NovelToon NovelToon

GHOST SCHOOL

HAI

Namaku Echa Aprilia Anjani, biasa di panggil Caca. Aku anak yatim piatu yang penakut. Umurku baru menginjak 16 tahun. Aku mempunyai kemampuan aneh, bisa melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat. Bukan cuman itu, aku juga bisa berbicara dengan mereka, berteman dengan mereka, bahkan pergi ke alam mereka. Dan satu hal lagi. Aku bisa membaca pikiran orang lain tapi itu berlaku ketika aku sedang melamun, semua pikiran orang masuk kedalam pikiranku yang kosong.

Kemampuan yang aku miliki itu muncul ketika aku bangun dari koma pasca kecelakaan mobil yang menewaskan kedua orang tuaku 1 tahun lalu.

Kelebihan ini membuatnya takut dan sulit tidur. Bayangkan saja bisa melihat sesuatu yang menakutkan, tentu tidak akan ada yang tahan apalagi Echa hanya tinggal sendiri dengan pembantunya. Tidak. Menurut Echa dia tidak sendiri.

"Ca sudah siap? sarapan dulu." suara bi Neni yang menggema memanggil Echa dari arah dapur. Maklum saja rumah semewah ini hanya di tempati oleh 2 orang, jika dilihat dengan mata orang biasa.

"Udah bi, ini Caca mau turun." sahut Echa sambil berjalan kearah dapur.

Dengan seragam putih biru yang sudah melekat rapih di tubuhnya. Echa belum mengganti seragamnya dengan seragam SMA yang dirinya tempati, karena belum diperbolehkan, sekarang sedang MPLS (masa pengenalan lingkungan sekolah). selama 3 hari.

Bi Neni. Pembantu sekaligus pengasuhku dari waktu aku kecil dan bi Nenilah yang selalu ada di sampingku, membujukku untuk selalu kuat, tegar, ceria, seberapa rapuh dirimu jangan perlihatkan itu kepada orang yang baru saja kamu kenal, mereka hanya ingin tahu saja bukan peduli dengan keadaanmu.

Bi Neni selalu menjadi seseorang yang aku butuhkan ketika mama dan papa sudah pergi. Orangnya lembut, baik, perhatian sudah kuanggap seperti mamaku sendiri bahkan bi Neni pun menganggap ku seperti anaknya. Karena anak bi Neni satu satunya sudah meninggal, bahkan dia sekarang sedang berada di samping bi Neni. Aku tidak memberitahu bi Neni karena aku tau bi Neni itu orangnya penakut setelah aku perlihatkan kemampuan ku kepadanya. Bi Nenilah orang pertama yang tahu bahwa aku memiliki kemampuan ini.

"Ayo Ca, sarapan dulu, bibi sudah siapkan makanan favorit Caca," ucap bi Neni dengan alunan suara yang lembut, senyum yang tak pernah luntur ketika bersama Echa. Ini yang Echa suka dari bi Neni selalu tersenyum. Senyuman bi Neni itu seolah memiliki daya pikat yang membuat Echa ikut tersenyum.

Echa duduk sambil menyantap makanannya ditemani dengan bi Neni. Dia tidak suka makan sendirian, takut. Echa selalu meminta bi Neni untuk menemaninya makan dan selalu ditanggapi dengan baik oleh bi Neni.

Setelah dirinya selesai menyantap sarapan buatan bi Neni, Echa langsung memakai sepatunya untuk bergegas kesekolah barunya. Sekolah yang mungkin akan mengukir banyak cerita.

"Bi Caca sekolah dulu ya," teriak Echa dari ambang pintu. Echa sudah mencium tangan bi Neni saat di dapur sambil meletakkan piring yang kotor, bekas dirinya sarapan.

"Iya Ca. hati-hati," sahut bi Neni dari arah dapur.

Echa yang menyuruh bi Neni untuk memanggilnya dengan sebutan Caca. Dia tidak suka dirinya dipanggil non, nona, atau semacamnya. Echa lebih suka orang memanggil namanya Caca. Nama yang singkat dan mudah untuk diingat.

Hari ini Echa berangkat ke sekolah barunya menggunakan bus.

"Hai Ca!" sapa 2 orang gadis berkulit putih bersih, dia adalah sahabat terbaikku sejak masih duduk di bangku SMP.

Nama lengkapnya. Hanin Anzani Tifanka. dipanggil Hanin, umurnya sama dengan ku 16 tahun. Dia juga memiliki kemampuan yang mungkin orang lain pun bisa memilikinya, namun dengan beberapa ritual, Hanin bisa merasakan energi seseorang seperti ilmu hitam.

Dia juga bisa merasakan kehadiran mahluk halus, karena energinya itu kerap kali mahluk halus dengan mudah masuk kedalam tubuh Hanin jika saja hanin dalam keadaan stres, atau pikiran kosong.

Dan yang satu lagi Ivy Oktaviani dipanggil Vivi. umurnya 16 tahun. Dia juga memiliki kemampuan yang orang lain tidak percaya akan hal seperti ini.

Dia bisa melihat masa lalu dan apa yang sedang di pikirkan orang lain, hanya dengan memegang tangannya atau bisa dengan tatapan mata jika orang itu sedang dalam masalah atau dalam keadaan terpuruk.

Ivy tidak bisa memakai terus menerus kemampuannya seperti Echa dan Hanin. Dia hanya bisa memakai 5 kali saja dalam satu hari, jika lebih dari itu dia akan pingsan. Menurut Hanin karena energi Vivi terlalu lemah, jika saja tidak lemah dia akan bisa memakai kemampuannya itu kapanpun dia mau.

"Hai Nin, Vi kalian udah siap?" tanya Echa pada kedua sahabatnya itu dengan senyuman manis andalannya.

"Udah dong," jawab mereka kompak dan penuh semangat.

maklum saja mereka terlalu semangat bisa diterima di sekolah yang sangat favorit ini, banyak kalangan atas yang sekolah disini. Katanya, banyak cowok ganteng dan cewek cantik, lumayanlah setidaknya untuk cuci mata meskipun tidak bisa memilikinya.

Lihat saja, ini baru permulaan mereka masuk sekolah tapi sudah banyak cowok tampan yang lewat dihadapan mereka. Mereka tidak munafik, tidak jual mahal, Echa dan teman-temannya juga suka cowok berparas tampan.

Wajah Echa, Hanin, Ivy termasuk list untuk menjadi siswi tercantik angkatan saat ini di SMA Starlight.

Wajah mereka terbilang cantik bahkan sangat cantik. Kulit putih bersih, tubuh yang tinggi sekitar 160 dengan berat badan 47kg , termasuk body goals untuk remaja, hidung sedikit mancung, bibir tipis merah muda natural tanpa polesan apapun, dengan rambut yang panjang sepunggung menambah kesan cantik dari mereka.Wajah mereka terbilang imut, buktinya sekarang banyak pasang mata yang sedang menatap kearah mereka.

Dan katanya di sekolah ini banyak hantunya, bagaimana tidak banyak? Sekolah ini bekas penyekapan saat masa Belanda dan Jepang. Semua mayat pribumi mereka tampung disini.

Dan katanya banyak yang bunuh diri. Horor bukan? Echa dan Hanin sudah merasakannya saat pertama mereka menginjakkan kaki ke sekolah ini, dingin, mencekam dan ramai sekali. seperti sedang berada di pasar, pengap.

"Nin kamu ngerasa sesuatu?" tanya Echa yang menggenggam kuat tangan ivy sambil melihat kesana kemari.

"Iya, tapi dimana ya? energinya kuat banget sampe siang juga kerasa." jawab Hanin, dia terus merasakan energi mahluk halus itu.

"Hati-hati Nin!" teriak Ivy karena dirinya sudah tau dari penglihatan Echa, bahwa di pohon besar itu ada sesuatu yang hitam, tinggi dan wajahnya setengah hancur.

Hanin dengan cepat langsung berlari kearah Ivy, bukan Hanin tidak berani tapi dia takut mahluk itu dengan mudah masuk kedalam tubuhnya. Diantara mereka bertiga Hanin lah yang pemberani tentang mahluk tak kasat mata.

"Udah, kita pergi aja." Ajak Echa kepada Hanin dan Ivy yang langsung diangguki oleh mereka berdua sebagai jawaban. Mereka tau bahwa saat ini Echa sedang tidak ingin berurusan dengan mahluk tak kasat mata di awal masuk sekolah barunya.

Baru saja mereka masuk gerbang sudah disambut seperti ini, apalagi nanti saat mereka masuk, mungkin akan banyak yang lebih seram daripada itu.

Bagaimana jika nanti mereka menginap disekolah untuk acara simbolis masuknya siswa-siswi SMA Starlight. Mereka harus terbiasa dengan semua ini, karena semua yang ada di sekitar sini akan menjadi keseharian mereka dengan mahluk yang tak kasat mata atau sering kita sebut sebagi hantu.

NAMA

Di lapangan yang luasnya hampir sama dengan mall, sudah berkumpul siswa dan siswi baru, dengan penampilan rapi menggunakan baju sekolah sebelumnya, seperti MPLS pada umumnya.

Mereka saling berbincang dan berkenalan sambil menunggu acara dimulai. Echa, Hanin dan Ivy berada diantara siswi baru lainnya, berbaris di barisan paling depan.

"Ca kok Hanin semangat banget ya?" tanya Hanin sangat bersemangat.

"Hanin semangat karena penasaran sama ketos yang katanya ganteng itu, hati-hati Nin dia udah punya pacar." jawab Echa memperingatkan.

"Iya deh, yang punya keistimewaan mah tau." ucap Hanin sambil cemberut, karena ternyata ketua OSIS yang dia idam-idamkan itu sudah menyimpan satu nama di hatinya.

"Vivi gak tau disini ada ketos ganteng, kalian tau darimana?" tanya Ivy pada Echa dan Hanin.

"Caca juga gak tau tanya aja sama Hanin," jawab Echa sambil menggelengkan kepalanya.

"Kamu kemana aja? Disini kan sekolah kalangan atas Vi." jawab Hanin sambil tersenyum penuh semangat.

"Iya juga sih." ujar Ivy dengan muka polosnya.

Di saat perbincangan Ivy, Hanin dan Echa sedang penuh semangat karena menceritakan kakak kelasnya, tiba-tiba saja para panitia dan senior memasuki lapangan dipimpin oleh ketua OSIS.

Seluruh murid baru yang sejak tadi heboh berbincang, tiba-tiba terdiam saat melihat kedatangan 5 laki-laki dengan pesonanya, para siswi baru itu sampai dibuat terperangah dengan pesonanya termasuk Echa, Hanin dan Ivy.

"Nin sumpah ini gantengnya kelewatan," ucap Echa sambil terus menatap kelima lelaki itu tanpa berkedip. Pesonanya begitu memikat hati.

"Ca pantes aja warna auranya bagus banget." ujar Hanin sambil memfokuskan dirinya untuk melihat energi yang terpancar dari tubuh anggota OSIS, yang mampu membungkam ribuan siswi baru.

"Nin kasih tau warna auranya." ujar ivy kepada Hanin.

"Hanin kan gak tau namanya gimana mau ngasih tau Vivi." ucap Hanin yang masih memfokuskan penglihatannya untuk melihat aura yang terpancar dalam diri mereka.

"Nanti juga mereka bakalan sebutin namanya. Nah nanti Hanin sebutin aura mereka." ujar Echa sambil terus memandang seniornya itu, siapa tau ada yang mengikutinya, namun nihil. Tidak ada mahluk tak kasat mata yang mengikuti para seniornya itu, aneh.

"Nin kok Caca gak ngeliat ada yang ngikutin mereka ya? Padahal di sekolah ini kan banyak." tanya Echa kepada Hanin.

"Mungkin belum Ca." jawab Hanin dengan santainya. Dia tahu pembahasan Echa menjalur pada mereka yang tak kasat mata.

"Mereka kayanya adem ayem gitu disekolah ini, kaya gak ada masalah apa-apa, tenang banget hidupnya." ujar Ivy bingung sekaligus aneh secara bersamaan.

"Mungkin aura yang ada di dalam diri mereka yang buat mereka adem tenang." ucap Hanin kepada kedua sahabatnya itu.

Para siswi terhipnotis oleh kharisma kelima lelaki tersebut. Sedangkan para siswa terbius saat menatap kecantikan dua orang wanita yang sudah seperti bidadari jatuh dari langit.

"Selamat datang di SMA Starlight, untuk adik-adikku yang baru, perkenalkan nama kakak Alvero Martadinata. Ketua panitia sekaligus Ketua Osis SMA Starlight. Kita mulai perkenalan dari kakak-kakak panitianya dulu ya." ucap Alvero ramah dan bersemangat seperti orang yang menyambut dengan hangat kedatangan tamunya.

"Auranya merah." ucap Hanin kepada Echa dan Ivy yang kemudian diangguki oleh kedua sahabatnya itu.

Warna merah memiliki arti cerminan dari sebuah semangat yang begitu tinggi. Orang yang memiliki warna merah ini biasanya cenderung untuk bersikap dinamis, giat, serta kompetitif. Selau ingin menjadi juara, memiliki jiwa pemimpin yang kuat, tidak ingin berada di bawah kepemimpinan orang lain, serta memiliki inovasi-inovasi yang kreatif dan cemerlang.

"Hallo nama Kakak Gavin Calderon. Kakak Wakil Ketua Osis dan Wakil Ketua Acara Mpls." ujar Gavin tersenyum hangat sambil melambaikan tangan kanannya. Menyapa para murid baru yang ada di lapangan.

"Auranya jingga cerah." ucap Hanin ketika melihat aura yang terpancar dari tubuh wakil ketua OSIS.

Warna jingga yang cerah menandakan jika orang tersebut bersikap hangat dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Luwe dan mudah bergaul sehingga seringkali mudah diterima dimana pun dirinya berada. Orang dengan warna jingga sebagai auranya senang menikmati kehidupannya dengan bahagia.

"Hai. semua, nama Kakak Namira Anastashia, panggilnya kak Rara aja ya, biar simple. Kakak Bendahara Osis dan seksi pengaduan acara MPLS tahun ini, kalau ada masalah sama kakak senior atau sama temen-temsn kelompoknya, kalian bilang aja ya sama Kakak." ucap Namira antusias sambil mengacungkan jempolnya di akhir perkenalannya itu.

"Auranya kuning cerah," ujar Hanin kepada Echa dan Ivy yang terus melihat perkenalan seniornya itu.

Aura berwarna kuning cenderung untuk ramah, humoris, dan ceria. Orang yang memiliki aura berwarna kuning biasanya dapat membuat orang-orang yang ada di sekitarnya menjadi bahagia dan gembira. Senang untuk menceritakan ide-ide brilliannya pad aorang lain. Sehingga dapat dikatakan jika orang tersebut tidak bisa hidup sendiri karena membutuhkan orang lain untuk mendengarkannya.

"Hallo semua nama Kakak Mutiara Quensha. Biasa dipanggil Tiara. Kakak Sekertaris Osis sekaligus Sekertaris acara ini, kalau ada temannya yang tidak hadir bisa hubungi Kakak." sapa lembut Mutiara dengan senyum manisnya.

"Auranya merah jambu kuat," ujar Hanin.

Warna merah jambu menandakan jika orang tersebut penuh dengan kasih sayang, baik hati, dan senang untuk menolong sesama. Meraka memiliki rasa cinta yang kuat kepada anak-anak. Dapat pula dikatakan jika warna merah jambu menandakan cinta damai. Jika warna merah jambu terlihat kuar maka menunjukkan jika orang tersebut mudah terbawa perasaan.

"Nama Kakak Barra Gatramana Kakak Pengurus Osis dan pembina kelompok 3 di acara ini. salam kenal." sahut Bara dengan gaya cool nya.

"Auranya Biru kuat," ucap Hanin kepada sahabatnya itu.

Aura berwarna biru menandakan jika seseorang tersebut idealis serta memiliki konsepan yang jelas tentang mana yang benar dan mana yang salah. Mereka hidup dalam aturannya sendiri dan seringkali terlalu fokus dalam hidupnya sendiri sehingga tidak memperdulikan tentang konsep yang dipercaya oleh orang lainnya. tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan spritual serta memiliki pemahaman yang cukup baik dalam bidang ini. Bila warna biru yang ditunjukkan cukup kuat, menandakan jika orang tersebut sudah menemukan jalan hidup yang diyakininya adalah jalan yang benar serta menemukan apa sebenarnya tujuan hidupnya.

"Hai nama kakak Nathan Napoleon. Pengurus Osis dan pembina kelompok 3 di acara ini." ujar Nathan bersikap stay cool.

"Auranya Emas." ucap Hanin.

Warna emas menunjukkan kewibawaan dan kebijaksanaan. Orang dengan aura berwarna emas memiliki rasa tanggung jawab yang besar sehingga dapat menangani pekerjaan apapun. Sikapnya yang berkharisma serta bijaksana sehingga mampu mempengaruhi orang-orang yang ada di sekitarnya. Bila orang tersebut spritualis, maka dirinya selalu ditunjuk menjadi pemimpin serta memiliki pengikut yang cukup loyal.

"Hai nama kakak Azka Wijaya. Keamanan disekolah ini sekaligus pengurus MPLS, jika ada yang sakit bisa datang ke Kakak. salam hangat dari kakak ya." ucap Azka dengan senyuman.

"Auranya Hijau cerah." ujar Hanin kepada Echa dan Ivy yang sejak tadi mendengarkan penjelasan dari Hanin.

Warna hijau menandakan akan cinta yang tidak bersyarat. Warna ini adalah simbol dari penerimaan serta sikap untuk saling menghargai. Seseorang dengan aura warna hijau cerah yang terlihat seperti daun muda menunjukkan sikapnya yang murah hati, penuh empati, serta sangat setia baik kepada pasangan maupun sahabat. Seseorang dengan warna hijau memang memiliki bakat alami menjadi penyembuh karena memang sifatnya yang senang untuk mengayomi.

ANEH

Satu persatu panitia pun mulai memperkenalkan dirinya masing-masing.

"Kita langsung aja ke aula atas ya, buat pembagian kelompok." ujar Gavin kepada semua murid baru yang sedang berbaris di lapangan.

Echa, Ivy, Hanin berada dibarisan paling depan, menyaksikan semuanya dengan tenang dan patuh karena Echa tidak melihat apapun disini, tidak ada yang mengganggunya, tidak ada mahluk tak kasat mata di sekitar sini. Aneh, bahkan batang hidungnyapun sama sekali tidak terlihat.

Padahal saat Echa, Hanin dan Ivy berada di gerbang, kehadirannya langsung disambut dengan mahluk hitam besar, tapi kenapa sekarang menjadi tidak ada?

Bahkan Hanin tidak merasakan energi yang hitam pekat atau kehadiran mahluk halus, mungkin di area ini tidak ada, tapi tidak tahu jika berada di dalam sana. Hanin harus tetap fokus, mempertahankan tubuhnya agar tidak diambil alih oleh mahluk tak kasat mata.

"Ca, Vi Kakaknya ganteng-ganteng ya! apalagi mereka punya aura yang bagus. Beruntung banget Hanin punya keistimewaan kaya gini, sedikitnya ada modal buat deketin mereka." ujar Hanin terpesona dengan ketampanan kakak kelasnya itu.

"Vivi jadi semangat banget sekolah disini kalau ada senior yang ganteng kayak gini." ucap Ivy yang juga terpesona.

"Eh tapi Vivi ngerasa aneh deh, kenapa Vivi ga bisa baca apa yang mereka pikirin ya?" tanya Ivy kepada kedua sahabatnya.

"Iya Caca juga ga ngeliat mereka, biasanya ada aja yang nampakkin diri, meskipun siang bolong gini." ujar Echa dengan perasaan aneh.

"Aneh banget si, mungkin aja lagi hoki nya kita." jawab Hanin yang terus mengamati sekeliling siapa tau ada energi yang tidak baik disekitarnya.

Acara pembagian kelompok dilakukan di aula atas dipimpin Gavin. Sedangkan Echa, Hanin dan Ivy yang awalnya berada dibarisan depan sekarang pindah menjadi barisan tengah.

Echa berada diantara Ivy dan Hanin, dirinya selalu begitu menjadikan mereka tamengnya, dengan senang hati Ivy dan Hanin akan membantu Echa untuk selalu menjadi pertahanan dirinya.

Saat diperjalanan Echa melihat sesuatu yang menakutkan di atas tangga, wanita berseragam SMA, tapi Echa tidak kenal seragam itu, sepertinya bukan dari sekolah ini.

Wajahnya putih pucat dan melayang. Tidak terlalu seram, tapi tangan dan kakinya penuh sayatan. Apalagi di area wajahnya banyak sayatan menganga lebar, sampai darahnya menetes kelantai tangga dan sepertinya dia dibunuh.

Saat Echa melewati tangga itu. Sosok perempuan berseragam SMA menatap Echa tajam sambil terus mengikuti-nya, namun Echa pura-pura tidak melihatnya.

"Kamu bisa melihatku?" tanya Hantu itu kepada Echa

"Kamu bisa bantu aku?" tanya Hantu itu lagi kepada Echa.

Echa tidak menggubris pertanyaan hantu itu, jika dia menjawab pertanyaannya pasti akan banyak hantu yang berdatangan kepada Echa.

Hanin merasakan ada hal yang aneh disekitar sini. Energi kesedihan, penyesalan dan dendam. Mungkin ada salah satu dari mereka yang tak kasat mata disini, Hanin harus fokus dia tidak boleh sampai lengah, bisa bahaya jika hantu itu masuk kedalam tubuhnya, bisa-bisa Echa yang akan menjadi incaran Hanin.

Namun tiba-tiba saja Bara sudah berada di samping Echa, sedangkan hantu yang berada di samping Echa tadi, tiba-tiba hilang bersama dengan Bara yang berada di sampingnya. Echa langsung melihat kearah seseorang yang kini sedang berada disampingnya.

"Kok Caca gak bisa baca pikiran kakak ini ya?" ujar Echa dalam hati sambil menatap pria di sebelahnya. sedangkan yang pria yang ditatap oleh Echa itu langsung pergi ke depan. Mungkin dia risih dengan tatapan Echa yang terang-terangan.

10 menit telah berlalu, akhirnya Echa dan yang lainnya sudah berada di dalam Aula yang sangat luas.

"Oke adik-adik, kakak bakalan umumkan kelompoknya ya." ucap Namira dengan penuh semangat.

"Untuk kelompok 1 akan dipimpin oleh ka Gavin dan Kakak. Kelompok 2 akan dipimpin Kak Alvero dan Kak Tiara. Kelompok 3 akan dipimpin Kak Bara dan Kak Nathan. kelompok 4 akan dipimpin oleh Kak Azka." sambung Namira dengan senyuman manisnya yang tidak pernah pudar.

Acara pun dimulai dengan kelompok yang sudah dibentuk oleh panitia MPLS. Untung saja Hanin, Echa dan Ivy masuk kelompok 3 dibawah pembinaan Bara dan Nathan.

"Asik! kita dikelompok 3! Dibawah pimpinan Kak Nathan sama Kak Bara. kita beruntung Ca." ujar Hanin antusias.

"Dih baru gitu aja udah seneng Nin." ucap Ivy kepada Hanin sambil menggelengkan kepalanya.

"Jangan-jangan Hanin lagi kerasukan Vi?" tanya Echa yang langsung bersembunyi di balik punggung Ivy. Itu sudah menjadi kebiasaan Echa jika Hanin sedang kerasukan mahluk halus. Ivy yang harus menghadapi Hanin yang sedang kerasukan. Jika ditangani oleh Echa bisa-bisa dia di bawa ke alam mereka dengan mudah, karena Echa penakut.

"Apaan si Ca, ini Hanin, kerasukan apaan?" ujar Hanin sambil melipat kedua tangannya diatas dada dengan wajah cemberutnya.

"Ya maaf Nin, abisnya Hanin udah kayak orang kerasukan." jawab Echa bergidik ngeri.

"Udah ayo, kita masuk barisan, nanti diomelin." ajak Ivy sambil menarik tangan sahabatnya. Jika Hanin dan Echa sedang beradu mulut Ivy yang selalu menengahi mereka.

"Adik-adik, sekarang kalian satu kelompok jadi, kalian harus kompak dan saling bantu jangan egois ya. Akan ada banyak game yang harus kalian ikuti jadi persiapkan diri kalian dan juga kekompakan dalam kelompok." ucap Bara melihat kelompok yang dirinya pimpin sudah berbaris rapi.

"Kalau ada yang punya penyakit atau nggak enak badan, langsung bilang ya biar tidak di ikut sertakan dalam game fisik." ujar Nathan memperingati. Echa dan yang lainnya hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Acara pun dimulai. Isinya perkenalan SMA Starlight, touring keliling SMA Starlight, visi misi SMA Starlight, Fasilitas dan sistem SMA yang ada di SMA Starlight.

Sesi kedua berisi program masing-masing jurusan, perkenalan klub SMA Starlight, game asah otak dan hiburan, game kelompok berlangsung sangat meriah, Echa tidak menyangka jika MPLSnya penuh dengan acara seru tanpa penindasan yang semena-mena dari senior. seperti di film-film.

Sesi ketiga mereka di suruh untuk menuju ruang Rapat.

" Selamat siang anak-anak." sapa kepala yayasan SMA Starlight dengan senyuman penuh wibawa.

"Siang pa.." jawab seluruh murid kompak.

"Saya disini hanya menyampaikan sedikit saja . Selamat bergabung di SMA STARLIGHT." Teriak kepala yayasan yang langsung disambut tepuk tangan meriah dari para murid baru SMA Starlight.

Setelah mengucapkan kalimat selamat datang, kepala yayasan langsung menyerahkannya kepada Mutiara.

"Hallo adik-adik gimana seru ga?" tanya Mutiara kepada seluruh murid baru.

"Seru kak.." jawab murid dengan kompak di barengi tepuk tangan yang meriah.

"Kakak akan membacakan kegiatan selama MPLS. boleh di catat ya. Kita akan menginap disekolah selama 2 hari. perlengkapan yang harus dibawa: buku catatan, jaket, baju olahraga atau traning, bawa baju salin satu, bawa senter, itu saja yang disarankan. Jika ada keperluan yang semestinya dibawa, bawa saja. Perlengkapan yang Kakak sampaikan tadi apa ada yang ingin ditanyakan? Atau mau di ulang?" tanya Mutiara setelah membacakan perlengkapan yang akan di bawa untuk kegiatan selama MPLS.

"Kak boleh bawa handphone?" tanya salah satu murid baru.

"Tidak boleh. Kita akan membagikan formulir kepada kalian untuk di isi, jangan lupa ditanda tangani oleh orang tua kalian. apa ada yang ingin ditanyakan lagi?" jawab Mutiara dengan senyumannya.

"Kalau ga ikut gimana kak?" tanya Echa kepada Mutiara.

"Di usahakan ikut, di acara ini juga kami akan menetapkan queen and king sekolah SMA Starlight angkatan sekarang, serukan? nanti akan kami perjelas lagi. ada lagi yang ditanyakan?" tanya Mutiara dengan senyuman manisnya.

"Kelompoknya bakal di ubah lagi ga Kak?" tanya Hanin kepada Mutiara

"Tidak akan diubah. Kelompoknya masih sama." jawab Mutiara.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!