Diandra, wanita yang masih bergelung di bawah selimut memaksakan membuka matanya kala mendengar suara alarm.
Diandra selalu terbangun dini hari untuk melaksanakan sholat tahajjud.
"Ya Allah mimpi dia lagi, bahkan aku belum pernah bertemu dengannya". (Sambil merenggangkan otot tangannya)
Diandra bangun untuk melaksakan sholat sunnah di sepertiga malam, hal yang selalu dia lakukan hampir setiap malamnya.
Diandra, wanita yang berusia 29 tahun ini adalah wanita yang mandiri, wanita yang telah lama ditinggal kedua orangtuanya ini adalah wanita yang ceria, wanita singgle alias jomblo yang sangat menolak berpacaran, bukan tidak ada yang menyukainya, tapi dia selalu menolakan ajakan semua pria yang mengajaknya berpacaran.
Setelah melaksanakan sholat, Diandra akan selalu menunggu waktu subuh dengan mengaji.
Setelah sholat subuh Diandra akan menyiapkan sarapannya. Dia tipe orang yang selalu mengutamakan isi perutnya.
Dering telfon Diandra menghentikannya menyuapkan nasi goreng yang sudah dia buat. Dia gegas mengambil hp yang dia letakkan di atas meja makan.
"Assalamu'alaikum Sa, iya pulang ngajar aku mampir ke cafe kamu, gak usah suruh Aini jemput deh, udah yah sampe ketemu nanti siang".
Setelah selesai sarapan. Diandra menyiapkan segala keperluan mengajarnya. Dia selalu mengecek ulang apa yang harus dia bawa karna dia sedikit pelupa.
Diandra berangkat mengajar menggunakan motor metik kesayangannya, hasil dari gajinya selama menjadi seorang guru.
"Assalamu'alaikum Pak Karyo". (sapa Diandra kepada security penjaga sekolah)
"Wa'alaikumussalam Bu Dian". (balas pak Karyo)
"Mari ya pak, aku mau masuk ke ruang guru dulu".
Setelah memarkirkan motornya, Diandra berjalan menuju ruang guru, dengan seragam yang begitu pas di tubuhnya dilengkapi pashmina membuatnya terlihat cantik.
Di tengah jalan menuju ruangannya, seorang pria bernama Wiwin Syahputra menyapanya dengan senyuman manis, menyambut kedatangannya. Seorang guru olahraga yang telah lama menaruh hati kepada Diandra.
"Assalamu'alaikum Dian, baru dateng yah".
"Wa'alaikumussalam, iya bang, soalnya aku juga masuk kelasnya setelah istirahat nanti". tak lupa senyum yang tak pernah lepas dari bibir mungilnya
"ya udah aku duluan yah, mau kelapangan, anak anak hari ini ada praktek olahraga".
"siap bang, silahkan, aku juga mau langsung masuk, yuk bang".
Setelah Diandra masuk ruangan, Wiwin pun berlari menuju lapangan dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya. Dia begitu bahagia jika sudah bertemu dengan wanita tambatan hatinya, tapi Wiwin belum berani mengungkapkan perasaannya. Pria yang usianya satu tahun diatas Diandra ini masih menyiapkan mentalnya untuk melamar Diandra, karna dia tau Diandra tidak akan mau jika hanya dijadikan pacar.
******
Di Kota B seorang Pria sedang di sibukkan dengan keperluannya yang akan dia bawa untuk kepindahannya ke kota M.
Pria yang menjabat sebagai Lurah di Kelurahan yang berada di kota B ini sedang sibuk menyiapkan keperluannya dengan di bantu oleh sang Ibu tercinta. Dia adalah Irul Abdullah, seorang pria berusia 35 tahun, pria singgle yang begitu anti di dekati oleh wanita, menolak banyak wanita yang datang mengatakan cintanya. Dia tidak suka di dekati oleh wanita yang agresif.
"pokoknya kamu gak boleh telat makan yah nak, harus jaga kesehatan". Pesan bu Ida kepada Irul anak satu satunya.
"iya bu, ibu tenang aja yah, ibu juga harus jaga kesehatan, kalo ada apa apa ibu telfon Irul, atau Ibu bisa sampaikan ke bi Nining".
"iya, kamu disana tinggal sama siapa nak". Tanya bu Ida sambil mengelus tangan anaknya Irul.
"Khalil dan Umar bu, mereka juga kan pindah tugas bu". Irul sambil menatap wajah sang ibu yang terlihat masih begitu cantik di usianya yang telah memasuki usia 60 tahun.
Ibu Ida melepas kepergian anaknya dengan haru, karna dia akan berjauhan dengan sang anak semata wayangnya. Meski hanya beda kota dan dapat ditempuh dengan waktu satu hari satu malam, tetap membuat ibu Ida sedikit tidak rela ditinggalkan oleh sang anak.
Irul menjemput kedua temannya terlebih dahulu, mereka akan berangkat satu mobil menuju kota M. Disana mereka akan tinggal di rumah peninggalan kakek Irul dari pihak almarhum ayahnya.
Diandra memarkirkan motornya di depan cafe sang sahabat yaitu Dama's Cafe.
Risa membangun cafenya hasil pemberian Orangtua dan Abangnya yang selalu dia kumpulkan. Risa adalah anak kedua dari sepasang suami istri yang seorang pebisnis, tapi dia bukan wanita yang manja yang hanya dapat mengandalkan kekayaan kedua orangtuanya. Sang kakak dari Risa adalah seorang pria yang mengikuti jejak orangtuanya, pria tampan bernama Farel Prayoga yang berusia 33 tahun itu harus menjalankan bisnis keluarga karna Risa sama sekali tidak tertarik untuk memegang bisnis keluarganya. Keluarga Risa memiliki beberapa Restoran yang terkenal di beberapa kota yang ada di Indonesia.
"Assalamu'alaikum Sa". Diandra menghampiri sang sahabat yang sedang duduk di dalam ruangan pribadinya
"Wa'alaikumussalam, sayangku akhirnya datang juga, kangen banget gak si". Sambil memeluk Diandra
Diandra yang sering di sapa Dian itu setelah mendengar perkataan sang sahabatpun tersenyum membalas pelukan sahabatnya itu. Diandra, Risa dan Anggraini adalah sahabat yang bertemu di Sekolah SMA yang ada di kota M. Mereka menjadi dekat karna satu kelas mulai dari kelas satu hingga mereka lulus. Mereka berpisah setelah memasuki kuliah karna jurusan yang berbeda tapi tetap satu kampus pastinya. Risa yang mengambil jurusan PGSD, sedangkan Anggraini mengambil jurusan Desainer, dan Risa yang mengambil jurusan bisnis.
"Aini belum dateng yah, kirain aku yang telat loh". Tanya Diandra
"Dia katanya masih ada pelanggan yang sedang memilih gaun penganti, kita mulai makan siang aja dulu, nunggu dia yang ada cacing di perut kamu pada demo". Diandra hanya tertawa mendengar candaan dari Risa.
Diandra memang wanita yang sangat menyukai makan, dia adalah tipe wanita yang meski banyak makan tubuhnya tidak pernah gemuk, Diandra memiliki postur tubuh yang di idamkan semua wanita, badannya yang tinggi langsing, putih, bulu mata lentik, hidung yang mancung dan bibir yang tidak terlalu tebal dan tidak tipis.
Diandra yang memang tidak suka ke salon selalu berpenampilan sederhana, dia yang kesehariannya hanya ber make up tipis karna dia juga seorang guru, berbeda dengan Anggraini sang sahabat yang selalu tampil modis, mungkin karna profesi mereka juga yang berbeda.
Diandra dan Risa pun keluar dari ruang pribadinya untuk menikmati makan siang mereka. Di selingi canda tawa, mereka menikmati makan siang mereka.
Setelah mereka makan, mereka masuk kembali ke ruangan pribadi Risa karna cafenya juga ramai sehingga mereka merasa tidak nyaman untuk mengobrol disana. Sebelum masuk ruangan, Risa meminta kepada salah satu pelayan di cafenya untuk membawakan minuman dan cemilan ke dalam ruangannya.
"Di, kamu kapan nginep lagi di rumah". Tanya Risa Setelah mereka duduk di sofa yang terdapat di ruangan Risa.
"Gimana kalo kamu dan Aini saja yang nginep di rumahku, aku gak enak karna ada bang Farel sekarang".
Farel baru beberapa hari ini pulang ke kota M, selama ini Farel kuliah di kota Y, dan hanya pulang jika libur kuliah atau ada acara keluarga yang mengharusnya kedatangannya.
"Oke deh kita ngumpul di rumah kamu aja kalo gitu Di, nanti kita bicarakan lagi kalo Aini udah dateng". Jawab Risa tersenyum lebar.
"Assalamu'alaikum, hello Everybody". Aini yang baru saja tiba mengagetkan kedua sahabatnya.
Anggraini yang sering di sapa Aini ini memang wanita yang lebih bar bar dari kedua sahabatnya, dia yang anak manja di keluarganya begitu ceria setiap harinya, Aini terlahir dari keluar yang lebih kaya di bandingkan Risa, Ayahnya adalah pemilik hotel terbesar di Indonesia, dan Ibunya pemiliki Butik terkenal. Dia membangun Butiknyapun karna kebaikan sang Ayah yang begitu memanjakannya, karna Aini seperti Dian, dia adalah anak tunggal, jadi tidak heran jika dia begitu di manja oleh kedua orang tuanya.
"Wa'alaikumussalam". Jawab Dian dan Risa bersamaan.
"Kebiasaan deh kamu, toa banget si". Kata Risa jengah dengan sifat absurd sahabatnya.
"Sa, tolong pesenin ice cappucino dong, haus banget aku". Kata Aini sambil duduk di sofa dengan membanting tubuhnya.
Dian pun hanya geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya yang satu itu, Risa lalu segera menghubungi karyawannya agar membawakan minuman yang di inginkan Aini dan juga beberapa cemilan tambahan untuk mereka.
"Aini, malem ini nginep di rumahku yah, sama Risa juga, besokkan hari minggu, jadi kita bisa hangout". Kata Dian menepuk p*ha Aini yang sedang memejamkan mata.
"Gak di rumah Risa malem ini". Tanya Aini menatap Dian dengan wajah lelahnya.
Suara ketukan pintu menghentikan pembicaraan tiga sahabat itu. Pesanan Aini sudah datang, di antar oleh salah satu karyawan Risa yang juga sudah mereka kenal baik karna dia adalah karyawan di cafe Risa yang paling lama bekerja, sejak cafe Risa pertama kali di buka.
"Makasi ya Lisa". Aini memberikan senyum hangatnya kepada Lisa karyawan pertama di cafe Risa.
"Sama sama kak, kalo gitu aku balik kerja lagi kak". Pamit lisa dengan senyum ceria.
"Kita udah gak bisa nginep lagi di rumah Risa, kan Bang Farel udah netap di sini sekarang, udah gak balik ke kota Y lagi". Pernyataan Dian membuat Aini yang sedang meminum minumannya menjadi tersedak.
Dian membantu Aini dengan menepuk pelan punggunya
"Kenapa si Aini, pelan pelan kali minumnya, gak akan ada yang minta juga". Kata Risa menatap aneh kepada sang sahabat.
Aini hanya diam sambil mengatur napasnya, pikirannya entah kemana sekarang, dia jadi lebih banyak diam setelah mendengar perkataan Dian tadi, entah apa yang sedang di pikirkan Aini. Kedua sahabatnya tidak menyadari sikap Aini yang berbeda.
Setelah dua jam mereka berkumpul di cafe Risa, Dian dan Aini pun pamit pulang, mereka yang merasa lelah dengan aktivitas hari ini ingin mengistirahatkan tubuhnya. Aini pamit pulang lebih dulu menggunakan mobil hadiah ulang tahun dari sang Ibu tercinta, dan Risa pun pamit pulang, dan mengatakan menunggu kedatangan kedua sahabatnya malam nanti.
Di tengah jalan Dian menghentikan motornya karna melihat seorang anak laki laki yang tengah berjualan manisan di pinggir jalan, Dian lalu menghampiri si anak laki laki itu.
"Adek, kakak mau beli manisannya, satunya berapa dek". Tanya Dian sambil mengelus bahu si penjual manisan
"Satunya Lima ribu saja kak". Si anak laki laki itu begitu ceria, dia begitu senang karna kakak cantik yang di depannya ingin membeli manisan yang dia jual.
Dian tersenyum sambil mengambil beberapa lembar uang 50rb di dalam dompetnya.
"Ini kakak mau beli semua manisan adek, kebetulan temen temen kakak sangat suka dengan manisan mangga seperti ini".
"Tapi ini uangnya kebanyakan kak".
"Udah gak papa, itu rezeki adek, adek kasi ke ibu adek yah uangnya, kakak pergi dulu". Kata Dian sambil mengusap lembut kepala sang penjual manisan.
Dian memang sangat menyukai anak anak, itu juga alasan kenapa dia memilih menjadi guru SD, dia yang seorang anak yatim piatu kadang merasa sepi karna hanya tinggal seorang diri karna tidak memiliki saudara. Bagi Dian tawa anak anak itu begitu membahagiakan di dengar, meski ada beberapa muridnya yang sedikit nakal, tapi itu tidak membuat Dian lantas memarahi anak muridnya, Dian sangat memaklumi sifat anak anak yang memang dia lebih suka bermain daripada belajar.
Setelah setengah jam perjalanan, Dian pun sampai di rumahnya, Rumah Dian tidak terlalu kecil tapi lumayan besar, rumah yang bernuansa timur tengah itu begitu nyaman. Ibu Dian yang begitu menyukai khas timur tengah mengaplikasikan rumahnya dengan bernuansa timur tengah. Membuat semua orang yang berada di rumahnya seakan sedang berada di arab saudi.
"Ya Allah lelahnya, lebih baik aku mandi lalu istirahat sebelum Aini dan Risa datang".
Dian pun gegas membersihkan tubuhnya, lalu mengistirahatkan tubuhnya sejenak.
Dering telfon membangunkan Dian, dia liat Risa sang sahabat yang menelfonnya, dia pun gegas mengangkat telfon dari Risa.
"Assalamu'alaikum Di, aku sama Aini udah di depan rumah kamu nih".
"Wa'alaikumussalam, maaf Sa, tunggu bentar ya".
Dian pun sedikit berlari keluar kamar untuk membukakan pintu untuk kedua sahabatnya.
"molor mulu ni anak". Kata Aini yang langsung masuk ke dalam rumah.
"Yee belum di persilahkan masuk juga, dasar". Dian hanya tersenyum mendengar perkataan kedua sahabatnya.
Mereka pun duduk di sofa ruang keluarga sambil membicarakan tempat yang akan mereka datangi besok. Dian selalu ikut kemana kedua sahabatnya inginkan, karna Dian bukan tipe wanita yang suka keluar jalan jalan, hanya jika dengan sahabatnya saja dia akan keluar atau jika ada acara sekolah yang di laksanakan di luar sekolah.
Pagi ini 3 wanita di sibukkan membuat sarapan untuk mereka bertiga.
Risa yang bertugas memasak, sedangkan Dian mempersiapkan bahan. Jangan tanyakan Aini, wanita manja di keluarganya itu membuat minuman untuk dirinya dan kedua sahabatnya, karna hanya itu yang bisa dia buat.
Aini hanya jago dalam masalah busana, dia yang begitu di manja oleh kedua orang tuanya tak di biarkan menyentuh dapur, karna ada asisten rumah tangga yang bertugas untuk itu. Berbeda dengan Risa yang memang sejak kecil hobby memasak, karna mengikuti jejak sang Ibu.
"Yuhuu saatnya kita sarapan". Dengan semangat Risa menyajikan makanan yang sudah dia masak.
"Gila, masakan kamu tuh emang gak pernah gagal Sa". Aini yang lebih dulu duduk sudah bersiap ingin menyantap sarapan buatan Risa yang di bantu oleh Dian.
Dian hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya, dia juga mengakui kehebatan Risa dalam memasak, Dian juga pintar memasak, hanya saja tak sejago Risa.
Mereka bertiga sarapan dengan di selingi candaan yang tentunya di awali oleh Aini.
"Jadi kita langsung ke pantai aja nih girls". Tanya Dian yang sudah siap menyiapkan cemilan yang akan mereka bawa ke pantai.
Tujuan mereka pagi ini adalah Marina Beach. Yang letaknya ada di daerah B di kota M. Mereka bertiga begitu menyukai alam, sebab itu mereka lebih memilih berlibur kepantai daripada nongkrong di restoran atau menginap di hotel.
Sesekali mereka terkadang menginap di villa milik keluarga Aini, yang letaknya di kota P. Tapi itu jika mereka merayakan sesuatu seperti ulang tahun mereka atau kesuksesan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
"Mari kita lets go gir....". Ucapan Aini terhenti karna Dian mengangkat tangan untuk diam sebentar.
"Assalamu'alaikum bang Wiwin, ada apa ya bang".
Ternyata Wiwin yang menelfon Dian. Pria yang berlesung pipi itu memang sering menghubungi Dian di luar jam mengajar mereka.
"Malam ini kamu ada acara gak Di, aku mau ngajak kamu makan malam". Suara Wiwin di sebrang sana terdengar sedikit gugup.
"Maaf ya bang, seharian ini aku akan bersama Risa dan Aini, jadi sepertinya aku tidak bisa memenuhi ajakan abang". Jawab Dian sedikit merasa tidak enak karna menolak ajakan pria yang begitu baik kepadanya itu.
"Wah, aku lupa, kalian kan memang selalu hangout disaat libur ya, baiklah, mungkin lain waktu kita bisa makan malam bersama".
"Baik bang, kalo gitu aku tutup ya telfonnya, assalamu'alaikum". Dian pun mengakhiri percakapan mereka berdua.
"Kamu nyadar gak si Di kalo Wiwin itu naksir sama kamu". Tiba tiba Aini nyeletuk di dekat Dian.
"Iya Aini, aku juga merasa seperti itu, tapi aku hanya menganggap dia hanya sebagai teman tidak lebih".
"Kamu itu nyari yang gimana lagi si Di, pokoknya kalo Wiwin ngajak kamu jalan kamu harus coba dulu supaya lebih dekat sama dia, dia tuh perhatian poll sama kamu". Kata Risa yang juga mendukung kedekatan Dian dan Wiwin.
"Jangan bilang kamu nunggu cowok yang pernah kamu mimpiin ya Di". Pertanyaan Aini juga membuat Risa melototkan matanya terkejut menatap Dian.
Dian yang mendengar omongan Aini hanya diam, dia bingung untuk menjawab pertanyaan Aini, dan melihat Risa yang terkejut membuatnya tak bisa berkata apapun. Kedua sahabatnya memang tau tentang pria yang selalu hadir di mimpi sang sahabat. Karna mereka bertiga selalu terbuka tentang apa yang mereka alami.
"Apaan si kalian, udah yuk berangkat, entar malah kesiangan lagi".
Setelah mengatakan itu, Dian langsung berjalan lebih dulu keluar rumah, dia menghindari kedua sahabatnya yang menunggu jawabannya soal pertanyaan Aini.
Risa dan Aini pun hanya bisa menghela napas mereka lalu mengikuti Dian yang lebih dulu keluar menuju mobil.
Setelah mengunci rumah, mereka pun langsung menuju ke tempat tujuan mereka menghabiskan hari libur.
Sesampainya di Marina Beach, mereka mencari tempat yang pas untuk menggelar tikar mereka, dan mereka memilih tempat yang kosong di bawah pohon.
Risa dan Dian yang sibuk menyusun tempat untuk mereka dan cemilan mereka, sedangkan Aini sudah sibuk selfie dan mengabadikan moment mereka dengan kedua sahabatnya itu.
"Kita istrihat dulu deh bentar, kita juga harus pake sunblock dulu dong".
Dian dan Risa hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Aini, karna itu memang penting, takut kulit mereka jadi hitam.
"Girls, aku ke toilet dulu yah, tiba tiba pengen pup". Pamit Dian kepada kedua sahabatnya
"Ih Dian kebiasaan kan, ya udah sana, kita tunggu disini". Risa hanya cekikikan mendengar Aini yang terlihat sebal karna sudah tidak sabar mendekat ke pantai
Dian berlari kecil menuju toilet yang ada di sekitaran Marina Beach.
Setelah selesai dengan urusannya di dalam toilet, Dian pun menyusul kedua sahabatnya yang pasti sudah tidak sabar menunggunya. Saat sedang berjalan, Dian tidak sengaja melihat penjual es cincau, diapun menghampirinya, karna setengah berlari, Dian yang terburu buru malah menabrak pejalan kaki yang akan menuju pantai.
"Aduh mbak hati hati dong, ngapain si lari larian kayak bocah aja". Si pria menatap Dian yang masih berusaha berdiri karna dia yang terjatuh
"Yee masnya bukannya bantuin malah marah marah, dasar om om resek". Dian melotot menatap pria tampan yang lebih tinggi darinya.
Pantas saja dia yang menabrak tapi dia yang terjatuh, ternyata yang di tabrak adalah laki laki yang berbadan tinggi kekar.
Dian semakin melotot saja saat semakin memperhatikan wajah tampan si pria yang dia tabrak tadi.
Deg
"Pria ini....". Dia bergumam kecil, terkejut begitu menatap pria didepannya dengan saksama.
"Malah bengong lagi, bukannya minta maaf malah balik marah, dasar cewek".
Pria yang di tabrak oleh Dian adalah Irul Abdullah, pria yang beberapa kali hadir dalam mimpinya. Irul meninggalkan Dian yang masih berdiam diri di tempatnya.
"Woi, di tungguin malah bengong disini, kamu kesambet apa Di".
Pukulan di pundak Dian menyadarkan Dian dari keterkejutannya. Dian pun tersadar lalu mengedarkan pandangan ke segala arah, mencari pria yang sudah pergi tanpa dia sadari. Risa dan Aini melihatnya heran, di pikiran mereka, kenapa dengan sahabatnya ini, seperti habis melihat hantu saja.
"Eh iya maaf, tadi aku liat ada penjual es cincau".
"Apa tadi aku halusinasi ya". Kata dian lagi dengan bergumam.
"Ya udah ayo, aku juga mau beli ah".
Untungnya kedua sahabatnya tidak mendengar gumaman Dian. Mereka bertiga pun menghampiri bapak penjual es cincau. Dengan Dian yang masih tetap mencari pria yang di tabraknya tadi.
Setelah selesai membeli es cincau, mereka bertiga kembali ke tempat awal mereka di bawah pohon. Sampai disana Dian hanya diam, masih merenungi kejadian yang baru saja terjadi tadi, dia masih bimbang antara apakah itu hanya halusinasinya saja. Atau itu memang pria yang selalu melamarnya di dalam mimpinya.
"Yuk girls kita ke pinggir pantai". Ajak Aini kepada kedua sahabatnya
Mereka bertiga pun ke pinggir pantai, di sana mereka ber foto, membuat video, tertawa bersama, merekam moment mereka bertiga.
Disaat asik bercanda, seorang pria menghampiri mereka bertiga.
"Assalamu'alaikum ledies, kita boleh kenalan gak". Ucap salah satu dari dua pria yang menghampiri mereka
Aini yang memang bar bar dan rame tentu saja langsung menganggapi kedua pria tampan itu.
"Wa'alaikumussalam, boleh dong, kenalin namaku Anggraini, ini sahabatku Diandra, dan ini Risa". Jawab Aini mengenalkan diri dan kedua sahabatnya.
"Namaku Khalil, dan ini Umar, sebenarnya kami kesini juga bertiga, tapi sahabat kami sedang berada di toilet sekarang".
Khalil yang melihat Irul pun berteriak memanggil sang sahabat untuk menghampiri mereka.
Irul yang mendengar teriakan sang sahabat pun mendekat.
Kedua wanita itu pun memperhatikan Irul yang berjalan dengan tatapan dingin. Dian hanya cuek karna meskipun dia meperhatikan Irul, dia tidak bisa melihat wajahnya dari jarak yang lumayan jauh, karna dia memiliki mata minus.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!