"Tunggu dulu, apa maksudnya ini semua? kenapa bisa aku......"
Sosok wanita yang beberapa saat lalu terbangun dari tidurnya terlihat shock dan bingung, melihat apa yang terjadi pada dirinya sangat sulit untuk dia percaya.
"Gila!"
Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya, dia berdiri didepan cermin besar yang memantulkan sosok dirinya yang berbeda. Kulit putih yang pucat, tubuh langsing dan seksi, rambut panjang yang hitam legam dan bergelombang, mata merah menyala seperti api, hidung mancung yang kecil, bibir sensual berwarna merah, alis runcing, bulu mata lentik, dan ada tato dilehernya berbentuk bunga mawar merah kecil yang memanjang.
"Astaga...."
Clara Everson Briana, wanita berusia 28 tahun yang memiliki wajah yang sangat cantik dan tubuh yang seksi baru saja mengalami kecelakaan mobil karena mabuk yang dia alami, terdengar konyol memang tapi itulah kenyataannya.
Dia patah hati karena laki-laki yang dia cintai menikah dengan sahabatnya sendiri, bahkan dia tidak tahu kapan mereka saling jatuh cinta karena pada dasarnya Clara selalu menceritakan semua tentang nya pada sang sahabat.
Tidak ada kemarahan dalam diri Clara, dia hanya kecewa pada sahabatnya. Kenapa tidak mengatakannya sejak awal bahwa mereka sudah di jodohkan? jika dia tahu, mungkin rasa kecewanya tidak akan sebesar ini.
"Dan wanita yang aku tempati sekarang juga mati dengan konyol, bagaimana bisa kita bernasib sama?" Gumamnya.
Xaveria Samborada Fedro, anak dari Duke Fedro yang memiliki sikap jahat dan bengis. Siapa yang tidak tahu mengenai dirinya? mereka yang mengenalnya pasti akan mendapatkan masalah darinya, benar-benar merepotkan.
Clara yang sekarang menjadi Xera nampak duduk di ujung ranjang dengan tangan yang memijit pelipisnya, wanita ini memiliki ayah yang sangat mencintainya bahkan rela melakukan apapun untuk Xera tapi wanita ini justru mengabaikannya dan selalu membuat sang Duke mendapatkan masalah.
"N-nona? Anda sudah sadar?" Kaget seorang pelayan wanita yang berambut panjang dan dikepang dua, wanita itu segera memanggil dokter beserta sang Duke.
Hingga akhirnya, terdengar suara bariton laki-laki yang menangis histeris disana, Xera diam membisu saat laki-laki tua yang masih memiliki tubuh sehat dan wajah tampan itu memeluknya erat, dia menangis dalam pelukannya.
Apa-apaan ini? kenapa rasanya aneh....
"Tuan Duke, biarkan saya memeriksa nona terlebih dahulu." Ucap tabib, Xera menatap tabib muda tersebut dengan tatapan yang heran, Xera berfikir apakah dia dokter yang ada di dunia ini?
"Xera putriku sayang, ayah yakin kau akan baik-baik saja. Maafkan ayah karena ayah tidak mencegah mu untuk melakukan hal nekat seperti kemarin." Tangisnya, dia terlihat lemah sekali pikir Xera.
"Aku baik-baik saja, ayah." Balas Xera yang melihat tangannya dipegang oleh sang tabib, ternyata pengobatan zaman dulu seperti ini.
"Kondisi nona sudah baik-baik saja, racun yang ada dalam tubuhnya sudah hilang sepenuhnya tuan Duke." Jelas tabib, dia menuliskan sesuatu untuk di berikan pada pelayan, itu adalah resep obat yang harus ditebus di toko obat.
"Nona, bagaimana kondisi anda? apakah anda sudah membaik?"
Xera yang masih bingung dengan keadaan kini semakin heran dengan kedatangan seorang wanita muda dan tua, mereka terlihat mirip. Mungkin mereka sepasang ibu dan anak, tapi siapa mereka?
Hingga akhirnya, bayangan bayangan aneh mulai melintas dalam otak Xera, hal itu membuat Xera meringis kesakitan dan refleks memegang kepalanya dengan kuat.
"Xera? apa yang terjadi nak, tabib!!! apa kau berbohong mengenai kondisi putriku yang baik-baik saja?!" Marah Duke dengan begitu keras, semua orang yang ada di dalam sana hanya diam ketakutan.
"S-saya sudah yakin tuan Duke, tapi sekarang kondisi nona memang sedikit tidak baik. Mungkin efek racun itu masih mempengaruhi tubuhnya, tapi semua racunnya sudah benar-benar hilang. Saya berani bersumpah atas nama dewa Zeus tuan." Jelasnya, hal itu membuat Duke terdiam.
"Xera putriku...." Lirih sang Duke yang memegang tangan Xera dan mencium punggung tangannya, Xera sebenarnya sadar tapi dia hanya diam dengan memejamkan matanya. Dia masih menyimak ingatan yang baru saja masuk kedalam pikirannya.
Pasangan wanita muda dan tua itu adalah saudara ibunya, masih saudara tiri bukan kandung. Mereka tinggal disana 2 tahun yang lalu, saat suami wanita tersebut meninggal karena dia bekerja sebagai pelayan istana.
Sehingga, pihak keluarga memperbolehkan mereka untuk tinggal dengan Duke padahal hal itu tidak baik tapi entah kenapa suami dari bibi tirinya ingin mereka tinggal bersama Duke Fedro, ayah Xera. Nampaknya ada sebuah rencana dibalik pesan tersebut, tapi apa itu? Entah itu Xera yang asli ataupun palsu, mereka berdua tidak tahu.
Yang jelas Xera yang dulu benar-benar tidak suka pada mereka berdua, untung saja sang ayah tidak mempermasalahkan sikap buruknya pada mereka, jika dalam novel lain mungkin sang ayah akan memihak mereka, dan bahkan sampai menikahinya juga, tapi untuk ayahnya sekarang, dia tidak seperti itu.
•••
Malam ini, Xera berjalan di lorong kediamannya yang begitu luas. Xera benar-benar kagum dengan kekayaan sang ayah, dia merasa bersyukur.
Langkah kakinya terhenti disalah satu ruangan yang sedikit terbuka, Xera mulai menguping disana karena dia tidak sengaja namanya disebut. Jika tidak mendengar namanya, mungkin Xera tidak akan lancang seperti ini.
"Bagaimana bisa dia masih selamat? bukankah racun lotus yang aku berikan untuk dia oleskan sendiri pada kulitnya sudah dia pakai? tapi kenapa dia masih bernyawa?"
"Nyonya, tabib sebelumnya sudah memeriksa kondisinya yang tidak bisa diselamatkan. Tapi, entah bagaimana wanita itu bisa selamat. Mungkin, dia benar-benar diberkati oleh dewa Zeus." Ungkapnya begitu yakin.
"Cepat bereskan dia kembali! aku tidak ingin dia lebih menonjol dibandingkan putriku! putriku harus menikah dengan pangeran mahkota, jika wanita itu masih hidup maka putriku akan terus menjadi bayang-bayang nya." Marah Melinda, ibu dari Tansy. Dia yang tak lain adalah bibi dan sepupu tirinya, mereka benar-benar serakah!
"Baik nyonya, sebagai pelayan pribadi nona Xera saya akan memastikan sendiri bagaimana dia mati kali ini." Tunduk nya.
"Ya, lakukan tugasmu. Jika kau berhasil melenyapkannya, kau akan menjadi pelayan pribadi putriku saat dia menjadi putri mahkota nanti."
Melinda terlihat begitu yakin dengan ucapannya, seakan-akan posisi putri mahkota memang sudah ditakdirkan untuk putrinya.
Xera yang sudah selesai menguping segera pergi dari sana dengan perasaan yang berbeda-beda, dia memang sudah tahu bahwa di dunianya ini membunuh adalah hal yang lazim, begitu pun dengan perang antar saudara. Itu bukan hal yang aneh, Xera hanya terkejut karena hal itu dialami oleh dirinya sendiri.
"Eh tunggu dulu, pernikahan? apakah aku dan putra mahkota sudah di jodohkan? haish, benar-benar merepotkan!"
Dipukulnya kepalanya sendiri oleh Xera, dia lupa bahwa Xera yang dulu begitu menyukai putra mahkota. Tapi meskipun dia suka, dia selalu menunjukkan sikap buruknya itu karena Xera berharap putra mahkota dapat menerima sikapnya dengan tulus, sayangnya putra mahkota selalu mengabaikannya dan tidak pernah peduli pada Xera.
"Aku akan membatalkan pernikahan ini dengan cepat, ahh bagaimana jika aku membantu bibi Melinda untuk menyatukan mereka? haha aku memang cerdas." Senyum Xera.
Dia tertawa kecil di taman yang gelap dan dingin, para pelayan yang melihat nona nya hanya bisa merinding ditempat, mereka menganggap jika Xera sudah gila. Padahal, Xera sedang memikirkan rencana yang aneh untuk membuat putra mahkota dan sepupu liciknya bersatu.
Bukankah sangat cocok, wanita dungu dan laki-laki gila jika bersatu? hahaha....
Lagi dan lagi, para pelayan dan pengawal hanya bisa diam di tempatnya masing-masing. Mereka takut mengganggu Xera jika mereka menegurnya dan menyuruhnya untuk masuk, karena itulah mereka hanya diam disana.
Pagi ini di kediaman Duke Fedro di buat heboh karena Xera baru saja menghukum pelayannya yang memasukkan racun kedalam bedaknya, semua pelayan bersujud disana penuh ketakutan.
Sosok Xera yang masih memakai jubah mandi, rambut panjang hitamnya nampak menyeramkan terlebih sorot matanya yang seperti iblis membuat mereka tidak bisa menatapnya begitu lama.
Tangan Xera menggenggam cambuk yang baru saja dia layangkan pada pelayan wanita yang kini sudah tak sadarkan diri dengan tubuh yang penuh dengan luka dan darah.
"Xera, apa yang terjadi nak?" Tanya Duke Fedro yang datang dengan terburu-buru, bahkan para pengawal yang lainpun ikut melihat. Mereka tersentak melihat penampilan Xera yang seksi, hingga tiba-tiba saja pelayan wanita berlari kecil untuk mengambil jubah dan memakai kan nya pada Xera yang nampak diam saja.
"Ayah, aku akan mencambuk pelayan ini hingga mati! dia berani sekali memasukkan racun kedalam bedak yang biasa aku pakai." Marah Xera, sorot matanya benar benar menyala.
Sang Duke yang merupakan ayah kandungnya pun sedikit takut, entah kenapa kali ini Xera benar-benar berbeda.
"Racun? cepat panggil tabib dan periksa semua yang sering Xera pakai!" Marah Duke Fedro, pengawal segera bergegas untuk memanggil tabib.
"Ada apa ini? astaga apa yang terjadi pada pelayan ini?" Tanya seorang wanita dewasa.
"Ibu, dia terluka parah. Aku akan menyembuhkannya...."
"Jangan ikut campur!"
Xera menatap datar wanita yang hendak menghampiri pelayan yang sedang terluka, namun wanita itu tidak peduli dan justru semakin mengabaikan Xera. Hal itu mem buat Xera tersenyum miring, Xera mengangkat tangannya dan melayangkan cambuk itu padanya.
"Akhhhhh.... Ibu......" Teriaknya kesakitan.
"Astaga, putriku sayang. Apa yang kau lakukan? kenapa kau memukul Tansy?" Marah Melinda, dia terkejut melihat sikap Xera yang gegabah. Biasanya, Xera selalu mengancamnya saja, dan tidak pernah melakukan tindakan kekerasan seperti ini.
"Ibu, aku hanya ingin membantunya saja. Kenapa Xera malah melukai ku...." Tangis Tansy yang begitu menyedihkan, para pelayan menatap iba padanya dan mereka semakin tak suka pada Xera yang justru melipatkan kedua tangannya di dada, sangat angkuh dan mengerikan.
"Banyak omong sekali, pelayan dari mana ini ayah?" Tanya Xera dengan santai, hal itu membuat Melinda dan Tansy terkejut mendengarnya, apa-apaan itu? siapa yang Xera sebut pelayan? apakah mereka berdua?
"Tuan Duke..." Lirih Melinda yang meminta pertolongan pada Duke Fedro, tapi Duke Fedro justru mengabaikannya dan memilih mendekati Xera.
"Apa kau tidak apa-apa nak?" Tanya Duke Fedro yang memeriksa wajah cantik putrinya, ah putrinya memang sangat cantik.
"Tidak ayah, aku baik-baik saja." Balas Xera dengan tersenyum tipis, hal itu membuat Duke Fedro tersentak kaget namun dia langsung tersenyum juga sebagai balasan. Xera sudah mulai berubah, dia sangat senang.
"Tuan Duke." Para tabib mulai berdatangan, mereka segera memeriksa apa yang Duke perintahkan. Hingga akhirnya mereka selesai memeriksanya, mereka menatap ke arah Duke dan yang lainnya.
"Tuan Duke, bedak ini memang sudah di berikan sesuatu tapi ini tidak berbahaya, ini justru sangat bagus untuk kulit." Jelas tabib yang membungkukkan tubuhnya.
"Benarkah? apa kalian memeriksanya dengan baik?" Tanya Duke tak percaya.
"Sudah tuan Duke, tapi ini memang tidak berbahaya." Yakin mereka.
"Tuan, saya tidak bersalah. Tolong beri keadilan untuk saya...." Tangis pelayan yang tubuhnya penuh dengan luka, dia berkali-kali membenturkan kepalanya meminta keadilan pada Duke Fedro. Hal itu membuat sang Duke bingung, terlebih wajah Xera terlihat santai dan tidak masalah sedikit pun.
"Benar-benar jahat sekali, bagaimana bisa nona melakukan itu pada pelayan pribadi anda?" Tanya Melinda.
"Ibu..."
"Bahkan anda juga melukai tubuh Tansy yang tidak bersalah..." Sambung Melinda, dia benar-benar puas karena Duke Fedro nampak bingung sekarang.
"Hahaha benar-benar bodoh." Tawa Xera, wanita itu berjalan kearah tabib dan mengambil bedak miliknya.
"Aku tahu ini tidak berbahaya...." Ucap Xera dengan santai, Melinda tersenyum karena akhirnya Xera mengakuinya juga.
"Tapi, bagaimana jika disatukan dengan ini? bukankah anda tahu bahwa saya selalu memakai ini sebelum memakai bedak? jika mereka disatukan, maka akan menjadi racun. Kau bodoh sekali, begini saja tidak tahu. Pecat dia ayah, dia tidak becus menjadi tabib." Marah Xera, dia bahkan melemparkan bedak itu ke wajah sang tabib hingga bedak itu berhamburan.
"A-apa?" Kaget tabib itu, mereka segera memeriksa ciaran bening yang biasanya dipakai wanita sebelum memakai bedak, wajah mereka langsung pucat seketika.
Itu memang benar, jika kedua benda tersebut dipakai secara bersamaan maka akan menjadi racun dan menimbulkan merah bahkan bercak yang menjijikkan jika sering dipakai setiap hari.
"Coba kalian pakai dan buktikan sendiri, bagaimana reaksinya nanti." Ucap Xera, dia menatap pelayan yang kini nampak ketakutan.
Xera mendekati pelayan itu dan menginjak jari tangannya, hingga akhirnya Xera mendongakkan kepalanya dengan kakinya, setelah itu Xera menginjaknya dan pelayan itu memekik kesakitan, lehernya mungkin patah atau.... Mati.
"Xera..." Panggil Duke Fedro, dia sudah tahu mengenai kekejaman putrinya, tapi melihat Xera yang semakin bengis membuatnya sedikit khawatir, dia takut Xera akan bertindak gegabah kedepannya.
"Ayah, bukankah ayah yang paling tahu mengenai aku? aku tidak mungkin melakukan ini jika tidak mereka dulu yang memulainya." Ucap Xera yang nampak tak senang, dia tahu pasti ayahnya sedang khawatir mengenai dirinya.
"Ayah senang kau begitu tegas dan tangguh, ayah benar-benar bangga padamu." Senyum Duke Fedro yang mengelus puncak kepala Xera, hal itu membuat Xera diam membisu. Elusan di rambutnya membuat hatinya hangat, dia melirik Duke Fedro yang tersenyum padanya.
"Terimakasih, ayah." Balas Xera yang masih menatap Duke.
"Apapun untuk putriku, tersayang." Senyum Duke Fedro.
"Segera bersihkan sampah ini dan bakar tubuhnya hidup hidup didepan keluarganya, dia berani melukai putri Duke dan itu merupakan tindakan yang lancang!" Marah Duke Fedro.
"Baik tuan Duke." Patuh mereka.
"Melinda, bawa putrimu dan obati dia." Jelas Duke pada Melinda.
"Tapi tuan, bagaimana dengan...."
"Apa? kau berharap ayahku memarahiku? mimpi saja kau sana, apakah ada seorang ayah yang memarahi putrinya hanya karena tindakan pelayan yang lancang?" Tanya Xera dengan sengit, Melinda mengepalkan tangannya kuat-kuat. Xera menganggap dia dan putrinya sebagai pelayan, hal itu memang tidak salah karena awalnya dia sendiri yang menginginkan hal itu agar dia bisa tinggal dikediaman Duke Fedro.
"Tolong hormati saya sebagai saudara dari ibu anda, nona. Bagaimana pun juga saya tetaplah bibi anda dan Tansy saudara sepupu anda." Ucap Melinda pelan dan lirih, dia terlihat begitu menyedihkan.
"Aku memang memiliki bibi dan sepupu, tapi hanya dari pihak ayah karena dari pihak ibu, ibu tidak memiliki saudara. Kakek dan nenek juga tidak mengatakan hal apapun mengenai kalian, jadi.... Jangan terlalu berharap lebih padaku dan ayahku, karena kalian hanya kami anggap sebagai pelayan disini. Bersikaplah seperti pelayan pada umumnya, dan putrimu bukanlah seorang putri dari ayahku. Berhentilah bermimpi." Jelas Xera dengan santai.
Xera bisa melihat aura kemarahan dari Melinda dan Tansy, mereka berdua benar benar marah.
"Meskipun begitu, aku jauh lebih berguna daripada kau, Xera. Kau hanya cangkang yang kosong." Ucap Tansy dengan emosi, Xera terdiam.
Cangkang yang kosong? ekspresi wajahnya mendadak bodoh, dia lupa bahwa Xera yang asli memang tidak memiliki sihir apapun dan Tansy, merupakan wanita yang memiliki dua sihir dalam tubuhnya dan itu disebut sebagai murid yang jenius.
Xera akui bahwa Tansy memang hebat, lalu bagaimana dengan dirinya? ya tuhan.....
"Haishh!!"
Xera merebahkan tubuhnya diatas lantai, ahh lebih tepatnya diatas tumpukan buku yang kini berceceran dimana-mana. Dia berada di perpustakaan milik keluarganya, sangat besar dan luas.
Xera sedang membaca mengenai sihir, dan dia masih belum mengerti bagaimana caranya mengeluarkan sihir. Maklum, dia orang awam dan juga bukan asli dari dunia ini. Apakah benar jika dia maupun Xera yang dulu tidak memiliki sihir apapun? tapi....
"Hangat." Gumam Gera saat tangannya memegang sebuah buku tebal yang terkunci dan diikat dengan rantai, buku tersebut sangat tebal.
Xera sangat penasaran dengan isi dari buku tersebut, tapi sangat sulit untuk dibuka. Xera terus membulak balikan buku tersebut untuk melihat bagaimana caranya agar buku tersebut terbuka, namun setengah jam berlalu, Xera masih belum berhasil untuk membukanya.
"Teteskan darahmu diatas buku itu."
Xera tersentak kaget, dia celingak-celinguk mencari sumber suara itu namun disana tidak ada orang satupun, Xera lagi-lagi diam. Itu bisikan ditelinga nya, terdengar jelas dan nyata.
Matanya mencari benda tajam, akhirnya Xera membuka peniti dipakainya dan mulai menusuk jari telunjuknya hingga mengeluarkan darah, setelah itu Xera mulai meneteskannya pada buku besar yang dia letakkan dilantai.
Darahnya terasa dihisap, Xera sendiri sampai meringis dan kepalanya begitu pusing.
CTAK!!
Buku tersebut terlepas dari rantai dan gembok nya, Xera menghela nafas lega. Dia menyandarkan tubuhnya pada lemari buku, Xera mulai membaca halaman demi halaman buku tersebut. Matanya menyipit, sekali lagi Xera memastikan buku tersebut dari awal.
"Apa-apaan buku ini? setelah menghabiskan darahku kau hanya memperlihatkan sebuah kisah percintaan yang membosankan! benar-benar menyebalkan." Marah Xera, dia terlihat kesal sekarang.
"Tapi, siapa yang membuat buku ini? kenapa namanya...." Xera kembali membaca buku tersebut sedikit demi sedikit, matanya terlihat serius.
Bahkan kini Xera nampak fokus pada buku tersebut, dia tidak peduli dengan panggilan dari para pelayan yang menyuruhnya untuk kembali kedalam kamar karena hari sudah mulai gelap. Xera nampak asik membaca buku tersebut, entah kapan Xera selesai membaca buku tersebut yang jelas Xera sampai tertidur disana.
Setelah Xera selesai membaca buku tersebut, Xera tertidur dan buku tersebut hilang begitu saja. Benar-benar lenyap ditelan gelapnya malam.
•••
"Yang mulia putra mahkota datang berkunjung? astaga, ibu. Aku harus segera bersiap...." Senang Tansy, dia mulai berdandan karena dia sangat mengidam-idamkan putra mahkota.
"Tanpa berdandan pun kau terlihat begitu cantik, sayang." Senyum Melinda.
"Ibu..." Malu Tansy dan Melinda hanya terkekeh.
•••
"Maafkan saya, Duke. Saya baru sempat berkunjung.." Ucap putra mahkota pada Duke Fedro.
"Tidak apa-apa yang mulia, saya merasa bersyukur karena anda mau meluangkan waktu sibuk anda untuk datang kemari." Senyum Duke Fedro.
"Bukan masalah besar, ayah dan ibu menyuruh saya untuk mengunjungi nona Xera. Saya dengar, dia terluka." Jelas putra mahkota.
"Benar, Xera putri saya sempat tak sadarkan diri namun sekarang keadaannya sudah jauh lebih baik, mungkin saat ini dia sedang bersiap-siap." Duke Fedro tersenyum canggung, padahal beberapa waktu yang lalu semua pelayan dibuat takut karena mereka tidak menemukan sosok Xera dikamar nya, ternyata Xera ditemukan di perpustakaan bahkan sampai tidur disana.
"Selamat siang yang mulia putra mahkota." Sapa Tansly dan Melinda yang begitu hormat.
"Ya." Angguk putra mahkota yang melirik Tansy, aura Tansy nampak bersinar. Mungkin karena Tansy seorang jenius yang memiliki dua elemen dalam tubuhnya, dia tertarik dengan itu.
Karena menurut sejarah, hanya orang-orang tertentu lah yang terpilih untuk memiliki dua elemen dari para dewa, mereka mendapatkan berkat dari dewa langsung.
Tansy merasa senang karena putra mahkota terus memperhatikannya diam-diam, dan hal itu disadari oleh Duke Fedro yang nampak datar karena tak senang dengan hal ini. Tansy nampak terang-terangan memperhatikan putra mahkota juga, mereka seperti sepasang kekasih yang bersembunyi dari orang lain.
"Ayah, aku lapar. Kenapa pelayan tidak menyediakan makanan untuk ku?" Tanya Xera yang datang dengan memakai gaun tidurnya yang tipis namun Xera memakai mantel karena pelayan yang baru saja memakainya, rambutnya juga berantakan, bahkan wajah Xera terlihat masih mengantuk.
"Xera, putriku..." Kaget Duke Fedro yang tak percaya dengan penampilan Xera saat ini, biasanya Xera akan tampil begitu mewah untuk menyambut putra mahkota, tapi kenapa sekarang?
"Kenapa ayah? ahh putra mahkota, selamat siang putra mahkota." Sapa Xera dengan santai dan dia kembali menatap sang ayah.
"Ayah cepat, aku benar-benar lapar sekali. Apa ayah tega melihat aku kelaparan seperti ini?" Rengek Xera, dia beneran lapar memang.
"Baiklah, ayah akan menyuruh pelayan untuk mengantar makanan ke dalam kamarmu." Pasrah Duke Fedro.
"Baik ayah." Senang Xera dan kembali pergi begitu saja, hal itu membuat putra mahkota diam seperti orang bodoh.
Biasanya, Xera akan sangat antusias jika dia datang. Tapi kenapa sekarang Xera berubah? bahkan, sosoknya pun nampak tak ada apa-apanya sekarang.
"Putra mahkota, maafkan sikap lancang putriku. Setelah sembuh dari sakitnya, dia memang sedikit aneh." Ucap Duke Fedro yang menundukkan kepalanya pada putra mahkota.
"Tidak apa-apa, Duke." Senyum putra mahkota.
Tansy dan Melinda tersenyum senang karena tindakan memalukan Xera membuat putra mahkota tak senang, mereka tahu bahwa putra mahkota tidak menyukai Xera yang kejam dan selalu bertindak kasar, calon ratu tidak mungkin memiliki sikap kasar dan brutal sepertinya.
"Saya tidak bisa berlama-lama, masih banyak urusan yang harus saya kerjakan. Saya kemari ingin memberikan undangan untuk nona Xera dan.... nona Tansy juga." Jelas putra mahkota yang menyuruh ajudannya untuk mengeluarkan surat undangan mewah.
"Terimakasih putra mahkota." Balas Duke, dia sudah tahu mengenai undangan tersebut. Itu adalah undangan pesta ulang tahun putra mahkota yang ke 21 tahun, sedangkan Xera dan Tansy baru berusia 18 tahun. Itu usia yang pas untuk menikah, bahkan mungkin cukup tua bagi rakyat biasa.
•••
"Aku yakin, buku yang aku baca semalam ini menceritakan tentang kehidupan ku disini. Terbukti dengan kedatangan putra mahkota kemari, dia akan membawa surat undangan untuk kami." Jelas Xera pada dirinya sendiri.
Dia makan dengan begitu lahap, Xera benar-benar tak percaya dengan apa yang ia baca semalam. Semuanya tersusun rapih dan Xera merasa bahwa kehidupan yang dia alami sekarang ialah atas ikut campur seorang penulis, apakah penulisnya seorang dewa atau Dewi?
"Aku tidak peduli siapa penulisnya, yang jelas aku ingin hidup bahagia disini. Jadi, aku tidak boleh menikah dengan putra mahkota, dia benar-benar tidak layak untuk ku." Kesal Xera yang memakan habis hidangan didepannya.
"Baiklah, setelah ini kita harus berlatih Xera! aku tidak akan menyerah!!" Tegasnya yang begitu yakin, Xera yakin bahwa dia bukan sampah yang tidak memiliki elemen apapun dalam tubuhnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!