NovelToon NovelToon

Pendekar Sakti Thung Seng

Bab 1.Raja Teng Ping.

Dunia Xerxes.

Terlihat serombongan kereta kuda berjalan menaiki sebuah bukit yang terjal.

Sesampai di atas bukit, seluruh orang turun dari kereta kuda kecuali seorang yang masih duduk di dalam kerangkeng yang berada di atas gerobak.

“Prajurit buka kerangkeng dan bawa Thung Seng kemari,”perintah Raja Teng Ping.

“Baik Yang Mulya Raja,”jawab beberapa prajurit yang kemudian mengeluarkan Thung Seng dari kerangkeng dan membawa Nya ke hadapan Raja Teng Ping.

Di hadapan Raja Teng Ping berdiri seorang pria yang rambutnya gondrong serta acak-acakan, baju yang compang-camping bekas siksaan, tapi itu semua tidak bisa menutupi kharisma dan ketampanan yang dimiliki oleh Thung Seng.

“Hahahaha Thung Seng adik seperguruan yang kusayang mengapa nasibMu seperti ini? Aku sungguh kasihan melihatMu,”ucap Raja Teng Ping dengan penuh sarkasme.

“Huh Teng Ping, Kau adalah seorang Raja, tapi mengapa masih memakai cara curang untuk menangkapKu?”ucap Thung Seng.

“Hahahaha kalau Aku menangkapMu dengan kekerasan pasti akan terdengar oleh Xie Hua, Dia akan membenciKu seumur hidupnya. Sedangkan dengan cara ini, Aku akan mendapatkan hati Xie Hua setelah Dia melupakanMu,”jawab Raja Teng Ping.

“Oh alangkah bodohnya diriKu ternyata selama ini Kau selalu menginginkan Xie Hua,”ucap Thung Seng dengan perasaan sedih.

“Huh Thung Seng, dua puluh lima tahun Aku selalu cemburu denganMu, Kau sangat berbakat dalam ilmu kungfu dan selalu populer dimanapun Kau berada bahkan suhu Kita sangat perhatian denganMu serta memberikan Xie Hua putrinya untuk Kau nikahi. Hahahaha beruntung tiga tahun lalu ketika terjadi penyerbuan ke kerajaanKu, suhu Kita gugur dalam pertempuran dan dua tahun lalu ayahKu wafat sehingga Aku yang sekarang menjadi Raja di negeri ini,”ucap Raja Teng Ping dengan penuh arogansi.

“Lantas mengapa Kau membawaKu kemari?”tanya Thung Seng.

“TubuhMu sangat istimewa berkat ramuan dan penyatuan dengan giok pusaka. Aku telah menghancurkan kungfuMu tapi tidak bisa membunuhMu, oleh karena itu Aku hendak memakai kekuatan alam untuk menghancurkan tubuhMu dan mengambil partikel-partikel tubuhMu untuk anak buahKu ramu menjadi pil yang berguna untukKu,”jawab Raja Teng Ping dengan menyeringai.

“Memakai kekuatan alam? Bagaimana maksudMu?”tanya Thung Seng dengan heran.

“Kau lihat ke bawah bukit, lihat kabut hitam itu? Kabut hitam itu melayang diatas tanah dan siapapun atau apapun yang jatuh ke dalam kabut hitam itu akan hancur,”jawab Raja Teng Ping.

Raja Teng Ping menendang sebuah batu karang di dekatnya yang kemudian ke dalam kabut hitam dan tak lama kemudia batu karang tersebut pecah berkeping-keping.

“Hahaha Thung Seng adik seperguruan tercinta selamat jalan,”ucap Raja Teng Ping yang kemudian melempar Thung Seng ke bawah.

Tubuh Thung Seng meluncur dengan cepat ke arah kabut hitam.

“Arrghhh!!!”teriak Thung Seng dengan kesakitan karena merasa tubuhnya seperti diiris-iris dengan pisau.

“Empat Setan, setelah tubuh Thung Seng hancur, segera ambil serpihan tubuh Thung Seng, jangan ada satu pun yang tersisa!”perintah Raja Teng Ping.

“Siap Yang Mulya Raja,”jawab ke empat orang yang memakai tudung berwarna merah secara bersamaan.

Baju yang dikenakan Thung Seng sudah pada berantakan dan anehnya dari perut Thung Seng keluar cahaya merah yang dengan cepat menyelubungi tubuhnya.

“Apa itu? Tidak mungkin!! Ilmu kungfunya sudah Aku musnahkan!”seru Raja Teng Ping dengan heran.

Tubuh Thung Seng makin masuk ke dalam kabut.

“Tarik kembali tubuh Thung Seng!”perintah Raja Teng Ping.

Empat Setan segera mengerahkan ilmu Mereka, dimana dari tangan mereka masing-masing keluar seberkas cahaya berwarna hijau. Tapi cahaya merah dari tubuh Thung Seng menolak seluruh cahaya hijau sehingga membuat semua jatuh terduduk sedangkan tubuh Thung Seng makin masuk ke dalam kabut dan menghilang dengan cepat di dalam kabut.

Thung Seng hanya merasakan tubuhnya turun dengan cepat dan suasana sangat gelap sehingga Thung Seng tidak mampu melihat apapun.

“Apa yang terjadi? Apakah Aku masuk ke dalam portal dimensi?”pikir Thung Seng dengan heran dan dengan penuh rasa takut karena memasuki tempat yang asing.

Blanggg!!!

“Arrghh!”teriak Thung Seng kesakitan karena ada sesuatu yang menabrak tubuhnya.

Blang!! Blangg!! Blangg!!!

Benda-benda asing secara beruntun menabrak tubuh dan kepala Thung Seng secara beruntun yang akhirnya membuat Thung Seng tidak sadarkan diri.

Dalam keadaan tak sadarkan diri selama dua tahun tubuh Thung Seng berkelana mengikuti arus yang membawanya.

Tanpa Thung Seng sadari tubuhnya makin tertempa karena sering tertabrak benda-benda asing.

Bagaikan pedang yang ditempa oleh palu berulang-ulang.

Di suatu tempat di dunia mycondrian, tepatnya di suatu padang pasir samar-samar terdengar suara gemuruh guntur.

Makin lama suara gemuruh makin keras dan guntur mulai menyambar-nyambar.

“Tek Jiu, fenomena alam apa ini, belum pernah terjadi ada guntur saling menyambar-nyambar di atas langit?”ucap Tong Se.

“Iya aneh, siang bolong dan tempat ini adalah padang pasir. Apakah ada pertarungan tingkat tinggi dari pendekar kosen?”ucap Tek Jiu dengan heran sambil mengelus-elus janggutnya.

“Hah Tek Jiu, Aku bertanya malah Kau balik bertanya. Sepertinya lebih baik Kita lihat dulu dengan seksama, siapa tahu ada benda pusaka jatuh dari langit,”ucap Tong Se dengan penuh harap.

“Oh betul betul betul, hahaha kenapa tidak kepikiran oleh Aku,”ucap Tek Jiu.

“Oh sial, lihat di kanan depan Kita,”ucap Tong Se sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.

“Peng An, si pisau terbang!”seru Tek Jiu dengan terkejut.

“Psst jangan berteriak,”ucap Tong Se.

Seruan dari Tek Jiu membuat Peng An menoleh ke arah Tong Se dan Tek Jiu, Peng An malahan melambaikan tangan ke arah Tong Se dan Tek Jiu.

“Maaf,”ucap Tek Jiu dengan rasa bersalah.

“Tidak kenapa, sudah terlambat. Yang pasti Kita harus bekerja-sama untuk menghadapi Peng An,”ucap Tong Se.

Tiba-tiba langit terbuka dan sebuah benda jatuh dari langit, seketika itu juga guntur berhenti menyambar-nyambar.

Blarr!!!

Tubuh Thung Seng jatuh ke pasir, membuat pasir-pasir berhamburan dan terciptalah suasana seperti lembah di sekitar jatuhnya tubuh Thung Seng.

“Oh sial, kenapa jatuhnya jauh di depan Kita, malahan lebih dekat ke arah Peng An,”gerutu Tong Se sambil berlari cepat.

Peng An sambil berlari, tangannya juga melemparkan dua bilah pisau terbangnya ke arah Tong Se dan Tek Jiu.

Sring! Sring!

Dengan terperanjat Tong Se segera menangkis dengan pedangnya, sedangkan Tek Jiu meloncat ke arah samping menghindari pisau terbang.

Tanpa mengindahkan pisaunya, Peng An tetap berlari kencang ke arah jatuhnya tubuh Thung Seng.

Bersambung :))

Bab2.Pertarungan Di Padang Pasir.

“Kejar! Jangan biarkan Peng An mencuri pusaka Kita!”teriak Tong Se.

Tek Jiu dan Tong Se pun kembali berlari ke arah jatuhnya Thung Seng.

Di sisi lain Peng An yang sudah agak jauh terlihat ragu-ragu, pandangannya melihat ke arah bawah ke tubuh Thung Seng.

Dan akhirnya Peng An pun melompat turun, kemudian berlari ke arah tubuh Thung Seng.

“Apakah ini pusaka? Pusaka macam apa ini? Manusia ataukah patung, seperti manusia tapi tubuhnya sangat keras?”pikir Peng An dengan heran sambil meraba-raba dan memijat-mijat tubuh Thung Seng dengan heran.

Tong Se dan Tek Jiu segera melompat turun dan mereka berdua pun berlari ke arah Peng An yang masih sibuk memeriksa tubuh Thung Seng.

Tek Jiu segera menusuk ke arah punggung Peng An dengan pedang sedangkan Tong Se mengayunkan pedangnya ke arah kepala Peng An.

Peng An yang mendapatkan dua serangan berbahaya segera memakai tubuh Thung Seng sebagai perisai diriNya.

Trang! Trang!

Tong Se dan Tek Jiu yang khawatir serangan mereka merusak benda pusaka segera berhenti menyerang.

“Hahahaha patung ini sangat kuat, mampu menahan serangan Kalian tanpa rusak sama sekali!”seru Peng An dengan bahagia.

“Peng An taruh patung tersebut, mari Kita bertarung secara jantan, Aku tidak mau merusak patung tersebut!”seru Tong Se dengan gusar.

“Bertarung secara jantan? Dua lawan satu itu yang Kau bilang bertarung secara jantan? Lagipula kalau Aku tinggalkan patung ini, salah satu dari Kalian pasti mencuri patung ini. Hahaha siasat murahan Kalian tidak akan mempan bagiKu,”ucap Peng An yang kemudian melesat pergi dengan membawa tubuh Thung Seng.

“Kurang ajar Peng An!”teriak Tek Jiu sambil berlari mengejar Peng An yang sudah melompat ke atas.

Kejar-kejaran kembali terjadi di padang pasir.

“Aku tidak dapat melarikan diri dari Mereka, patung ini memperlambat gerak lariKu,”pikir Peng An yang kemudian membalikkan badannya ke arah Tong Se dan Tek Jiu.

“Aku berikan patung ini kepadaMu Tong Se!”seru Peng An seraya melemparkan tubuh Thung Seng ke arah Tong Se.

Tong Se yang kaget karena tidak menduga patung yang tadinya dipegang oleh Peng An malah sekarang dilemparkan ke arahnya segera berusaha menangkap patung tersebut.

Sebilah pisau terbang meluncur dengan cepat ke arah dahi Tong Se, dimana pertahanan Tong Se sudah sangat terbuka.

“Tong Se awas!!”teriak Tek Jiu sambil berusaha memblok pisau yang meluncur ke arah dahi Tong Se.

Tring!

Pedang Tek Jiu hanya sempat menyentuh sedikit gagang pisau, yang menyebabkan pisau tersebut sedikit berubah arah dan hanya berhasil menggores dahi kanan Tong Se.

Darah membasahi dahi Tong Se.

Peng An segera melesat ke arah Tek Jiu dengan masing-masing tangannya menggenggam sebilah pisau jagal.

Trang! Trang! Trang!!

Pertarungan seru terjadi antara Tek Jiu dengan Peng An, sementara itu Tong Se segera membuka sebuah botol dan mengambil krim dalam botol untuk dioleskan ke luka di dahinya.

“Tong Se, segera bawa lari patung itu, sementara Aku menghadang Peng An dan panggil saudara-saudara Kita untuk membantuKu!”seru Tek Jiu.

“Tanpa memberi jawaban,”Tong Se langsung lari menjauh secepatnya.

“Tong Se jangan coba-coba Kau kabur!”teriak Peng An.

“Hahaha percuma Peng An, patung pusaka sudah dibawa lari oleh Tong Se,”ucap Tek Jiu sambil menebaskan pedangnya.

Trang!

Tebasan pedang Tek Jiu bisa ditahan oleh dua bilah pisau jagal.

Bruak, setelah berlari dua puluh langkah, Tong Se jatuh mencium pasir.

“Huh sudah Kubilang jangan kabur,”ucap Peng An.

“Grr Peng An apa yang Kau lakukan pada saudara seperguruanKu!”teriak Tek Jiu dengan penuh emosi.

“Apa yang Aku lakukan, sudah lupa tuh,”ucap Peng An untuk mengacaukan pikiran Tek Jiu.

Serangan yang dilakukan oleh Tek Jiu semakin ganas karena emosinya sudah tidak terkendali.

Sampai suatu ketika tusukan dari Tek Jiu berhasil di tahan oleh pisau jagal yang dipegang oleh tangan kiri Peng An dan pisau jagal di tangan kanan Peng An berhasil menembus dada Tek Jiu.

“Tek Jiu selamat tinggal,”ucap Peng An menyeringai.

Brukk!!

Tubuh Tek Jiu jatuh mencium pasir untuk tidak bangun selama-lamanya.

Peng An dengan santai berjalan mendekati jasad Tong Se dan mengambil tubuh Thung Seng.

“Racun yang kububuhi di pisauKu ternyata sangat ampuh, hahaha,”ucap Peng An.

Selama satu jam Peng An berjalan di bawah panasnya terik matahari.

Peng An yang merasakan adanya hawa pembunuhan segera menengok ke belakang, terlihat seekor burung raksasa terbang ke arahnya.

Di atas burung raksasa duduk seorang Kakek tua.

“Peng An segera serahkan nyawaMu!”teriak Kakek tua tersebut.

“Maaf siapakah Pak tua? Rasanya Aku belum pernah memiliki permusuhan dengan Pak tua,”ucap Peng An dengan heran dan waspada.

“Huh, dua hari lalu Kau membunuh cucu kesayanganKu Kalajengking Malam,”ucap Kakek tua tersebut.

“Gawat Kakek dari Kalajengking Malam konon sakti mandraguna. Kupikir setelah puluhan tahun tidak terlihat di dunia persilatan, Kakek He Si ini sudah meninggal,”pikir Peng An dengan rasa ngeri.

“Hmm Peng An kenapa Kau diam saja!”tegur Kakek He Si.

“Aku tidak pernah membunuh Kalajengking Malam,”ucap Peng An berbohong dengan suara yang tenang.

“Hahaha Peng An, Kau sangat pandai bermain sandiwara, ketika Kalajengking Malam tewas, racunnya hilang dan bukankah tadi Kau menggunakan racun tersebut untuk membunuh lawanMu?!”ucap Kakek Hesi.

Muka Peng An memucat mendengar omongan dari Kakek Hesi.

“Aku bukan tipe orang yang suka mempersulit orang lain, hanya saja Aku minta agar Kau Peng An menemani cucuKu di alam sana. Kasihan cucuKu pasti kesepian di alam sana,”ucap Kakek He Si.

“Sial Aku bertemu dengan orang gila yang sakti, Aku harus bagaimana?”pikir Peng An dengan panik.

“Hahaha tak menjawab berarti setuju, terimalah ini,”ucap Kakek He Si sambil menggerakkan tangannya.

Dari tangan Kakek He Si keluar kabut racun hitam yang meluncur ke arah Peng An.

Peng An yang dari tadi sudah sangat waspada segera melompat menghindar dari terjangan kabut racun hitam, melempar pisau terbangnya ke arah Kakek Hesi dan segera lari secepatnya.

Tring!!!

Pisau yang dilempar oleh Peng An dengan mudahnya digigit oleh Kakek Hesi.

Dalam tempo yang singkat pisau terbang milik Peng Ang ditiup kembali oleh Kakek He Si dan meluncur dengan sangat cepat ke arah Peng An.

Tzziiiingggg!! Bang!

Peng An menahan pisau terbangnya sendiri dengan memakai tubuh Thung Seng yang dipegangnya.

“Apa itu? Manusia, boneka atau patung? Kalau manusia sepertinya bisa Aku pakai. TubuhKu yang sekarang sudah terlalu tua,”pikir Kakek He Si dengan penuh minat.

Bersambung :))

Bab 3. Kakek He Si VS Peng An.

“Ayo kejar!”perintah Kakek He Si kepada burung tunggangannya sambil menepuk punggung burung tersebut.

Burung raksasa segera mengejar larinya Peng An dan jarak mereka semakin mendekat.

Keringat dingin membasahi tubuh Peng An yang ketakutan.

“Aku harus bagaimana? Oh ya Aku punya pil ajaib penambah tenaga,”pikir Peng An yang kemudian mengambil sebutir pil dari kantongnya dan segera menelannya.

Setelah minum pil tersebut lari Peng An menjadi sangat bertenaga, dan jarak mereka semakin menjauh.

Kakek He Si mengarahkan racun-racun hitamnya dan pasir-pasir berhamburan di belakang, sisi kiri dan kanannya Peng An, karena Peng An pun berloncatan ke kiri dan ke kanan.

Duar! Druar! Darr! Bunyi ledakkan membahana ketika serangan tenaga dalam dari Kakek He Si mengenai pasir-pasir.

Kakek He Si menyalurkan tenaganya ke burung raksasa, sehingga burung raksasa mampu menyamai larinya Peng An.

Kejar-kejaran mereka berlangsung selama satu jam lebih.

“Kakak seperguruan lihat Peng An lari terbirit-birit. Apakah Kita akan membantunya?”

“Huh buat apa, Adik Kau baru saja turun ke dunia persilatan, Kau harus banyak belajar dan berhati-hati. Salah bertindak nyawa Kita akan melayang, lebih baik Kita melihat saja dari kejauhan.”

“Kakak benar.”

Peng An dan Kakek He Si melewati mereka berdua.

Dua jam keadaan masih tetap sama, aksi Kakek He Si dan Peng An telah ditonton oleh banyak pesilat dan tak ada satupun pesilat yang berani turun tangan untuk menolong Peng An.

“Sial dasar manusia-manusia tak tahu balas budi, tak ada seorang pun yang menolongKu. Dengan lariKu yang seperti ini, dalam dua jam lagi Aku sudah akan meninggalkan padang pasir dan masuk ke hutan bambu, untung pil ajaibKu masih tersisa satu,”pikir Peng An yang kemudian menelan pil ajaibnya yang terakhir.

“Hei Peng An Kau pikir Kau bisa mencapai hutan bambu, huh sungguh naif pikiranMu!”seru Kakek He Si yang kemudian membaca sebuah mantra dan melemparkan guci nya ke arah depan atas.

“Sial apa yang akan dilakukan oleh Kakek itu? Aku tidak boleh lengah,”pikir Peng An yang makin mempercepat larinya.

Seperti tidak peduli dengan larinya Peng An, Kakek He Si tetap statis diam di tempat.

Tangan Kakek He Si bergerak-gerak membentuk suatu formasi dan tak lama kemudian dari guci yang melayang di angkasa keluar sebuah awan hitam yang meluncur dengan sangat cepat mengejar Peng An.

“Nasib Peng An sebentar lagi akan berakhir”ucap seorang Lelaki paruh baya kepada anak GadisNya.

“Hmm tapi bukankah Ayah bilang jikalau dalam pertempuran kadang kala ada keajaiban?”tanya Mey Lan dengan heran.

“Hmm Nak, sangat tipis keajaiban apabila biang racun He Si sudah memakai guci pusakanya,”ucap Lelaki paruh baya tersebut dengan yakin.

Awan hitam yang keluar dari guci makin mendekati Peng An, dengan panik Peng An melemparkan pisau terbangnya ke arah awan hitam tersebut.

Sebuah usaha yang sia-sia karena pisau terbang Peng An hanya menembus awan tersebut tanpa ada hasil yang lain.

Awan hitam dengan cepat sudah berada sepuluh meter di atas kepala Peng An dan kemudian turun hujan dengan cepat.

Peng An yang terkena tetesan hujan tersebut merasa kesakitan karena tetesan hujan itu bukanlah air biasa melainkan semacam asam yang membuat baju Peng An bolong-bolong dan kulit tubuh Peng An terkelupas berdarah.

Usaha Peng An untuk menghindari tetes hujan itu sia-sia karena kemanapun Peng An berlari, awan tersebut selalu berada di atas Peng An.

Walaupun bajunya bolong-bolong dan sekujur tubuhnya terluka namun Peng An tidak terlihat panik.

Peng An mengangkat tubuh Thung Seng dan memakainya sebagai payung pelindung tubuhnya.

“Hahahaha Kakek He Si, apakah Kau punya mainan yang lain?”ejek Peng An sambil berlari dengan cepat.

“Apa? Bagaimana bisa? Ya Aku harus mendapatkan benda yang dipakai oleh Peng An untuk melindungi tubuhnya. Manusia atau bukan, Aku harus mendapatkannya,”pikir Kakek He Si.

“Ayah lihat, rupanya keajaiban sudah terjadi,”ucap Mey Lan sambil tersenyum.

Lelaki paruh baya yang dipanggil sebagai Ayah oleh Mey Lan hanya bisa bengong sesaat melihat kejadian di depan matanya.

“Ayah hei Ayah kenapa diam saja?!”seru Mey Lan.

“Oh eh …hmm mari Kita ikuti mereka, sepertinya Peng An memiliki benda pusaka, tak heran biang racun He Si mengejarnya dari tadi,”ucap Lelaki paruh baya tersebut.

Peng An yang terluka, dengan satu tangan menyangga tubuh Thung Seng sedangkan tangan yang lainnya mengambil pil untuk mengobati lukanya.

“Hmm untung hanya semacam hujan asam bukannya hujan racun jadi Aku hanya terluka sedikit. Luar biasa patung ini mampu menahan hujan asam dan mampu menahan serangan senjata tajam. Hei aneh kenapa tanganKu berwarna putih? Oh itu berasal dari patung ini, sepertinya patung ini terkelupas terkena asam dan warna putih pada patung ini pun luntur,”pikir Peng An dengan seksama.

Kakek He Si yang mengejar dari belakang dengan burung raksasanya juga mengamati perubahan tubuh Thung Seng.

Tubuh Thung Seng yang terkena hujan asam mulai berbentuk kembali sebagai manusia bukan seperti patung lagi.

“Hmm sepertinya benar dugaanKu, yang dipegang oleh Peng An bukankah patung melainkan tubuh manusia. Tubuh yang mampu menahan serangan hujan asam milikKu dimana besi saja bisa berlobang dan larut bila terendam hujan asam.Luar biasa,”pikir Kakek He Si.

“Hey Peng An, Aku akan mengampuni kesalahanMu dengan syarat berikan benda yang Kau pegang!”seru Kakek He Si.

“Aneh kenapa Rubah tua itu berubah pikiran? Satu jam lagi Aku akan sampai di hutan bambu disana guruKu pasti akan melindungiKu,”pikir Peng An.

“Berikan Aku waktu satu jam untuk berpikir,”jawab Peng An.

“Huhh Kau pikir Aku bodoh, dalam waktu satu jam Kau sudah sampai di hutan bambu, disana ada Guru dan saudara seperguruanMu!”seru Kakek He Si dengan gusar.

Peng An tidak menjawab sama sekali dan tetap berlari dengan cepat.

Di belakang Kakek He Si beberapa pesilat mengikuti arah larinya Peng An.

“Aku harus bagaimana, masa Aku kalah oleh bocah kemarin sore,”pikir Kakek He Si.

“Apa yang dipikirkan oleh si Rubah tua itu sekarang? Apapun yang dipikirkannya, mudah-mudahan Aku sudah sampai di hutan bambu. Lebih lama berpikir lebih baik. Atau Dia sudah kehabisan ide,hahaha,”pikir Peng An dengan senang.

“Tidak bisa, kalau Aku pakai petir takutnya tubuh yang kuidam-idamkan akan hancur, tapi kalau Aku biarkan tubuh itu akan dimiliki oleh Peng An,”pikir Kakek He Si dengan penuh dilema.

Peng An sudah berlari keluar dari padang pasir.

“Ya Aku tidak bisa membiarkan Peng An menguasai tubuh itu, hancur lebih baik bersama hancurnya tubuh Peng An,”pikir Kakek He Si yang kemudian mengeluarkan sebuah bola kecil berukuran sebesar bola bekel.

Di dalam bola bekel tersebut terlihat kilat yang menyambar-nyambar.

Kakek Han Si segera melemparkan bola petir pusaka yang terbang dengan cepat masuk dan bersatu dengan awan hitam.

Dengan cepat terdengar gemuruh dan petir segera menyambar ke arah tubuh Thung Seng.

Duar! Duart! Duarr!

Dalam waktu singkat tubuh Thung Seng terkena sambaran petir belasan kali dan listrik dari petir tersebut juga tersalur ke tangan Peng An.

Walaupun Peng An merasa kesakitan akibat terkena sengatan listrik tapi Peng An tetap membulatkan tekad dan tetap berlari.

“Aku tidak boleh menyerah,”pikir Peng An dengan tekad bulat.

Bersambung :))

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!