The Great Ruler adalah sebuah negara besar di benua Asia yang menjadi negara terkuat di benua tersebut. Di seluruh dunia, hanya tersisa 6 negara terkuat dan menyisakan kota-kota kecil yang bertahan dari dampak perang dunia keempat yang memporak-porandakan dunia. Enam negara itu adalah Great Ruler, Russ-King, Mega-US, New-US, Bintang dan Baatar.
Efek peperangan berimbas ke seluruh dunia tanpa terkecuali. Seluruh negara di dunia saling berperang. Yang dulunya sekutu, kini menjadi musuh.
Tak ada rasa saling percaya antar negara yang satu dengan yang lainnya. Namun, dari sebuah bencana pasti ada hikmah di balik semua malapetaka.
Para penguasa mulai melakukan gencatan senjata setelah semua sumber daya di negeri mereka mulai menipis.
Banyak nyawa yang hilang akibat perang. Tanah tandus, sungai mengering, limbah dari pembuatan senjata membuat banyak daerah tak bisa dihuni. Pekatnya asap dan bau menyengat menimbulkan banyak penyakit dan kematian.
Barang-barang tambang digerus hingga tak tersisa hanya untuk mengembangkan senjata agar menjadi yang terkuat.
Namun, perlahan dengan merintihnya bumi, para pemerkosa kekayaan alam itu mulai menyadari kesalahan dan kerakusannya. Mereka mulai iba pada bumi yang hampir tak bisa dihuni lagi.
Migrasi besar-besaran terjadi di seluruh dunia. Para penduduk dunia berpindah dari satu kota ke kota lain, dari satu negara ke negara lain.
Hewan-hewan yang selamat mulai bermigrasi meninggalkan habitatnya karena hutan yang terus dibabat membuat mereka kehilangan makanan dan tempat tinggalnya.
Hewan-hewan diburu untuk penyambung hidup para pengungsi. Dunia sudah mirip dengan zaman purbakala di mana hanya naluri membunuh untuk bertahan hidup. Yang kuat menindas yang lemah, dan yang lemah menjadi budak bagi yang berkuasa.
Namun, seiring berjalannya waktu, rasa kemanusiaan pun kembali muncul karena perselisihan yang tak berkesudahan.
Di mana dulu jika mereka bertemu penduduk dari lain negara selalu timbul perkelahian, kini mereka mulai kembali untuk saling merangkul dan bahu membahu memperbaiki nasib untuk anak cucu mereka hingga terdengar sebuah negara bernama The Great Ruler.
Sebuah negara yang konon katanya masih memiliki pepohonan, sungai yang mengalir dengan air yang jernih, lahan pertanian dan tambang yang kaya, membuat orang-orang berbondong-bondong ke sana untuk membuktikannya.
Sebuah negara yang memiliki benteng melintang dan menjulang tinggi dari Utara ke Selatan, Timur ke Barat dan tak terlihat di mana ujung dari dinding kokoh itu, membuat orang-orang yang melihatnya begitu takjub.
Mereka yakin bahwa negara di dalamnya pasti menjanjikan hidup yang lebih baik untuk mereka yang ingin mengadu nasib.
Namun, tak semua orang bisa masuk dan tinggal di Great Ruler. Hanya orang-orang berbakat yang bisa tinggal di dalam sana.
Tentu saja, sistem seleksi yang ketat ini membuat semua orang makin termotivasi untuk bisa tinggal di negara super power tersebut.
Sebuah layar lebar terpampang di samping pintu baja Great Ruler yang menayangkan cuplikan kehidupan harmonis, nyaman, makmur, dan damai.
Orang-orang yang menginginkan kehidupan sejahtera layaknya dalam benteng, membuat mereka begitu antusias ingin menjadi salah satu warganya.
Sayangnya, orang-orang yang tak lulus seleksi begitu putus harapan. Pemimpin Great Ruler—Presiden Bidang Tekno bernama Roman yang dikenal bijak, jenius dan baik hatinya—mengizinkan orang-orang yang tak bisa tinggal di Great Ruler untuk membuat kota kecil di luar benteng.
Orang-orang itu pun menganggap Presiden Roman orang yang sangat adil. Mereka membuat bangunan yang bisa dibongkar sewaktu-waktu.
Pembuatan bangunan semi permanen dengan ciri khas masing-masing kota para pengungsi itu, ternyata menarik perhatian Presiden Roman. Maka, dibuatlah pembagian wilayah bagi orang-orang itu.
Mereka begitu senang karena tetap dipedulikan. Tiap satu minggu sekali, para ahli dan cendikiawan dari bidang masing-masing keluar benteng membagikan ilmu kepada para pengungsi bagaimana mengolah tanah, air dan menanam pohon.
Kehidupan harmonis dan ladang hijau pun mulai tampak di depan benteng Great Ruler. Ternyata, hal ini menimbulkan kebencian dalam diri saudara kembar Presiden Tekno, Presiden bidang Sains—Morlan.
Morlan menganggap, bahwa yang dilakukan Roman hanya membuang-buang waktu dan menghabiskan banyak biaya.
Dia merasa, orang-orang yang tak bisa hidup di Great Ruler hanya sampah dan gelandangan. Menyusahkan dan membawa hal buruk bagi negaranya.
Hal inilah yang membuat awal perselisihan dari dua saudara kembar ini. Meski demikian, Morlan begitu dihormati karena kejeniusannya dalam mengobati berbagai penyakit di Great Ruler.
Semua wabah yang pernah menyerang negaranya dari para penyerang kala itu, membuat dirinya menjadi legenda.
Morlan memiliki laboratorium super besar di Great Ruler dengan berbagai peralatan canggih di dalamnya. Terlihat perbedaan bidang keahlian di sini.
Orang-orang yang bekerja di bidang sains-biologi selalu memakai jas laboratorium berwarna putih dan hampir semuanya berkacamata, hanya Morlan yang tidak.
Sedang di bidang Tekno dari kubu Presiden Roman, dengan keahlian utama dalam membuat senjata sebagai pertahanan utama di Great Ruler, berpakaian serba hitam.
Kini, Great Ruler sudah terlihat seperti kota masa depan. Mereka mengurangi keterlibatan manusia dalam tubuh sebuah robot lagi karena risiko kematian yang tinggi.
Meski demikian, masih ada beberapa robot penjaga dengan manusia di dalamnya karena desakan dari Wakil Presiden Lala yang merasa jika sisi kemanusiaan dari seorang manusia tetap dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.
Robot yang berisi manusia bertugas sebagai penjaga di beberapa lokasi tambang dan perbatasan benteng yang disebut 'DISTRIK'.
Kini, mereka menggunakan sistem yang tersambung dalam pikiran dan motorik yang disebut "SIMULATION" dalam mengendalikan robot-robotnya.
Di mana seorang pengendali yang disebut "USER" akan masuk ke dalam sebuah ruangan khusus dengan memakai sebuah kacamata fiber sebagai visual robot yang akan mereka kendalikan.
Para User mengenakan seragam khusus berwarna hitam abu-abu elastis yang dilengkapi sensor di seluruh tubuh dan terpasang pin-pin logam yang ditempelkan mulai dari kepala hingga ke kaki.
Para User bisa bergerak bebas di dalam ruang simulasi tersebut. Namun, untuk menjadi seorang User, mereka harus melewati banyak tes hingga 5 level.
Tes itu meliputi kesehatan, tes kejiwaan, tes IQ, tes fisik dan tes strategi. Bahkan, robot yang dikendalikan pun memiliki lima jenis.
Lima jenis robot tersebut meliputi robot level E. Robot ini terjun ke lapangan dengan manusia di dalamnya. Mereka bersenjata senapan dan pedang laser. Robot jenis ini juga disebut sebagai polisi karena melindungi perbatasan antar Distrik. Robot E termasuk kategori level terendah karena para manusianya tak berada di ruang simulasi.
Robot level D memiliki 2 jenis. Seri 05 bersenjata dan memiliki tubuh yang besar dengan dua tangan berupa senapan gatling dan dua kaki. Sedang level D seri 01 tak bersenjata karena digunakan sebagai robot konstruksi. Keduanya digerakkan oleh manusia dalam tubuh robot.
Sedang Robot level C digerakkan dalam ruang simulasi oleh manusia. Energi robot berasal dari panas matahari. Robot ini bertugas layaknya mata-mata.
Yang terakhir adalah robot level B yang digerakkan oleh manusia dalam ruang simulasi. Robot ini adalah jenis petarung. Memiliki banyak persenjataan mutakhir di beberapa bagiannya. Robot ini digunakan oleh para Perwira. Robot ini menjadi unggulan di Great Ruler layaknya kesatria.
Malam itu, 5 tahun silam. Hujan deras melanda The Great Ruler.
Sandra sedang menyiapkan makan malam romantis dengan suaminya sebagai perayaan pernikahan mereka yang ketiga di apartemen khusus para anggota militer. Terlihat, rona kebahagiaan di wajah wanita berambut pirang itu.
Tiba-tiba, seseorang masuk dari pintu depan rumah susunnya dengan tergesa. Sandra mendatangi orang tersebut.
Ternyata, lelaki itu adalah suaminya—Rey. Sandra langsung berlari ke arahnya dengan senyum terkembang karena pria yang dicintainya pulang lebih awal.
"Kau sudah pulang?" tanya Sandra gembira.
Rey menatap Sandra saksama. Ia basah kuyup dengan wajah panik.
"Sayang, maaf. Aku harus segera pergi. Panggilan darurat datang. Great Ruler diserang. Mereka sudah memasuki Distrik 1. Jika aku tak menghentikannya, mereka bisa memasuki pemukiman kita. Kaubisa dalam bahaya," ucap Rey cemas memegang kedua lengan Sandra kuat.
Sandra terlihat kesal. Bukan seperti ini harapan untuk perayaan 3 tahun pernikahannya. Dia juga bermaksud memberikan kejutan pada suaminya.
"Kenapa harus kau? Bukankah masih ada Jenderal? Kau hanya Kapten pasukan," tanya Sandra tak habis pikir kenapa suaminya yang ditugaskan.
"Jenderal ... mm ... kesehatan Jenderal membuatnya tak bisa pergi berperang. Aku harus pergi menggantikannya," jawab Rey sembari melepas pakaiannya dan mengganti dengan seragam tempur.
"Namun, Rey ... malam ini kau sudah berjanji padaku. Kita akan makan malam bersama. Kau sudah berjanji ... hiks ...," ucap Sandra yang mulai berlinang air mata.
Rey diam mematung menatap wajah sedih isterinya. Rey mendekat dan memeluknya. Ia merasa sangat bersalah.
"Aku janji tak akan lama. Aku akan berusaha sekuat dan secepat mungkin menyelesaikan masalah ini. Aku akan pulang untuk makan malam bersamamu. Aku janji," ucap Rey yang kini memegang kedua pipi isterinya yang sudah basah karena air mata.
"Rey ... berjanjilah kau akan pulang dengan selamat," pinta Sandra sembari meraih tangan sang suami lalu ia letakkan di perutnya.
Rey tertegun. Ia menatap Sandra lekat.
"Kau akan menjadi seorang Ayah," ucapnya lirih dengan dahi berkerut menahan kesedihan.
"Oh my God! Really? Oh, God! Wah ... wah!" seru Rey tak percaya bahwa impiannya untuk menjadi seorang Ayah akan terwujud.
Rey langsung memeluk Sandra erat. Terlihat ia begitu bahagia.
"Aku pasti pulang! Ayah pasti akan pulang, Nak! Tunggu Ayah ya ...," ucap Rey dengan senyum merekah memegang perut Sandra dan mengelusnya dengan lembut.
Sandara merapatkan mulutnya. Ia menangis sedih. Tiba-tiba, alarm peringatan muncul.
NGENGGG ...
TET! TET! TET!
"Distric 3 has been penetrated, evacuation orders are immediately carried out!"
Suara dari peringatan menggema di seluruh Distrik. Terlihat kepanikan di bawah apartemen Sandra di mana semua orang berhambur keluar.
Rey panik. Ia memegang lengan Sandra kuat. Tak lama, sahabat karib Sandra datang dan langsung masuk ke rumahnya.
"Sandra, ayo cepat! Kita harus evakuasi sekarang!" teriaknya lantang.
Sandra panik. Ia menatap Rey saksama. Rey langsung mencium bibir sang isteri dengan penuh cinta, meski kekhawatiran melanda hatinya.
"Pergilah. Aku akan baik-baik saja. Aku sudah berjanji padamu akan pulang," ucap Rey menenangkan hati isterinya. Sandra mengangguk cepat. "Eliz, tolong kau jaga isteriku ya. Dia sedang hamil. Aku akan jadi Ayah," ucap Rey gembira sembari menyarungkan pistol lasernya.
"Oh, really? Wow, congratulations for you, Guys," ucap Eliz ikut bahagia.
Rey menatap Sandra dalam. Ia sudah bersiap. Rey segera berpaling dengan hati yang berat. Ia langsung berlari bersama pasukan lain yang tinggal di apartemen itu.
Sandra dan Eliz bergegas menuju ke tempat pengungsian. Semua orang berlari panik dalam derasnya hujan malam itu.
Terdengar suara dentuman bom dan rentetan senjata menghiasi malam. Langit bercahaya bukan karena sinar bulan atau pun bintang, melainkan dari percikan api yang terlontar dari misil-misil yang ditembakkan dari dalam benteng Great Ruler.
Sebuah barikade langsung menutupi langit Great Ruler dengan baja agar serangan dari langit tak meluluh lantahkan pemukiman dan bangunan yang ada di dalam benteng.
Langit Great Ruler sudah tertutup sepenuhnya. Cahaya redup menerangi para pengungsi yang berjumlah hingga ribuan orang itu.
Para penjaga robot level E dikerahkan untuk melindungi warga yang sedang melakukan evakuasi. Mereka diungsikan menuju ke kawasan tambang batu mulia. Sebuah tambang yang menuju ke inti bumi.
Para robot level E menjaga di sekitar tambang mengantisipasi serangan yang datang. Semua orang panik dan ketakutan.
Di ruang SIMULASI.
"Rey, kau sudah siap?" tanya petugas yang mulai mengaktifkan visual dan menghubungkan jaringan online syaraf Rey ke robot level B nya yang sudah siap di posnya.
"Yes, I'm ready."
"And 3 ... 2 ... 1 ...."
PIP.
"Hallo. Welcome, Captain Rey. Please check all your weapons are fully loaded or not?" ucap Simulator.
Rey mulai menggerakkan kedua tangannya mengecek di samping paha kanan kiri seolah-olah ia sedang berada dalam robot tempur itu.
Setelah dirasa semua sistem senjata dan navigasinya aman, ia pun mulai bergerak.
"Let's move!" ucap Rey mantap.
Petugas Simulator memberikan navigasi ke mana Rey dan para pasukannya harus bertugas. Misi mereka melindungi warga dari semua penyerang yang memasuki Distrik 3.
Rey dan para pasukannya yang sudah terhubung dengan Simulator, dan maju bertempur menggunakan robot level B, dengan gagah berani melawan para pasukan penyerang.
Terlihat dalam ruang Simulator, Rey dan para pasukan yang masuk dalam team-nya bergerak dengan terampil menggunakan semua senjata yang ada dalam robot.
Senjata-senjata itu meliputi pedang laser penembus baja, pistol laser, bom-bom seperti granat dengan hulu ledak tinggi, dan bom peleleh logam, sudah tersedia dalam baju robot itu.
Malam itu, pertempuran sengit tak terhindarkan.
Pusat kendali Simulator di bawah tanah dijaga ketat oleh robot level D seri 05 yang telah dimodifikasi dengan misil-misil dan peluru tembus baja jika para penyerang mencoba membobol pertahanan mereka.
Ukuran besar dari robot level D, mampu menghancurkan tank dengan injakan kaki robotnya.
Semua ilustrasi di dapat dari internet sebagai visual pendukung dalam novel.
SOURCE : GOOGLE & PINTEREST
Rey berlari dengan senjata laser dikedua tangannya. Ia menembak dengan berani ke semua robot penyerang di Distrik 3 agar tak menembus dan memasuki Distrik 4.
Para penyerang dari Russ-King yang bekerjasama dengan kota lainnya, menyerang Great Ruler menggunakan berbagai jenis robot dengan manusia di dalamnya.
Mereka masih belum bisa menemukan teknologi SIMULATOR seperti yang diterapkan di Great Ruler. Hal inilah yang membuat mereka datang untuk mengambil semua ide kejeniusan milik Presiden Roman.
Semua pasukan robot dari segala level dikerahkan oleh Presiden Roman. Di sisi lain, saudara kembar Roman—Presiden Morlan—tak tinggal diam saat melihat negaranya diporak-porandakan.
Morlan mengambil inisiatif mengeluarkan senjata rahasianya yang tak diketahui oleh semua orang di Great Ruler. Hanya orang-orang yang bekerja dengannya yang mengetahui hal itu.
Morlan pergi meninggalkan pusat komando ke Gerbang Kermogal. Sebuah gerbang besar tersembunyi buatannya di mana Morlan menyimpan senjata rahasianya.
Gerbang itu berada di Distrik 5 bagian terluar. Kawasan itu dijaga ketat oleh para pasukan robot level D dengan senjata besarnya.
"Open the gate!" teriaknya lantang memberi perintah kepada penjaga gerbang.
TETT ... TET ... TETT ....
"RRRR ... ROUGH ... ARRRR ...."
Terdengar suara binatang buas mengerang kencang dalam gerbang dan membuat semua orang yang mendengar bergidik ngeri. Para penjaga di dalam robot besar itu menelan ludah.
Terlihat seekor serigala mutan yang bisa berdiri layaknya manusia. Taring yang tajam dengan liur yang menetes dari mulutnya, membuat sosoknya terlihat begitu menyeramkan. Serigala itu memiliki dua mata merah menyala dengan tatapan tajam layaknya predator pembunuh.
Kukunya yang runcing bagaikan pisau, mampu merobek dan memotong baju tempur sebuah robot. Morlan tersenyum miring melihat ciptaannya.
Hewan itu dipenjara dalam sebuah jeruji besi besar yang dialiri listrik. Bulunya hitam dan kasar seperti sabut kelapa. Gerak-gerik hewan itu seperti perpaduan antara manusia dan hewan.
Morlan masuk ke sebuah ruangan berperisai yang membuat mahluk itu tak bisa menyerangnya. Serigala mutan itu menatap Morlan tajam.
"Apa kau sudah memasang pelacak di lehernya?" tanya Morlan pada petugas kendali di penjara itu.
"Sudah, Presiden."
"Hmm, bagaimana dengan kejutannya?" tanya Morlan lagi yang balas menatap tajam serigala mutan itu.
"Sudah, Presiden. Semua sesuai perintah."
"Bagus. Lepaskan dia," titah Morlan dengan senyum liciknya.
Semua orang yang berada di ruangan itu tertegun.
"Namun, Presiden. Sampai sekarang, kita tak bisa mengendalikan naluri membunuhnya. Bagaimana jika salah target? Bagaimana jika mahluk itu malah menyerang orang-orang kita?" tanya salah seorang petugas cemas.
Morlan marah karena perintahnya ditentang. Ia membalik tubuhnya dengan tangan kanan mencekik leher petugas itu. Semua orang terkejut dan beberapa langsung berdiri dari kursi kerjanya.
"Oleh karena itu, kita memasang alat pengendali di otaknya, agar kita bisa memerintahnya. Apa kau paham?" ucap Morlan menatap petugas yang sudah kehabisan napas itu tajam.
"Yes, Sir. I-I understand ...," jawabnya lirih.
"Good. Release," titah Morlan seraya melepaskan cengkraman di leher petugas itu.
Petugas itu kembali bernapas lega. Ia memegangi lehernya yang sakit. Semua orang menatap petugas itu saksama. Mereka sama khawatirnya jika mahluk itu tak bisa dikendalikan dan malah membunuh banyak jiwa. Dengan terpaksa, TIT!
NGEKK ....
TET ... TET ... TET ....
Jeruji besi itu pun terbuka. Mahluk mutan tersebut masih mengerang dan mondar-mandir dengan keempat kakinya di atas tanah, memandangi jeruji yang mulai terbuka lebar.
Mahluk itu perlahan berjalan ke depan seraya mengendus udara di sekelilingnya. Sebuah aroma baru tercium olehnya. Gerbang Kermogal, kini terbuka lebar untuknya.
"GGRRRR ... AAUUUUU!"
Lolongan nyaring melengking terdengar hingga ke seluruh penjuru Distrik. Semua orang tertegun dan diam seketika.
"Oh! Kaudengar itu, Sandra?" tanya Eliz terkejut dan langsung memegang tangan Sandra erat.
"Yes, yes ... i hear it!" jawabnya menengok ke segala arah mencari asal suara itu.
Tiba-tiba, terdengar suara teriakan dan rintihan dari Distrik 5. Semua orang yang berada di tempat evakuasi saling memandang. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi di luar sana.
Presiden Morlan terlihat fokus menatap mahluk itu yang berlari dan menyerang para robot penyerang dari Russ-King berseragam putih. CCTV di kawasan Distrik 5 diaktifkan, fokus mengikuti pergerakan mahluk itu.
Kuku tajam serigala mutan tersebut menembus baju robot seperti kertas. Semua petugas di Gerbang Kermogal terlihat kagum. Darah bercecer di beberapa tempat dengan mayat pasukan penyerang bergelimpangan di segala penjuru. Tiba-tiba ....
SWOOSH! BLARRR!
"AAAARRRRR!"
Serigala mutan itu merintih kesakitan karena sebuah misil kecil ditembakkan ke arahnya oleh pasukan penyerang dari Russ-King.
Mahluk itu marah. Herannya, ia tak berdarah. Kulitnya keras bagai baja. Morlan tersenyum puas. Mahluk itu dengan agresif berlari ke arah penembak misil yang bersembunyi dalam tank-nya.
BRANGG!
"HAARRGGGG!!"
Makhluk itu melompat ke atas tank dan meraung kencang. Ia menusukkan kelima kuku runcingnya ke baja tank. Perisai tank itu tertembus. Tank tersebut menggerakkan moncongnya agar mahluk itu teralihkan.
Pasukan penyerang dari kota yang bersekutu dengan Russ-King datang. Mereka menembaki mutan itu dengan membabi buta. Mahluk itu semakin marah. Ia menggigit moncong tank itu dan menariknya kuat.
TANGG!
Moncong itu terlepas. Semua orang tertegun. Serigala itu melemparkan moncong tank ke sembarang tempat dari mulutnya. Kini, ia mengendap dengan posisi siap menerkam dengan keempat kakinya. Para penyerang ketakutan.
"FIRE!" teriak salah seorang penyerang dan mulai menembakkan semua amunisinya ke arah serigala mutan itu.
Mutan serigala tersebut meraung kesakitan. Meski ia tak mati, tapi serigala berbulu hitam itu mengalami luka-luka di sekujur tubuhnya. Rey dan pasukannya yang berhasil mengalahkan para robot penyerang di Distrik 4 ikut mendengar raungan mahluk tersebut.
"Pusat, apa yang terjadi? Suara apa itu?" tanya Rey melalui alat komunikasi yang terhubung di telinganya.
"Visual melihat seekor serigala, Capt. Akan tetapi, ukuran tubuhnya tiga kali lipat dari serigala pada umumnya. Makhluk itu tidak wajar. Ia bisa berdiri!" pekik petugas dari pusat komando.
Rey dan para pasukannya saling memandang. Mereka terlihat cemas.
"Makhluk itu, dia lawan atau kawan?" tanya Rey dengan napas mulai tersengal dalam ruang Simulator.
"No idea, Capt. Dia tiba-tiba datang. Namun, jika melihat aksinya, dia dipihak kita. Mahluk itu mengalahkan semua pasukan robot dari Russ-king dan sekutunya yang masuk ke Distrik 5," jawab salah seorang petugas dari pusat komando.
"District 5 ... what? Mahluk itu bisa menyerang tempat evakuasi para warga. Berikan aku koordinatnya. Aku akan menghentikan makhluk itu!" pekik Rey panik karena ia teringat akan isterinya—Sandra—yang berada di tempat evakuasi berdekatan dengan Distrik tersebut.
"Ai ai, Captain!" jawab petugas navigator di ruang Simulator.
"Mola, berikan diskripsi dan visual mengenai makhluk itu!" perintah Rey pada komputer Simulator bernama Mola.
"Yes, Captain Rey."
Lalu, munculah visual serigala mutan tersebut dalam tampilan kacamata fiber Rey dan para pasukannya.
Para User tersebut berdiri mematung. Mereka tertegun melihat penampakan makhluk itu. Rey menelan ludah, ia terlihat takut dengan jantung berdebar kencang.
"What the hell that thing?" tanya salah seorang pasukan dalam team Rey yang tertegun usai melihat sosok makhluk menyeramkan tersebut.
Rey menguatkan hatinya. "Mola, bagaimana cara mengalahkan makhluk itu?" tanya Rey.
"Ada satu cara, Captain. Menggunakan pedang lasermu dan penggal kepalanya. Kulitnya anti peluru. Hanya senjata yang memiliki daya ledak tinggi yang bisa membunuhnya," jelas Mola memberikan solusi.
"Oke. Team R. Segera siapkan pedang laser kalian. Bunuh makhluk itu dan penggal kepalanya! Apa kalian mengerti?" ucap Rey lantang ke seluruh pasukannya.
"Yes, Capt!" jawab mereka serempak.
Segera, Rey berlari menuju ke Distrik 5 sesuai arahan navigator. Rey menyiapkan strateginya bagaimana melumpuhkan makhluk itu nantinya. Para pasukannya mengangguk paham. Akhirnya, para User itu berpencar.
Tanah di Great Ruler sudah kering sepenuhnya karena langit dalam benteng sudah ditutup dengan perisai baja anti peluru.
Perlahan, perisai langit dibuka. Langit menjadi berwarna merah jingga dengan bulan besar terlihat di atas langit.
Fenomena alam yang aneh ini sering muncul semenjak perang nuklir dalam perang dunia keempat beberapa tahun lalu.
Terlihat, makhluk itu mendongak ke atas menatap langit merah jingga dengan saksama.
"AU ... AUU ... AUUUUUU ... UU ...UUU!"
Makhluk itu kembali melolong. Rey dan pasukannya mengendap di balik dinding bangunan di sekitar Distrik 5. Mereka akhirnya melihat sosok asli dari makhluk mutan tersebut.
Terlihat, makhluk itu sedang merobek baju besi para robot dan memakan manusia yang terbungkus dalam baju pakaian berperisai logam tersebut. Makhluk itu menumpuk potongan-potongan mayat seperti gunung dan berjongkok di atasnya.
Para pasukan Rey begitu jijik dan miris melihatnya. Hewan itu memakan para korbannya dengan rakus hingga tubuhnya berlumur darah.
Makhluk itu terlihat asyik mengunyah sebuah tengkorak manusia, hingga suara gertakan tulang tempurung otak manusia tersebut terdengar begitu memilukan. Darah korbannya menetes bersama air liur dari mulut mahluk itu.
Nyali pasukan Rey ciut seketika. Presiden Roman yang mendengar kabar ini bergegas menuju ke ruang Simulator di mana Rey dan pasukannya berada. Roman terlihat panik dan cemas setelah mengetahui tentang serigala mutan.
"Dari mana makhluk itu berasal?" tanya Presiden Roman kepada para petugas di pusat komando.
"Jika dilihat dari jejaknya, makhluk itu berasal dari benteng terluar di Distrik 5. Ada sebuah benteng dan pintu di sana, Presiden," jelas seorang petugas berambut merah sembari menunjukkan visual benteng Kermogal.
Presiden Roman menatap tempat itu sasama. Seketika, ia tertegun.
"Bagaimana bisa benteng itu dibuka? Siapa yang ada di sana? Di mana Morlan?" tanya Roman panik.
"Kami tidak tahu, Presiden."
Mata Roman terbelalak. Ia langsung meminta petugas komunikasi menyambungkan ke semua koneksi yang bisa terhubung ke dalam gerbang itu. Petugas itu pun berhasil menghubungkan komunikasi antara Pusat Komando ke Gerbang Kermogal yang berada di Distrik 5.
"Morlan, apa ini perbuatanmu?" tanya Roman tanpa basa basi.
"Bagaimana, bagus 'kan? Dia membunuh semua penyerang. Ia bisa menjadi senjata andalan kita, Saudara," jawab Morlan bangga.
"Hentikan makhluk itu sekarang! Serigala itu menuju ke tempat evakuasi warga!" pekik Roman cemas.
"Tenang saja, aku akan mengembalikan perliharaanku ke kandang begitu semua penyerang sudah tewas," jawab Morlan sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada.
"Semua penyerang sudah tewas. Mereka sudah meninggalkan Great Ruler. Segera masukkan dia kembali ke kandang sebelum ada korban jiwa," tegas Roman yang tak bisa menenangkan hatinya yang panik karena khawatir jika makhluk itu akan menyerang warganya.
"Hah, cerewet sekali. Baiklah," jawab Morlan malas. "Hei! Segera kembalikan dia ke kandang!" titah Morlan kepada petugas pengendali.
"Yes, Sir."
KLIK!
Suasana dalam gerbang hening seketika. Morlan menatap petugas itu saksama. Namun, petugas itu terlihat bingung. Ia kembali memencet tombol yang sama untuk kedua kalinya.
KLIK!
Namun, tak ada reaksi dari makhluk itu. Mutan serigala masih berjalan dengan dua kaki sembari membawa sebuah kaki penyerang dan memakannya dengan santai.
Rey masih mengikuti makhluk itu diam-diam. Ia mencari waktu yang tepat untuk menyerangnya.
Tiba-tiba, KREKK!
Semua orang tertegun. Salah satu pasukan Rey tak sengaja menginjak serpihan senjata yang ada di atas tanah. Semua orang menatapnya tajam dengan jantung berdebar.
Makhluk itu meletakkan kedua kaki depannya di atas tanah perlahan. Ia membuang kaki mayat begitu saja dengan melemparkannya. Makhluk itu menoleh ke asal suara. Kini, ia melihat Rey dan pasukannya. Para pasukan Rey panik seketika.
"FIRE!"
SHUW! SHUW!
Pistol laser diarahkan ke makhluk mutan tersebut. Para pasukan robot menembakkan seluruh amunisinya menghabiskan baterai yang tersisa.
"ARRGGG! GARRR!"
Makhluk itu meraung kesakitan karena tembakan laser pasukan Rey. Dengan sigap, Rey langsung mengaktifkan pedang lasernya. Dua tentara yang ikut bersamanya, mengaktifkan senjata serupa. Namun, sistem memberikan peringatan.
"ATTENTION. LOW BATTERY."
Rey terkejut. Ia menggunakan pedang laser sedari tadi saat di Distrik 3 untuk membunuh para robot penyerang, tapi Rey tak gentar.
Sang Kapten tetap gigih demi melindungi pasukan dan isterinya. Ia tak ingin makhluk itu mendatangi tempat evakuasi di mana isteri dan seluruh warga Great Ruler berlindung di sana.
ILUSTRASI
SOURCE : PINTEREST
Rey terkejut karena pedang lasernya tak bisa bertahan lama. Namun, demi melindungi warga Great Ruler dan istrinya yang sedang mengandung—berlindung di tempat pengungsian—membuat Rey nekat, meskipun ia tahu akan sangat sulit mengalahkan serigala mutan itu.
Rey memulai serangannya setelah serigala itu mengamuk karena ditembaki oleh peluru laser dari para pasukan R. Rey mengayunkan pedang lasernya dan berteriak lantang, "Aaarghhh!"
SWINGG ... KRASS!
"GARRRRRRR!"
Serigala itu merintih setelah mencoba menangkis ayunan pedang Rey dengan tangannya, tapi malah terpotong karena sabetan pedang laser merah Rey.
Serigala itu meraung kesakitan. Tangan kanannya berdarah hebat yang berwarna merah kebiruan.
Rey menggenggam gagang pedangnya kuat dengan kedua tangannya. Terlihat senyum di wajah para pasukan R karena Kapten mereka berhasil melukai serigala itu.
"Attack!" perintah Rey kepada seluruh pasukannya agar menyerang serigala itu dengan pedang laser.
Namun, hanya dua tentara yang bisa menggunakannya karena tenaga setrum pada pedang laser mereka telah habis.
Baterai pedang laser Ray tersisa 20% dan ia harus segera bergegas menyelesaikan pertarungannya. Dua tentara lainnya kini menyerang serigala itu dari dua sisi. Namun, serigala itu cukup pintar dan sangat gesit.
Makhluk itu berhasil menghindari semua serangan dari pasukan Rey setelah mengetahui jika pedang bersinar merah itu bisa memotong tubuhnya.
Serigala itu terdesak. Insting hewan makhluk itu membawanya untuk berlari menghindar sejauh mungkin dari serangan pedang laser.
Rey dan pasukannya tertegun. Serigala itu kabur dan berlari menuju ke tempat pengungsian. Rey panik seketika.
"Kejar serigala itu! Jangan biarkan ke tempat evakuasi warga!" pekik Rey mengomandoi pasukannya.
"Yes, Capt!"
Segera, Rey beserta seluruh anggota tim dalam pasukannya mengejar serigala yang berlari kencang dengan tiga kakinya menuju ke tempat pengungsian.
"Pusat! Kirimkan bantuan! Perintahkan semua warga agar segera pergi dari Gua Lomidev!" teriak seraya terus berlari kencang mengejar serigala mutan tersebut.
"Rey, gawat! Kita kehabisan robot. Hanya tersisa robot level D dan itu pun menjaga pintu pusat komando. Kami tak bisa mengerahkannya. Terlalu berbahaya jika mengirimkan robot E!" jawab petugas di pusat kendali Simulator.
Rey makin cemas. Hanya tersisa dia dan enam dari anggota pasukannya dengan amunisi hampir habis. Namun, Rey sudah bertekad untuk menghentikan makhluk mutan itu. Presiden Roman ikut geram atas sikap saudaranya—Presiden Morlan.
Roman mendatangi Gerbang Kermogal dengan seluruh pasukannya. Morlan terkejut melihat kedatangan Roman.
Semua petugas di sana panik. Roman menghampiri lalu mencengkeram kuat kerah leher baju Morlan dengan napas memburu.
"Lihat perbuatanmu! Kau membuat kepanikan di Great Ruler, di negaramu sendiri! Musuh sebenarnya bukan pasukan Russ-King atau kota lainnya, tapi kau Morlan, Kau!" teriak Presiden Roman dengan penuh kebencian.
Morlan diam saja dengan wajah berpaling. Roman segera menarik semua robot level D yang berjaga di sana untuk ikut membantu pasukan R yang dikomandoi Rey.
Para ilmuwan dan penjaga di Gerbang Kermogal ditangkap dan tempat itu dikosongkan. Mereka akan dibawa ke Pengadilan Tertinggi Great Ruler karena melakukan penelitian dan menciptakan makhluk tanpa sepengetahuan petinggi pemerintahan.
Di tempat Rey dan pasukannya berada.
Rey terus berlari bersama anggota pasukannya yang tersisa, mengejar serigala mutan tersebut. Benar saja, warga masih dalam proses evakuasi karena kabar yang mendadak. Para penjaga robot level E dengan sigap menembak serigala yang berlari ke arah mereka.
"RAARRRRR!"
KRAKK!
"Uhuk! Huekk ...."
BRUKK!
Serigala itu meraung dan melompat dengan lincah ke tubuh para User robot level E. Kukunya menembus baju robot hingga mengenai tubuh manusia para User. Darah mengucur dari balik baju robot dengan deras.
Para User pasukan robot level E dibuat kaget dengan kemampuan serigala mutan itu. Mereka yang tak dilengkapi pedang laser, tak mampu melawan kekuatan serigala ciptaan Morlan.
Namun, mereka tetap gigih menembaki serigala itu hingga seluruh amunisi habis tak tersisa. Sayangnya, serangan itu malah membuat serigala mutan semakin marah. Warga panik dan mulai berlari tak sesuai arahan.
DUAKK! BRUKK!
"Agh! Ahh ... Aw!"
Sandra terjatuh dengan posisi tengkurap setelah tersenggol warga lain yang panik karena serangan serigala mutan. Eliz terkejut. Sandra bahkan terkena injakan warga karena tak melihat sosoknya di gua yang gelap.
Sandra meringkuk memegangi kepala dan menahan rasa sakitnya karena terinjak-injak.
"Sandra! Sandra! Agh!"
Eliz terpisah darinya dan tak bisa menolong. Eliz panik seketika. Ia ikut terdorong oleh warga yang bergerombol dan berlari menuju ke lorong pintu keluar gua.
Sandra tengkurap di tanah, tak ada yang menemaninya. Tiba-tiba, pintu keluar ditutup. Sandra terkurung sendirian di dalam gua. Ia panik dan merintih kesakitan.
Ia merasa darah mengucur dari bagian bawah tubuhnya. Sandra tertegun, tapi ia tahu apa yang terjadi. Sandra menangis sedih karena menduga jika janinnya keguguran.
Sandra meringkuk di tanah memegangi perutnya yang sakit. Ia tak bisa berdiri atau pun merangkak menuju ke pintu gerbang. Sandra hanya bisa meratapi nasibnya yang menyedihkan di dalam gua yang gelap.
Di luar gua.
DOR! DOR!
"RAARRRGGG! GAARRR!"
Suara tembakan bersahut-sahutan dari segala sisi baik dari pasukan R maupun dari User robot level E. Para pejuang Great Ruler dengan gigih menembaki serigala mutan agar tak menyerang warga yang masih mencoba menyelamatkan diri.
Presiden Roman mengerahkan ratusan mobil listrik pengangkut barang tambang yang sangat besar sebagai akomodasi penyelamat warganya.
Sebuah truk tambang elektrik mampu mengangkut 300 orang sekaligus. Para User robot level E segera mengamankan warga yang dirundung ketakutan. Eliz, memanfaatkan hal itu.
"Sir, please ... temanku ... temanku Sandra masih berada di gua. Ia tertinggal dan ia sedang hamil ... please ...." pinta Eliz panik memegangi lengan robot level E.
User robot level E tersebut menatapnya saksama.
"Baik, Nona. Jangan khawatir. Kau masuklah ke truk evakuasi. Kami akan menyelamatkan temanmu, Sandra," jawab User tersebut memegang pundaknya.
"Oh! Thank you, Sir. Thank you," sahut Eliz lega.
Ia pun segera masuk ke dalam truk tambang. Petugas robot level E memanggil team-nya untuk menyisir gua mencari keberadaan Sandra.
Semua warga berhasil diselamatkan. Mereka berkumpul di Hall Zekena dengan wakil Presiden Lala—Isteri Presiden Roman.
Lala dikenal baik hati dan tegas dalam memberikan perintah. Warga yang terluka langsung diobati oleh robot dan petugas medis yang bertugas.
Namun, Eliz masih cemas dengan keadaan Sandra. Ia kembali menginformasikan hal ini pada Wakil Presiden Lala untuk memastikan keberadaan kawannya.
"Wakil Presiden, maaf ... maaf jika saya lancang," ucap Eliz mendekatinya dengan panik.
Para User robot level E langsung menghalangi jalan Eliz, tapi Lala meminta pengawalnya untuk menyingkir. Lala mendekati Eliz.
"Yes. May i help you?" tanyanya sopan dengan senyum ramah.
"My friends, Sandra. Dia tertinggal di gua. Dia sedang hamil. Saya sangat menghawatirkan keadaannya. Ia isteri kapten Rey," jawabnya cemas.
"What?!" pekik Lala kaget.
Lala segera meminta sekretarisnya untuk menghubungi pasukan evakuasi untuk mencari keberadaan Sandra.
Berita baik pun datang. Sandra ditemukan dalam kondisi tak sadarkan diri. Ia kehilangan banyak darah dan langsung dilarikan ke rumah sakit.
Eliz minta diantarkan untuk melihat kondisi sahabatnya itu. Lala pun memerintahkan pengawalnya untuk mengantarkan Eliz di mana sang Wakil Presiden juga baru mengetahui jika wanita yang terluka tersebut adalah isteri dari kapten yang menjadi kebanggaan Great Ruler.
ILUSTRASI
SOURCE : PINTEREST
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!