Glen kembali menyambar bibir berisi Key dengan lebih bringas. Kedua tangannya menopang pan-tat Key agar tidak terjatuh ketika ia mengangkat tubuh gadis itu.
Key Reflek melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Glen saat merasakan tubuhnya yang terangkat ke atas.
Glen membawa tubuh keduanya memasuki kamar tanpa membereskan gelas dan botol minuman yang basih berjajar rapih diatas meja.
Bruk,,,
Glen menjatuhkan tubuh Key ke atas kasur hingga ciuman keduanya terlepas.
Key menatap Glen dengan nafas tersengal-sengal. Keningnya berkerut dalam saat melihat Glen yang terlihat sibuk mengobrak-abrik laci nakas.
"Daddy cari apa?" tanyanya.
"Pengam-an," jawab Glen singkat.
Key membalik tubuhnya hingga berbaring menyamping menghadap Glen.
"Tidak usah pakai juga tidak masalah," ucapnya dengan tangan kanan yang bergerak nakal melepas kancing-kancing piyamanya.
Glen tak menghiraukan Key, membuat mahasiswa semester dua itu mendengus kesal.
"Daddyhh,,," pancingnya.
Si-al, Glen sama sekali tak bisa mengontrol gerakan kepalanya yang tiba-tiba menoleh karena panggilan Key.
Dan oh, ini gila. Kepala Glen tiba-tiba pusing saat melihat penampilan Key yang benar-benar panas.
"Kamu benar-benar menantang Daddy rupanya," geramnya.
Bruk,,,
Sudahlah, tak memakai pengam-an pun tak masalah. Toh mereka hanya akan melakukan sekali saja, tidak mungkin akan membuahkan hasil kan?
•
•
Entah bagaimana bisa, kini kedua insan berbeda jenis itu sudah sama-sama polos tanpa sehelai benangpun yang membalut tubuh mereka.
Kini Key sudah membuka kedua kakinya lebar-lebar, mempersilahkan Glen masuk setelah laki-laki itu selesai melakukan pemanasan dengan ketiga jarinya.
Kedua tangannya ditahan di atas kepala, sedangkan kepalanya sendiri berusaha terangkat lantaran penasaran dengan ukuran benda pusaka yang akan memasukinya.
Namun sungguh, setelahnya Key benar-benar menyesal karena kini ia jadi merasa takut setelah melihat seberapa besar benda lonjong itu.
Besar sekali, lubang ku pasti akan robek jika dimasuki dengan benda sebesar itu.
"Kenapa? Sekarang kamu merasa takut hmm?" ujar Glen, membelai pipi Key.
"Sayang sekali, kamu sudah tidak bisa kabur karena Daddy akan segera masuk."
"Tidak, siapa bilang Key takut? Key tidak takut kok," jawab Key dengan berani.
"Oh, benarkah?" Glen menyeringai.
"Ben_"
JLEP,,,,
"AKHH!!" Key berteriak dengan suara melengking yang mampu membuat telinga Glen sakit.
Glen meringis pelan merasakan rema-san pada kepala batangnya yang baru masuk setengah.
"Rileks baby, jangan tegang. Lubangmu akan semakin ketat jika kamu tegang."
Glen membebaskan kedua tangan Key supaya gadis itu bisa bebas mencakar punggungnya untuk menyalurkan rasa sakit yang ia rasakan.
Glen memundurkan pinggulnya, lalu kembali mendorong dengan kuat hingga ia berhasil memasuki Key dengan sempurna.
"Ahh!!"
Darah segar mengalir keluar dari lubang surgawi Kayla.
•
•
Gerakan pinggul Glen semakin cepat di setiap detiknya membuat Key kualahan.
Pria tampan itu benar-benar memiliki tenaga yang tidak main-main, dan padahal mereka sudah lima kali lebih pelepasan namun Glen sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda bahwa pria itu akan berhenti.
"Ahh,,,su_audah, Key lelah Daddyhh,,,"
"Sebentar lagi sayang," erang Glen.
Beberapa tusukan terakhir akhirnya mereka pun keluar bersama-sama.
Nafas Key terengah-engah, senyuman terukir di wajah perempuan yang harus saja melepas status gadisnya itu saat merasa hangat di perutnya.
Key meringis pelan saat merasakan benda yang beberapa saat lalu memenuhi dirinya ditarik keluar oleh Glen.
Chup,,,
Glen mencium kening Key, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka dari dinginkan AC yang sempat tak mereka rasakan.
Pria itu membawa Key ke dalam pelukannya.
Key sendiri dengan senang hati membalas pelukan Glen dan menduselkan wajahnya di dada bidang yang lebih tua.
"Good Night Key."
"Good Night Daddy."
Key memejamkan mata, merasa nyaman dengan usapan lembut Glen pada rambut panjangnya.
Glen mendekap kepala Key lalu menyusul sang anak masuk ke dalam dunia mimpi yang indah.
...•Bersambung•...
Besok kayaknya gak up, soalnya akyu sibuk belanja 😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!